Vous êtes sur la page 1sur 15

CASE REPORT HEMATOTHORAK

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan trauma

Disusun oleh Kelompok 1:

Dina Tul Mardiyah 1511311005


Hikmawani Anas 1511311011
Putri Jelita 1511311015
Vonny Octavia 1511312002
Hasnatul Sadiyah 1511312005
Aqsa Multi N 1511311001
Nefi Aprillah 1511311006
Melisa 1511311014
Mirza Rullia 1511311016

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT karena dengan
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, manusia dapat mengembangkan
teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu dibutuhkan
kemampuan untuk belajar dan berfikir sehingga kami telah menyelesaikan tugas
case report hematothorak.
Penulisan diperoleh dari beberapa sumber tentang case report
hematothorak. Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai case report hematothorak. Kami juga menyadari
sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan sayai buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
yang lebih baik tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang tidak
berkenan.
Padang, 8 Maret 2018

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I LANDASAN TEORI ........................................................................ 1
1.1 Defenisi Hematothorak ........................................................................... 1
1.2 Tanda dan Gejala Hematothorak .............................................................. 1
1.3 Patofisiologi Hematothorak ..................................................................... 1
1.4 Pemeriksaan Penunjang Hematothorak.................................................... 2
1.5 Penatalaksanaan Medis Hematothorak .................................................... 2
BAB II CASE REPORT HEMATOTHORAK ......................................... 3
2.1 Kasus ........................................................................................................ 3
2.2 Istilah Dalam Kasus ................................................................................ 3
2.3 Analisis Kasus .......................................................................................... 4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HEMATOTHORAK .................. 6
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 6
3.2 Diagnosa ................................................................................................... 7
3.3 Perencanaan dan Intervensi ...................................................................... 7
3.4 Evaluasi ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Definisi
Hemotoraks merupakan keadaan bertumpuknya darah di dalam rongga
pleura (cavum pleura). Keadaan ini paling mudah diketahui jika dibuat foto
rontgen atau CT Scan toraks dalam posisi tubuh yang tegak karena lapisan cairan
akan menyebar jika pasien berbaring telentang. Foto pada sisi dada yang
mengalami hemotoraks sering memperlihatkan opasitas yang difus dilapanganan
paru dan harus dibedakan dengan gambaran kontusio paru. Paling sering berasal
dari pembuluh darah interkotalis yang terluka, tetapi juga bisa berasal dari
perdarahan paru yang berat, jantung, ataupun aorta. Hemotoraks paling sering
terjadi akibat laserasi paru atau laserasi arteri mamaria internal atau interkostal.
(Nayduch, Donna. 2014).

1.2 Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan gangguan
Hemathorax menurut Nayduch Donna (2014) yaitu:
1. Hipoksia, sianosis
2. Kulit dingin
3. Pernafasan berat, dyspnea, takipnea
4. Penuruna pengisian kapiler
5. Bunyi nafas berkurang atau tidak ada pada posisi cidera
6. Ekspansi dada asimetris
7. Bunyi tumpul pada perkusi
8. Memerlukan 200 – 300 ml darah sebelum terlihat jelas pada CXR

1.3 Patofisiologi
Patofisiologi hematothoraks menurut American Collage of Surgeon
Commitee on Trauma (2016):
a. Darah terakumulasi di dalam pleura menyebabkan kolaps paru sebagian atau
total dengan kemungkinan pergeseran mediastinum dan gangguan vena.
b. Pasien datang dengan keadaan shock hipovolemik dan sulit bernapas. Penyebab
kematian biasanya dengan exsanguination yang mengarah ke gagal jantung.
c. Insufisiensi ventilasi tergantung pada jumlahdarah di dalam pleura.

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut (Henderson, 2015) diantaranya :
a. X-Ray
Adanya gambaran hipodense pada rongga pleura disisi yang terkena dan
adanya mediastinum shift. X-Ray digunakan sebagai penegak diagnostik yang
paling utama dan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya.
b. CT Scan
Diindikasikan untuk pasien dengan hemothoraks yang untuk evaluasi
lokasi clotting (bekuan darah) dan untuk menentukan kuantitas atau jumlah
bekuan darah di rongga pleura.
c. Cek darah lengkap
Dilakukan berdasarkan nilai kadar Hb yang menunjukkan jumlah darah
yang hilang pada hemothorak

1.5 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis menurut (Henderson,2015) diantaranya:
A. Dipasang “Chest tube” dan dihubungkan dengan system WSD, hal ini dapat
mempercepat paru mengembang.
B. Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti maka
dipertimbangkan untuk thorakotomi.
C. Pemberian oksigen 2-4 liter/menit, lamanya disesuaikan dengan perubahan
klinis, lebih baik lagi apabila dimonitor dengan analisa gas darah. Usahakan
sampai gas darah penderita normal kembali.
D. Pemberian tranfusi darah dilihat dari adanya penurunan Hb.
E. Pemberian antibiotika, dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
BAB II
CASE REPORT HEMATOTHORAK
2.1 Kasus
A 38-year-old man presented with left-sided chest pain after a fall in the
bathroom at home, striking his left side. Physical examination detected tenderness
over the left lower postero-lateral chest wall. The initial chest x-ray demonstrated
fractures of the left tenth and eleventh ribs with no evidence of hemothorax. The
hemoglobin recorded was 15 g/dl. The patient was under observation for 24 h and
was discharged the next day following a repeat chest x-ray which showed no
change.Twelve days later the patient presented with increasing chest pain and
tachypnea. Chest x-ray showed near total opacification of the left hemithorax.
Computed tomography (CT) of the chest and abdomen confirmed a massive
effusion and left lung collapse There were no abdominal injuries identified. Tube
thoracostomy produced an uninterrupted return of 1300 cc of blood. Hemoglobin
was 11 g/dl. The chest tube continued to drain diminishing amounts of blood for
four days, the output then ceased and the tube was removed. However, a further
chest x-ray showed residual changes, and a pulmonary status that did not return to
baseline despite analgesia and incentive spirometry. A follow-up chest CT
showed high-density fluid within the left plural sac consistent with residual
hemothorax, collapse of the posterior basal segment of the lower lobe of the left
lung, and multiple atelectatic bands restricting the left lung. Combined video-
assisted thoracoscopy and mini-thoracotomy were required to free the entrapped
lung and evacuate the pleural space. The patient improved rapidly following the
procedure and was discharged three days later.
2.2 Istilah Dalam Kasus
a. Thoracoscopy adalah pembedahan untuk mendiagnosis masalah dalam
rongga pleura.
b. Mini-thoracotomy adalah operasi yang dilakukan untuk membuka dinding
dada.
2.3 Analisis Kasus
Dalam kasus pasien menderita hemathorak setelah 12 hari keluar dari
rumah sakit setelah mendapatkan trauma thorak karena terjatuh di kamar mandi
rumahnya. Saat pertama kali dirujuk ke rumah sakit sudah dilakukan CT scan dan
Xray dan semua terlihat normal. Setelah itu pasien di pulangkan. Setelah 12 hari
berikutnya pasien kembali lagi dengan nyeri dada yang sangat hebat dan takipnoe.
Kejadian pasien tersebut sesuai dengan penelitian Sharma et al melaporkan
kejadian untuk hemothorax tertunda, biasanya pasien mengetahui penyakitnya
setelah keluar dari rumah sakit.
Pasien datang 12 hari kemudian dengan keluhan meningkatnya nyeri
dada dan takipnea. Hasil XRay menunjukkan adanya kekeruhan pada hemithorak
kiri dan hasil CT Scan menunjukkan adanya efusi besar dan kolaps paru. Hal ini
sesuai dengan penelitian Simon et al. dimana kasus dengan hemothorax tertunda
18 jam samapi beberapa hari setelah trauma tumpul dada yang parah terkait
dengan patah tulang rusuk dan nyeri dada serta adanya kekurahan pada hemitorak.

Gambar 1. Dada x-ray saat kembali ke rumah sakit menunjukkan


hemothorax kiri besar.
Gambar 2. CT Scan mendefinisikan darah intra-pleura dan dekat jumlah
kompresi paru-paru kiri.
Pasien datang dengan shock yang konsisten dengan kehilangan darah
lambat berkelanjutan dengan kompensasi. Namun pasien ditemukan menderita
gangguan pernapasan yang signifikan. Keadaan pasien ini sesuai dengan
penelitian Sharma et al bahwa pasien dengan hematothotaks datang dengan
kondisi shock. Untuk menangani masalah pasien tersebut dilakukan resusitasi
cairan yang merupakan terapi awal yang diberikan kepada pasien yang shock
diikuti oleh tabung thoracostomy untuk mengevakuasi ruang pleura.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HEMATOTHORAK
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
 Laki-laki usia 38 tahun
b. Keluhan Utama
Nyeri dada hebat dan takipnoe
c. Alasan Masuk
 Setelah 12 hari kemudian pasien balik lagi dengan keluhan adanya
nyeri dada dan takipnoe.
 Darah keluar 1300 cc dan menandakan hemathorak yang sudah
mendekati hemathorax masif
 Adanya nyeri hebat
 Adanya pendarahan di pleura kiri
 Paru-paru tidak dapat kembali kebentuk semula.
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Ada riwayat trauma tumpul thorax akibat terjatuh di kamar mandi 12 hari
yang lalu.
e. Pemeriksaan Fisik
Seharusnya pada trauma thorax harus dilakukan pemeriksaan fisik seperti:
 Inspeksi
Melihat adanya tanda syok hipovolemik
Melihat ada atau tidak takipnoe atau dispnoe
 Palpasi
Seharusnya tidak ada perubahan thorax
Melihata apakah ada takikardi
 Auskultasi
Membandingkan suara napas pasien
 Perkusi
Untuk mengkaji dullness
f. Pemeriksaan Penunjang yang Sudah Dilakukan
 CT Scan
 X-ray
g. Pemeriksaan Penunjang yang Belum Dilakukan
 Cek darah lengkap
h. Pengkajian ABCD
 Airway
Dari kasus tidak ada gangguan jalan napas saat pasien masuk pertama.
 Breathing
Paru-paru tidak dapat kembali ke bentuk semula dan adanya gangguan
pernapasan.
Adanya takipnoe
 Circulation
Akral dingin, terjadinya perdarahan
 Dissability
Nyeri dada, kesadaran menurun
3.2 Diagnosa
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pola napas abnormal
(takipnoe)
b. Nyeri Akut berhubungan dengan cidera traumatis
c. Hipovolemia berhubungan dengan trauma/pendarahan
3.3 Perencanaan, dan Intervensi
No NANDA NOC NIC
1. Pola napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Airway Management
dengan pola napas abnormal keperawatan,diharapakn tidak Aktivitas:
(takipnoe) terjadi ketidakefektifan pola a.Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
Defenisi: inspirasi dan atau ekspirasi napas dengan kriteria jaw thrust bila perlu
yang tidak memberikan ventilasi Respiratory status : Ventilation b.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
adekuat Indikator: c.Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Penyebab: a.Mendemonstrasikan batuk nafas buatan
Adanya hambatanupaya napas, efektif dan suara nafas yang d.Lakukan fisioterapi dada jika perlu
deformitas tulang dada bersih, tidak ada sianosis dan e.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dyspneu tambahan
b.Menunjukkan jalan nafas f.Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
yang paten Lembab
c.Tanda Tanda vital dalam g. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
rentang normal (tekanan darah, keseimbangan.
nadi, pernafasan) h.Monitor respirasi dan status O2
2. Terapi Oksigen
Aktivitas:
a.Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b.Pertahankan jalan nafas yang paten
c.Atur peralatan oksigenasi
d.Monitor aliran oksigen
e.Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
f.Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Pain management
cidera traumatis keperawatan,diharapakn tidak Aktivitas:
Defenisi: pengalaman sensorik dan terjadi nyeri dengan kriteria 1. Kaji secara komprehensif terhadap nyeri (lokasi,
emosional dengan kerusakan Kontrol nyeri karakteristik, duras, frekuensi)
jaringan actual dan potensial, sebagai Indikator: 2. Observasi reaksi ketidaknyamanan secara non
suatu kerusakan yang tiba-tiba atau 1.mengenali kapan nyeri terjadi verbal
lambat dari ringan hingga berat. 2. menggambarkan faktor 3. Tentukan pengaruh pengalamana nyeri terhadapa
Penyebab: penyebab kualitas hidup (nafsu makan, tidur, aktifitas adan
Agen pecendera fisiok contohnya 3. menggunakan tindakan hubungan sosial)
trauma pencegahan 4. Berikan informasi tentang nyeri termasuk
4. melaporkan perubahan penyebab, berapa lama nyeri akan hilang dan
terhadap gejala nyeri antisipasi.
berkurang b.Pemberian analgesic
5. melaporkan nyeri terkontrol Aktivitas:
1.tentukan lokasi, karakteristik, keparahan nyeri
2.cek adanya riwayat alergi obat
3.pilih analgesic yang sesuai
4. monitor tanda vital sebelum dan sesudah diberi
analgesic
3. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen Hipovolemia
trauma/pendarahan keperawatan diharapakn tidak Aktivitas:
Defenisi: penurunan volume cairan terjadi syok dengan kriteria: 1.monitor status cairan, meliputi intake dan output
intravaskuler, intertisiel, dan atau Keparahan syok dengan tepat
intraseluler. Indikator: 2.monitor nilai hemoglobin dan hematokrit
Penyebab: kekurangan intake cairan 1.tanda vital dalam batas 3.monitor adanya kehilangan cairan (contoh,
dengan gejala kondisi klinis trauma normal perdarahan, muntah, diare, perspirasi dan takipnea)
atau perdarahan 2.tugor kulit baik 4.monitor tanda – tanda vital
3.tidak ada sianosis 5.monitor respon pasien terhadap perubahan
4.tidak ada diapresis volume cairan
5.membran mukosa kemerahan B.Pencegahan Syok
Aktivitas:
1.monitor adanya respon konpensasi terhadap syok
2.monitor adanya tanda-tanda respon sindroma
inflamasi sistemik
3.monitor terhadap adanya tanda awal reaksi alergi
4. monitor suhu dan status respirasi
5. monitor tanda dan gejala asites

3.4 Evaluasi
Kriteria evaluasi keperawatan:
a. Kriteria tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi
b. Evaluasi hasil penggunaan indicator perubahan fisiologi dan tingkah laku
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan untuk diambil tindakan selanjutnya
d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
American Collage of Surgeon Commitee on Traum. 2016. Advanced Trauma Life
Support. Chicago:ACS
Bulecheck, dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) sixth edition.
USA: Elseveir
Henderson. 2015. Ilmu Bedah untuk Perawat. Jakarta :Yayasan Essentia Medica
Khoschnau et al. 2012. Trauma dan Perawatan Akut. Journal of Emergency
Medicine.Vol 10
Moorhead, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth edition.
USA:Elseiver
Nayduch, Donna. 2014. Nurse to Nurse : Perawatan Trauma. Jakarta : Salemba
Medika
PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik.Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
Sharma OP, Hagler S. dan Oswanski MF. 2011. Prevalensi hemothorax tertunda
di trauma toraks tumpul. Am Surgery.Vol 71: 481-486.
Simon BJ, Chu Q., Emhoff TA, Fiallo VM dan Lee KF.2011. Tertunda
hemothorax setelah trauma toraks tumpul: sebuah entitas jarang
dengan morbiditas yang signifikan. J Trauma. Vol 45: 673-676

Vous aimerez peut-être aussi