Vous êtes sur la page 1sur 3

Tingkat kesadaran

Pada Bell’s Palsy biasanya kesadaran klien compos mentis.

Fungsi Serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien,
observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik yang pada klien Bell’s Palsy biasanya status
mental klien mengalami perubahan.

Pemeriksaan saraf kranial


Saraf I. Biasanya pada klien Bell’s Palsy tidak ada kelainan dan gungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Safar III, IV, dan VI. Penurunan gerak kelopak mata pada sisi yang sakit (lagoftalmos).
Saraf V. Kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan
mendatar, adanya gerakan sinkinetik.
Saraf VII. Berkurangnya kerahaman pengecapan, mungkin sekali edema nervus fasialis
tingkat foramen stilomasteroideus meluas sampai bagian nervus fasialis, dimana khorda
timpani menggabungkan diri padanya.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. Paralisis oto orofaring, kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan.
Kemampuan menelan kurang baik, sehingga menganggu pemenuhan nutrisi bia oral.
Saraf XI tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Kemampuan mobilisasi
leher baik.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasai pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada 2/3 lidah sisi kelumpuhan kurang
tajam.

Sistem Motorik
Bila tidak melibatkan disfungsi neurologis lain, kekuatan otot normal, kontril keseimbangan
dan koordinasi pada Bell’s Palsy tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat
releks pada respins normal.

Gerakan Involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, dan distonia pada beberapa keadaan sering
ditemukan Tidfasialis.

Sistem Sensorik
Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu tidak ada kelainan.
B4 (BLADDER)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume baluaran
urine, hal ini berhubungan denga peniruan perfusi dan penurunan curah jhantung ke ginjal.

B5 (BOWEL)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan
nutrisi pada klien bell’s palsy menurun karena anoreksia dan kelemahan oto-otot pengunyah
serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi berkurang

B6 (BONE)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan moblitas klien secara
umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang lain.

Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan tonus otot wajah dan untuk
mencegah atau meminimilkan denervasi. Klien harus diyakinkan bahwa keadaan yang terjadi
bukan stroke dan pulih dengan spontan dalam 3 – 5 minggu pada kebanyakan klien.
Terapi kortikosteroid (Prednison) dapat diberikan untuk menurunkan radang dan
edema, yang pada gilirannya mengurangi kompresi vaskular dan memungkinkan perbaikan
sirkulasi darah ke saraf tersebut. Pemberian awal terpai kortikosteroid ditujukan untuk
mengurangi penyakit semakin berat, mengurangi nyeri, dan membantu mencegah atau
meminimalkan denervasi.
Nyeri wajah di kontrol dengan analgesik. Komptes panas pada sisi wajah yang sakit
dapat diberikan untuk meningkatkan kenyamanan dan aliran darah sampai ke otot tersebut.
Stimulasi listrik dapat diberikan untuk mencegah otot wajah menjadi atrofi. Walaupun
banyak klien pulih dengan pengobatan konsevatif, namun eksplorasi pembedahan pada saraf
wajah dapat dilakukan pada klien yang cenderung mempunyai tumor atau untuk dekompresi
saraf wajah melalui pembedahan dan pembedahan untuk merehabilitasi keadaan paralisis
wajah..
Pendidikan klien. Mata harus dilindungi karena paralisis lanjut dapat menyerang
mata. Sering kali, mata klien tidak dapatmenutup dengan sempurna, dan refleks berkedip
terbatas sehingga mata mudah diserang binatang kecil pada klien ini. Kadang-kadang
keadaan ini mengakibatkan keluarnya air mata yang berlebihan (epifora) karena keratitis
yang disebabkan oleh kornea kering dan tidak adanya refleks berkedip. Penutup mata bagian
bawah menjadi lemah akibat pengeluaran air mata. Untuk menangani masalah ini, mata harus
ditutup dengan melindunginya dari cahaya silau pada malam hari. Potongan mata dapat
merusak kornea, meskipun hal ini juga disebabkan beberapa kesukaran dalam
mempertahankan mata tertutup akibat paralisis parsial. Benda-benda yang dapat digunakan
pada mata pada saat tidur dapat diletakkan diatas mata agar kelopak mata menempel satu
dengan yang lainnya dan tetap terutup selama tidur.
Klien diajarkan untuk menutup kelopak mata yang mengalami paralisis secara manual
sebelum tidur. Gunakan penutup mata dengan kacamata hitam untuk menurunkan penguapan
normal dari mata. Jika saraf tidak terlalu sensitif, wajah dapat dimasase beberapa kali sehari
untuk mempertahankan tonus otot. Teknik untuk memasase wajah adalah dengan gerakan
lembut ke atas. Latihan wajah seperti mengerutkan dahi, menggembungkan pipi ke luar, dan
bersiul dapat dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan teratur untuk mencegah
atrofi otot. Hindari wajah terkena udara dingin.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan perubahan bentuk wajah
karena kelumpuhan satu sisi pada wajah.
2. Cemas yang berhunungan dengan prognosis penyakit dan perubahan kesehatan.
3. Kurangnya pengetahuan perawatan diri sendiri yang berhubungan dengan informasi
yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.

Vous aimerez peut-être aussi