Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang
dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit
sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit
yang menyebar mendahului sumsum tulang. Kata kata leukemia diturunkan
dari bahasa Yunani leukos dan aima yang berarti “putih” dan “darah” yang
mengacu pada peningkatan abnormal dari leukosit. Peningkatan tidak
trkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia, infeksi, trobositopenia, dan pada
beberapa kasus menyebabkan kematian (Jan Tambayong, 2000).
Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di
Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki
(56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan (43,12%). Insiden
rate (IR) leukemia pada laki- laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan
pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang sama. Data The
Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa setiap 4 menit
terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan 139.860 orang di
Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan 53.240 orang
meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2 per 100.000
penduduk.
Jenis-jenis dari leukimia pada anak ini ada tiga yaitu Leukemia
Mielositik Akut (LMA), Leukemia Limfositik Akut (LLA), dan Leukemia
Mielositik Kronis (CML).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukimia?
2. Bagaimanakah etiologi leukimia?
3. Bagaimana patofisiologi leukimia?
4. Apa saja klasifikasi leukimia?

1
5. Apa saja menifestasi klinis leukimia?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik laukimia?
7. Bagaimana penatalaksanaan laukimia?
8. Bagaimana konsep dasar keperawatan leukimia?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan asuhan keperawatan ini yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan pada Anak.
2. Mahasiswa dapat memahami pengertian leukimia.
3. Mahasiswa dapat memahami etiologi laukimia.
4. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi leukimia.
5. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi leukimia.
6. Mahasiswa dapat memahami menifestasi klinis leukimia.
7. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan diagnostik.
8. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan leukimia.
9. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar keperawatan laukimia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian leukimia
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering
disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak
atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah
putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum normal.
(Baughman, 2000, hal : 336).
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat
terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering
disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

B. Etiologi
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :
1. Faktor Eksogen
Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau
kemoterapi.
Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone,
dan agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan
displasia sumsum tulang belakang,anemia aplastik dan perubahan
kromosom yang akhirnya dapat menyebabkan leukemia.Infeksi virus,
pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T Leukemia Virus
)dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma
kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum penderita leukemia sel T.

3
2. Faktor Endogen
Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter
seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 x lipat dan
riwayat leukemia dalam keluarga. insiden leukemia lebih tinggi dari
saudara kandung anak-anak yang terserang, dengan insiden yang
meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang
tidak diturunkan. (Price, 2006 : 248)

C. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah
yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah
yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.
Akibatnya, hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan
jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.

4
D. Klasifikasi

1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia


granulositik akut (LGA) yang di karakteristikkan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi
jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang
dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan organ
lain.

5
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA sering menyerang pada masa anak – anak dengan presentase


75% - 80%. Puncak usia terjadinya leukemia limfoblastik akut adalah
kira-kira 4 tahun, walaupun walaupun penyakit ini dapat mengenai
semua usia. Individu-individu tertentu, seperti penderita Sindrom Down
dan ataksia-telangieksis sangat beresiko mengalami penyakit ini.
Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun dapat berkaitan dengan factor
genetic, lingkungan, infeksi, dan di pengaruhi imun. Pada pemeriksaaan
fisik LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang
menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi
(neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan
selalu ada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya
limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali, tetapi 70% anak dengan
leukemia limfatik akut kini bisa disembuhkan.

3. Leukemia Mielositik Kronis (CML)

Leukemia mielositik kronis (CML) terhitung kira-kira 3% dari


semua kasus leukemia pada anak-anak. Penyakit ini dapat mengenai
semua usia, tetapi sebagian besar kasus terjadi pada akhir masa kanak-
kanak. Penyakit ini relative lebih lambat disbanding leukima akut.
Penyebabnya tidak diketahui. Pasien sering asimtomatik dan terdapat
jumlah leukosit yang tinggi atau splenomegali yang ditemukan pada
pemeriksaan rutin anak yang sehat. Akan tetapi, dapat trejadi gejala
seperti demam, keringat malam, nyeri abdomen atau nyeri tulang.

Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya splenomegali nyata.


Hepatomegali dapat juga terjadi. Evaluasi laboratorium secara tipikal
memperlihatkan leukositosis nyata, trombositis, dan anemia ringan.
Sumsum tulang hiperselular tetapi sisertai maturasi myeloid yang normal.
Sel blas tidak banyak dijumpai. Pada kira-kira 90% kasus, tanda
sitogenik yang khas pada leukemia mielositik kronis yang terlihat adalah:
kromosom lphiladelphia. Kromosom ini berkaitan dengan t (9;22) klasik.

6
E. Menifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang
meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa
hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan(letargi)
4. Perdarahan gusi
5. Mudah memar
6. Petekia dan ekimosis
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas
8. Berat badan turun
9. Iritabilitas
10. Muntah
11. Sakit kepala (pusing)
12. Nyeri pada tulang dan persendian

F. Pemeriksaan doagnostik
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC
kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis
paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik pada anak sembarang umur.
2. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
3. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
4. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat
diagnosis.

7
5. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan
tulang.
6. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
7. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).

G. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
2. Kortikosteroid (prenison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-
mp,metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
labih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan
berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam
kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan
ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia (botak), stomatitis,
leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang
dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang
suci hama).
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai
diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam
pengembangan).

H. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan
dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi
Anna Keliat, 1994)

8
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1) Demam
2) Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
f. Kaji adanya :
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri
(Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 17)
2. Diagnosa dan Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
. Hasil
1. Nyeri b.d efek Setelah dilakukan 1.1 monitor TTV 1.1 untuk mengetahui
fisiologis dari tindakan keperawatan pasien perkembangan
leukaemia selama 3x24 jam TTV pasien

9
diharapakan nyeri 1.2 kaji skala nyeri 1.2 untuk mengetahui
dapat berkurang skala nyeri
dengan kriteria hasil: 1.3 ajarkan relaksasi 1.3 untuk mengurangi
 Skala nyeri nafas dalam rasa sakit
berkurang atau 1.4 kolaborasi dengan 1.4 mengurangi rasa
tidak ada lagi santagesik nyeri
2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan 2.1 monitor suhu tubuh 2.1 untuk memonitor
menurunnya tindakan keperawatan perkembangan
sistem pertahanan selama 3x24 jam 2.2 ajarkan keluarga suhu tubuh
tubuh akibat diharapkan hipertermi klien kompres 2.2 untuk menggurangi
infeksi dapat teratasi dengan hangat suhu tubuh
kriteria hasil: 2.3 anjurkan klien 2.3 agar mudah
 suhu tubuh dalam untuk memakai meresap keringat
rentan normal pakaian yang tipis
36,3oC-37,7oC 2.4 anjurkan klien 2.4 mengurangi suhu
 nadi dan RR dalam untuk minum air tubuh
rentan normal putih 4-6 gelas
(nadi80-90x/menit sehari
dan RR 20- 2.5 kolaborasikan 2.5 untuk mengurangi
30x/menit ) dengan anti piretik suhu tubuh
(parasetamol)
3. Resiko cedera b.d Setelah dilakukan 3.1 monitor trombosit 3.1 untuk mengetahui
perdarahan yang tindakan keperawatan klien trombosit klien
berhubungan selama 3x24 jam 3.2 Gunakan semua 3.2 karena perdarahan
dengan penurunan diharapkan resiko tindakan untuk memperberat
jumlah trombosit cidera tidak terjadi mencegah kondisi anak
dengan kriteria hasil: perdarahan dengan adanya
 klien tidak khususnya pada anemia
menunjukkan daerah ekimosis
bukti-bukti (memar)

10
perdarahan 3.3 Gunakan jarum 3.3 untuk mencegah
 trombosit dalam yang kecil pada perdarahan
batas normal saat melakukan
150.000-450.000 injeksi
sel/mm3 3.4 Menggunakan 3.4 untuk mencegah
sikat gigi yang perdarahan
lunak dan lembut
3.5 Laporkan setiap 3.5 untuk memberikan
tanda-tanda intervensi dini dalam
perdarahan mengatasi perdarahan
(tekanan darah
menurun, denyut
nadi cepat, dan
pucat)
4. Intoleransi Setelah dilakukan 4.1 monitot TTV klien 4.1 untuk mengetahui
aktivitas b.d tindakan keperawatan perkembangan
kelemahan akibat selama 3x24 jam TTV klien
anemia diharapkan intoleransi 4.2 monitor hemoglobin 4.2 untuk mengetahui
aktifisat dapat teratasi klien perkembangan
dengan kriteria hasil: hemoglobin klien
 TTV dalam atas 4.3 bantu klien untuk 4.3 untuk mengurangi
normal TD (sistol mengidentifikasi kelelahan
90-70 dan diastol dan memilih
100-120), N (80- aktivitas yang
90x/menit), RR mampu dilakukan
(20-30x/menit), T 4.4 bantu untuk 4.4 untuk mengurangi
(36,3oC-37,7oC) melakukan aktivitas kelelahan
 Hemoglobin dalam klien.
batas normal 10-16 4.5 kolaborasi dengan 4.5 untuk memilih
gr/dL tenaga rehabilitasi terapi yang tepat
medik

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering
disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau
multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005).
Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi.
Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang paling
sering di jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari turunan sel limfosit
primitive. Angka kelangsungan hidup jangka panjang untuk leukemia
bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi berkisar sampai lebih dari 75%
untuk leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak, merupakan angka
statistic yang luar biasa karena penyakit ini hamper bersifat fatal. Obat yang
dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy
ilotoxin.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi laukimia itu ada dua yaitu faktor
eksogen dan faktor endogen.

12
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993,


Rencana Asuhan Keperawatan, EGC.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Utami Sri S,.Kep et all, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk
Perawat dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika.

file:///D:/D3%20Kep/semester%204/kep%20anak/leukimia/jtptunimus-gdl-
nurilawati-5172-2-bab2%20(leukimia%20anak).pdf (diakses pada tanggal
23 Maret 2018 jam 18:20)

https://pustaka-kesehatan.weebly.com/uploads/5/5/1/8/5518879/14.rtf (diakses
pada tanggal 19 Maret 2018 jam 14.42)

https://olhachayo.files.wordpress.com/2013/12/askep-leukemia.doc (diakses pada


tanggal 19 Maret 2018 jam 14.42)

file:///D:/D3%20Kep/semester%204/kep%20anak/leukimia/81991923-Asuhan-
Keperawatan-Pada-Anak-Dengan-Leukemia.pdf (diakses pada tanggal 19
Maret 2018 jam 14.42)

13

Vous aimerez peut-être aussi