Vous êtes sur la page 1sur 14

ANALISIS SIKAP PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA

TERHADAP ASPEK KESELAMATAN BERKENDARA


DI JALAN RAYA (Studi Kasus Pada Pengemudi Angkutan Kota Di Makasar)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transportasi yang merupakan salah satu sektor industri yang bersentuhan langsung
dengan lalu lintas dinyatakan sebagai salah satu industri dengan tingkat cedera dan kecelakaan
fatal yang lebih tinggi dibandingkan dengan industri lain (Berry, 1998).

Terjadinya kecelakaan lalu lintas di Indonesia yang masih terbilang tinggi salah satunya
diakibatkan oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya berkendara dengan
aman dan selamat. Di media cetak maupun elektronik sering sekali dijumpai berita tentang
kecelakaan angkutan umum yang celakanya kecelakaan tersebut hampir selalu memakan
korban jiwa. Sangat ironis angkutan umum yang seharusnya memberikan pelayanan jasa
transportasi yang nyaman dan lebih aman justru belakangan menjadi penyumbang terbesar
dalam kasus kecelakaan.

Faktor penyebab utama kecelakaan dibagi menjadi 3 kelompok besar. Pertama, dari
segi perilaku pengendara atau 91% disebabkan oleh faktor manusia, contohnya seperti
berkendara dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan, ketidakfokusan dalam berkendara,
berkendara dalam kondisi lelah dan tidak sadar. Kedua, sebanyak 5% adalah faktor kendaraan
yang kurang atau tidak memenuhi standar keselamatan. Contohnya tidak adanya sabuk
pengaman (seatbelts) dalam mobil atau tidak memenuhi standar, tidak ada kantung udara
(airbags), dan system rem yang tidak berfungsi dengan baik. Ketiga, dari segi lingkungan yaitu
faktor jalan 3% dan faktor lingkungan 1%, contohnya lingkungan yang kurang bersahabat
seperti salju, badai, jalanan berlubang, dan makhluk hidup/benda yang melintas di sepanjang
jalan (Aone, 2007).

Seringkali pengemudi angkutan umum mengabaikan keselamatan penumpang bahkan


dirinya sendiri demi mencukupi kebutuhan setoran hari itu. Seperti : mengemudi dengan
melebihi batas kecepatan yang diperbolehkan, menaikkan dan menurunkan penumpang di
sembarang tempat, mengabaikan peraturan lalu lintas yang ada, dll. Hal ini pula menjadi
sebuah ironi dimana masyarakat sangat membutuhkan angkutan umum sebagai alat
transportasi yang cepat dan mudah dicari karena jumlahnya yang banyak sedangkan para
pengemudi angkutan umum menjadikan hal ini sebagai ajang persaingan untuk mendapatkan
penumpang sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan keselamatan penumpang, dirinya
sendiri, bahkan orang lain sesama pengguna jalan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Dapat mengetahui bagaimana perilaku berkendara dari pengemudi Angkutan Kota


Trayek di Makasar, apakah ada perilaku berkendara yang perlu diperbaiki atau tidak.

2. Untuk mengetahui upaya dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas pengemudi
angkot di Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UU/Peraturan yang terkait


Negara Indonesia merupakan negara hukum yang telah diamanatkan Pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atas dasar tersebut segala
tindakan masyarakat harus sesuai dengan hukum. Begitupun tindakan masyarakat di jalan raya
harus sesuai dengan hukum sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap pengguna jalan wajib memahami setiap
aturan yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang dan aturan
lainnya sehingga terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di
jalan raya.

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus
dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi dan pengembangan wilayah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan adalah merupakan suatu dasar hukum terhadap pemberlakuan
Kegiatan lalu lintas ini, dimana makin lama makin berkembang dan meningkat sejalan dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Kalau ditinjau lebih lanjut
tingkah laku lalu lintas ini ternyata merupakan suatu hasil kerja gabungan antara manusia,
kendaraan dan jaringan jalan.

Lalu Lintas adalah gerak kendraan dan orang diruang lalu lintas jalan. Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan :

1) Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutanlain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangasa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa.
2) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa.
3) Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Tata cara berlalu lintas antara lain :

a) Setiap orang yang menggunakan jalan wajib :

1) Berprilaku tertib dan / atau

2) Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan


lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.

b) Setiap pengemudi kendraan bermotor dijalan wajib mematuhi ketentuan:

1) Rambu–rambu Lalu Lintas

2) Marka jalan

3) Alat Pemberi Isyarat

4) Gerakan Lalu Lintas

5) Berhenti dan Parkir

6) Peringatan dengan bunyi dan sinar.

7) Kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

8) Tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendraan lain.

c) Pada saat diadakan pemeriksaan kendraan bermotor dijalan penegemudi kendaraan


bermotor wajib menunujukkan :

1) STNK atau STCK

2) SIM

3) Bukti lulus uji berkala;dan/atau

4) Tanda bukti lain yang sah

d) Setiap pengemudi kendraan bermotor roda empat atau lebih dijalan dan penumpang
yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.

e) Setiap pengemudi kendraan bermotor roda empat atau lebih yang tidak dilengkapi
dengan rumah–rumah dijalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan
sabuk keselamatan dan mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi
standar Nasional Indonesia.
f.) Setiap orang yang mengendarai dan penumpang sepeda motor wajib menegenakan
helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.

g) Pengendara sepeda motor tanpa kereta samping dilarang membawa penumpang lebih
dari 1 (satu) Orang.

2.2 Teori dan Situasi yang ada


2.2.1 Supir Angkutan Kota (Angkot)
A. Pengertian Supir (pengemudi)
Supir (pengemudi) adalah orang yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor
atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar
mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor seperti pada
bendi/dokar disebut juga sebagai kusir, pengemudi becak sebagai tukang becak. Pengemudi
mobil disebut juga sebagai sopir, sedangkan pengemudi sepeda motor disebut juga sebagai
pengendara (KBBI). Di dalam mengemudikan kendaraan seorang pengemudi diwajibkan untuk
mengikuti tata cara berlalu lintas. Seorang yang telah mengikuti ujian dan lulus ujian teori dan
praktik mengemudi akan dikeluarkan Surat Izin Mengemudi (SIM).

Kewajiban pengemudi di atur dalam UULAJ (Undang-undang lalu lintas dan angkutan
jasa) BAB VII, pasal 23 ayat (1), tentang dan sekitar lalu lintas yaitu :

a. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar, yaitu tanpa dipengaruhi keadaan


sakit, atau meminum sesuatu yang mengandung alkohol, atau obat bius sehingga
mempengaruhi kemampuannya dalam mengemudikan kendaraannnya.

b. Menutamakan keselamatan pejalan kaki.

c. Menunjukkan STNK, SIM, atau tanda bukti lain.

d. Mematuhi rambu lalu lintas dan marka jalan.

B. Pengertian Angkutan Kota (Angkot)

Angkutan kota atau biasa disingkat Angkot atau adalah sebuah moda transportasi perkotaan
yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak seperti bus
yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan, angkutan kota dapat
berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di mana saja.
Angkutan kota mulai diperkenalkan di Jakarta pada akhir tahun 1970-an dengan nama
mikrolet untuk menggantikan oplet yang sudah dianggap terlalu tua, terseok-seok jalannya, dan
sering mengalami gangguan mesin, sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas

Tarif yang dibebankan kepada penumpang bervariasi tergantung jauhnya jarak yang
ditempuh. Umumnya sebuah angkutan kota diisi oleh kurang lebih 10 orang penumpang, tetapi
tidak jarang penumpangnya hingga lebih dari 10 orang. Perilaku sopir angkutan kota yang
sering berhenti mendadak dan di sembarang tempat sering dihubung-hubungkan dengan
penyebab kemacetan. Terkadang juga sebuah angkutan kota selalu menepi dengan waktu yang
lama untuk menunggu penumpang. Jalur operasi suatu angkutan kota dapat diketahui melalui
warna atau kode berupa huruf atau angka yang ada di badannya.

2.2.2 Faktor Penyebab kecelakaan

Faktor Penyebab Uraian Persen (%)


Pengemudi Lengah, mengantuk, 93,52 %
tidak terampil, mabuk,
kecepatan tinggi, tidak
jaga jarak, kesalahan
pejalan, gangguan
binatang
Kendaraan Ban pecah, kerusakan 2,76 %
rem, kerusakan sistem
kemudi, as/kopel lepas,
lampu tidak berfungsi
Jalan Persimpangan, jalan 3,23 %
sempit, akses yang tidak
dikontrol, marka jalan
kurang jelas, tidak ada
rambu, permukaan jalan
licin.
Lingkungan Lalu lintasc campuran 0,49 %
antara kendaraan cepat
dengan kendaraan
lambat, interaksi antara
kendaraan dengan
pejalan, pengawasan dan
penegakan hukum
belum efektif, cuaca
yang gelap, hujan,
kabut, asap.
1. Faktor Manusia (Human Factors)
Faktor manusia merupakan faktor yang dominan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, karena
cukup banyak faktor yang mempengaruhi prilakunya.

a. Pengemudi (Driver)
Manusia sebagai pengemudi memiliki faktor-faktor fisiologis dan psikologis. Faktor tersebut
perlu mendapatkan perhatian karena cenderung sebagai potensi penyebab terjadinya kecelakaan.
Faktor fisiologis dan psikologis dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3. Faktor-Faktor Fisiologis dan Psikologis yang Mempengaruhi


Pengemudi
Faktor Fisiologis Faktor psikologis
Sistem syaraf Motivasi
Penglihatan Intelegensia
Pendengaran Pelajaran/Pengalaman
Stabilitas perasaan Emosi
Indera lain Kedewasaan
(sentuh,bau)
Modifikasi (obat, Kebiasaan
lelah)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Pengemudi Angkot
3.1.1 Faktor Internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri berupa sikap dan
kepribadian yang dimiliki oleh individu yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan tanggung
jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar, dilaksanakan berdasarkan keyakinan yang
benar bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekaligus menggambarkan
kemampuan seseorang untuk menyesuaikan interes pribadinya dan mengendalikan dirinya
untuk patuh dengan hukum dan norma serta kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan sosial.
Yang meliputi faktor internal:

1. Karakteristik Mental

a. Unsur tanggung jawab

Orang yang bedisiplin adalah orang yang bertanggung jawab atau dengan kata lain orang yang
memenuhi kewajiban, mementingkan janjinya, konsekuen dengan prinsipnya, dan kosisten
dengan keputusannya.

b. Kesadaran

Kesadaran seseorang akan peraturan lalu lintas, tahu dan mengerti tentang peraturan dan
hukum yang berlaku dan melaksanakannya sesuai dengan norma-norma.

c. Pengendalian diri

Pengendalian diri adalah penguasaan atau kontrol diri terhadap sesuatu yang dilakukan untuk
menaati peraturan yang ada.

2. Karekteristik Fisik

Karakter yang berhubungan dengan kesehatan fisik yang tampak dengan jelas, dalam
transportasi meliputi kesehatan mata, pendengaran, penglihatan pengemudi atau pengguna
jalan lainnya
3.1.2 Faktor eksternal

Hal-hal yang berhubungan dengan kondisi di luar individu dalam berlalu lintas, seperti: kondisi
jalan, kelayakan kendaraan, rambu-rambu lalu lintas serta cuaca ketika akan berkendara. Hal
tersebut dapat mempengaruhi penerapan disiplin dalam berlalu lintas.

3.2 Permasalahan
Pada kondisi yang sebenarnya, jumlah Angkot di Makasar ini sangat banyak
sehingga mencukupi kebutuhan penumpang. Dinas Perhubungan Kota Makassar
membagi 4.113 unit Angkot ke dalam 14 trayek lebih plus Trayek Sentral-Pasar
Sungguminasa (warna merah). Tiap trayek yang beroperasi dalam kota Makassar
ditandai dengan kode huruf dan angka. Kode ini ditempatkan di kaca depan bagian atas.
Serta warna strip yang melintang di badan mobil. Tetapi, hampir semua pengemudi
Angkot memacu kendaraannya dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga
seringkali mencelakai penumpang didalamnya. Pengemudi seringkali memacu
kendaraannya dalam kondisi penumpang belum sepenuhnya naik dan duduk di dalam
mikrolet yang membuat oleng penumpang dan akhirnya terjatuh. Ataupun sama seperti
kebanyakaan angkutan umum lainnya yang berhenti di sembarang tempat dan
mengabaikan rambu-rambu keselamatan.. Selain itu, mereka kerap tidak menyalakan
lampu sein atau pun menyalakan lampu sein bersamaan saat hendak belok/berhenti,
praktis kendaraan yang ada dibelakang mudah terkecoh. Aksi inilah yang kerap
dianggap biang kemacetan dan kecelakaan.

Penumpang merasa dirugikan dikarenakan kebiasaan sopir yang menunggu


penumpang hingga angkutannya penuh dan juga terkadang supir tetap menaikkan
penumpang walaupun sudah over kapasitas. Dan juga sejumlah angkot beroperasi tidak
dalam rute yang tetapkan. Disini kadang membuat penumpang bingung dan pasrah
mengikuti kehendak pengemudi angkot tersebut.

Disamping itu, banyak pengemudi angkot yang memodifikasi angkutannya,


seperti memasang LCD, speaker, knalpot yang berbunyi besar. Hanya saja,
memodifikasi angkot ternyata pelanggaran. Menurut Dinas Perhubungan Makassar,
angkutan kota Makassar punya standarisasi dalam beroperasi. Karena itu, Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) akan turun langsung mengecek kondisi angkot, dengan cara
menguji kelayakan dan standarisasi angkutan yang telah ditetapkan.
Banyak sekali pendapat – pendapat bermunculan terkait ulah para pengemudicangkutan umum
tersebut. Ada yang menyetujui tindakan para pengemudi angkutan umum karena penumpang
memang membutuhkan angkutan umum sebagai sarana transportasi yang cepat karena
kenekatan para pengemudinya dalam mengemudi. Tetapi ada pula yang tidak menyetujui
karena penumpangpun juga membutuhkan rasa aman dalam berkendara disamping cepat
sampai tujuan. Adapula yang bertanyatanya apa yang melandasi pengemudi bersikap nekat dan
cenderung ugal-ugalan.

3.3 Pembahasan
1. Kesadaran hukum berlalu lintas pengemudi angkutan kota di Makassar
a. Pengetahuan Pengemudi Ankot Terhadap Rambu Lalu Lintas
Pengetahuan hukum merupakan faktor penting dalam mewujudkan kesadaran hukum berlalu
lintas pengemudi khususnya pengemudi angkutan kota di kota Makassar, dengan adanya
pengetahuan tersebut akan membantu mereka dalam kelancaran berlalu lintasnya.
Pengemudi angkot kurang mengetahui tentang undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang
lalu lintas dan angkutan jalan. Tata cara berlalu lintas bagi pengemudi kendaraan bermotor
umum angkutan orang yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 2009,pada pasal
124 ayat 1 dan 2 yaitu :
(1) Pengemudi kendaraan bermotor umum untuk angkutan orang dalam trayek wajib :
a. Mengangkut penumpang yang membayar sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan ;
b. Memindahkan penumpang dalam perjalanan kekendaraan lain yang sejenis dalam trayek
yang sama tanpa dipungut biaya tambahan jika kendaraan mogok, rusak, kecelakaan, atau
atas perintah petugas;
c. Menggunakan lajur jalan yang telah ditentukan atau menggunakaan lajur paling kiri,
kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah;
d. Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau menurunkan penumpang;
e. Menutup pintu selama kendaraan berjalan; dan
f. Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan umum.

2. Perilaku Pengemudi Angkot Terhadap Tata Tertib Lalu Lintas


Kepatuhan sangat di perlukan bagi para pengemudi angkutan kota untuk menciptakan
kenyamanan dalam berlalu lintas. Untuk mengukur apakah sopir angkot patuh atau tidak
dapat dilihat dari aturan berlalu lintasnya, apakah sopir menjalankan aturan tersebut atau
tidak.
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan :
a) Rambu perintah atau rambu larangan
b) Marka jalan
c) Alat pemberi isyarat lalu lintas
d) Gerakan lalu lintas
e) Berhenti dan parkir
f) Peringatan dengan bunyi dan sinar
g) Kecepatan maksimal atau minimal
h) Tata cara penggandengan atau penempelan dengan kendaraan lain.

jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi angkot khususnya pengemudi angkot di
Makassar yaitu :
1. Rambu lalu lintas (paling sering dilanggar adalah rambu larangan)
2. Surat-surat/ SIM
3. Kecepatan
4. Marka jalan

Untuk menciptakan ketertiban dan keselamatan,setiap orang yang menggunakan jalan wajib :
a) Berperilaku tertib,dan
b) Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu
lintas dan angkutan jalan, atau dapat menimbulkan kerusakan jalan

Pengemudi melakukan pelanggaran dengan beberapa alasan yaitu:


1. Mengejar setoran
2. Tidak ada polisi
3. Terpaksa karena yang lain melanggar
4. Tidak paham rambu lalu lintas

Ada dua upaya yang dilakukan oleh Sat lantas polrestabes makassar dalam menanggulangi
dan meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas pengemudi angkot di Makassar, yaitu
upaya preventif dan represif.
a. Upaya Preventif
Dalam rangka menanggulangi terjadinya pelanggaran lalu lintas di Kota Makassar pihak
Satlantas Polrestabes Makassar melakukan upaya pencegahan dengan cara melakukan patrol-
patroli rutin/oprasi rutin. Kebijakan melakukan patrol tersebut sudah sesuai dengan pasal 14
ayat (1) huruf d undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik
Indonesia, dimana aparat kepolisian harus selalu memelihara ketertiban dan menjamin
keamanan umum. Apabila oprasi atau patroli tersebut kurang maksimal maka pihak Satlantas
Polrestabes Makassar menggelar oprasi khusus lalu lintas. Cara kerja oprasi khusus ini yaitu
dengan menggelar razia kendaraan bermotor, baik razia kelengkapan kendaraan bermotor
maupun razia surat kendaraan bermotor. Selain itu juga melaksanakan program peningkatan
pengetahuan berlalu lintas dalam bentuk kegiatan: polisi sahabat anak, sosialisasi lintas
universitas/police go to campus,keamanan berkendara, kampanye keselamatan lalu lintas,
pembentukan organisasi terkait lalu lintas serta otomotif, KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas),
sekolah mengemudi, dan lain-lain.
b. upaya represif
Upaya Represif biasanya disertai dengan upaya penerapan paksa. Upaya Represif ialah
Tilang, apabila tindak pelanggarannya berat sehingga menimbulkan kecelakaan maka dapat
pula diberikan sanksi berupa kurungan penjara sesuai UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kesadaran hukum berlalu lintas pengemudi angkot-trayek kode E di Makassar masih
rendah diukur berdasarkan pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum dan
perilaku hukum yaitu mereka sama sekali tidak mengetahui dan tidak memahami Undang-
undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan akan tetapi mereka
cenderung mengetahui dan memahami rambu-rambu lalu lintas, namun kurang menghargai
dan kurang menaati peraturan tersebut, karena sudah menganggap pelanggaran sebagai
kebiasaan, oleh karena itu dapat diketahui bahwa rendahnya kesadaran hukum cenderung
karena pelanggaran jadi yang paling dominan mempengaruhi kesadaran hukum berlalu lintas
pengemudi angkutan kota trayek kode E di Makassar yaitu perilaku.
2. upaya satlantas polrestabes makassar dalam meningkatkan kesadaran hukum pengemudi
angkot yaitu :
a. upaya preventif
Melaksanakan program peningkatan pengetahuan berlalu lintas dalam bentuk kegiatan : polisi
sahabat anak, sosialisasi lintas universitas/police go to campus,keamanan berkendara,
kampanye keselamatan lalu lintas, pembentukan organisasi terkait lalu lintas serta otomotif,
KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas), sekolah mengemudi, dan lain-lain.
b. upaya represif
Upaya Represif biasanya disertai dengan upaya penerapan paksa. Upaya Represif ialah
Tilang, apabila tindak pelanggarannya berat sehingga menimbulkan kecelakaan maka dapat
pula diberikan sanksi berupa kurungan penjara sesuai UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan.

4.2 Saran
1. Bagi kepolisian,
a. Dalam mewujudkan disiplin dalam tertib berlalu lintas, bahwa setiap pengemudi angkot di
Makassar harus di siapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, melalui peningkatan
pendidikan mengemudi untuk menumbuhkan tingat kesadaran dan kepedulian terhadap tertib
lalu lintas.
b. meningkatkan penindakan setiap pelaku pelanggaran dan penyelesaian perkara
pelanggaran berlalu lintas sesuai dengan proses hukum yang berlaku.

2. Bagi masyarakat
Dalam pembinaan tata tertib berlalu lintas tidak dapat di atasi oleh aparat saja namun di sertai
juga adanya kesadaran untuk lebih berdisiplin dan kemauan masyarakat khususnya
pengemudi angkot untuk mau merubah situasi lalu lintas yang lebih baik, sehingga upaya
peningkatan pelayanan umum penertibannya dapat tercapai.
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah harus lebih mengutamakan dalam perlengkapan sarana transportasi dalam
pelaksanaan berlalu lintas, seperti halte yang harus disediakan untuk masyarakat sehingga
dalam proses pengambilan penumpang dan penurunannya lebih teratur.

Vous aimerez peut-être aussi