Vous êtes sur la page 1sur 9

Artikel Penelitian

Analisis Politik dan Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit


Pemerintah DKI Jakarta

Politic and Policy Analysis of Financing DKI Jakarta Government Hospital

Sandra Olivia* Dumilah Ayuningtyas**

*Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, **Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Abstrak cing is a significant factor that affects the quality public health. However,
Telah diyakini bahwa untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010 pembia- according to Human Development Index’s indicators, Indonesia is at 110 th
yaan rumah sakit merupakan salah satu faktor penting yang mempenga- position of 177 countries in the world. The present study has been carried
ruhi kualitas kesehatan masyarakat. Namun, menurut indikator Indeks out to understand the politic and financing policy in the management of go-
Pembangunan Manusia, Indonesia masih menempati posisi ke-110 dari vernment hospitals own by DKI Jakarta. Two DKI Jakarta own hospitals i.e.
117 negara di dunia. Penelitian ini telah dilaksanakan untuk memahami Pasar Rebo Hospital and Duren Sawit Hospital were selected as samples.
politik dan kebijakan pembiayaan pengelolaan rumah sakit pemerintah DKI This study is qualitative research with using indepth interviews. To collect
Jakarta. Dua rumah sakit milik Pemerintah DKI Jakarta, yaitu Rumah Sakit primery data deal with relevan roles from which the data on hospital rules
Pasar Rebo dan Rumah Sakit Duren Sawit dipilih sebagai sampel. Studi ini and regulations as well as finance were collected during 2004-2008 peri-
merupakan penelitian kualitatif dimana pengambilan data primer dilakukan od. The results of actor, content, context, and process analyses showed
dengan cara wawancara mendalam. Pada kedua rumah sakit ini that financing policy consists of tariff, local revenue and expenditure bud-
dikumpulkan data mengenai peraturan dan regulasi serta keuangan rumah get (APBD) subsidy, poor households (gakin), notification letter for the
sakit selama tahun 2004-2008. Hasil analisis aktor, konten, konteks, dan poor (SKTM) as well as financial pattern related to hospital status. In de-
proses menunjukkan bahwa kebijakan pembiayaan rumah sakit terdiri dari ciding this policy, legislators of local people representative (DPRD) are the
penentuan tarif, subsidi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), main actors. Decision making process of financing agenda and formulation
keluarga miskin (gakin), dan surat keterangan tidak mampu (SKTM) serta was imperfect which in turn causes implementation constraint. In addition,
pola pembiayaan yang terkait dengan status kelembagaan. Dalam pene- financing policy evaluation, and adaptation processes are not implement-
tapan kebijakan ini, anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) ed properly. It takes discussions and cooperation between various policy
merupakan aktor utama. Proses pengambilan keputusan untuk menetap- actors to produce policy. Hospital administrator who has a stategic funtion
kan agenda dan rumusan keuangan masih belum sempurna sehingga should make effort to improve internal hospital toward independence as
menghambat pelaksanaannya. Selain itu, proses evaluasi dan adaptasi ke- well as external hospital by advocates legislative to correct next policy.
bijakan pembiayaan belum dilaksanakan dengan baik. Dibutuhkan diskusi Key words: Politic and policy, hospital financing, government hospital
dan kerja sama antara berbagai aktor kebijakan untuk menghasilkan kebi-
jakan. Administrator rumah sakit berfungsi strategis untuk melakukan up-
aya peningkatan secara internal menuju kemandirian rumah sakit dan ke- Pendahuluan
mandirian eksternal dengan cara advokasi pihak legislatif untuk perbaikan Masalah kesehatan tidak mungkin diselesaikan
kebijakan selanjutnya. dengan baik tanpa dukungan pembiayaan yang memadai.
Kata kunci: Politik dan kebijakan, pembiayaan rumah sakit, rumah sakit pe- Pembiayaan kesehatan merupakan faktor yang mem-
merintah pengaruhi kualitas kesehatan suatu negara secara

Abstract Alamat Korespondensi: Dumilah Ayuningtyas, Departemen Administrasi


It is believed that to achieve Healthy Indonesia 2010 vision health finan- Kebijakan dan Kesehatan FKM Universitas Indonesia, Gd. F Lt. 1 Kampus
Baru UI Depok 16424, Hp. 08161840446, e-mail: dumilah@gmail.com

116
Olivia & Ayuningtyas, Analisis Politik dan Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah

bermakna. Indonesia dikategorikan sebagai negara dalam pengelolaan rumah sakit pada tingkat provinsi dan
dengan pembiayaan kesehatan yang rendah dengan rata- kota/kabupaten. Pada tahun 2004-2008, di DKI Jakarta
rata sekitar 2,2% dari gross domestic product (GDP) dan telah terjadi perubahan status kelembagaan rumah sakit
87$ per kapita, suatu nilai yang berada jauh dari anjuran pemerintah, diantaranya kebijakan privatisasi rumah sa-
WHO, minimal 5% dari GDP per tahun.1 Pembiayaan kit dengan berubahnya status 3 rumah sakit di DKI
kesehatan dirumuskan dalam urusan kesehatan yang ter- Jakarta menjadi perseroan terbatas. Perubahan tersebut
dapat dalam anggaran pendapatan dan belanja dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme ker-
negara/daerah (APBN atau APBD). Pembiayaan kese- ja agar rumah sakit menjadi mandiri dan tidak membe-
hatan diperuntukkan bagi dinas kesehatan dan alokasi bani APBD DKI Jakarta.
dana subsidi masing-masing rumah sakit pemerintah. Penentuan kebijakan dibidang kesehatan meru-
Pembiayaan rumah sakit terdiri atas pendapatan dan be- pakan sistem yang tidak terlepas dari keadaan sekitar
lanja.2 meliputi faktor ideologi, politik, sosial, budaya, dan
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Otonomi pertahanan keamanan suatu negara. Komponen pro-
Daerah tahun 1999, isu desentralisasi daerah menjadi ses, alokasi, sumber daya, aktor, dan kekuasaan meru-
topik utama. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI pakan faktor yang berperan pada penetapan kebijakan
Jakarta) yang merupakan wilayah dengan kualitas sebagai sistem. Maka, kebijakan yang dihasilkan meru-
Human Development Index (HDI) peringkat satu di pakan interaksi elit kunci dalam setiap detail proses
Indonesia menjadi pusat dan teladan dalam penentuan pembuatan kebijakan termasuk tarik-menarik ke-
kebijakan di provinsi lain. Kemajuan yang dialami status pentingan antara aktor, interaksi kekuasaan, alokasi
kesehatan DKI Jakarta antara lain dapat diketahui sumber daya, dan bargaining position diantara elit
dengan penurunan angka kematian bayi (AKB). yang terlibat.3
Meskipun status kesehatan masyarakat DKI Jakarta
mengalami peningkatan, alokasi dana pembiayaan kese- Metode
hatan masih memperlihatkan kecenderungan yang ren- Jenis penelitian ini adalah kualitatif verikatif
dah. Alokasi dana untuk urusan kesehatan hanya berada melalui analisis aktor, konten, konteks, dan proses.
pada kisaran 4-5% dari seluruh APBD, berbeda sangat Strategi pengambilan data dapat terus berubah dan
jauh daripada bidang pendidikan yang juga merupakan dengan variabel yang akan terus berkembang sampai
salah satu indikator HDI (20%). Alokasi dana urusan tidak ditemukan lagi informasi baru. Waktu penelitian
kesehatan tersebut hampir separuh digunakan untuk dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2009
pembiayaan atau subsidi 6 rumah sakit milik pemerintah di beberapa institusi/pejabat provinsi DKI Jakarta yang
DKI Jakarta. terlibat dalam penerapan kebijakan pembiayaan rumah
Desentralisasi daerah mengakibatkan reformasi atau sakit milik pemerintah DKI Jakarta tahun 2004-2008.
perubahan terhadap kelembagaan dan mempengaruhi Matrik informan pada penelitian ini dapat dilihat pada
struktur, hubungan kerja, fungsi, dan tanggung jawab Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Informan

Informan Target Informasi

Anggota DPRD DKI Jakarta Informasi tentang proses pembuatan kebijakan


Pemerintah DKI Jakarta (Bappeda)
Dinas kesehatan Informasi tentang penerapan tahapan kebijakan
Para direktur rumah sakit pemerintah Informasi tentang penerapan manajemen rumah sakit,
kebijakan pembiayaan kesehatan yang diimplementasikan
oleh pemerintah, evaluasi, dan adaptasi dalam penerapannya
Pakar organisasi dan manajemen rumah sakit Informasi tentang status kelembagaan rumah sakit
pemerintah yang tepat
Pakar pembiayaan kesehatan Informasi tentang permasalahan pembiayaan kesehatan
tahapan ideal dalam penerapan pembuatan kebijakan policy cycle
ARSADA Informasi tentang pandangan umum organisasi masyarakat tentang
kebijakan pembiayaan kesehatan, implementasi, dan evaluasi
Masyarakat umum Informasi tentang pandangan umum dari masyarakat penerima
pelayanan kesehatan tentang kebijakan pembiayaan kesehatan,
implementasi, dan evaluasi

117
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 3, Desember 2010

Gambar 1. Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah DKI Jakarta Tahun 2004-2008

Hasil dan menuntut otonomi lebih luas untuk mengelola


Analisis Dokumen Kebijakan daerah sendiri.4 (3) Beberapa peraturan tentang status
Analisis terhadap berbagai peraturan dan regulasi kelembagaan dan pola pengelolaan keuangan rumah
yang berkaitan dengan kebijakan pembiayaan rumah sakit umum daerah menunjukkan bahwa status
sakit milik pemerintah DKI Jakarta tahun 2004-2008, kelembagaan merupakan isu yang sangat penting dalam
seperti Undang-Undang Dasar 1945, Amandemen UUD menjawab tantangan mutu layanan kesehatan
1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, masyarakat.5 (4) Beberapa peraturan tentang penerapan
Keputusan Mahkamah Agung, Peraturan Presiden, pembiayaan layanan kesehatan bagi keluarga miskin
Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri (gakin). (5) Beberapa peraturan tentang tarif yang
Kesehatan, Surat Keputusan Menteri Kesehatan, diatur dalam retribusi daerah. (6) Terdapat peraturan
Peraturan Daerah DKI Jakarta, Peraturan Pemerintah tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah. (7)
DKI Jakarta, Surat Keputusan Gubernur, Petunjuk Belum ada kebijakan sistem kesehatan daerah (siskesda)
Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis Jaminan Pemeliharaan sehingga arah kebijakan sistem kesehatan di DKI
Kesehatan bagi Keluarga Miskin, Kurang Mampu dan Jakarta belum dirumuskan secara spesifik. (8) Belum
Bencana, menghasilkan beberapa temuan, yaitu (1) tidak ada Undang-undang rumah sakit sebagai peraturan
satu pun peraturan yang bertentangan dengan Pancasila dasar bagi pelaksanaan pelayanan suatu rumah sakit.
sebagai sumber dari segala sumber hukum dan UUD
1945 sebagai hukum dasar negara Republik Indonesia. Analisis Garis Besar Kebijakan Pembiayaan
(2) Ada keterkaitan erat antara peraturan dan regulasi Rumah sakit milik pemerintah DKI Jakarta adalah
kebijakan pembiayaan dengan peraturan menteri dalam bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan pem-
negeri tentang pengelolaan keuangan daerah. biayaan yang bersumber pada pendapatan subsidi dan
Pelaksanaan desentralisasi daerah memang telah operasional. Pendapatan subsidi berasal dari APBD DKI
menyebabkan perubahan tatanan sosioekonomi politik Jakarta melalui mekanisme pengajuan rencana bisnis

118
Olivia & Ayuningtyas, Analisis Politik dan Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah

dan anggaran (RBA). Pendapatan operasional berasal Peran Lembaga Legislatif


dari pendapatan keluarga miskin (gakin), surat kete- Anggota DPRD DKI Jakarta yang berperan sebagai
rangan tidak mampu (SKTM), dan pasien umum pembuat kebijakan utama atau lembaga legislatif telah
dengan jumlah yang ditentukan berdasarkan tarif yang menyadari perlu keterlibatan seluruh stakeholder dalam
berlaku. Rumah sakit milik pemerintah DKI Jakarta pembuatan kebijakan. Namun, hal tersebut belum dap-
masih mengandalkan pendapatan operasional gakin un- at dilakukan karena banyak persoalan lain yang terus
tuk mengatur belanja operasional sehari-hari. Belanja berkembang. Hampir semua narasumber menyatakan
dalam pembiayaan meliputi belanja rutin, pegawai, dan pihak legislatif adalah aktor yang memegang kendali ke-
investasi/alat yang diatur melalui pola pengadaan bijakan, tetapi pihak legislatif justru beranggapan bah-
barang dan jasa. Gambaran kebijakan pembiayaan wa mereka mempunyai keterbatasan dalam menentukan
rumah sakit milik pemerintah DKI Jakarta memperli- kebijakan dan selama ini masih sebatas menyetujui
hatkan keterkaitan dengan kebijakan yang lain, misal- berbagai usulan kebijakan. Temuan tersebut menjadi
nya kebijakan tarif, dana jaminan pemeliharaan kese- kontras dengan pandangan Walt,6 yang menyatakan
hatan (JPK), gakin, dan SKTM, dan pengadaan barang bahwa lembaga legislatif merupakan ekspresi dari
dan jasa (Lihat Gambar 1). Oleh sebab itu, perlu dike- keinginan masyarakat dan sebagai badan pembuat kepu-
tahui lebih lanjut aktor, konten, konteks serta proses tusan tertinggi dengan tiga fungsi utama, yaitu mewakili
dalam menentukan kebijakan pembiayaan rumah sakit rakyat, menetapkan legislasi, dan mengawasi lembaga
milik pemerintah DKI Jakarta. eksekutif.

Analisis Aktor Peran Lembaga Eksekutif


Aktor pada dasarnya adalah orang individu, orga- Lembaga eksekutif yang terlibat dalam penelitian ini
nisasi, negara, dan tindakannya yang mempengaruhi meliputi dinas kesehatan, Bappeda, serta rumah sakit mi-
kebijakan.6 Aktor yang berpengaruh dalam kebijakan lik pemerintah DKI Jakarta. Peran eksekutif sangat besar
pembiayaan tersebut meliputi Presiden RI, menteri ke- dalam menjalankan fungsi pelayanan kesehatan
sehatan, menteri dalam negeri, DPR RI, DPRD DKI masyarakat melalui rumah sakit. Oleh sebab itu, lemba-
Jakarta, Gubernur DKI Jakarta, Badan Perencanaan ga eksekutif dapat juga menjadi pihak pembuat kebi-
Pembanguan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, dan di- jakan.6 Pada penelitian ini, dinas kesehatan dan rumah
nas kesehatan. Selain itu juga, termasuk rumah sakit sakit milik pemerintah DKI Jakarta menjadi penentu
milik pemerintah DKI Jakarta baik secara kelembagaan dalam penetapan tarif pelayanan dan alokasi gakin serta
atau sumber daya manusia (SDM) medis dan non pengajuan anggaran subsidi APBD meskipun hasil akhir
medis. Dengan mengetahui para aktor yang terlibat ditentukan oleh legislatif.
dalam kebijakan, akan mendapatkan gambaran ten-
tang aktor pengendali kekuasaan yang mempengaruhi Peran Kelompok Interest
kebijakan.7 Kelompok interest adalah sekumpulan orang yang
Telaah dokumen dan wawancara mendalam yang di- secara sukarela mempunyai suatu tujuan, tidak ingin
lakukan belum dapat mengungkapkan kemungkinan masuk dalam pembuatan kebijakan, tetapi berkeingi-
keterlibatan pihak atau aktor lain yang ikut mem- nan untuk mempengaruhi kebijakan tersebut. 6
pengaruhi kebijakan pembiayaan rumah sakit, seperti Beberapa pihak kelompok interest dalam penelitian ini
pelaku pasar dan industri yang berhubungan dengan mempunyai berbagai kepentingan untuk terlibat dalam
pelayanan rumah sakit milik pemerintah DKI Jakarta, kebijakan, misalnya organisasi profesi. Organisasi pro-
misalnya perusahaan alat kesehatan, perusahaan farmasi, fesi seharusnya berperan penting dalam masalah pem-
dan obat-obatan. Pelaku pasar atau industri yang biayaan rumah sakit karena para praktisi (dokter, pe-
berhubungan dengan pembiayaan dan asuransi kese- rawat, apoteker) adalah pelaksana teknis di rumah sa-
hatan, seperti pengelola gakin dan SKTM. Kelompok in- kit yang melayani masyarakat, sama dengan organisasi
terest yaitu para aktivis masyarakat maupun organisasi manajemen rumah sakit seperti Asosiasi Rumah Sakit
yang menyoroti kebijakan pembiayaan rumah sakit milik Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA) dan Per-
pemerintah DKI Jakarta. Pihak internasional yaitu or- himpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia
ganisasi yang terkait dengan kebijakan pembiayaan (PERMAPKIN). Namun, pihak organisasi profesi
rumah sakit seperti WHO, World Bank, dan UNICEF. menyatakan tidak pernah diajak terlibat dalam peru-
Oleh sebab itu, harus dilakukan identifikasi siapa yang musan kebijakan pembiayaan rumah sakit. Demikian
mempunyai kekuatan dan siapa yang paling mem- pula dengan kalangan akademisi yang mengungkapkan
pengaruhi pembiayaan rumah sakit pemerintah karena bahwa mereka tidak pernah diajak terlibat penyele-
hal ini akan mempengaruhi konten dan konteks dari ke- saian masalah dan merumuskan kebijakan pembiayaan
bijakan. rumah sakit pemerintah. Berbagai pihak yang berke-

119
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 3, Desember 2010

Tabel 2. Perbandingan Status Kelembagaan Rumah Sakit

Kategori Swadana BLU PT

SDM Pegawai negeri sipil Pegawai negeri sipil Pegawai PT/perusahaan


Pola pengelolaan keuangan (PPK) Uang dapat digunakan Uang dapat digunakan Uang dapat digunakan
langsung langsung, tetapi aset langsung dan aset
tidak dipisahkan dipisahkan
Investasi alat Melalui peraturan Melalui peraturan Melalui organisasi secara
pemerintah pemerintah mandiri bisnis

pentingan pada kebijakan pembiayaan rumah sakit pe- realisasi anggaran dari RS Pasar Rebo dan RS Duren
merintah seperti perusahaan atau industri farmasi dan Sawit.
alat kesehatan diyakini oleh beberapa narasumber
berpengaruh dan mempunyai kekuatan besar dalam Status Kelembagaan
menetapkan kebijakan. Hal tersebut dapat dilihat dari Status kelembagaan rumah sakit pemerintah di
besar alokasi dana untuk alat kesehatan dan opera- Indonesia dikatakan oleh narasumber akan mem-
sional rumah sakit pemerintah DKI Jakarta setiap pengaruhi tiga hal, yaitu pola pengelolaan keuangan,
tahun. sumber daya manusia, dan investasi. Hal ini sesuai
dengan teori Chawla dalam Laksono,8 tentang otonomi
Interaksi Aktor dalam Pembuatan Kebijakan dalam manajemen rumah sakit yang akan mem-
Hubungan antara ketiga aktor utama kebijakan ekse- pengaruhi seberapa jauh sentralisasi pengambilan kepu-
kutif, legislatif, dan kelompok kepentingan atau penekan tusan dan jangkauan keputusan untuk menentukan ke-
lain seharusnya berlangsung dalam pola interaksi sesuai bijakan dan pelaksanaan program oleh rumah sakit.8
dengan sistem pemerintahan presidensial. Terpenuhi Perbandingan dari ketiga kelembagaan rumah sakit
prinsip transparansi dan akuntabilitas pada eksekutif dan (Lihat Tabel 2).
pihak lain dalam pembuatan kebijakan. Sementara, le-
gislatif yang merupakan lembaga tertinggi yang berfung- Alokasi Dana Subsidi APBD dan Gakin
si menghasilkan kebijakan harus menjadi fasilitator dan Peningkatan dana APBD DKI Jakarta tidak disertai
mediator terhadap masukan dari eksekutif dan interest dengan peningkatan alokasi dana kesehatan, sebaliknya
group. rasio alokasi untuk rumah sakit cenderung tetap. Hal ini
Menurut Walt,6 dan narasumber akademisi, semua menunjukkan bahwa pada tahun 2004-2008 belum ter-
arahan kebijakan dapat dilakukan dengan baik asalkan jadi kemandirian rumah sakit secara finansial.
ada niat dan kejelasan prioritas masalah mana yang Pendapatan RS Duren Sawit lebih didominasi oleh sub-
menjadi kunci penyelesaian. Hubungan antara legislatif sidi APBD. Realisasi dana subsidi APBD RS Duren
dan eksekutif harus berkesinambungan. Evaluasi yang Sawit, yaitu 100% pada tahun 2005, 2006, dan 2008
dilakukan oleh legislatif haruslah menjadi penentuan menunjukkan bahwa rumah sakit ini masih sangat
agenda bagi kebijakan selanjutnya, begitu pula dengan bergantung dari subsidi APBD. Pendapatan RS Pasar
temuan yang berasal dari lembaga eksekutif itu sendiri. Rebo lebih banyak didominasi oleh penerimaan opera-
Koordinasi dan review dari masalah adalah hal yang pa- sional non gakin. Untuk RS Koja, pendapatan gakin pa-
ling utama. Hal ini juga sesuai dengan Walt, 6 yang ling besar sedangkan RS Pasar Rebo paling kecil sehing-
menyatakan bahwa peningkatan fungsi dari interest ga dapat dikatakan bahwa RS Pasar Rebo sudah mandiri
group, yaitu partisipasi, representasi, edukasi, motivasi, secara finansial. Hal tersebut juga dibuktikan oleh fakta
mobilisasi, memonitor, dan evaluasi juga harus di- bahwa hanya sebesar 21% dana APBD terserap pada
tingkatkan. tahun 2004 dan bahkan pada tahun 2008 menurun men-
jadi 14%.
Analisis Konten
Konten kebijakan pembiayaan rumah sakit milik pe- Analisis Konteks
merintah DKI Jakarta tahun 2004-2008 dapat dilihat Kebijakan pembiayaan rumah sakit pemerintah
dari status kelembagaan dan pola pengelolaan keuangan, DKI Jakarta tahun 2004-2008 belum secara jelas mem-
alokasi dana dari APBD DKI Jakarta, dana gakin, dan perlihatkan dasar ideologis dan filosofi fungsi rumah

120
Olivia & Ayuningtyas, Analisis Politik dan Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah

sakit milik pemerintah untuk mewujudkan pelayanan Jakarta.


kesehatan yang adil dan merata. Secara politik, kon-
teks legislatif sebagai penentu anggaran subsidi rumah Implementasi Kebijakan
sakit serta pembuat kebijakan terkait seperti tarif gakin Implementasi kebijakan dilakukan dengan pen-
memposisikannya sebagai aktor dominan. Pada kon- dekatan top-down yaitu perumusan kebijakan dilakukan
teks situasional yang lain, faktor ekonomi memperli- pada tingkat pemerintah pusat, sementara daerah berke-
hatkan pengelolaan dana kesehatan masyarakat miskin wajiban untuk melaksanakannya. Kebijakan umumnya
yang penting. Untuk faktor sosial budaya, kebijakan ditetapkan pada skala makro yang mengakibatkan pe-
pembiayaan rumah sakit pemerintah juga belum opti- rubahan sosial ekonomi.
mal mempertimbangkan faktor sosial budaya sehingga
masih banyak penerima bantuan dana subsidi yang Evaluasi Kebijakan
tidak tepat sasaran. Para pembuat kebijakan menyampaikan bahwa eva-
Keragaman kultur masyarakat DKI Jakarta ber- luasi telah dilakukan dengan baik secara berkala.
pengaruh terhadap keputusan berobat ke rumah sakit Meskipun demikian, hasil evaluasi pelayanan oleh pasien
milik pemerintah. Masyarakat miskin enggan meman- memperlihatkan masih banyaknya kekurangan yang
faatkan layanan kesehatan di rumah sakit pemerintah harus diperbaiki seperti dokter kurang memberikan pen-
karena tidak terdata sebagai pasien gakin dan tidak jelasan, waktu pemberian obat yang ditunda, kebersihan,
punya biaya pribadi. Untuk mengatasi masalah terse- dan persepsi pasien terhadap perbedaan komunikasi dok-
but, kita dapat belajar dari pengalaman beberapa negara ter berdasarkan kelas rawat inap. Adapun evaluasi pem-
tetangga. Strategi pemasaran rumah sakit pemerintah di biayaan dari rumah sakit milik pemerintah dinilai sudah
Singapura dianggap tepat dan berhasil mengelola citra cukup baik.
dan penampilan sehingga masyarakatnya mau berobat
ke rumah milik sakit pemerintah. Sistem pembiayaan Adaptasi Kebijakan
kesehatan di Malaysia juga perlu dicontoh karena selu- Adaptasi kebijakan dilakukan berdasarkan evaluasi
ruh anggaran dibiayai secara penuh oleh pemerintah se- bulanan dan laporan kemajuan serta proporsi dana yang
hingga rumah sakit dapat fokus dalam memberikan terserap. Keputusan untuk menentukan kelanjutan kebi-
pelayanan terbaik. jakan dilakukan jika terdapat dampak besar (outcome)
yang secara nyata mempengaruhi situasi kesehatan
Analisis Proses masyarakat.
Identifikasi Masalah
Bappeda menentukan agenda dalam anggaran Analisis Strategi Implementasi Administrasi
melalui temuan atau kejadian di lapangan, informasi Sumber pendanaan rumah sakit pemerintah adalah
data yang ada, serta usulan melalui musyawarah. subsidi APBD dan penerimaan gakin. Oleh sebab itu, pe-
Anggota DPRD DKI Jakarta menetapkan anggaran nerapan kebijakan administrasi dan manajerial internal
hanya dengan menyetujui anggaran yang diajukan. rumah sakit milik pemerintah sangat dipengaruhi oleh
Selain itu, belum dilakukan evaluasi secara rutin ter- pihak eksternal yaitu kebijakan pemerintah. Kebijakan
hadap kinerja rumah sakit memberikan pelayanan pembiayaan rumah sakit tersebut meliputi status kelem-
kepada gakin. bagaan rumah sakit dan pengelolaan keuangan, tarif,
pendapatan yang berasal dari gakin dan SKTM, subsidi
Formulasi Kebijakan APBD, dan pengadaan barang dan jasa untuk belanja ru-
Formulasi kebijakan dilakukan di tingkat legislatif mah sakit. Oleh sebab itu, seorang administrator rumah
DPRD DKI Jakarta yang terkait dengan hak budget dari sakit dengan fungsi strategisnya harus mempunyai sikap
legislatif. Proses pengajuan RBA rumah sakit diajukan terhadap kebijakan tersebut.
kepada Bappeda dengan tahap tanya jawab dan diskusi
yang panjang. Pihak rumah sakit diwajibkan menyusun Pembahasan
prioritas dari yang terpenting sampai tidak terlalu pen- Konteks kebijakan dapat dianalisis berdasar faktor
ting. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian perencanaan situasional, faktor struktural, faktor cultural, dan faktor
dengan alokasi dana yang tersedia. Pihak DPRD DKI internasional.6 Masalah yang terdapat dalam pelaksanaan
Jakarta menyatakan umumnya mereka menyetujui saja program gakin dan SKTM adalah kurang akuratnya data
usulan kebijakan yang diajukan mengingat keter- jumlah penduduk miskin dari Badan Pusat Statistik
batasan pemahaman terhadap rincian isi pengajuan (BPS). Untuk mengatasi masalah ini diperlukan kerja
tersebut. Tarif ditetapkan melalui peraturan daerah sama dengan instansi terkait seperti BPS, dinas sosial,
berdasarkan ajuan dinas kesehatan dan belum meli- dan interest group. Rumah sakit sebagai lembaga kese-
batkan langsung kajian dari komisi E DPRD DKI hatan dituntut untuk dapat bekerja sama dengan instan-

121
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 3, Desember 2010

Gambar 2. Strategi Implementasi Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit Milik Pemerintah DKI Jakarta

si lain baik instansi kesehatan maupun non kesehatan, se- sesuaian, efektivitas, efisiensi, ekuitas, dan workability.
bagaimana dikemukakan oleh Ristini.9 Adapun kelompok kepentingan atau penekan belum
Bappeda telah mempunyai kemampuan dasar dalam efektif mempengaruhi formulasi kebijakan yang dite-
identifikasi masalah dan penentuan agenda, sedangkan tapkan oleh legislatif. Formulasi kebijakan menyangkut
DPRD DKI masih sebatas menyetujui saja. Demikian pu- masalah gakin menemui kendala dengan terbatasnya da-
la dengan dinas kesehatan yang belum optimal mengeva- ta yang ada serta belum dilakukannya penilaian efekti-
luasi dan menganalisis temuan masalah di rumah sakit. vitas dan efisiensi penggunaan data bantuan bagi gakin
Hal ini tidak sesuai dengan teori Hogwood dan Gun dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat DKI
dalam Barker,10 pemerintah seharusnya melaksanakan Jakarta. Kelemahan data mengakibatkan terjadinya
program secara aktif dalam mencari masalah karena salah sasaran serta masalah pemerataan yang menjadi
mereka perlu mengantisipasi masalah dan akibatnya se- poin penting untuk diperhatikan dalam formulasi kebi-
belum krisis terjadi. Mengacu pada model penentuan jakan.
agenda menurut model Hall didapatkan bahwa kebijakan Tidak jarang terjadi perbedaan kepentingan dan aspi-
pembiayaan rumah sakit milik pemerintah DKI Jakarta rasi antara pembuat dengan pelaksana kebijakan yang
masih berada pada tahap legitimasi. Pemerintah perlu berakibat pada munculnya resistensi pelaksana di daerah
memperhatikan dan merasa berhak mencampuri apabila dan pihak lain yang berkepentingan sebagaimana telah
ditemukan masalah yang timbul di rumah sakit, se- diungkapkan oleh Cleaves dalam Walt.7 Implementasi
dangkan kelayakan yang ditentukan oleh pengetahuan kebijakan tentang gakin menghadapi kendala ketidakte-
teoritis, praktis, sumber keuangan, dan dukungan patan data yang ada serta terkait pula dengan perhi-
masyarakat belum dilakukan tungan tarif yang tidak sesuai dengan unit cost.
Penetapan kebijakan belum menerapkan prinsip ke- Keterlambatan dana gakin untuk rumah sakit juga men-

122
Olivia & Ayuningtyas, Analisis Politik dan Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah

jadi keluhan dari objek kebijakan. Perlu diketahui pasti masih menjadi masalah bagi rumah sakit milik pemerin-
penyebab dan kemudian solusinya, misalnya apakah ke- tah. Ditambah lagi dengan terjadinya keterlambatan
terlambatan tersebut disebabkan proses verifikasi yang pembayaran dana gakin sehingga mengganggu kegiatan
terlalu panjang atau hal lainnya. Perubahan status ke- operasional rumah sakit. Fungsi sosial rumah sakit pe-
lembagaan rumah sakit juga mempengaruhi efektivitas merintah menyebabkan tarif pelayanan ditetapkan tidak
implementasi kebijakan, karena itu kebijakan semesti- berdasarkan unit cost sebenarnya sehingga tarif yang
nya ditetapkan dengan langkah-langkah kegiatan admi- berlaku adalah dibawah unit cost. Aktor yang paling
nistratif yang rapi serta memenuhi prinsip structure fol- berpengaruh dalam pembuatan kebijakan adalah anggota
low function.11 legislatif, meskipun masih banyak anggota legislatif yang
Evaluasi kebijakan yang dilakukan seharusnya lebih belum mempunyai kemampuan memadai dalam peneta-
terfokus pada tujuan kebijakan tersebut, yaitu melayani pan kebijakan pembiayaan rumah sakit pemerintah.
rakyat dan masyarakat. Survei terhadap pelayanan dan Peningkatan APBD DKI Jakarta belum diiringi dengan
pembiayaan rumah sakit milik pemerintah juga perlu peningkatan dana pada alokasi urusan kesehatan, akan
dilakukan baik oleh rumah sakit sebagai penyedia pela- tetapi alokasi dana untuk rumah sakit cenderung
yanan maupun pihak pembuatan kebijakan lainnya se- meningkat dari tahun ke tahun. Pada analisis proses,
perti dinas kesehatan. Dengan begitu, permasalahan da- identifikasi masalah tidak dilakukan dengan tepat, pe-
pat dijadikan agenda bagi penentuan kebijakan selanjut- nentuan agenda sampai pada tahap legitimasi belum
nya untuk tujuan utama peningkatan pelayanan keseha- mendapat kelayakan dan dukungan. Formulasi kebijakan
tan kepada rakyat. lebih banyak ditentukan oleh anggota DPRD DKI Jakarta
Dalam menyikapi kebijakan pembiayaan yang diberi- tanpa keterlibatan aktif dari stakeholder lainnya.
kan oleh pemerintah terdapat dua hal yang dapat dilaku- Evaluasi dilakukan secara berkala, tetapi belum di-
kan oleh seorang administrator rumah sakit. Sisi internal lakukan survei dari sudut pandang pasien maupun aktor
berupa kebijakan yang dikeluarkan oleh direktur rumah kebijakan lainnya.
sakit kepada organisasi rumah sakit. Kebijakan yang di-
hasilkan merujuk kepada perubahan sistem dan peruba- Saran
han paradigma yang menuju kemandirian pengelolaan Perumusan kebijakan pembiayaan rumah sakit milik
rumah sakit pemerintah. Beberapa usaha peningkatan pemerintah seyogyanya dilakukan dengan amat cermat
dalam menuju kemandirian tersebut, antara lain perbai- agar tidak terjadi, misalnya pembiayaan ganda untuk
kan organisasi dan manajemen rumah sakit, perbaikan pelayanan gakin. Menjadi amat penting bagi legislatif un-
manajemen operasional rumah sakit, dan manajemen tuk menetapkan prioritas agenda masalah kesehatan
pengembangan rumah sakit. Rekomendasi strategi im- yang ada berdasarkan telaah tajam tentang situasi kese-
plementasi ini didapatkan dari beberapa teori menuju ke- hatan kini dan prediksi tren atau potensi masalah kese-
mandirian, rekomendasi dari narasumber maupun dari hatan mendatang. Dapat pula dibangun kerja sama
pendapat penulis. dengan para akademisi atau pakar kesehatan untuk ana-
Administrator rumah sakit juga dapat dipandang se- lisis lebih mendalam, misalnya untuk menghitung unit
bagai aktor sekaligus objek dari kebijakan pembiayaan cost pelayanan kesehatan. Evaluasi kinerja dan peman-
rumah sakit. Dalam pandangan Walt,7 sebagai seorang tauan terhadap permasalahan di rumah sakit selazimnya
eksekutif, administrator mempunyai pengaruh kuat, bu- dilakukan secara berkala oleh dinas kesehatan. Kajian
kan hanya dalam hal merumuskan kebijakan, tetapi juga tentang besaran alokasi dana riil yang dibutuhkan oleh
dalam penentu agenda penting. Dalam rangka mem- suatu rumah sakit adalah hal penting lainnya yang harus
pengaruhi kebijakan, diperlukan partisipasi aktif dalam dilakukan.
memberikan masukan, kritik, edukasi kepada legislatif,
serta advokasi dan dukungan dari interest group. Dengan Daftar Pustaka
ikut berpartisipasi, diharapkan legislatif akan mendapat- 1. Adisasmito. Sistem kesehatan nasional. Jakarta: Rajawali Press; 2007.
kan masukan berupa temuan di lapangan, mengetahui 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Data APBD DKI Jakarta.
apa dan kenapa usulan tersebut diajukan, serta apa yang Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 2008.
dapat diimplementasikan dalam kebijakan ke depan. 3. Ayuningtyas D. Politik pembangunan pemerintah dan kebijakan pri-
Rekomendasi strategi implementasi ini dapat dilihat pa- vatisasi pelayanan kesehatan. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
da Gambar 2. 2009; 12 (3).
4. Waturandang. Peluang dan tantangan kemandirian rumah sakit peme-
Kesimpulan rintah di Indonesia. Jurnal MARSI. 2005; 6 (1).
Ada keterkaitan erat antara status kelembagaan 5. Rijadi S. Pola transformasi rumah sakit umum daerah: perubahan ben-
rumah sakit dengan pola pembiayaan kesehatan. Besar tuk kelembagaan atau pengelolaan keuangan. Jurnal MARSI. 2005; 5
alokasi serta ketepatan turunnya dana subsidi APBD (4).

123
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 3, Desember 2010

6. Walt. Making health policy understanding public health. New York: 9. Ristrini. Perubahan paradigma jasa pelayanan kesehatan rumah sakit
Open University Press; 2005. dan rekomendasi kebijakan strategis bagi pimpinan. Jurnal Manajemen
7. Walt G. Health policy and introduction to process and power. Pelayanan Kesehatan. 2005; 8 (1).
Johannesburg: Witwaterstand University Press; 1994. 10. Barker C. The health care policy process. London: SAGE Publication;
8. Trisnantoro L. Memahami penggunaan ilmu ekonomi dalam manajemen 1996.
rumah sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2006. 11. Easton D. The political system. New York: Alfred A. Knopf; 1971.

124

Vous aimerez peut-être aussi