Vous êtes sur la page 1sur 19

18.

1 SIFAT DAN CONTOH EKUITAS


Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik
perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik perusahaan, modal adalah bagian dari hak
pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
Dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal pemilik
tunggal; laba yang diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan
menambah saldo modal, kerugian yang diderita dalam suatu periode dan
pengambilan prive akan mengurangi saldo modal.
Dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari satu
partner. Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian
laba atau tambahan setoran modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian
kerugian atau pengambilan prive.
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah
simpanan pokok anggota yang tak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil
kembali pada saat seorang anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi
adalah simpanan pook, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha
termasuk cadangan.
Menurut SAK ETAP (IAI,2009; 103)
Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa
sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan
sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

Perseroan Terbatas (PT)


Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero terbatas pada
jumlah modal saham yang disetor jika Perseroan Terbatas telah disahkan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Jika pemegang instrumen keuangan tidak mempunyai hak keuangan masa
depan pada penerbit instrument, namun berhak secara proporsional atas dividen
atau distribusi berlandaskan ekuitas, maka instrumen tersebut digolongkan sebagai
ekuitas. Instrument keuangan yang tidak mengandung pemaksaan pelaksanaan
kewajiban keuangan pada saat entitas dalam kondisi kurang menggembirakan,
digolongkan sebagai ekuitas.

Akuntansi Ekuitas untuk Badan Usaha Berbentuk PT


Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun Tambahan Modal
Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat
disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
Unsur Penambahan Modal Disetor PT
Akun Tambahan Modal Disetor terdiri atas berbagai macam unsur penambahan
modal, seperti agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan
harga yang lebih rendah dari jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan
modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga diatas jumlah
yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs
modal disetor dan sebagainya. Akun Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit
atau dikreditkan dengan pos laba atau rugi.
Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT), pemodalannya terdiri
atas berikut.
1. Modal menurut akta pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman :
a. Modal dasar (authorized capital)
b. Modal ditempatkan (issued capital)
c. Modal disetor (paid-up/paid-in capital)
Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) bias dilaporkan
sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
2. Treasury stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali
oleh perusahaan).
3. Premium (agio) atau discount (disagio) dari penjualan saham baik saham
biasa (common stock) maupun saham preferen (preferred stock).
4. Selisih kurs atas modal disetor.
5. Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap, untuk perusahaan yang melakukan
revaluasi aset tetap berdasarkan peraturan pemerintah.
6. Retained earnings (saldo laba/sisa laba tahun lalu) atau deficit/accumulated
losses (sisa rugi tahun lalu).
Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai pemeriksaan ekuitas adalah
sebagai berikut.
1. Jika akta pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari Menteri
Hukum dan HAM menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru
(No.1 Tahun 1995, yang mulai berlaku tanggal 7 Maret 1996), transaksi
hukum perusahaan (perjanjian-perjanjian yang dibuat perusahaan) belum
dianggap sah.
2. Modal disetor dan modal ditempatkan tidak dapat melebihi modal dasar.
Jika modal disetor melebihi modal dasar maka harus dilakukan
perubahanakta pendirian yang harus disahkan oleh Menteri Hukum dan
HAM.
Akta pendirian yang telah disahkan Menteri Hukum dan HAM akan
diumumkan dalam Berita Negara (Lembar Negara), Selama perubahan akta
belum disahkan Menteri Hukum dan HAM, kelebihan modal disetor atas
modal dasar dilaporkan sebagai utang pemegang saham.
3. Modal yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) adalah modal
disetor.
Contohnya :
Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp. 1.000.000.000
(nilai nominal Rp. 10.000 per lembar saham)
Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp. 500.000.000
Modal Disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp. 250.000.000
Jumlah yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) adalah sebesar
Rp. 250.000.000
4. Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah :
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan;
b. Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajer dan
pegawai perusahaan.
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian
dividen. Oleh karena itu, jika suatu perusahaan yang memiliki treasury
stock membagikan cash dividend maka dividen per saham akan menjadi
lebih besar.
Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri atas 100.000
lembar saham dan treasury stock-nya 20.000 lembar saham, membagikan
cash dividend sebesar Rp. 20.000.000 karena ada treasury stock, maka
dividen per sahamnya adalah :
Rp. 20.000.000  Rp. 250
100.000 – 20.000
Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah :
Rp. 20.000.000  Rp. 290
100.000
Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga pasar saham
bias menigkat.
5. Jika akuntansi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor,
perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke Pengadilan Negeri untuk
diumumkan dalam Berita Negara.
Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor,
maka menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) di
Indonesia, secara hukum perusahaan harus bubar dan kalau masih
diteruskan beroperasi, maka para manajer harus bertanggung jawab atas
kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga jika suatu saat perusahaan
dibubarkan. Karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup perusahaan
(going concern) maka akan mempengaruhi opini yang diberikan KAP
terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Kedua hal tersebut diatas (kerugian mencapai 50% atau 75% dari modal
disetor) harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
6. Menurut SAK asset tetap harus dicatat/ disajikan dalam laporan posisi
keuangan (neraca) berdasarkan harga perolehannya (acquisition cost).
Namun demikian jika ada peraturan pemerinyah yang memperbolehkannya,
perusahaan dapat melakukan revaluasi asset tetap. Pengaruh dari
dilakukannya revaluasi asset tetap adalah nilai asset tetap meningkat dari
kenaikan nilai tersebut dicatat di sisi kredit sebagai “Selisih Penilaian
Kembali Aset Tetap” yang nantinya, dengan persetujuan Kantor Pelayanan
Pajak dapat dikonversikan sebagai modal.
7. Adjustment ke retained earning (deficit) hanya diperbolehkan jika
menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau
menyangkut pembayaran pajak yang berasal dari STP (Surat Tagihan Pajak)
atau SKP (Surat Ketetapan Pajak) walaupun jumlahnya kecil.
8. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai
wajar asset bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai apraisal yang
disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa
Efek, atau nilai yang disepakati oleh Dewan Komisaris dan penyetor bentuk
barang.
9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan permodalan biasanya tidak
banyak, kecuali jika :
a. perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings (deficit),
sehingga auditor harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci
(detailed);
b. perusahaan dalam proses go public.
18.2 TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVIES) EKUITAS
Tujuan pemeriksaan ekiutas sebagai berikut :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas
pemodalan termasuk internal control atas transaksi jual beli saham,
pembayaran diveden dan sertifikasi saham.

2. Untuk memeriksa apakah struktur pemodalan yang tercantum di laporan


posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta
pendirian perusahaan.

3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang


menyangkut ekuitas (misalkan dari KemHumKam, BKPM, BKPMD,
BAPEPAM-LK, KPP dan SK Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.

4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekiutas telah mendapat


otorisasi baik dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan
komisaris). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun dari instansi
pemerintah.
5. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada retained earnings atau
accumulated losses didukung oleh bukti-bukti yang sah

6. Untuk memeriksa apakah penyajian pemodalan di laporan posisi keuangan


(neraca) sesuai dengan SAK dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Ekuitas


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas

Beberapa ciri dari internal control yang baik atas ekiutas adalah sebagai
berikut :
a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi
pemerintah. Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas
(PT), setiap perubahan harus melalui perubahan akta pendirian dan
pengesahan dan Menteri Hukum dan HAM. Untuk perusahaan yang
didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN)
harus diotoritaskan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
Dalam Negeri, untuk PMA harus diotorisasi oleh BKPM dan
disetujui oleh Presiden Indonesia melalui SK Presiden.

b. Pembagian dan pembayaran deviden harus diotorisasi oleh pejabat


perusahaan yang berwenang.

Biasanya deviden yang akan dibagikan, diusulkan oleh Direksi


Perusahaan dan disahkan dalam RUPS. Untuk perusahaan go public
yang selama tiga tahun berturut-turut tidak membagikan deviden,
akan dikenakan sangsi oleh Bapepam yaitu harus delisting
(dikeluarkan dari bursa saham). Deviden yang dibagika perusahaan,
bisa dalam bentuk : cash dividend, stock dividend, property
dividend, dan liquidating dividend.
Contoh joumal entry untuk pembagian dari pembayaran deviden
(perusahaan yang menerima dividen memiliki minority interest dan
mencatat investasinya dengan cost method).
Perusahaan yang Perusahaan yang
Membagi Dividen menerima Dividen
Dividen Kas Saat Deklarasi Dividen :
DR. Dividen Kas (RE)
CR. Utang Dividen
Saat pembayaran Dividen
:
DR. Dividen Kas
DR. Utang Dividen
CR. Pendapatan
CR. Cash Dividen
Dividen Saham Saat Deklarasi Dividen :
DR. Dividen Kas (RE)
CR. Utang Dividen
Saat pembayaran Dividen
:
- No Entry -
DR. Utang Dividen
CR. Paid in Capital
Dalam hal pembagian dividen saham, jumlah stockholders’ equity
tidak berubah, karena retained earnings berkurang dan paid in
capital bertambah dalam jumlah yang sama.
c. Digunakan Biro Administrasi Efek (Stock Transfer Agent) untuk
mengurus pengadministrasian saham dan pembayaran dividen,
terutama untuk perusahaan yang sudah go public. Dengan adanya
biro tersebut, perusahaan tidak direpotkan dalam pencatatan mutasi
saham yang sudah dijual ke masyarakat.

d. Setiap perusahaan (adjustment) retained earnings/deficit diotorisasi


oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-
bukti lengkap.

2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di


laporan posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang
tercantum di akta pendirian perusahaan.

Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal


disetor, baik dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang
tercantum di akta pendirian harus sesuatu dengan yang tercantum di laporan
posisi keuangan (neraca). Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin
bahwa modal disetor betul-betul sudah disetor oleh para pemegang saham.
3, 4 dan 5 sudah cukup jelas
6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di laporkan posisi
keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai
dengan ETAP, PSAK, IFRS.

Contoh penyajian yang sesuai dengan SAK/ETAP kan dijelaskan di Exhibit


18-5

18.3 AUDIT PROSEDUR YANG DISARANKAN


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas permodalan dan transaksi jual beli
saham, pembagian dan pembayaran dividend an sertifikat saham.

2. Minta salinan (copy) dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Hukum


dan HAM, SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam-LK, SK Presiden, untuk
disimpan dalam permanent file.

3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang
tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) dan penjelasan dalam catatan
atas laporan keuangan.

4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai


tambahan setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti
setoran dan bukti pembukuan lainnya serta otorisasi dari pejabat perusahaan
yang berwenang dan instansi pemerintah.

5. Jelaskan dalam kertas pemeriksaan :

 Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta


premium dan sicount dari penjualan saham

 Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah commom


stock dan preferred stock, dalam jumlah lembar maupun nilai
nominalnya

 Rincian pemegang saham.

6. Pemeriksaan dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan


retained earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut
sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah
adjustment retained earnings/deficit memang reasonalble dan jumlahnya
cukup material

7. Seandainya ada pembagian dividen, pemeriksa apakah :

 Dividen dibagikan dalam bentuk cash dividend, stock dividend atau


property dividend.
 Pencatatannya sudah benar (pada waktu deklarasi dividen maupun
pada saat pembayaran dividen)

 Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang


(melalui) notulen rapat direksi dan rapat umum pemegang saham)

 Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan


yang berlaku

8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit)


sudah mencapai 75% dari modal disetor, kalau ini terjadi harus ada
penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan

9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau Bro


Administrasi Efek (Stock Transfer Agent)

10. Seandainya ada treasury stock.

 Periksa bukti pembelian dan otorisasinya


 Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasury stock dijual
kembali)
 Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah
untuk memperbaiki harga pasar saham perusahaan atau untuk dibagikan
sebagai saham bonus)
 Perhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen

11. Pemeriksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan (neraca)


dan pencatatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.

Penjelasan Audit Prosedur


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas
Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas biasanya
digunakan Internal Control Questionnaires (ICQ) atau penjelasan narrative.
Contoh dari ICQ atas ekuitas bisa dilihat di Exhibit 18-1.
Prosedur 2 dan 3 sudah cukup jelas
4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal
Caranya lihat buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah ada transaksi
kredit dalam perkiraan tersebut, jika ada periksa voucher referencenya apakah
journal voucher atau bukti penerimaan kas/bank.
Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal dilakukan
dalam bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor harus memeriksa bukti
penerimaan kas atau kredit nota dari bank.
Jika referencenya journal voucher, berarti setoran modal dilakukan dalam bentuk
asset non cash, misalnya asset tetap, persediaan, surat berharga dan lain-lain
(dalam bentuk inbreng). Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal voucher
dan bukti pendukungnya, biasanya jika disetor dalam bentuk inbreng ada laporan
dari appraisal mengenai nilai asset non cash yang dijadikan setoran modal.
Periksa apakah setoran modal dalam bentuk tunai, beberapa waktu kemudian
ditarik kembali oleh pemegang saham dan oleh perusahaan dicatat sebagai
piutang pemegang saham. Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun
1995, hal tersebut tidak diperbolehkan, dan dari segi peraturan pajak jika ada
piutang pemegang saham akan dikenakan pajak penghasilan atas bunga.
Selain itu perusahaan go public bias menambah modal disetornya dengan
melakukan Right Issue, yaitu mengeluarkan tambahan saham ditempatkan yang
hak utama untuk membelinya diberikan kepada pemegang saham lama
(misalnya setiap pemegang 3 saham lama diberi hak untuk membeli 1 saham
baru). Jika pemegang saham lama tidak ingin menggunakan haknya, hak tersebut
bisa dialihkan ke pihak lain.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan
rincian pemegang saham.
Contoh kertas kerja pemeriksaan permodalan bisa dilihat di Exhibit 18-2, 18-3,
dan 18-4.
6. Pemeriksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan
Retained Earnings/Deficit.
Caranya periksa buku besar untuk perkiraan retained eranings/deficit, apakah
ada transaksi debit dan transaksi kredit, jika ada periksa voucher refecencenya
dan bukti pendukungnya.
Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk tahun-tahun
yang lalu, berikut dendanya, berdasarkan SKP(Surat Ketetapan Pajak), atau STP
( Surat Tagihan Pajak), maka voucher reference-nya berupa bukti pengeluaran
kas/bank dan bukti pendukungnya adalah SSP (Surat Setoran Pajak).
Jika koreksi ke retained earnings/deficit berasal dari koreksi yang menyangkut
pendapatan atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus diperiksa kewajaran
alasannya dan kelengkapan bukti pendukung serta otorisasinya dan jumlahnya
harus material.
Jika jumlahnya tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
tahun berjalan.
Contoh kertas kerjanya bisa dilihat di Exhibit 18-4.
Prosedur No.7 sudah cukup jelas.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah mencapai 75% dari
modal disetor.
Jika hal ini terjadi,auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa hal ini
memengaruhi keyakinan auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan
(going concern) dan diatur dalam KUHD bahwa secara hukum perusahaan harus
bubar.
Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan unqualified opinion (pendapat
wajar tanpa pengecualian) karena going concern perusahaan diragukan. Namun
jika manajemen dapat meyakinkan auditor bahwa dalam waktu singkat akan
dilakukan tambahan setoran modal atau di tahun-tahun berikutnya,perusahaan
akan dapat meningkatkan efisiensi dan labanya, maka bisa saja auditor
memberikan unqualified opinion.
9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi
Efek.
Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan atau ditanyakan
dulu ke klien apakah ada pemegang saham yang keberatan jika dikirimi
konfirmasi. Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go public,konfirmasi bisa
dikirim ke Biro Administrasi Efek yang ditugaskan oleh klien untuk mengelola
administrasi sahamnya.
10. Periksa treasury stock.
Auditor perlu mengingt bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat dengan
menggunakan cost method.
Pada saat treasury stock dijual kembali akan timbul “Paid –In Capital from Sale
of Treasury Stock” sebesar selisih antara harga jual dan harga beli dari treasury
stock tersebut.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS
Contoh penyajian dari ekuitas bisa dilihat di Exhibit 18-5
12. Buat kesimpulan mengenal kewajaran ekuitas

Penyajian Ekuitas di Laporan Posisi Keuangan dan Pengungkapan di Catatan


atas Laporan Keuangan
Menurut SAK ETAP (IAI,2009: 109)
Penyajian modal
Penyajian modal dalam neraca dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta
pendirian entitas dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan
keuangan yang ada.
Modal dasar,modal yang ditempatkan dan modal yang disetor,nilai nominal dan
banyaknya saham untuk setiap jenis saham yang dinyatakan dalam neraca.
Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham
atas dividen dan pelunasan modal pada saat likuidasi dicantumkan dalam laporan
keuangan
Dalam hal ini terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen
kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode
sebelumnya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan perubahan atas
modal yang ditanam dalam tahun berjalan diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan
Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya sesuai
Aktiva Pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya saham adalah penyertaan modal
dalam kepemilikan PT.
Penyajian dan pengungkapan Saldo Laba
Saldo laba menunjukan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan
pembagian dividend dan koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini dinyatakan
terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk
dibagikan sebagai dividen,kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan
terhadap saldo laba, misalnya dicadangkan untuk perluasan pabrik atau untuk
memenuhi ketentuan regulasi maupun ikatan tertentu. Saldo laba yang tidak
tersedia untuk dibagiakan sebagai dividen karena pembatasan-pembatasan tersebut,
dilaporkan dalam akun tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan
termasuk pembatasan-pembatasan yang diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Saldo laba tidak boleh dibebaniatau dikreditkan dengan pos-pos yang seharusnya
diperhitungkan pada laporan laba rugi periode berjalan.

Pengungkapan saldo laba meliputi berikut ini :


a) Pengungkapan penjatahan (apropriasi dan pemisahan saldo
laba,menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan,tujuan penjatahan dan
pemisahan saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahn
atau pemisahan saldo laba juga diungkapkan
b) Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo
laba,diungkapkan misalnya selama perjanjian kredit berlangsung entitas
tidak diizinkan membagi saldo laba tanpa seizin kreditur
c) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak
d) Pengungkapan jumlah dividend an dividen perlembar
saham,pengungkapan, keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen
e) Tunggakan dividen,jumlah maupun tunggakan perlembar saham
f) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan.
17.3. AUDIT PROSEDUR YANG DISARANKAN
Audit prosedur yang disarankan adalah sebagai berikut.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas libilitas jangka pajang.
2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan libilitas jangka pajang
berikut discount, premium dan bunga selama periode yang
dipaksakan.
3. Kirim konfirmasi bank antara lain mananyakan mengenai : plafon
kredit saldo per tanggal laporan posisi keuangan ( neraca ), tingkat
bunga, jangka waktu pinjaman dan jaminan kredit.
4. Minta salinan (copy) perjanjian kredit untuk permanent file, lalu
perhatikan apakah data yang terdapat dalam perjanjian kredit
tersebut dengan data yang tercantum dalam kertas kerja pemeriksaan
liabilitas jangka panjang.
5. Periksa apakah perolehan/penambahan liabilitaas jangka panjang
sudah mendapat persetujuan tertulis dari direksi/dewan
komisaris/pemegang saham, yang iasanya diberikan melalui notulen
rapat.
6. Periksa perhitungan bunga,pembayaran Bungan dan amorisasi
discount/premium dari obligasi. Tie–up jumlah beban bunga dan
amortisasi discount/premium obligasi dengan jumlah yang
tercantum pada laporan laba rugi. Discount/premium yang belum
diamortisasi harus dilaporkan sebagai penguranga/penambahan dari
nilai nominal obligasi.
7. Periksa apakah ada liabilitas jangka panjang atgau wesel bayar yang
diperpanjang (di-renewed) seteah tanggal laporan posisi keuangan (
neraca ). Untuk mengetahui apakah hutang tersebut harus tetap
disajikan sebagai liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang
(benar-benar telah) dilunasi setelah tanggal laporan posisi keuangan
( neraca), walaupun belum jatuh tempo. Maksudnya untuk
mengetahui apakah liabilitas jangka panjang tersebut harus
direklasifikasi sebagai liabiliatas jangka pendek atau tidak.
8. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau direksi atau dari
perusahaan afiliasi, harus dikonfermasi dan diperiksa apakah ada
pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
9. Seadainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya dan
penyajian dilaporan posisi laporan keuangan (neraca) sudah sesuai
dengan setandar akuntansi sewa guna usaha ( PSAK 30 revisi 2007
tentang sewa ).
10. Periksa apakah bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang, sehingga harus
direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek.
11. Seandainya ada liabilitas jangka panjang yang harus dibayar
kembali dalam mata uang asing, periksa apakah per tanggal laporan
posisi keuangan ( neraca ) sudah dikonversikan kedalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah bank Indonesia per tanggal
laporan posisi keuangan ( neraca ) dan selih kurs yang terjadi sudah
dibebankan/dikredikan pada laba rugi tahun berjalan.
12. Lakukan penelahaan analitis ( analytical review procedurece )
terhadap liabilitas jangka panjang dan bunganya, untuk melihat
kemungkinan terjadi kesalahan dalam pencatatan biaya buga.
13. Tarik kesimpulan apakah penjajian liabilitas jangka panjang
dilaporan posisi keuangan ( neraca ) dan catatan atas laporan
keuangan dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.

Penjelasan Audit Prosedur

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka panjang.


Dalam hal ini biasanya digunakan internal control questionatires atau
pejelasan narrative, tidak perlu low chart. Contoh internal control
questionatires untuk liabilitas jangka panjang bisa dilihat di Exhibit 17-1
Auditor harus melihat apakah di perusahaan terdapat ciri-ciri internal
control yang baik atas liabilitas jangka panjang ( lihat penjelasan tujuan
pemeriksaan di halaman 46 ).
Untuk tes transaksi ( compliance test ) perlu dilakukan.
a) Pemeriksaan atas penerimaan pinjaman;
b) Pemeriksaan atas pembayaran cicilan pinjaman;
c) Pemeriksaan atas perhitungan bunga pinjaman;
d) Pemeriksaan atas pembayaran bunga pinjaman;
Tes transaksi tersebut biasanya sudah dilaksanakan pada saat auditor
melaksanakan test atas penerimaan kas dan pengeluaran kas (cash
receipts and cash disbursement test)
2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan liabilitas jangka panjang
berikut discount, premium, dan bunga selama periode yang diperiksa.
Ringkasan tersebut harus menunjukkan perubahan selama setahun (periode
yang diperiksa), baik untuk liabilitas jangka panjang maupun bunganya.
a. Kewajiban harus terlihat saldo awal tahun, tambahan kewajiban
dalam periode yang diperiksa, jumlah pembayaran bunga tahun
tersebut dan saldo akhir tahun.
b. Bunga harus terlihat utang bunga pada awal tahun, biaya bunga
dalam tahun tersebut, jumlah pembayaran bunga tahunan tersebut
dan bunga tahun tersebut dan bunga yang terutang pada akhir tahun.

Perlu juga diminta perubahan discount dan premium dari obligasi selama
periode yang diperiksa.

3. Kirim konfirmasi kepada bank yang antara lain menanyakan


mengenai plafon kredit, saldo per tanggal laporan posisi keuangan (
neraca ), tingkat bunga, jangka waktu pinjaman dan jaminan kredit.
Surat konfirmasi bisa dibuat khusus untuk konfirmasi liabilitas jangka
panjang atau tergabung dan konfirmasi bank yang standar. Contoh surat
konfirmasi untuk liabilitas jangka panjang bisa dilihat Exhibit 17-2.
4. Minta salinan (copy) erjanjian kredit untuk permanent file, lalu
perhatikan apakah data yang terdapat dalam perjanjian kredittesebut
sesuai dengan data yang tercantum dalam kertas kerja
pemeriksaanliabilitas jangka panjang.
Untuk memudahkan, perlu dibuat excerpt (ringkasan) dari perjanjian kredit
untuk permanent file. Data yang perlu diperbandingan antara lain : plafon
kredit , tingkat bunga, jangka watu kredit, jaminan apakah berupa asset tetap
persediaan, piutang, jaminan pribadi (personal guarantee) atau jaminan
perusahaan ( corporate guarantee ).
Perlu diperhatikan pembatasan yang terdapat dalam perjanjian kredit, yang
bila dilanggar oleh perusahaan akan mengakibatkan terjadinya bank difoult,
yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Perhatikan juga apakah pembayaran kembalipinjaman dan pembayaran
bunga harus dilakukan dalam mata uang asing atau rupiah. Jika pinjaman
berasal dari luar negri (off-shore-loan), perhatikan apakah PPH 26 menjadi
tanggungan perusahaan atau kreditur luar negri. Contoh dari perjanjian
kredit bisa dilihat di Exhibit 17-3.
Prosedur pemeriksaan no 5, 6, 7 dan 8 sudah cukup jelas

9. Seandainya ada uang leasing, periksa apakah pencantatannya dan


penyajiannya di laporan posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 revisi 2007 tentang
sewa). Dalam hal ini auditor harus meminta salinan (copy) dari lease
agreement (penjanjian leasing), dan memeriksa apakah leasing tersebut
memenuhi kriteria dari suatu capital lease, yaitu seagai berikut.

a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aset yang
disewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga
yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa
guna usaha.
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna
usaha ditambah dengan nilai sisa mencangkup pengembalian harga
perlolehan barang modal yang disewa guna usaha serta bunganya,
sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease)
c. Masa sewa guna usaha minimum dua tahun.
Jika salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi maka transaksi
sewa guna usaha dikelompokkan sebagai transaksi sewa-menyewa
biasa (operating lease).

Selain itu PSAK No. 30 revisi 2007 tentang Sewa, mengatur perlakuan
akuntansi oleh penyewa guna usaha (lessee) sebagai berikutut :
a. Transaksi sewa guna usaha diperlukan dan dicatat sebagai aset tetap
dan liabilitas pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai
dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga
oprasi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir
masa sewa gua usaha. Selama mqasa sewa guna usaha setiap
pembayaran sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat
bunga yang diperhitungkan terhadap sisa liabilitas penyewa guna
usaha.
b. Aset yang disewa guna usaha harus diamortisasi dalam jumlah yang
wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
c. Liabilitas sewa guna usaha harus disajikan sebagai liabilitas lancer
dan jangka panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis
usaha penyewa guna usaha.
d. Dalam hal ini dilakukan penjuaan dan penyewaan kembali (sales and
leaseback) maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua
transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa
guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aset yang dijual
harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang
ditanggungkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang
ditangguhkan harus dilakukan secara propesional dengan biaya
amortisasi aset yang disewa guna usaha apabila leaseback
merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa
apabila leasback merupakan operating lease.

Selain itu PSAK No. 30 Revisi 2007 tetang Sewa juga mengatur
mengenai pelaporan dan pengungkpan transaksi sewa guna usaha dalam
bentuk capital lease oleh penyewa guna usaha, sebagai berikut.
a. Aset yang disewa guna usaha dilaporkan sebagai bagian aset
tetap dalam kelompok tersendiri. Liabilitas sewa guna usaha
yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari liabilitas
lainnya.
b. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan
atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut.
 Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dibayar
paling tidak untuk dua tahun berikutnya.
 Penyusutan aset yang disewa-guna-usahakan yang
dibebankan dalam tahun berjalan.
 Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa
guna usaha.
 Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta
amortisasinya sehubungan dengan transaksi sales and
leaseback.
 Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian
sewa guna usaha (manjor covenants).

Prosedur pemeriksaan no. 10 dan 11 sudah cukup jelas.


1.2. Lakukan penelahan analisis (analytical review procedures) terhadap
liabilitas jangka panjang dan biaya Bungannya, untuk melihat kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pencatatan biaya bunga.
Contoh:

2011 2010 Naik ( turun )


Liablilats Jangka Panjang Rp.1.500 juta Rp. 500 juta Rp. 1.000 juta 200%
Bunga Rp. 150 juta RP. 75 juta Rp. 75 juta 100%

Kalau dilihat sekilas, bunga tahun 2011 terlalu kecil, kemungkinan adsa kesalahan.
Tetapi mungkin saja benar apabila :
 Pinjaman tahun 2011 ada grace period-nya;
 Pinjaman tahun 2011 dilakukan tidak pada awal tahun;
 Tingkat bunga pinjaman tahun 2011 lebih kecil dari tahun 2010.

13. Tarik kesimpulan, apakah penyajian liabilitas jangka panjang di laporan


posisi keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan dilakukan
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Biasanya di top schedule auditor mecantumkan kesimpulan pemeriksaannya,
berdasarankan semua audit presedur yang telah dilakukannya, mengenal
kewajaran penyajian liabilitas jangka panjang.
Dalam catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan ;
 Nomor dan tanggal perjanjian kredit serta plafon kredit;
 Nama kreditur.
 Tingkat bunga dan jangka waktu kredit
 Mengenai jaminan, apakah berupa aset, jaminan pribadi atau corporate
guarantee;
 Apakah pembayaran bunga dan pembayaran kembali pinjaman dalam
rupiah atau mata uang asing;
 Apakah ada bank default.

Kertas Kerja Pemeriksaan


Contoh kertas kerja pemeriksaan liabilitas jangka panjang bisa dilihat Exhibit 17-2
s.d 17-8, yang terdiri atas berikut;
 Top Schedule Liabilitas Jangka Panjang (Exhibit 17-4)
 Supporting Schedule Kredit Investasi BBD (Exhibit 17-5)
 Supporting Schedule Offshore Loan (Exhibit 17-6)
 Supporting Schedule Utang Pemegang Saham (Exhibit 17-7)
 Supporting Schedule Utang Subordinasi (Exhibit 17-8)
 Konfirmasi Liabilitas Jangka Panjang (Exhibit 17-2)
 Perjanjian Kredit Investasi (Exhibit 17-3)

Sebagai tambahan di Exhibit 17-9 disajikan contoh kertas kerja accured interest
(bunga yang masih harus dibayar) yang merupakan liabilitas jangka pendek.

Vous aimerez peut-être aussi