Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1945 pra amandemen yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 agustus 1945 oleh
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Keberadaan UUD 1945 yang selam ini disakralkan dan tidak dapat diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga dengan negara menuju apa yang dia cita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah konstitusi. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat
nilai apakah rumusan – rumusan perubahan yang dihasilkan memang dikatakan lebih baik
dan sempurna. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-
perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas
keberhasilan sebuah perubahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Agama
a. Pengertian Agama
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa sangsekerta, yang berasal dari akar
kata gam artinya pergi, kemudian dari kata gam tersebutmendapat awalan a dan akhiran a,
maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan mencapai kebahagiaan.
Di samping itu terdapat pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa
sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau.
Jadi, arti kata agama adalah tidak kacau atau teratur.
Kata religi - religion dan religio, secara etimologi – menurut winker paris dalam algemene
encyclopaedie mungkin sekali dari bahasa latin, yaitu dari kata religere atau religare yang
berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang bereligi adalah orang yang
senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari
kata religere yang berarti berhati hati, maka dimaksudkanbahwa orang yang bereligi itu
adalah orang yang senantiasa bersikap hati hati dengan sesuatu yang dianggap suci.
Dari etimologis ketiga kata di atas maka dapat diambil pengertian bahwa agama (religi,
din):
1. Merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan
kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera;
2. Bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan
manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan
ditaati.
3. Aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan
berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya.
Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau
tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-
Qur’an agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari
ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal.
Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada
pada istilah agama dan religi.
2.2 Negara
a. Pengertian Negara
3
(keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing
memiliki kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan). Secara umum negara dapat
diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki
pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam
bidang organisasi-organisasi lainnya.Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan
berikut ini tentang negara.
1. Aristoteles
Menurut Aristoteles, negara (polis) adalah suatu persekutuan dari keluarga dan desa untuk
mencapai kehidupan yang sebaikbaiknya.
2. Mac Iver
Negara adalah persembatanan (penarikan) yang bertindak lewat hukum yang direalisasikan
oleh pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa dalam satu kehidupan
yang dibatasi secara teritorial mempertegak syaratsyarat lahir yang umum dari ketertiban
sosial.
3. Logeman
Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan untuk
mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.
4
Wilayah lautan, meliputi seluruh perairan wilayah laut dengan batas-batas yang
ditentukan menurut hukum internasional.
Wilayah udara atau dirgantara, meliputi wilayah di atas daratan dan lautan negara yang
bersangkutan.
3. Pemerintah yang Berdaulat
Kedaulatan sangat diperlukan bagi sebuah negara. Tanpa kedaulatan, sebuah negara
tidak akan berdiri tegak. Negara tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rakyatnya
sendiri, terlebih mempertahankan diri dari negara lain. Oleh karena itu, kedaulatan
merupakan unsur penting berdirinya negara. Jadi, pemerintah yang berdaulat berarti
pemerintah yang mempunyai kekuasaan penuh untuk memerintah baik ke dalam maupun
ke luar. Kedaulatan suatu negara mempunyai empat sifat sebagai berikut.
Permanen. Artinya, kedaulatan itu tetap ada pada negara selama negara itu tetap ada
(berdiri) sekalipun mungkin negara itu mengalami perubahan organisasinya.
Asli. Artinya, kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi, tetapi
asli dari negara itu sendiri.
Bulat/tidak terbagi-bagi. Artinya, kedaulatan itu merupakan satusatunya kekuasaan yang
tertinggi dalam negara dan tidak dapat dibagi-bagi. Jadi, dalam negara hanya ada satu
kedaulatan.
Tidak terbatas/absolut. Artinya, kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa pun sebab
apabila bisa dibatasi berarti ciri kedaulatan yang merupakan kekuasaan tertinggi akan
hilang.
c. Sifat Negara
Miriam Budiardjo menyatakan bahwa setiap negara mempunyai sifat-sifat berikut:
1.Memaksa
Sifat memaksa artinya negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa kekerasan fisik
secara sah. Tujuannya ialah agar peraturan perundang-undangan ditaati, ketertiban dalam
masyarakat tercapai, serta anarki (kekacauan) alam masyarakat dapat dicegah. Alat
pemaksanya bermacam-macam, seperti polisi, tentara, dan berbagai persenjataan lainnya.
Contohnya, setiap warga negara harus membayar pajak. Orang yang menghindari
kewajiban ini dapat dikenakan denda atau harta miliknya disita, bahkan dapat dikenakan
hukuman kurungan.
2.Monopoli
Sifat monopoli yaitu hak negara guna melaksanakan sesuatu sesuai dengan tujuan
bersama dari masyarakat. Contohnya, menjatuhkan hukuman kepada setiap warga negara
yang melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga negaranya
untuk mengangkat senjata jika negaranya diserang musuh, memungut pajak, menentukan
mata uang yang berlaku dalam wilayahnya, serta melarang aliran kepercayaan atau aliran
politik tertentu yang dinilai bertentangan dengan tujuan masyarakat.
5
3.Mencakup semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang-undangan (misalnya
keharusan membayar pajak) barlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Hal ini memang
diperlukan karena kalau sesorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup aktivitas negara,
maka usaha negara kearah tercapainya cita-cita negara.
2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau kenyataan
terjadinya Negara. Lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang telah ada
6
sebelumnya. Terdapat beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara secara sekunder,
yaitu sebagai berikut.
a. Proklamasi
Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain
mengadakan perlawanan (perjuangan) sehingga dapat merebut kembali wilayahnya dan
menyataan kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Belanda dan Jepang pada
tanggal 17 agustus 1945. Terja
b. Separatis (Pemisahan)
Suatu wilayah yang memisahkan diri dari Negara yang semula menguasainya kemudian
menyatakan kemerdekaan / memisahkan diri. Contohnya Timor Leste yang memisahkan diri
dari Indonesia pada tahun 2002 dan menyatakan kemerdekaan. S
c. Anexatie (penguasaan / pencaplokan)
Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain ( diwilayah Negara lain)
tanpa reaksi perlawanan yang memadai dan penduduk setempat. Contohnya Negara Israel
terbentuk dengan mencaplok daerah Palestina, Suriah, Yordania dan Mesir. Penaklukan
suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu Negara di wilayah setelah 30 tahun
tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.
d. Innovation ( Pembentukan Baru)
Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal dan kemudian
lenyap. Contohnya negara Columbia yang pecah dan lenyap kemudian diwilayah tersebut
muncul negara baru, yaitu Venezuela dan Columbia baru.
e. Acessie (Penarikan)
Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang
timbul dari dasar laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu
ketika telah memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara. Contohnya Mesir yang terbentuk
dari delta Sungai Nil.
f. Cessie (Penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain atas suatu perjanjian tertentu.
Contohnya Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia (Jerman), karena ada
perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan negara yang dikuasainya
kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu negara yang kalah dalam Perang
Dunia I.
g. Fusi (Peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah wilayah, mengadakan perjanjian /
kesepakatan untuk saling melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan suatu
penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru. Contohnya terbentuknya
Federasi negar Jerman pada tahun 1871, yaitu Jerman Barat-Jerman Timur.
h. Pendudukan
Terjadinya ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian
diduduki dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu dan didirikan negara diwilayah itu.
7
Contohnya Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak Negro yang
dimerdekakan oleh Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.
i. Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan Sebelumnya.
Pendudukan ini terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, namun tidak
berpemerintahan. Contohnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris
meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah Australia kemudian dibuat koloni-koloni
di mana penduduknya didatangkan dari daratan Eropa. Selanjutnya australia dimerdekakan
tahun 1901.
3. Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis, yaitu sebagai
berikut.
a. Teori Kontrak Sosial
Teori kontrak sosial beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian
perjanjian masyarakat. Teori ini adalah salah satu teori terpenting mengenai asal usul negara.
Teori asal usul mulai negara yang berdasarkan atas kontrak sosial ini dapat dilihat melalui
pemikiran Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ Rousseau.
b. Teori Kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan
penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat terhadap kelompok
etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut teori ini adalah
H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.
c. Teori Ketuhanan
Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan karena itulah,
teori Ketuhanan tentang terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa negara
terbentuk atas dasar keinginan Tuhan. Hal ini berdasarkan atas asas kepercayaan bahwa
segala sesuatu berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendak Nya. Menurut teori ini,
Tuhanlah yang menciptakan negara sehingga negara dianggap penjelmaan kekuasaan Tuhan.
Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau Penguasa adalah pilihan Tuhan untuk
memerintah sehingga Raja memiliki kekuasaan mutlak pada suatu negara atau kerajaan.
Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan. Penganut teori ini adalah Agustinus, Yulius
Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinnas.
d. Teori Historis
Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan teori yang mengemukakan
bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan
kebutuhan manusia.
e. Teori Organis
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme, selayaknya
makhluk hidup. Individu yang menjadi komponen negara diibaratkan sebagai sel-sel
8
makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang
belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan para
individu sebagai daging makhluk hidup itu.
f. Teori Hukum Alam
Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak
alam yang merupakan lembaga alamiah yang dibutuhkan manusia untuk menyelenggarakan
kepentingan umum. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas
Aquino.
g. Teori Kedaulatan Hukum
Istilah "daulat" berasal dari bahasa arab "daulah" yang berarti kekuasan tertinggi. Dengan
demikian kedaulatan dapat didefinisikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.
Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam negara
berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats
Idee.
e. Bentuk-Bentuk Negara
Adapun bentuk-bentuk Negara adalah sebagai berikut:
1. Monarki / Kerajaan
Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.
Dalam prakteknya, monarki ada dua jenis yaitu: Monarki absolut dan monarki konstutional.
Monarki absolut adalah model pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu
orang raja atu ratu. Termasuk dalam kategori ini adalah negara Arab saudi, Brunae,
Swazilan, bhutan, dll.
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala negaranya
(perdana mentri) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan kostitusi nagara. Praktek monarki
konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktekan di beberapa negara, seperti
Thailand, Jepang, Inggris, jordania dan lain-lain.
Monarki parlamenter adalah bentuk pemerintahan yang bertanggung jawab atas
kebijaksanaan pemerintahannya adalah mentri, Termasuk dalam kategori ini adalah
negara Inggris, Belanda, dan Malaysia.
Dengan demikian pengertian negara yang berbentuk monarki adalah negara dimana cara
penunjukan kepala negaranya berdasarkan keturunan dari raja yang sebelumya.
Perbedaan diantara raja dengan presiden sebagai kepala negara adalah raja menjadi kepala
negara sepanjang hayatnya, sedangkan presiden biasanya memegang jabatan ini untuk
jangka waktu tertentu. Namun dalam negara-negara federasi seperti Malaysia, raja atau
agong hanya berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan raja dari negeri lain
dalam persekutuan. Dalam zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi
dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu raja yang terbatas kekuasaannya
oleh konstitusi. Monarki juga merujuk kepada orang atau institusi yang berkaitan dengan
Raja atau kerajaan di mana raja berfungsi sebagai kepala eksekutif.Monarki demokratis atau
9
dalam bahasa Inggris Elective Monarchy, berbeda dengan konsep raja yang sebenarnya.
Pada kebiasaannya raja itu akan mewarisi tahtanya (hereditary monarchies). Tetapi dalam
sistem monarki demokratis, takhta raja akan bergilir-gilir di kalangan beberapa sultan.
Malaysia misalnya, mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan konstitusional serta monarki
demokratis.Bagi kebanyakan negara, raja merupakan simbol kesinambungan serta
kedaulatan negara tersebut. Selain itu, raja biasanya ketua agama serta panglima besar
angkatan bersenjata sebuah negara. Contohnya di Malaysia, Yang di-Pertuan Agong
merupakan ketua agama Islam, sedangkan di Britania Raya dan negara di bawah
naungannya, Ratu Elizabeth II adalah ketua agama Kristen Anglikan. Meskipun demikian,
pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai ketua agama tersebut adalah bersifat simbolis
saja.Selain raja, terdapat beberapa jenis kepala pemerintahan yang mempunyai bidang
kekuasaan yang lebih luas seperti Maharaja dan Khalifah
2. Oligarki
Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang
berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu. System ini muncul karena terjadinya
Monarki absolute. Monarki absolute menyebabkan tindakan kesewenangan raja yang
mengakibatkan sekumpulan kaum aristocrat atau bangsawan mengambil alih
pemerintahan.Namun, system ini tidak berlangsung mulus seperti awalnya. Karena, ternyata
banyak kaum bangsawan yang juga melakukan tindakan sewenang-wenang dalam
pemerintahannya. System pemerintahan ini kemudian digantikan oleh Demokrasi yang
berasaskan rakyat.
3. Komunisme
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Max dan Friedlich Engels, sebuah manifesto politik
yang pertama kali diterbitkan pada 21 februari 1948 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang
kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di
awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan
pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan
ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa fraksi internal
dalam komunisme antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-
masing mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat
sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan komunis internasional. Komunisme
atau Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh
dunia. sedangkan komunis internasional merupakan racikan ideologi ini berasal dari
pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme".
10
Secara umum komunisme berlandasan pada teori materialism dialetika dan materialism
historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama
dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa
"agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya
dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata
(kebenaran materi).
4. Teokrasi
Kata “teokrasi” berasal dari bahasa Yunani θεοκρατία (theokratia). θεος (theos) artinya
“Tuhan” dan κρατειν (kratein) “memerintah” Teokrasi artinya “pemerintahan oleh Tuhan”.
Negara teokrasi umumnya difahami sebagai negara yang diperintah oleh orang (atau orang-
orang) yang mengklaim – tentu secara otoriter – sebagai wakil Tuhan. Dalam teokrasi, setiap
keputusan yang dikeluarkan oleh penguasa, diklaim sebagai keputusan Tuhan sehingga tidak
ada seorang pun yang boleh mengkoreksi atau menolak keputusan tersebut. Setiap bentuk
koreksi atau penolakan terhadap kebijakan penguasa akan mendapatkan hukuman yang
sangat berat.
5. Demokrasi
11
1) Republik mutlak (absolute)
2) Republik konstitusi
3) Repulik parlemen
Menurut ketentuan yang telah dijelaskan di atas maka negara Indonesia mempunyai bentuk
negara sebagai republik. Hal ini didasarkan atas cara pemilihan presiden, bahkan bukan hanya
oleh majelis melainkan langsung dipilih oleh Rakyat. Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 1
dinyatakan bahwa negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang bebentuk Republik.
7. Negara kesatuan
Negara kesatuan merupakan negara yang bersusun tunggal, artinya hanya ada satu
pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan untuk mengatur seluruh daerah dan tidak ada
negara – negara bagian ataupun daerah yang bersifat negara. Pemerintah menduduki tingkat
tertinggi dan dapat memutuskan segala sesuatu yang terjadi dalam negara. Negara kesatuan
12
disebut juga sebagai negara bersusunan tunggal sehingga hanya ada satu kepala negara, satu
undang-undang dasar, satu kepala pemerintahan, dan satu parlemen yang mewakili seluruh
rakyat.
Adapun penyelenggaraan negara kesatuan dapat dilakukan melalui dua cara sebagai
berikut.
a. Sistem Sentralisasi
Dalam sistem ini, segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah tinggal melaksanakan.
b. Sistem Desentralisasi
Dalam sistem ini, daerah diberi kesempatan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, yang berarti bahwa daerah memiliki hak otonomi untuk
menyelenggarakan kekuasaan.
Adapun ciri-ciri negara kesatuan adalah sebagai berikut :
a. Negara hanya memiliki satu undang-undang dasar, satu satu kepala negara, satu dewan
menteri, dan satu Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Hanya terdapat satu kebijakan yang menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial
budaya, serta pertahanan dan keamanan.
c. Kedaulatan negara meliputi kedaulatan ke dalam dan ke luar yang ditangani pemerintah
pusat.
2.3 Hubungan Antara Agama dengan Negara
Dikalangan kaum muslimin, terdapat kesepakatan bahwa eksistensi Negara adalah suatu
keniscayaan bagi berlangsungnya kehidupan bermasyarakat negara dengan otoritasnya
mengatur hubungan yang diperlukan antara masyarakat, sedangkan agama mempunyai
otoritas unuk megatur hubungan manusia dengan tuhannya.
Hubungan antara agama dan negara menimbulkan perdebatan yang terus berkelanjutan
dikalangan para ahli. Pada hakekatnya Negara merupakan suatu persekutuan hidup
bersama sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai mahluk individu dan makhluk
sosial oleh karena itu sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara pula
sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan
manusia dengan manusia lain untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian negara
mempunyai sebab akibat langsung dengan manusia karena manusia adalah pendiri negara
itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas konsep hubungan negara dan agama sangat
ditentukan oleh dasar ontologis manusia masing masing keyakinan manusia sangat
mempengaruhi konsep hubungan agama dan negara dalam kehidupan manusia berikut di
uraikan beberapa perbedaan konsep hubungan agama dan negara menurut beberapa aliran
atau paham antara lain sebagai berikut:
13
Sistem pemerintahan ini ada 2 yaitu teokrasi langsung dan tidak langsung. Sistem
pemerintahan teokrasi langsung adalah raja atau kepala negara memerintah sebagai
jelmaan Tuhan adanya negara didunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan oleh karena itu
yang memerintah Tuhan pula.sedangkan sistem pemerintahan teokrasi tidak langsung yang
memerintah bukan tuhan sendiri melainkan raja atau kepala negara yang memiliki otoritas
atas nama Tuhan. Raja atau kepala negara memerintah atas kehendak Tuhan dengan
demikian dapat dikatakan bahwa negara menyatu dengan agama .agama dengan negara
tidak dapat dipisahkan.
Tentang hubungan agama dan negara dalam islam adalah agama yang paripurna yang
mencakup segalagalanya termasuk masalah negara oleh karena itu agama tidak dapat
dipisahkan dari negara dan urusan negara adalah urusan agama serta sebaliknya aliran
kedua mengatakan bahwa islam tidak ada hubungannya dengan negara karena islam tidak
mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan menurut aliran ini Nabi Muhammad
tidak mempunyai misi untuk mendirikan negara.
Aliran ketiga berpendapat bahwa islam tidak mencakup segala-galanya tapi mencakup
seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat termasuk
bernegara.
Sementara itu “Hussein Mohammad” menyebutkan bahwa dalam islam ada dua model
hubungan agama dan negara.
14
- Hubungan integralistik dapat diartikan sebagai hubungan totalitas dimana agama
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipasahkan keduanya merupakan dua lembaga
yang menyatu.
- Hubungan simbiosis mutualistik bahwa antara agama dan negara terdapat hubungan yang
saling membutuhkan sebab tanpa agama akan terjadi kekacauan dan amoral dalam negara.
Ibnu taimiyah (tokoh sunni salafi) berpendapat bahwa agama dan negara benar benar
berkelindahan tanpa tanpa kekuasaan negara yang bersifat memaksa agama berada dalam
bahaya sementara itu tanpa disiplin hukum wahyu pasti menjadi sebuah organisasi yang
tiranik.
Selanjutnya al-Ghazali dalam bukunya “Aliqtishad fi Ali’tiqat” mengatakan bahwa agama
dan negara adalah dua anak kembar agama adalah dasar dan penguasa/kekuasaaan negara
adalah penjaga segala sesuatu yang tidak memiliki dasar akan hancur dan sesuatu yang
tidak memeiliki penjaga akan sia-sia. Mengingat kompleksitas politis dan historis negara
bangsa Indonesia sejauh menyangkut kehidupan agama dan umat beragama dan juga
political and social repercussions yang bias muncul pada masa sekarang ini dalam masa
masa transisi mendatang maka jelas masih sangat sulit mencari format yang tepat dan
accep table bagi banyak pihak dalam “reposisi”hubungan agama dan negara. Akan tetapi
agaknya satu hal sangat jelas bahwa akan sulit dibayangkan jika reposisi itu dimaksudkan
untuk menyisihkan begitu saja peran pemerintah dalam mengatur kehidupan warga negara
termasuk dalam kehidupan beragama,khususnya dalam aspek administrasi keagamaan
bukan aspek teologis masing masing agama dan akan lebih sulit lagi jika reposisi itu
dimaksudkan untuk memisahkan agama dan negara melalui pemisahan kedap
air(Waterlight separation)dengan kata lain mengubah Indonesia menjadi negara sekuler
setidaknya sebagian besar umat islam belum siap untuk menerima perubahan itu.
Persoalan relasi antara negara dan agama juga ada di dalam kehidupan bernegara di
Indonesia. Relasi negara dan agama di Indonesia selalu mengalami pasang surut karena
relasi antar keduanya tidak berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh persoalan-persoalan
lain seperti politik, ekonomi, dan budaya.
Pembahasan mengenai relasi negara dan agama yang akan berlaku di Indonesia sudah
dimulai oleh para pendiri bangsa. Menjelang kemerdekaan 17 Agustus 1945, para tokoh
pendiri negara dari kelompok Nasionalis Islam dan Nasionalis, terlibat perdebatan tentang
dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia yang akan didirikan kemudian. The Founding
Fathers kita menyadari betapa sulitnya merumuskan dasar filsafat negara Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam etnis, ras, agama serta golongan politik yang ada di Indonesia
ini. Perdebatan tentang dasar filsafat negara dimulai tatkala Sidang BPUPKI pertama, yang
pada saat itu tampillah tiga pembicara, yaitu Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, Soepomo
pada tanggal 31 Mei, dan Soekarno pada tanggal 1 Juni, tahun 1945. Berdasarkan pidato
15
dari ketiga tokoh pendiri negara tersebut, persoalan dasar filsafat negara (Pancasila)
menjadi pusat perdebatan antara golongan Nasionalis dan Golongan Islam. Pada awalnya
golongan Islam menghendaki negara berdasarkan Syari’at Islam, namun golongan
nasionalis tidak setuju dengan usulan tersebut. Kemudian terjadilah suatu kesepakatan
dengan ditandatanganinya Piagam Jakarta yang dimaksudkan sebagai rancangan
Pembukaan UUD Negara Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945. (Kaelan, 2009: 11-12)
Pendiri negara Indonesia menentukan pilihan yang khas dan inovatif tentang bentuk
negara dalam hubungannya dengan agama. Pancasila sila pertama, ”Ketuhanan yang Maha
Esa”, dinilai sebagai paradigma relasi negara dan agama yang ada di Indonesia. Selain itu,
melalui pembahasan yang sangat serius disertai dengan komitmen moral yang sangat tinggi
sampailah pada suatu pilihan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Mengingat kekhasan unsur-unsur rakyat dan bangsa
Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku, ras agama nampaknya Founding
Fathers kita sulit untuk menentukan begitu saja bentuk negara sebagaimana yang ada di
dunia. (Kaelan, 2009: 24)
Sesuai dengan prinsip “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” maka agama-
agama di Indonesia merupakan roh atau spirit dari keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).(Lukman Hakim Saifuddin, 2009: 9). Menurut Adi Sulistiyono, agama
16
diperlakukan sebagai salah satu pembentuk cita negara (staasidee). (Adi Sulistiyono, 2008:
3). Namun hal itu bukan berarti bahwa Indonesia merupakan negara teokrasi. Relasi yang
terjalin antara negara Indonesia dan agama ialah relasi yang bersifat simbiosis-mutualistis
di mana yang satu dan yang lain saling memberi. Dalam konteks ini, agama memberikan
“kerohanian yang dalam” sedangkan negara menjamin kehidupan keagamaan. (Lukman
Hakim Saifuddin, 2009: 10)
Indonesia bukan negara agama melainkan negara hukum. Hukum menjadi panglima,
dan kekuasaan tertinggi di atas hukum. Artinya bahwa Undang-Undang dibuat oleh
lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat, dan Anggota DPR terdiri dari berbagai
suku, etnis, agama, jenis kelamin dan sebagainya. Hukum di Indonesia tidak dibuat oleh
kelompok agama. Jadi agama tidak pernah mengatur negara, begitu juga sebaliknya negara
tidak semestinya mengatur kehidupan beragama seseorang.
Penataan hubungan antara agama dan negara juga bisa dibangun atas dasar checks and
balances (saling mengontrol dan mengimbangi). Dalam konteks ini, kecenderungan negara
untuk hegemonik sehingga mudah terjerumus bertindak represif terhadap warga negaranya,
harus dikontrol dan diimbangi oleh nilai ajaran agama-agama yang mengutamakan
menebarkan rahmat bagi seluruh penghuni alam semesta dengan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia. Sementara di sisi lain, terbukanya kemungkinan agama-agama
disalahgunakan sebagai sumber dan landasan praktek-praktek otoritarianisme juga harus
dikontrol dan diimbangi oleh peraturan dan norma kehidupan kemasyarakatan yang
demokratis yang dijamin dan dilindungi negara. (Lukman Hakim Saifuddin, 2009: 10)
Jadi, baik secara historis maupun secara yuridis, negara Indonesia dalam hal relasinya
dengan agama menggunakan paradigma pancasila. Mahfud M.D. menyebut pancasila
merupakan suatu konsep prismatik. Prismatik adalah suatu konsep yang mengambil segi-
segi yang baik dari dua konsep yang bertentangan yang kemudian disatukan sebagai
konsep tersendiri sehingga dapat selalu diaktualisasikan dengan kenyataan masyarakat
indonesia dan setiap perkembangannya. Negara Indonesia bukan negara agama karena
negara agama hanya mendasarkan diri pada satu agama saja, tetapi negara pancasila juga
bukan negara sekuler karena negara sekuler sama sekali tidak mau terlibat dalam urusan
agama. Negara pancasila adalah sebuah religions nation state yakni sebuah negara
kebangsaan yang religius yang melindungi dan memfasilitasi perkembangan semua agama
yang dipeluk oleh rakyatnya tanpa pembedaan besarnya dan jumlah pemeluk.
2.4 Konstitusi
a. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Perancis “constituer” yang artinya membentuk.
Konstitusi bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukkan Negara. Istilah
17
konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-undang dasar. Kata
konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut:
1. Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan
2. Undang-undang dasar suatu Negara
Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para pendiri Negara kita (the
founding fathers) menggunakan istilah hukum dasar. Dalam penjelasan UUD 1945
dikatakan : “Undang-Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar
yang tertulis, sedang disamping Undang-Undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis”. Hukum dasar tidak tertulis disebut
konvensi.
Dalam naskah rancangan undang-undang dasar Negara Indonesia yang dihasilkan oleh
BUPKI, sebelumnya juga dipergunakan istilah hukum dasar. Barulah setelah disahkan oleh
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 diubah dengan istilah undang-undang dasar.
Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli, yaitu:
1. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga:
Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi mencerminkan kehidupan
politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang
selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum. Konstitusi dalam hal ini sudah
mengandung pengertian yuridis.
Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tinggi yang
berlaku dalam suatu Negara. Menurutnya undang-undang lebih luas dari suatu
Negara.
2. Prof. Prayudi Atmosudirdjo merumuskan konstitusi sebagai berikut:
Konstitusi suatu Negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan
bangsa yang bersangkutan
Konstitusi suatu Negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak, dan
perjuangan bangsa Indonesia.
Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan suatu
bangsa.
a. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak
tertulis.
b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu undang-
undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau
hukum dasar yang tertulis.
b. Kedudukan Konstitusi
18
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu Negara. Hal-hal mendasar
itu adalah aturan-aturan atau norma-norma dasar yang dipakai sebagai pedoman pokok
bernegara. Meskipun konstitusi yang ada didunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan,
bentuk dan isinya, tetapi umunya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu
sebagai (1) hukum dasar dan (2) hukum tertinggi.
(1) Konstitusi sebagai Hukum Dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena ia berisi aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara. Secara khusus konstitusi
memuat aturan tentang badan-badan pemerintahan (lembaga-lembaga Negara) dan
sekaligus memberikan wewenang kepadanya.
(2) Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum
Negara yang bersangkutan. Hal itu berarti bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam
konstitusi, secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan-
aturan lainnya. Oleh karena itu aturan-aturan lain yang dibuat oleh pembentuk undang-
undang harus sesuai atau tidak bertentangan dengan undang-undang dasar.
19
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan Negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ Negara dengan warga Negara.
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan Negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan Negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam
demokrasi adalah rakyat) kepada organ Negara.
6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan
identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of
ceremony.
7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control) baik dalam arti sempit
yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.
8. Fungsi sebagai saran perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering atau
social reform).
20
4. Amandemen ke-4 pada sidang MPR, disahkan 10 Agustus 2002
21
perikemanusiaan dan perikeadilan “. Alenia pertama berisi pernyataang objektif adanya
peenjajahan terhadap Indonesia.selanjutnya mengandung pernyataan subjektif bangsa Indonesia
bahwa penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusian dan
perikeadilan.
Alenia kedua berbunyi “Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adi makmur”. Alenia
ini berisi perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini telah mampu menghasilkan
kemerdekaan. Akan tetapi kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan. Kemerdekaan adalah
jembatan terwujudnya masyrakat adil dan makmur.
Alenia ketiga berbunyi “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Alenia ini mengandung makna adanya
motivasi spiritual bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia diyakini bukan hanya hasil
perjuangan dan keinginan luhur bangsa, tetapi juga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa.
Alenia keempat berbunyi “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemrdekaan, perdamain abadi, keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara reppublik Indonesia yang berdasarkan
kepada ketuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan adil dan berada, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan”. Alenia keempat berisi langkah-langkah
sebagai kelanjutan dalam bernegara dan penetapan tujuan bernegara,bentuk Negara, sistem
pemerintahan Negara, konstitusi Negara dan dasar Negara.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran ini
merupakan pancaran dari Pancasila. Pokok pikiran itu antara lain:
a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumoah darah Indonesia, dengan
berdasar atas persatuan. Dalam pokok pikiran ini diterima paham Negara persatuan.
b. Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan.
d. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusian yang adil dan
beradab.
Sedangkan bagian pasal-pasal dari UUD 1945 merupakan bagian yang berisi pokok-pokok
dari isi konstitusi. Setelah dilakukan amandemen sebanyak 4 kali maka jumlah pasal menjadi 73
pasal ditambah 3 pasal aturan peralihan dan dua pasal aturan tambahan.
Secara garis besar isi dari bagian pasal-pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut.
a. Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan (pasal 1)
b. Bab II tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat (pasal 2-4)
c. Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara (pasal 4-16)
22
d. Bab V tentang Kementrian Negara (pasal 17)
e. Bab VI tentang Pemerintahan Daerah (pasal 18-18b)
f. Bab VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 19-22b)
g. Bab VII A tentang Dewan Perwakilan Daerah ( pasal 22c-22d)
h. Bab VII B tentang Pemilihan Umum (pasal 22e)
i. Bab VIII tentang Hal Keuangan (pasal 23-23d)
j. Bab VIII A tentang Badan Pemeriksa Keuangan (pasal 23e-23g)
k. Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman (pasal 24-25)
l. Bab IX A tentang Wilayah Negara (pasal 25a)
m. Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk (pasal 26-28)
n. Bab X A tentang Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Dasar Manusia (pasal 28a-28 j)
o. Bab XI tentang Agama (pasal 29)
p. Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara (pasal 30)
q. Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan (pasal 31-32)
r. Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Nasional (pasal 33-34)
s. Bab XV tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (pasal 35-
36c)
t. Bab XVI tentang Perubahan UNdang-Undang Dasar (pasal 37).
23
BAB III
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan
tuhan dan sesamanya.
b. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
c. Hubungan antara agama dan Negara dapat dibedakan atas: paham teokrasi, paham
sekuler, paham komunisme, paham islam dan konstitusi(UUD 1945)
d. Istilah konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-undang dasar.
Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut:
Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan
Undang-undang dasar suatu Negara
e. Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang untuk pertama
kali disahkan oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tata susunan peraturan peundangan Negara, UUD 1945
menempati tingkat tertinggi.
f. Kaitan antara Negara dan konstitusi adalah keterkaitan antardasar Negara dan
konstitusi tampak pada gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan Negara yang tertuang dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar suatu Negara.
3.2 Saran
Kami berharap dengan makalah ini bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang apa itu Negara, agama, konstitusi serta UUD 1945 sebagai hukum tertulis tertinggi
di Indonesia. Sebagai penganut agama dan warga Negara diharapkan kita bisa berpegang
teguh terhadap tata nilai dalam ajaran agama dan mampu melaksanakan peraturan yang
tertuang dalam konstitusi secara optimal.
24
25