Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
a. Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);
1
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional.
1. Informasi Finansial
2
unit spesifik mana yang bertanggung jawab terhadap terjadinya varians
samapi tingkat manajemen yang paling bawah.
2. Informasi Nonfinansial
3
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi
manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan
nonfinansial pada kondisi waktu tertentu.
4
D. PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE VALUE FOR MONEY.
Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini
adalah: ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban
mengenai pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam
pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan
sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan
(maximizing benefits and minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam
arti mencapai tujuan dan sasaran.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.
Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter.
Efisiensi : pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standard kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
5
tahun 1992 dalam sebuah artikel yang berjudul ”Balanced scorecard: Measures
That Drive Preformance”.
Balanced Scorecard sebagai suatu alternatif dalam mengukur kinerja, selain
mempertimbangkan faktor finansial juga faktor non finansial. Dengan empat
perspektif, yaitu customer, internal, learning and growth dan financial diharapkan
dapat memberikan penilaian yang komprehensif kepada manajemen. Sistem ini
diciptakan untuk menetapkan goals dan sekaligus melakukan pengukuran atas
pencapaiannya, sehingga secara tidak langsung dalam applikasinya, sistem ini dapat
dipakai sebagai alat penetapan strategi bagi perusahaan. Kemampuan perusahaan
dalam mengelola intangible assets-nya menjadi lebih menentukan keberhasilan
perusahaan dibanding dengan pengelolaan tangible assets-nya.
Intangible assets tersebut mencakup; pengembangan hubungan dengan
customers, pengenalan produk baru, kemampuan menghasilkan produk dan jasa
yang berkualitas dengan biaya yang minimal kemampuan meningkatkan
ketrampilan dan memberikan motivasi karyawan dan berkemampuan
mengembangkan teknologi informasi. Dalam lingkungan yang semakin kompetitif
manajemen perusahaan harus didukung untuk meningkatkan kinerjanya dengan
cara menyempurnakan sistem pengukuran kinerja tradisional karena dalam sistem
pengukuran tradisional yang menekankan pada ukuran keuangan sebagai tolak
ukur kinerja memiliki keterbatasan.
Keterbatasan ini sebagai akibat dari sistem akuntansi yang melayani berbagai
tujuan untuk pihak eksternal dan pihak internal secara sekaligus. Juga sistem
akuntansi yang memiliki banyak alternatif tekhnis akuntansi yang mungkin tidak
sesuai untuk tujuan tertentu serta ketidakpuasan terhadap ukuran keuangan dalam
mengukur efisiensi manajemen. Informasi yang diperoleh dari ukuran yang
bersifat keuangan tersebut selain keterbatasan tersebut tidak jarang cenderung
menyesatkan. Disebabkan antara lain informasi yang dilaporkan hanya informasi
yang quantified dan yang dapat diukur dengan uang, informasi yang dihasilkan
lebih bersifat prakiraan dan informasi yang dilaporkan merupakan hal yang sudah
terjadi. Pengukuran kinerja keuangan komprehensif seperti total biaya ataupun
pendapatan akuntansi suatu divisi, tidaklah selalu dapat memenuhi tujuan
pengambilan keputusan tertentu. Beberapa perusahaan, saat ini telah menggunakan sistem
6
pengukuran kinerja yang didasarkan pada finansial dan non finansial.
Kecendrungan untuk mengkombinasikan kedua ukuran inilah yang mendorong
lahirnya suatu sistem pengukuran kinerja baru yang telah dikembangkan, yaitu
Balanced Scorecard yang didefinisikan sebagai seperangkat ukuran yang
memberikan pandangan yang menyeluruh mengenai bisnis kepada para manajer
secara cepat dalam lingkungan yang kompleks untuk sukses dalam persaingan.
Metode ini dapat menterjemahkan misi dan strategi kedalam set penaksiran
kinerja secara menyeluruh yang akan dapat menghasilkan kerangka kerja untuk
strategi penaksiran dan sistem manajemen. Balanced Scorecard system (sistem
pengukuran kinerja berimbang) merupakan sistem pengukuran yang efektif yang
menjadi bagian integral proses manajemen yang dapat memotivasi peningkatan
dibidang-bidang penting seperti produk, proses produksi, kepuasan konsumen,
serta pengembangan pasar.