Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Membuat dan menentukan standarisasi larutan Na2S2O3 ± 0,1N dengan larutan KIO3 sebagai
larutan baku.
2𝐼 − → 𝐼2 + 2𝑒 −
Setelah analit dibuat maka titrasi dapat dilakukan. Erlenmeyer yang berisi larutan KIO3,
larutan KI 20%, dan larutan HCl dititrasi dengan Na2S2O3. Erlenmeyer ditaruh di bawah
buret kemudian kran pada buret dibuka secara perlahan sampai menghasilkan tetes demi
tetes Na2S2O3. Ketika analit ditambahkan dengan natrium tiosulfat secara perlahan lahan
akan memudarkan warna coklat dari larutan analit yang mengindikasikan bahwa telah
terjadi reaksi antara analit dengan titran. Setelah penambahan titran sampai membuat warna
dari analit berubah menjadi kuning pudah maka kran pada buret ditutup kemudian
ditambahkan larutan amilum sampai warna larutan menjadi biru keunguan. Perubahan
warna dari kuning muda ke biru keunguan mengindikasikan bahwa masih ada I2 dalam
larutan. Setelah larutan ditambah amilum dan menghasilkan warna biru keunguan maka
titrasi dilanjutkan kembali sampai warna dari analit tadi hilang. Reaksi antara I2 dengan
tiosulfat yaitu:
2𝑆2 𝑂32− → 𝑆4 𝑂62− + 2𝑒 −
2𝑒 − + 𝐼2 → 2𝐼 −
Langkah pertama dalam penentuan kadar Cl2 yaitu menimbang terleih dahulu
sampel dan dimasukkan ke dalam picnometer. Tujuannya yaitu untuk mengetahui massa
jenis dari pemutih tersebut. Sampel dimasukan ke dalam picnometer 50 mL kemudian
ditimbang dengan neraca analitik diperoleh massa yaitu 51,3605 gram, setelah itu dibagi
dengan 50 mL didapatkan nilai massa jenisnya yaitu 1,02721 gram/mL. Langkah
selanjutnya yaitu mengencerkan pemutih ke dalam aquades. Pemutih diambil 2 mL dengan
menggunakan pipet volume kemudian diamsukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian di
tambahkan aquades sampai tanda batas. Kemudian kocok dengan sempurna secara perlahan-
lahan. Tujuan pengenceran ini dikarenakan konsentrasi dari sampel terlalu tinggi sehingga
ketika di titrasi membutuhkan banyak volume larutan natrium tiosulfat. Setelah diencerkan
langkah selanjutnya yaitu mengambil 10 mL sampel menggunakan pipet gondok kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan dengan larutan KI 20%.
Penambahan larutan KI 20% ini untuk memberikan ion I- berlebih sehingga dapat
mereaksikan seluruh Na2S2O3 dan diperoleh larutan jernih tidak berwarna. Setelah ditambah
larutan KI 20%, langkah selanjutnya yaitu menambah larutan H2SO4 4 N. Fungsi
penambahan H2SO4 adalah untuk memberi suasana asam pada larutan. Setelah ditambahkan
H2SO4, larutan berubah warna menjadi coklat yang mengindikasikan terbentuknya I2.
Setelah ditambah asam sulfat kemudian analit ditambah dengan ammonium molibdat 3%.
Ammonium molibdat berfungsi sebagai katalis pada reaksi. Reaksinya yaitu:
2𝐼 − → 𝐼2 + 2𝑒 −
2𝑒 − + 𝐼2 → 2𝐼 −
Setelah warna larutan hilang maka titrasi dihentikan. Perubahan warna dari larutan berwarna
biru keunguan menjadi tidak berwarna mengindikasikan tidak adanya I2 dalam analit dan
merupakan titik akhir titrasi. Setelah titrasi dihentikan maka dicatat volume pada buret.
Kemudian titrasi diulang sebanyak 3 kali. Pada percobaan ini kami memperoleh volume
Na2S2O3 berturut turut yaitu 9,9 mL; 10,4 mL, 10,7 mL. Setelah volume didapatkan maka
langkah selanjutnya yaitu menentukan kadar Cl2 dalam sampel. kadar Cl2 dalam sampel
berturut-turut yaitu 14,5%; 15,3%; 15,72%. Kemudian kadar tersebut dirata-rata dan
didapatkan hasil 15,17 %.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada proses
standarisasi diperoleh konsentrasi Na2S2O3 adalah 0,085 N, 0,085 N, 0,085 N.sehingga
konsentrasi Na2S2O3 rata – rata adalah 0,085 N. Sedangkan pada proses aplikasi yang
dilakukan diperoleh %Cl2 pada pemutih “Vanish” adalah 14,5%; 15,3%; 15,72%. Sehingga
kadar rata – rata Cl2 pada pemutih vanish adalah 51,71 %. Penentuan aplikasi ini diperoleh
dari proses standarisasi.