Vous êtes sur la page 1sur 2

Aspek Hukum Remisi Bagi Koruptor, Remisi

Adalah Hak Narapidana Korupsi


Baru baru ini muncul kontroversi ditengah masyarakat terkait dengan kebijakan Menteri Hukum Dan
Ham Yasonna Laoly untuk mmemberikan remisi bagi para Narapidana kasus korupsi dan tentunya
hal ini mendapat penentangan dari berbagai pihak khususnya LSM anti korupsi serta KPK Minus
Denny Indrayana yg sedang terbelit hukum. He he he

Berbagai alasan pro kontra pun muncul menanggapi wacana pemberian Remisi yg akan dilakukan
oleh kementrian hukum dan Ham tersebut namun ditengah pro kontra tersebut ada baiknya kita
mengenal yg namanya Remisi dan mahluk apa sebenarnya remisi tersebut jangan samapi kita ikut
ikutan mengatakan menolak remisi namun jika ditanya apa itu remisi kta menjawabnya tidak tahu
AKIBATNYA jadi malu sama kucing.

Secara hukum Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yg diberikan kepada narapidana
dan anak pidana yang memenuhi syarat ditentukan dalam peraturan perundang-undangan (pasal 1
ayat 6 PP 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Hak warga binaan).
Setiap Narapidana dan Anak pidana berhak mendapatkan Remisi (Pasal 34 ayat 1angka 6 PP 99
tahun 2012 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Hak warga binaan Pemasyarakatan)
Dari defenisi tersebut maka dapat dipastikan bahwa remisi adalah ahk terpidana karena itu hak ini
harus dihormati sebagai bagian dari hak sasasi manusia khususnya hak terpidana karena itu
munculnya pendapat bahwa Remisi jangan diberikan kepada pelaku kasus korupsi adalah tindakan
yg salah dan tidak memahami aturan secara jelas.

Dan tidak menyadari bahwa narapidana korupsi juga adalah manusia yg memiliki hak secara hukum
untuk mendapatkan Remisi atau pengurangan hukuman karena remisi adalah Hak maka Negara
wajib memberikan dan melindungi Hak tersebut meskipun dia adalah narapidana dalam kasus
Korupsi.

Karena itu keputusan menteri Hukum dan Ham Yassona sudah tepat namun yang harus diperhatikan
adalah tata cara atau prosedur pemberian remisi tersebut jangan sampai tidak sesuai dengan aturan
hukum yg belaku dan jika hal ini terjadi maka Kementrian hukum dan Ham dianggap lalai dan
melakukan kesalahan besar.

Mengenai prosedur pemberian Remisi diatur dalam pasal 34 ayat 2 dan ayat 3 PP Nomor 99 tahun
2012 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Hak warga binaan Pemasyarakatan. Dari pasal
tersebut menggariskan bahwa syarat pemberian Remisi bagi warga binaan/Narapidana ada dua yaitu

1. Berkelakuan baik
2. Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 bulan.
Dari kedua syarat umun tersebut maka dijelaskan lagi apa yg dimaksud dengan berkelakukan baik
bahwa pembuktian seorang narapidana berkelauan baik harus dibutikan dengan narapidana yg
bersangkutan tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 bulan terakhir terhitung
sebelum tanggal pemberian remisi, dan syarat pebuktian lainnya bahwa narapidana itu berkelakukan
baik adalah narapidana yg bersangkutan telah mengikuti program pembinaan yg dibuktikan dengan
predikat baik.
Khusus untuk Narapidana kasus korupsi selain harus memenuhi syarat diatas yaitu berkelakuan baik
dan telah menjalani pidana lebih dari enam bulan maka diberikan syarat khusus lagi yaitu bersedia
bekerjasama dengaan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara tidak pidana yg
dilakukannya

Selain itu bagi narapidana kasus korupsi telah melaksanakan kewabibannya untuk membayar lunas
denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadialan yg telah berkekuatan hukum tetap
(Inkracht Van Gewisdje) karena melakuan tindak pidana korupsi.

Jika hal ini tidak dilakukan oleh narapidana kasus korupsi untuk membayar uang denda atau uang
pengganti maka yg bersangkutan tidak dapat diberikan Remisi.

Dari aturan hukum tersebut maka dapat dilihat secara jelas bahwa Remisi bagi Narapidana/Warga
Binaan khususnya kasus korupsi memiliki hak untuk mendapatkan Remisi (pengurangan Hukuman)
asalkan dilakukan sesuai dengan prosedur yg telah ditentukan diatas.bukankah koruptor juga
manusia yg memiliki hati dan perasaan

Vous aimerez peut-être aussi