Vous êtes sur la page 1sur 3

PENILAIAN HASIL BELAJAR DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL

Penilaian (assessment) diartikan sebagai proses yang sistematis untuk


menentukan ketercapaian tujuan instruksional yang dapat dicapai siswa.
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
siswa.1 Kemudian Zainul mengartikan penilaian sebagai “proses mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes ”. 2 Dalam
pedoman penilaian dikemukakan, penilaian adalah “suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah
dicapai siswa”.3 Sedangkan berdasarkan SK Mendiknas nomor: 012/U/2002,
penilaian adalah “kegiatan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan, dan
atau hasil belajar siswa selama program pendidikan”. Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik.4 (PPNo.19 Tahun 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penilaian hasil belajar dapat


diartikan sebagai proses pengambilan keputusan tentang perkembangan,
kemajuan, dan atau hasil belajar siswa yang dilakukan guru dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran proses dan hasil belajar siswa serta
menggunakan tes dan atau non tes sebagai alat ukurnya.

1. TES OBJEKTIF DAN ESAY

1 Depdiknas, Penilaian Kelas, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2004), h. 12.
2 Asmawi Zainul, Tes dan Pengukuran, (Jakarta: Depdikbud-Ditjen Dikti Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan, 1993), h. 6
3 Depdikbud, Petunjuk Pelaksanaan Penilaian, (Jakarta: Dirjendiknas, 1994), h. 3
4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
 Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia. Oleh karena sifatnya yang demikian Popham
menyebutnya dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).5 Butir
soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan
oleh peserta tes. Kemungkinan jawaban telah dipasok oleh pengkonstruksi tes dan
peserta hanya memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah
disediakan.6 Menurut Subino (1987 : 4) perbedaan yang khas bentuk soal objektif
dibanding dengan soal esai adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. 7
Pada tes objektif, tugas testi adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam
butir soal. Hal ini berbeda dengan soal esai dimana testi harus menciptakan dan
mencari sendiri unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjawab soal.
Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat
kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165). Karena
sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.
Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi
karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan
jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1.
Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa
diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar
(convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil kesimpulan
bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes
untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes
tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga
hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.

5 W James Popham, Modern Educational Measurement, (Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall,
Inc, 1981), h. 235
6 Asmawi Zainul, dan Noehi Nasoetion (1996), Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta : Ditjen Dikti
Depdikbud, 1996), h.
7 Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes : Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan
Pengukuran. Jakarta : Ditjen Dikti Debdikbud

Vous aimerez peut-être aussi