Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan


yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr. Terdapat beberapa macam
abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang
kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan
merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia
kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik.

Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.


Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta
kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 -
750.000 janin yang mengalami abortus spontan.

Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin


dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus
desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga
banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah
pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong
amnion kosong dan kemudian plasenta.

Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di


kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih

1
dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam
masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan
ini.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya


abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi abortus
2. Mengetahui dan memahami jenis – jenis abortus beserta tanda dan
gejalanya.
3. Mengetahui dan memahami etiologi abortus
4. Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus

6. Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada


klien dengan abortus.

BAB 2

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500 gr.

B. Etiologi

Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:

a. Etiologi dari keadaan patologis

Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut


dengan keguguran. Prosentase abortus ini 20% dari semua jenis
abortus. Sebab-sebab abortus spontan yaitu :

1. Faktor Janin
Perkembangan zigote abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh
karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau
kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
a) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi
X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama
yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.
Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan

3
kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi
perempuan hidup (sindrom Turner).
b) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi,
yaitu aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid
terjadi karena adanya kelainan kromosom baik kelainan
struktural kromosom atau pun komposisi kromosom.
Sedangkan pada abortus euploid, pada umumnyanya tidak
diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi
mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan
beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan.
2. Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya
a) Infeksi yang terdiri dari :
 Infeksi akut
a. Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air
raksa.
d. Penyakit kronis, misalnya :
 Hipertensi  jarang menyebabkan abortus di
bawah 80 minggu
 Nephritis
 Diabetes  angka abortus dan malformasi
congenital meningkat pada wanita dengan
diabetes. Resiko ini berkaitan dengan derajat
control metabolic pada trisemester pertama.

4
 Anemia berat
 Penyakit jantung
 Toxemia gravidarum yang berat dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi pada plasenta
e. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat
menimbulkan abortus
f. Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus,
serviks yang pendek, retro flexio utero incarcereta,
kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan
abortus.
g. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil,
sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
h. Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan
ganda,mola)
3. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
a. Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita
yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2
kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
b. Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
c. Kafein
kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
f. Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.

5
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida,
benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus.
4. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b) Alloimun

b. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita


yang bersangkutan

C. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada
gestasi bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa
jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
 perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan.
Perdarahan biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa
hari. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu.
 nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis,
nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar
gonadotropin korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron
serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi,

6
untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus.
Selain itu, juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed
Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi
intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta
dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase.
Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu
dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam
rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka
dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
 Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya
aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
 Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan
berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara
intramuskular. Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui
secara pasti.
 Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Gejala-gejala abortus insipiens adalah:

 rasa mules lebih sering dan kuat

 perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.

 Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan


pembukaan.

7
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :


 Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi
uterus dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
- Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat
diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol
400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil
konsepsi dari uterus.
 Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi
sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan
c. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus.
Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang
sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
a) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
b) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan

8
berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah
dibiarkan lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
 Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital
atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri
ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg
per oral.
 Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi
dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi
yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri
ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral
(dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
 Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan
kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
(maksimal 800 mcg)
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus.
- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium

9
uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis
dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan
pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan
tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka
perlu diberikan transfusi darah.
d. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang


telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

Gejala missed abortion adalah :

 tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang


secara spontan atau setelah pengobatan.

 Gejala subyektif kehamilan menghilang,

 mamma agak mengendor lagi,

 uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

 tes kehamilan menjadi negatif

 gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe


berlangsung terus.

Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin


sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga
pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran
janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan

10
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya
janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat
dipastikan

f. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


Abortus provakatus adalah aborsi yang dilakukan
dengan sengaja dengan mengomsumsi obat-obatan
ataupun dengan menggunakan alat-alat untuk aborsi.
Aborsi Provakatus terbagi menjadi dua:
a. Abortus Medisinalis
adalah abortus karena sengaja dilakukan berdasarkan
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Aborsi Kriminalis adalah
aborsi yang dilakukan berdasarkan tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

D. Patofisiologi

Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang


menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk

11
terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted
Ovum”.

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti


dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum


menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

E. Komplikasi

a. Perdarahan (haemorrogrie)
b. Perforasi
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang
banyak) dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
f. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah

F.Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Teknik bedah
2. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi

12
memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan
kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus
dengan mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang
mengosongkan uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
3. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula
karman 5 atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai
3 minggu setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid,
haid instan dan mini abortus.
4. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen
untuk abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis.
Kelainan
Apabila kromosom,
ada penyakitlingkungan,
yang cukup significanpada uterus,
teratogenik, kongenital, penyakit
histerektomi
pada ibu mungkin merupakan terpa ideal.
b. Teknik medis
1. Oksitosin
hubungan seksual yang
berlebihan ,trauma. 2. Prostaglandin Gangguan sirkulasi
Kelainan ovum kelainan pada ibu
plasenta
3. Urea hiperosomik
4. Larutan hiperostomik intraamnion.
Kematian janin pada usia ≤ 20 minggu
kehamilan

Psikologis ibu
DP : Risti Lepasnya PD dan ABORTUS
infeksi plasenta ibu

kecemasan
Rangsangan pada uterus

perdarahan

2.5. WOC ABORTUS DP: anxietas


Prostaglandin
anemia
Hipovolemik

Dilatasi serviks
kelemahan

DP : Resiko syok
nyeri
hipovolemik
DP : intoleransi
aktivitas
13
DP : Nyeri
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien
pada umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri
yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya
aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat
pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah
dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan
reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat
jantung), pola aktivitas sehari – hari.

B. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

c. Anxietas b.d kurang pengetahuan

d. Resiko syok hipovolemic b.d perdarahan

e. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

14
1. Nyeri b.d Kerusakan Klien dapat beradaptasi Mandiri :
jaringan intrauter dengan nyeri yang 1. Monitor kondisi nyeri
dialami. yang dialami klien
2. Kaji tingkat nyeri
Kriteria Hasil pasien
1. Pasien dapat 3. Ajarkan teknik
menangani rasa relaksasi nanfas
nyeri yang panjang
dirasakannya.
2. Skala nyeri dbn Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetika
2. Intoleransi aktivitas Klien dapat melakukan Mandiri :

b.d kelemahan, aktivitas tanpa adanya 1. pantau tingkat

penurunan sirkulasi komplikasi kemampuan klien


untuk beraktivitas
Kriteria Hasil: 2. Monitor pengaruh
pasien dapat memenuhi aktivitas terhadap
aktivitas sehari hari kondisi
uterus/kandungan
3. Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari
4. Bantu klien untuk
melakukan tindakan
sesuai dengan
kemampuan / kondisi
klien
5. Evaluasi perkembangan
kemampuan klien
melakukan aktivitas

4. Anxietas b.d kurang Tidak terjadi Mandiri :

15
pengetahuan kecemasan, pengetahuan 1. Monitor tingkat
klien dan keluarga pengetahuan/ persepsi
terhadap penyakit klien dan keluarga
meningkat. terhadap penyakit.
Kriteria Hasil: 2. Monitor derajat
pasien tidak lagi cemas kecemasan yang
atas kejadian yang di dialami klien.
alaminya. 3. Bantu klien
mengidentifikasi
penyebab kecemasan

Edukasi :
1. Terangkan hal-hal
seputar aborsi yang
perlu diketahui oleh
klien dan keluarga
5. Resiko syok Tidak terjadi devisit Mandiri :
hemorrhagic b.d volume cairan, 1. Cek Airway, Breathing,
Perdarahan seimbang antara intake and Circulation
dan output baik jumlah 2. .Penderita dibaringkan
maupun kualitas dalam posisi
Kriteria Hasil: trendelenburg, yaitu
1.Pasien tidak menglami posisi telentang biasa
syok akibat perdarahan. dengan kaki sedikit
2. devisit keseimbangan tinggi 30 derajat
cairan normal. 3. Monitor kondisi TTV
tiap 2 jam
4. Monitor input dan
output cairan

Kolaborasi :
1. Berikan sejumlah
cairan pengganti

16
harian(NaCl 0.9%, RL,
Dekstran), plasma dan
transfusi darah
2. Evaluasi status
hemodinamika
3. Setelah kebebasan
jalan nafas terjamin
untuk meningkatkan
oksigenasi dapat diberi
oksigen 100% kira-
kira 5 liter pm melalui
jalan nafas dan bila
perlu penderita diberi
cairan bikarbonat
natricus

Resiko tinggi infeksi Tidak terjadi infeksi Mandiri :


b.d perdarahan, selama perawatan 1. Monitor kondisi
kondisi vulva perdarahan. keluaran/dischart yang
lembab keluar; jumlah, warna,
Kriteria Hasil : dan bau
Kondisi vulva pasien 2. Lakukan perawatan
dalam keadaan bersih vulva
sebelum dan sesudah
perawatan Edukasi :
1. Terangkan pada klien
pentingnya perawatan
vulva selama masa
perdarahan
2. Terangkan pada klien
cara mengidentifikasi
tanda infeksi
3. Anjurkan pada suami

17
untuk tidak melakukan
hubungan senggama
selama masa
perdarahan

Kolaborasi:
1. Lakukan pemeriksaan
biakan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:

18
1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum),
terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu
primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya
seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh
terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan
bayinya dapat dipertahankan.
2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan
secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan
spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kondisi janin yang dikandungnya.
3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada
dokter kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta
aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama masa kehamilan.
Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:


Jakarta.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1984), Obstetri Patologi, Bagian


Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

19
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

NANDA INTERNASIONAL.2012.Diagnosis Keperawatan.EGC.Jakarta

Wilkinson,Judith.M;Ahern,Nancy.R.2011.Diagnosa Keperawatan edisi


9.EGC.jakarta

20

Vous aimerez peut-être aussi