Vous êtes sur la page 1sur 32

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN KOMUNITAS

OLEH SGD 4 :

Ni Putu Eka Yanti 1202105002


Ida Ayu Laksmi Mahardika 1202105003
I Made Parayoga Dwipayana 1202105030
Kadek Citra Ratna Sari Dewi 1202105059
I Dewa Gede Dwija Yasa 1202105066
Putu Puput Dirgahayu 1202105070
Ni Wayan Suci Dianatari 1202105072
Ni Luh Ayu Sudi Susanti 1202105074
I Putu Sena Pratama 1202105078
Kadek Dwi Wulandari 1202105088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gagal Ginjal adalah sebuah penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine (Nekada,
2015).

Penyakit ginjal memang tidak menular, tetapi bisa mengakibatkan kematian dan
dibutuhkan biaya mahal untuk pengobatan yang terus berlangsung seumur hidup
pasien.Penyakit gagal ginjal dapat dibagi menjadi dua macam yakni Gagal Ginjal
Akut (GGA) dan Gagal Ginjal Kronik (GGK) (Nekada, 2015).

Gagal ginjal akut biasanya terjadi secara tiba-tiba.Pada kasus ini fungsi ginjal
mengalami penurunan secara mendadak. Meskipun begitu, bila ditangani dengan
baik, penderita Gagal Ginjal Akut dapat sembuh dengan sempurna. Sedangkan,
Gagal Ginjal Kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan bulan, bahkan
dalam hitungan tahun. Sifatnya GGK tidak dapat disembuhkan. Memburuknya
fungsi ginjal bisa dihambat dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau produksi urine (Nekada, 2015).

Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam Tonapa
(2016) pada tahun 2010, lebih dari 20 juta atau 10% dari jumlah orang dewasa di
Amerika Serikat mengidap penyakit ginjal kronik dan kebanyakan tidak
terdiagnosis. Berdasarkan data dari Riskesdas 2013 prevalensi penyakit ginjal
kronik sesuai diagnosis dokter di indonesia sebesar 0,2%. Di urutan pertama
ditempati oleh Sulawesi Tengah dengan prevalensi 0,5%, di ikuti oleh Aceh,
Gorontalo, dan Sulawesi Utara dengan prevalensi 0,4%. Sementara NTT, Sulawesi
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
Jawa Timur masing-masing memiliki prevalensi sebesar 0,3%
Hemodialisis dilaksanakan untuk menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat
toksik yang lainnya di dalam darah. Hemodialisis masih menjadi alternatif utama
terapi pengganti fungsi ginjal bagi pasien penyakit ginjal kronik karena dari segi
biaya lebih murah dan risiko terjadinya perdarahan lebih rendah jika dibandingkan
peritoneal dialisis (Orim, 2006 dalam Tonapa, 2016).

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan


inisiasi hemodialisis. Hal ini didukung dengan jurnal yang berjudul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Keputusan Inisiasi Hemodialisis Pada Penderita
Penyakit Ginjal Kronik Di Ruang Dahlia Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”
dimana dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga
dengan keputusan inisiasi hemodialisis pada penderita penyakit ginjal kronik di
Ruang Dahlia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis jurnal “Hubungan


Dukungan Keluarga Dengan Keputusan Inisiasi Hemodialisis Pada Penderita
Penyakit Ginjal Kronik Di Ruang Dahlia Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado” agar nantinya dapat diterapkan sebagai salah satu intervensi
keperawatan komunitas

b. Tujuan Khusus

1) Untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan


penerapan jurnal “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan
tentang Bahaya Rokok pada Remaja di SMP Negeri 3 Kendal”.
2) Untuk mengetahui Implikasi keperawatan dalam penerapan jurnal
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang Bahaya
Rokok pada Remaja di SMP Negeri 3 Kendal”
1.3 Manfaat

a. Untuk Mahasiswa
1) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
2) Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis mengenai
isu keperawatan yang sedang berkembang.
3) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap keperawatan
komunitas.
b. Untuk Perawat
1) Mengembangkan keterampilan perawat dalam keperawatan komunitas.
2) Mengimplentasikan teori yang ada di jurnal pada saat dilapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga dan Dukungan Keluarga


Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan dalam kebersamaan
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai
bagian dari keluarga. Keluarga juga didefinisikan sebagai kelompok
individu yang tinggal bersama dengan atau tidak adanya hubungan darah,
pernikahan, adopsi, dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu
rumah tangga (Friedman dkk, 2010).
Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang
kehidupan, dimana dalam sebuah tahap siklus kehidupan dukungan
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian
dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam
kehidupan (Setiadi, 2008).

2.2.2 Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga


Menurut Friedman dkk (2010) fungsi-fungsi keluarga didefinisikan sebagai
hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga. Fungsi keluarga meliputi:
a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian, saling memberi
kasih sayang) untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi
kebutuhan anggota keluarga.
b. Fungsi sosialiasi penempatan sosial yaitu untuk sosialisasi primer
anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan juga sebagai penganugrahan status
anggota keluarga.
c. Fungsi biologis yaitu menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk
kelangsungan hidup bermasyarakat.
d. Fungsi ekonomis yaitu mengadakan sumber-sumber ekonomi yang
memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara afektif.
e. Fungsi perawatan kesehatan yaitu merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan
spiritual dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit setiap anggota keluarga.
f. Fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman,
memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
g. Fungsi pendidikan yaitu memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk prilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

2.2.3 Jenis dukungan keluarga


Penelitian-penelitan menyatakan bahwa dukungan sosial yang diberikan
keluarga adalah berupa dukungan instrumental dan dukungan emosional
atau informasi (House & Kahn, 1985 dalam Friedman dkk, 2010). Kedua
komponen dukungan sosial ini dikategorikan didalam empat jenis dukungan
yaitu: instrumental, informasional, penghargaan dan emosional (Friedman
dkk, 2010). Menurut House dan Kahn, (1985) dalam Friedman dkk, (2010)
dukungan sosial keluarga adalah tipe yang dipahami berfungsi dalam
hubungan keluarga dan dikategorikan dalam empat tipe prilaku dukungan
yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dan dukungan informasional.

2.2.4 Sumber Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti
dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung atau
dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial
keluarga). Sebuah jaringn sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan
sosial keluarga itu sendiri (Friedman dkk, 2010).

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


Hal yang mempengaruhi faktor-faktor dukungan keluarga lainnya adalah
kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan keluarga dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga
kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin
ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang lebih otoritas
dan otokrasi. Selain itu keluarga dengan kelas sosial menengah mempunyai
tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan lebih tinggi daripada keluarga
dengan kelas sosial bawah. Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan,
semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan
yang diberikan kepada keluarga yang sakit. Status pernikahan juga
berpengaruh, hal tersebut dikaitkan dengan bertambahnya anggota keluarga,
dukungan pada anggota keluarga yang sakitpun semakin banyak (Friedman,
2010).

2.2 Gagal Ginjal Kronik

2.2.1 Definisi
Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang
terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration
rate/GFR) dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda-tanda
kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah, atau urin,
atau kelainan radiologis (wibowo, 2010).
Penyakit ginjal kronik adalah proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, dkk,
2006).

2.2.2 Fungsi Ginjal


Fungsi ginjal menurut Price dan Wilson (2006) di bedakan menjadi dua
yaitu fungsi eksresi dan non ekskresi, antara lain:
a. Fungsi ekskresi
1) Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mosmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air
2) Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan mengubah-
ubah ekskresi Na+.
3) Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu
dalam rentang normal.
4) Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan
H+ dan membentuk kembali HCO3 - .
b. Fungsi non ekskresi
1) Menghasilkan renin : penting dalam pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoetin : meransang produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang.
3) Menghasilkan 1,25-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir vitamin D3
menjadi bentuk yang paling kuat.
4) Mengaktifkan prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilator, bekerja
secara lokal, dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal.

2.2.3 Etiologi
Etiologi Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian
Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi
terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%),
hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli,2008).
a. Glomerulonefritis
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan
primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit
dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis
sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain
seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma
multipel, atau amiloidosis (Prodjosudjadi, 2006).
b. Diabetes melitus
Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien
tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi
lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,
sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar
glukosa darahnya.
c. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga
hipertensi renal.
d. Ginjal polikistik
Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-
kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula.
Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan atau penyakit.

2.2.4 Faktor risiko


Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes melitus
atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan
individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit
ginjal dalam keluarga (National Kidney Foundation, 2009).

2.2.5 Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun
penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan
adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan
yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang
menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran
histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan
oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa
setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan
jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian seterusnya
keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal
ginjal terminal (Noer, 2006).
2.2.6 Gambaran klinik
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat
kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan
hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan
neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular (Sukandar, 2006).

2.2.7 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik


Komplikasi PGK yang banyak terjadi adalah gangguan kardiovaskuler dan
infeksi (Naqvi & Collins, 2006). Infeksi pada PGK yang belum menjalani
tindakan mempunyai prevalensi 3 kali dari yang sudah menjalani dialisis.
Penyakit infeksi yang sering terjadi adalah pneumonia, infeksi saluran
kemih dan sepsis. Komplikasi dari CKD adalah anemia, gangguan
kardiovaskuler, dislipidemia dan gangguan nutrisi (Thomas, Kanso &
Sedor, 2008).

2.2.8 Penatalaksanaan
Terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit
ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi
tersebut dapat berupa hemodialisis (Suwitra, 2006).
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada
pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang
tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan
Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%.
Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual,
anoreksia, muntah, dan astenia berat. Hemodialisis di Indonesia dimulai
pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah
sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen
darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre
kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang
tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang
mahal (Rahardjo, 2006).

2.3 Hemodialisis

2.3.1 Pengertian
Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah
pasien melewati membran semipermiabel (dialyzer) ke dalam dialysate.
Dialyzer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar
volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana
tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan
perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan
masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dialyzer yang dapat
dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan
dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat dan
dunia.
Dialyzer atau ginjal buatan memiliki dua bagian, satu bagian untuk darah
dan bagian lain untuk cairan dialysate. Di dalam dialyzer antara darah dan
dialisat tidak bercampur jadi satu tetapi dipisahkan oleh membran atau
selaput tipis. Sel-sel darah, protein dan hal penting lainnya tetap dalam darah
karena mempunyai ukuran molekul yang besar sehingga tidak bisa melewati
membran. Produk limbah yang lebih kecil seperti urea, kreatinin dan cairan
bisa melalui membran dan dibuang. Sehingga darah yang banyak
mengandung sisa produk limbah bisa bersih kembali (National Kidney
Foundation / NKF, 2006).

2.3.2 Tujuan Tindakan Hemodialisis


Hemodialisis tidak mengatasi gangguan kardiovaskuler dan endokrin pada
penderita PGK. Tindakan hemodialisis bertujuan untuk membersihkan
nitrogen sebagai sampah hasil metabolisme, membuang kelebihan cairan,
mengoreksi elektrolit dan memperbaiki gangguan keseimbangan basa pada
penderita PGK (Levy, dkk., 2004). Tujuan utama tindakan hemodialisis
adalah mengembalikan keseimbangan cairan intraseluler dan ekstraseluler
yang terganggu akibat dari fungsi ginjal yang rusak (Himmelfarb & Ikizler,
2010).

2.3.3 Komponen Hemodialisa


a. Mesin Hemodialisa
Mesin hemodialisa memompa darah dari pasien ke dialyzer sebagai
membran semipermiabel dan memungkinkan terjadi proses difusi,
osmosis dan ultrafiltrasi karena terdapat cairan dialysate didalam
dialyzer. Proses dalam mesin hemodialisa merupakan proses yang
komplek yang mencakup kerja dari deteksi udara, kontrol alarm mesin
dan monitor data proses hemodialisa (Misra, 2005)
b. Ginjal Buatan (dialyzer)
Dialyzer atau ginjal buatan adalah tabung yang bersisi membran
semipermiabel dan mempunyai dua bagian yaitu bagian untuk cairan
dialysate dan bagian yang lain untuk darah (Levy,dkk., 2004). Syarat
dialyzer yang baik adalah bisa membersihkan sisa metabolisme dengan
ukuran molekul rendah dan sedang, asam amino dan protein tidak ikut
terbuang saat proses hemodialisis, volume dialyzer kecil, tidak
mengakibatkan alergi atau biocompatibility tinggi, bisa dipakai ulang
dan murah harganya (Levy, dkk., 2004)
c. Dialysate
Dialysate adalah cairan elektrolit yang mempunyai komposisi seperti
cairan plasma yang digunakan pada proses hemodialisis (Hoenich &
Ronco, 2006). Cairan dialysate terdiri dari dua jenis yaitu cairan acetat
yang bersifat asam dan bicarbonat yang bersifat basa.
d. Blood Line (BL) atau Saluran Darah
Blood line untuk proses hemodialisa terdiri dari dua bagian yaitu bagian
arteri berwarna merah dan bagian vena berwarna biru. BL yang baik
harus mempunyai bagian pompa, sensor vena, air leak detector
(penangkap udara), karet tempat injeksi, klem vena dan arteri dan bagian
untuk heparin (Misra, 2005). Fungsi dari BL adalah menghubungkan dan
mengalirkan darah pasien ke dialyzer selama proses hemodialisis
e. Fistula Needles
Fistula Needles atau jarum fistula sering disebut sebagai Arteri Vena
Fistula (AV Fistula) merupakan jarum yang ditusukkan ke tubuh pasien
PGK yang akan menjalani hemodialisa. Jarum fistula mempunyai dua
warna yaitu warna merah untuk bagian arteri dan biru untuk bagian vena
2.3.4 Komplikasi selama Hemodialisis
Selama proses hemodialisis sering muncul komplikasi yang berbeda- beda
untuk setiap pasien. Komplikasi hemodialisis menurut Katanko dan Levin
(2008) adalah intradialytic hipotension, kram otot, mual muntah, emboli
udara dan sakit kepala. Menurut Armiyati (2010) salah satu komplikasi
selama hemodialisis adalah hipertensi.

BAB III
RINGKASAN JURNAL
Inisiasi hemodialisis adalah proses dimulainya hemodialisis sebagai terapi
pengganti ginjal yang dilakukan pada penderita ginjal kronik. Dukungan keluarga
adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit yang
mana dukungan keluarga ini dapat mempengaruhi keputusan inisiasi hemodialisis.
Penyakit ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan menyebabkan uremia (retepnsi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2002).

Berdasarkan data dari Riskesdas 2013 prevalensi penyakit ginjal kronik


sesuai diagnosis dokter di indonesia sebesar 0,2%. Di urutan pertama ditempati oleh
Sulawesi Tengah dengan prevalensi 0,5%, di ikuti oleh Aceh, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara dengan prevalensi 0,4%. Sementara NTT, Sulawesi Selatan,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur
masing-masing memiliki prevalensi sebesar 0,3%.Terapi pengganti ginjal yang
selama ini diakui dapat meningkatkan fungsi ginjal adalah transplantasi atau
cangkok ginjal, peritoneal dialisis (PD), dan hemodialisis (HD). Namun, diantara
ketiga terapi tersebut, terapi yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat adalah
hemodialisis (Colvy, 2010 dalam Ekantari, 2012).

Hemodialisis dilaksanakan untuk menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat


toksik yang lainnya di dalam darah. Hemodialisis masih menjadi alternatif utama
terapi pengganti fungsi ginjal bagi pasien penyakit ginjal kronik karena dari segi
biaya lebih murah dan risiko terjadinya perdarahan lebih rendah jika dibandingkan
peritoneal dialisis (Orim, 2006).Inisiasi hemodialysis merupakan proses
dimulainya hemodialysis sebagai terapi pengganti ginjal yang dilakukan pada
penderita gagal ginjal dengan komplikasi edema paru, hiperkalemia dan asidosis
metabolik (PERNEFRI 2003 dalam Daryani 2011).
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan inisiasi hemodialisis. Hemodialisis merupakan terapi bagi penderita
penyakit ginjal kronik yang membutuhkan biaya besar, tidak cukup dalam waktu 1-
2 bulan saja tetapi butuh waktu yang lama. Penderita tidak bisa melakukan terapi
hemodialisis sendiri, mengantar ke pusat hemodialisis dan melakukan kontrol ke
dokter.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional (potong lintang), dimana data yang menyangkut variable
bebas dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Setiadi,
2013).Populasi pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di Ruang Dahlia. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini berjumlah 41 orang pasien PGK yang menjalani HD. Kriteria Inklusi; Pasien
PGK dapat membaca dan menulis, bersedia menjadi responden, mampu
berkomunikasi verbal, usia maksimal 60 tahun, fungsi kognitif baik, telah menjalani
hemodialisis tidak lebih dari 1 tahun. Kriteria Eksklusinya yakni; pasien tidak
kooperatif dan pasien yang mengalami gangguan kesehatan dan penurunan
kesadaran saat pengambilan data.
Menurut Sudoyo (2007) yang menjadi etiologi penyakit ginjal kronik sangat
bervariasi, namun 3 penyakit yang sering menjadi penyebab penyakit ginjal kronik
adalah glomerulonefritis, diabetes melitus dan hipertensi.Penulis berasumsi
bahwalakilakilebihbanyakmenderita penyakit ginjal kronik diakibatkan penyakit
yang mendasari seperti glomerulonefritis, diabetes mellitus maupun hipertensi dan
karena lebih banyak laki-laki yang berpola hidup tidak baik seperti merokok,
konsumsi minum-minuman keras, obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan yang
signifikan diantara responden dengan dukungan keluarga yang baik dan kurang.
Responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik dan tidak menunda
keputusan inisiasi hemodialysis disebabkan oleh faktor dukungan keluarga yang
baik itu sendiri sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga baik dan
menunda keputusan inisiasi hemodialisis disebabkan faktor umur yang masih
sangat muda yang dimana responden belum dapat membuat keputusan yang tepat
akibat dari kurang matangnya psikologis dan kurang terbuka terhadap pandangan
ataupun pendapat dari orang lain.

Dalam penelitian Watson (2013) yang bejudul Factors influencing choice


of renal replacement therapy menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan
salah satu factor yang berperan dalam pemilihan terapi pengganti ginjal. Menurut
McClellan (1993) menyebutkan bahwa pasien yang mendapat dukungan dari orang-
orang terdekat akan membuat pasien mampu menunjukkan perilaku positif saat
mengalami stress akibat didiagnosis gagal ginjal dan harus melakukan hemodialisis
serta meningkatkan percaya diri pasien dalam mengambil keputusan untuk memulai
hemodialisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan


dukungan keluarga dengan keputusan inisiasi hemodialisis, maka dapat
disimpulkan bahwa; dukungan keluargasebagian besar pada kategori baik, sebagian
besar keputusan inisiasi hemodialysis penderita PGK pada kategori tidak menunda,
serta ada hubungan dukungan keluarga dengan keputusan inisiasi hemodialisis pada
penderita penyakit ginjal kronik di Ruang Dahlia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.

BAB IV
PEMBAHASAN
1. Critical appraisal
No Proses Pertimbangan Penjelasan
Dalam Mengkritisi
Artikel Penelitian
1. Judul Apakah judul artikel Judul artikel cukup jelas dan berkaitan,
jelas dan akurat? secara keseluruhan judul artikel dapat
menggambarkan isi artikel dengan tepat.
Apakah judul
mencerminkan isi
artikel?
2. Penulis Apa kualifikasi Penulis merupakan mahasiswa sarjana S1 di
pendidikan dan posisi perguruan tinggi di fakultas kedokteran
penulis saat ini? program studi ilmu keperawatan.
3. Waktu Kapan penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ruang
dilakukan? Dahlia RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado pada tanggal 28-31 desember
2015.
Kapan penelitian Penelitian ini di publikasikan pada februari
dipublikasikan? 2016

Apakah penelitian ini Penelitian yang ada di jurmal ini


merupakan karya merupakan implikasi dari teori yang telah
baru? ada sebelumnya.

Apakah penelitian ini Jurnal ini cukup relevan dengan praktik


relevan dengan keperawatan terkini khususnya dalam
praktik terkini? hemodialisis pada penyakit ginjal kronik.

4 Jurnal Apakah jurnal yang Jurnal ini memiliki keterkaitan dengan


dipilih berhubungan bidang keperawatan karena edukasi
dengan keperawatan? keluarga untuk memberikan dukungan pada
pasien merupakan salah satu peran perawat.
Apakah anggota Editorial pada jurnal ini berasal dari
editorial berasal dari program studi ilmu keperawatan.
berbagai ahli dari
pendidikan dan
praktik?
Siapakah target Target pembacanya adalah perawat atau tim
pembacanya? Luas medis serta klien dan keluarga yang
atau khusus? memberikan perawatan pada pasien
hemodialisis penyakit ginjal kronik.
5. Abstrak Apakah abstrak secara Pada jurnal ini peneliti sudah
jelas menampilkan menampilakan masalah penelitian yaitu
masalah penelitian, mengenai dukungan keluarga terhadap
hipotesis/ pertanyaan keputusan inisiasi. pada jurnal ini belum
penelitian, tujuan tercantum hipotesis mengenai penelitian
(umum/khusus), ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk
metodologi, hasil, menganalisa hubungan dukungan keluarga
kesimpulan dan dengan keputusan inisiasi hemodialisis
rekomendasi? pada penderita penyakit ginjal kronik di
Ruang Dahlia RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
ManadoRSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado. Metodologi yang digunakan
adalah penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional. Hasil dari penelitian ini adalah
menunjukkan jumlah responden dengan
dukungan keluarga baik terdapat 26(63,4%)
responden dan yang tidak menunda
keputusan inisiasi hemodialisis 25 (61%)
responden sedangkan responden dengan
dukungan keluarga kurang 15 (36,6%)
responden dan yang menunda keputusan
inisiasi hemodialisis 13 (31,7%) responden
dan didapatkan nilai p= < 0,001.
Kesimpulan penelitian ini adalah ini
menunjukkan ada hubungan dukungan
keluarga dengan keputusan inisiasi
hemodialisis.

Apakah anda dapat Mampu karena sudah tertulis dalam abstrak.


memahami dengan
jelas fokus dari
penelitian?

6 Identifikasi Apakah masalah dan/ Pada penelitian ini masalah dan tujuan
masalah atau tujuan penelitian sudah teridentifikasi dengan jelas dimana
diidentifikasi secara tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk
jelas? menganalisa hubungan dukungan keluarga
dengan keputusan inisiasi hemodialisis
pada penderita penyakit ginjal kronik di
Ruang Dahlia RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
ManadoRSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado.
Apakah penulis Pada penelitian ini tidak dicantumkan
mencantumkan mengenai rasiomal yang dilakkan oleh
rasional dilakukannya peneliti
penelitian?

7 Formulasi Apakah tujuan (umum Tujuan penelitian ini sudah dinyatakan


pertanyaan dan/ atau khusus) secara jelas oleh peneliti yaitu untuk untuk
penelitian dinyatakan secara menganalisa hubungan dukungan keluarga
penelitian atau jelas? dengan keputusan inisiasi hemodialisis
hipotesis pada penderita penyakit ginjal kronik di
Ruang Dahlia RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
ManadoRSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado.
Berapa banyak Pada penelitian ini tidak dijelaskan berapa
pertanyaan penelitian/ pertanyaan peneliti dan hipotesis dari
hipotesis yang penelitian ini.
diangkat? Apakah
memadai (terlalu
banyak)?
Apakah hipotesis yang Pada penelitian ini tidak dijelaskan
diangkat disusun hipotesis penelitian
secara logis mengikuti
masalah penelitian?
Apakah tujuan dan/ Pada penelitian ini tidak dijelaskan
atau pertanyaan hipotesis penelitian
penelitian yang
diangkat disusun
secara logis mengikuti
masalah penelitian?
8. Kajian Apakah penulis Pada penelitian ini peneliti tidak
pustaka menampilkan diskusi menampilkan diskusi yang bias. Peneliti
yang tidak bias? hanya menampilakan diskusi mengenai
dukungan keluarga dan inisiasi
hemodialisis.

Apakah penulis Pada penelitian ini penulis sudah


mencerminkan mencerminkan pemahamannya mengenai
pemahamannya subjek yang diteliti yaitu pasien yang akan
terhadap subjek yang menjalani inisiasi hemodialisis
diteliti?
Apakah penulis Pada penelitian ini penulis sudah
menggunakan sumber menggunakan sumber pustaka terkini , bisa
pustaka terkini?
dilihat dari tahun sumber referensi yang
digunakan.

Apakah penulis hanya Pada penelitian ini penulis sudah


menampilkan mengkritisi hasil dari penelitian-penelitian
kumpulan kutipan terdahulu.
langsung atau
mengkritisi hasil dari
penelitian-penelitian
terdahulu?
9. Metodelogi Apakah rancangan Rancangan penelitian cukup jelas dengan
a. Ranca penelitian menyebutkan bahwa menggunakan metode
ngan disampaikan dengan penelitian deskriptif analitik dengan
jelas? rancangan cross sectional (potong lintang),
dimana data yang menyangkut variable
bebas dan terikat dikumpulkan dalam waktu
yang bersamaan.
Apakah anda dapat Dapat karena sudah disebutkan didalam
mengidentifikasi jenis metode penelitian bahwa menggunakan
rancangan penelitian metode penelitian deskriptif analitik.
apa yang digunakan,
mis. deskriptif,
eksperimental, kuasi-
eksperimental?

b. Alat Apakah peneliti Tidak disampaikan dalam jurnal mengenai


ukur menuliskan alasan alas an memilih alat ukur yang digunakan
memilih instrumen/ yakni kuisioner.
alat ukur yang
digunakannya, mis.
kuisioner, observasi,
wawancara, rekam
medis, catatan harian,
dll
c. Sampe Apakah sampel Iya, Sampel yang digunakan dalam
l mewakili populasi penelitian ini berjumlah 41orang pasien
yang diteliti? PGK yang menjalani HD.

Apakah karakteristik Dipertimbangkan karena memiliki kriteria


dari sampel inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi; Pasien
dipertimbangkan PGK dapat membaca dan menulis, bersedia
dalam pemilihan menjadi responden, mampu berkomunikasi
sampel, mis. besar verbal, usia maksimal 60 tahun, fungsi
sampel, budaya, jenis kognitif baik, telah menjalani hemodialisis
kelamin, dll? tidak lebih dari 1 tahun. Kriteria
Eksklusinya yakni; pasien tidak kooperatif
dan pasien yang mengalami gangguan
kesehatan dan penurunan kesadaran saat
pengambilan data.
Apakah penulis Metode sampling yang digunakan adalah
menggunakan metode purposive sampling. Menurut saya belum
pemilihan sampel sesuai karena purposive sampling lebih cocok
yang tepat? untuk penelitian kualitatif.

d. Etik Apakah peserta Tidak dijelaskan dalam jurnal.


menerima lembar
persetujuan untuk ikut
serta dalam
penelitian?

Apakah kerahasiaan Tidak dijelaskan dalam jurnal.


dan privasi peserta
penelitian dijamin?
Apakah hak peserta Tidak dijelaskan dalam jurnal.
untuk menolak ikut
serta dalam penelitian
disampaikan?
Apakah peserta bebas Tidak dijelaskan dalam jurnal.
dalam perlakuan yang
membahayakan?

Apakah persetujuan Tidak dijelaskan dalam jurnal.


komite etik diperoleh?
e. Reliabilitas Apakah permasalahan Tidak dijelaskan dalam jurnal.
dan validitas terkait reabilitas dan
validitas
dipertimbangkan?
Apakah metodologi Iya , karena tidak dijelaskan secara jelas
penelitian bias ? teknik pengisian kuisioner sebelum atau
sesudah HD.
10. Pilot study Bagaimana penelitian Peneliti hanya mencari jurnal terkait dan
pendahuluan mencari jumlah kejadian sesuai sampel
dilakukan? yang diinginkan.
Modifikasi apa yang Tidak dijelaskan dalam jurnal.
dilakukan dan
mengapa?
11. Penelitianuta Apakah hasil Iya. Hasil penelitian dijelaskan dalam tabel
ma penelitian dalam , kemudian dideskripsikan baik dalam
a. Hasil wujud persentase atau presentase maupun jumlah.
narasi/ teks
ditampilkan?
Apakah penulis Penulis hanya menampilkan tabel hasil
menampilkan gambar pengolahan data yang telah dilakukan.
untuk membantu
mengkomunikasikan
hasil penelitiannya?
Apakah peneliti Tidak dijelaskan dalam jurnal.
menampilkan rasional
untuk menampilkan
atau tidak
menampilkan uji
statistik tertentu?
b. Diskus Apakah diskusi hasil Dapat dipahami dengan baik.
i/reko penelitian dapat
menda dipahami?
si
Apakah rekomendasi Tidak tertera dengan jelas karena hasil
yang ditampilkan penelitian hanya dijadikan sebagai
sesuai dengan hasil kesimpulan di dalam jurnal.
penelitian?
Apakah rekomendasi Menurut saya mungkin, karena dukungan
dapat/ memungkinkan keluarga sangat mungkin untuk
untuk dikomunikasikan dan dilakukan.
diimplementasikan?

Apakah penulis Tidak dijelaskan dalam jurnal.


menampilkan
kerterbatasan
penelitiannya?
Apakah penulis Tidak dijelaskan dalam jurnal.
menampilkan saran
untuk penelitian
berikutnya?

c. kesim Apakah kesimpulan Iya, penulis menyampaikan kesimpulan


pulan yang disampaikan hasil uji dan hipotesis.
berkaitan dengan hasil
penelitian?
Apakah penulis Tidak dijelaskan dalam jurnal. Tetapi tidak
berupaya untuk terlihat memaksakan kesimpulan agar
memanipulasi hasil sesuai tujuan.
temuannya agar sesuai
dengan ide
penelitiannya di awal?
Apakah penulis Iya, penulis membuat kesimpulan sesuai
menampilkan hasil tujuan.
penelitiannya sesuai
dengan tujuan,
pertanyaan atau
hipotesis penelitian?
Informasi apa yang Informasi mengenai perbedaan pengaruh
tidak ditampilkan dan dari dua jenis dukungan keluarga dan
apakah penulis mengenai jenis kuisioner yang digunakan
merujuk pembaca sebagai instrument. Tidak dapat ditemukan
untuk mendapatkan point dari hasil dan proses penelitian.
informasi terkait?

2. Analisa SWOT penerapan jurnal tersebut di bidang keperawatan


Indonesia/ Bali
a. Strengths ( Kekuatan)
Kekuatan dari jurnal yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Keputusan Inisiasi Hemodialisis pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik di Ruang
Dahlia RSUP Prof. DR.R.D Kandou Manado “ antara lain:
- Jurnal publikasi baru
Jurnal ini dipublikasikan baru yaitu pada tanggal 1 Februari 2016. Hal ini
menjadi salah satu kekuatan dari jurnal ini, yaitu dapat menambah ketertarikan
pembaca karena bersifat baru.
- Mempunyai penerbit yang jelas
Jurnal ini diterbitkan oleh penerbit jurnal yang jelas serta diakui yaitu ejournal
keperawatan(e-Kp), dengan adanya penerbit yang jelas maka jurnal ini dapat
dipercaya oleh pembaca sebagai jurnal yang memang mempunyai penerbit yang
resmi dan dijamin keakuratannya.
- Judul jurnal jelas dan menarik
Judul jurnal ini jelas karena sudah mencantumkan variabel-variabel yang jelas
serta tempat penelitian yang jelas. Kemudian, penelitian ini juga menarik karena
meneliti hubungan antara dukungan keluarga dengan keputusan hemodialisis.
Peneliti mencoba menghubungkan hal tersebut sehingga pembaca menjadi
tertarik apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keputusan
hemodialisis.
- Hasil penelitian jelas
Hasil penelitian yang tercantum dalam jurnal ini jelas. Dimana jurnal ini
mencari apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keputusan
inisiasi hemodialisis pada penyakit ginjal kronik di Ruang Dahlia RSUP Prof.
DR. R>D Kandou Manado. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil dari
jumlah 41 sampel menunjukan jumlah responden dengan dukungan keluarga
baik terdapat 26(63,4%) responden, sedangkan responden dengan dukungan
keluarga kurang 15 ( 36,6%) responden dan yang menunda keputusan inisiasi
hemodialisis 13( 31,7%) responden dan di dapatkan nilai p=< 0,001 yang
artinya menunjukan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
inisiasi hemodialisis. Hasil jurnal ini jelas sehingga pembaca semakin tertarik
untuk membaca jurnal tersebut.
b. Weaknesses ( kelemahan)
- Kualifikasi pendidikan penulis kurang jelas
Dalam jurnal ini kualifikasi pendidikan penulis kurang jelas apakah penulis
jurnal tersebut apakah seorang dosen atau mahasiswa. Dalam jurnal hanya
dijelaskan kalau jurnal tersebut merupakan jurnal keperawatan. Hal ini dapat
menjadi kelemahan dari jurnal karena kualifikasi pendidikan penulis menjadi
salah satu pertimbangan dari pembaca.
- Kriteria sampel hemodialis kurang dipaparkan
Dalam jurnal ini hanya menjelaskan mengenai sampel yang mengalami
hemodialisis tanpa memaparkan kriteria berapa kali pasien tersebut menjalani
hemodialis sehingga belum diketahui sejauh mana dukungan keluarga
berhubungan dengan pasien yang menjalani hemodialis.
c. Oppurtunity
- Tingginya prevalensi penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia
Tingganya prevalensi penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia
menyebabkan adanya peningkatan pasien yang harus mendapatkan terapi
hemodialisis. Hal ini menyebabkan terapi dukungan keluarga ini bisa
diterapkan secara luas di masyarakat sehingga diharapkan dengan terapi
dukungan keluarga, pasien penderita penyakit ginjal kronik bersedia untuk
mengikuti terapi hemodialisa sesuai jadwal
- Adanya JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional
Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional, terapi hemodialysis bisa
ditanggung pemerintah 1 kali perminggu. Hal ini tentu akan meringankan beban
keluarga untuk memberikan dukungan kepada anggota keluarganya melakukan
terapi hemodialysis sesuai jadwal.

- Banyaknya rumah sakit yang sudah menyediakan layanan teraphy hemodialysis


Banyaknya rumah sakit yang menyediakan layanan terapi hemodialysis bisa
membantu keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien penderita
penyakit ginjal kronis untuk memilih rumah sakit yang diinginkan atau rumah
sakit yang terdekat.
d. Threat
- Mahalnya biaya therapy hemodialysis
Pada beberapa pasien terapi hemodialysis harus diberikan 2 hingga 3 kali
perminggu, sehingga JKN tidak mampu untuk menjamin pembiayaan terapi
tersebut yang menyebabkan kesulitan pada keluarga yang memiliki ekonomi
kurang. Hal ini akan menyebabkan gangguan pada dukungan keluarga yang
diberikan
- Adanya pasien yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik di usia muda
Gagal ginjal kronik di usia muda menyebabkan gangguan psikologis pada
pasien tersebut. Hilangnya percaya diri dan harapan hidup serta keinginan untuk
menikmati hidupnya menyebabkan pemberian dukungan keluarga lebih sulit
untuk dilakukan.
- Adanya keluarga yang memiliki banyak kesibukan
Banyak keluarga yang memiliki kesibukan di luar sana misalnya kesibukan
dalam hal pekerjaan, sekolah, dan lain sebagainya yang menyebabkan
kurangnya perhatian kepada anggota keluarganya yang memiliki penyakit
ginjal kronis. Hal ini bisa mengganggu pemberian dukungan kepada pasien
sehingga berpengaruh terhadap ketaatan pasien melaksanakan terapi
hemodialysis sesuai jadwal.

3. Implikasi keperawatan
Implikasi keperawatan yang dapat diterapkan dari jurnal tersebut adalah :
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai klien yang
menjalani hemodialisa sepanjang hidupnya. Penelitian ini menjelaskan adanya
perubahan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pasien yang meliputi
kebutuhan fisiologis, ekspresi spiritual, perubahan pola interaksi sosial. Hal ini
bermanfaat untuk menyusun pedoman pemberian informasi terkait gagal ginjal
kronik dan rencana hemodialysis. Selain itu, sebagai perawat professional, disini
perawat dapat berperan sebagaimana mestinya.
a. Perawat dapat berperan dalam memberikan informasi kepada keluarga
mengenai penyakit ginjal kronik dan penatalaksanaannya. Sehingga,
nantinya keluarga dapat memehami kondisi pasien saat melakukan
pengobatan
b. Perawat dapat berperan sebagai fasilitator. Dimana, perawat merupakan
tempat bertanya mengenai hemodialysis bagi pasien maupun keluarga untuk
memecahkan masalah keseehatan yang diharapkan dapat memberikan
solusi dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
c. Perawat dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan keikutsertaan
pasien maupun keluarga dalam setiap pengobatan yang dilakukan.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan

Jurnal yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keputusan


Inisiasi Hemodialisis pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik di Ruang Dahlia
RSUP Prof. DR.R.D Kandou Manado “ merupakan jurnal yang baru saja
dipublikasi pada tanggal 1 Februari 2016, mempunyai penerbit yang jelas,
namun kualifikasi pendidikan penulis kurang jelas. Jurnal ini memiliki judul
jurnal yang jelas dan menarik. Walaupun kriteria sampel hemodialisis kurang
dipaparkan namun hasil penelitian yang tercantum dalam jurnal ini jelas.
Dimana jurnal ini mencari apakah ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan keputusan inisiasi hemodialisis pada penyakit ginjal kronik di Ruang
Dahlia RSUP Prof. DR. R>D Kandou Manado. Dari penelitian tersebut
didapatkan nilai p=< 0,001 yang artinya menunjukan bahwa ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan inisiasi hemodialisis. Hasil jurnal ini jelas
sehingga pembaca semakin tertarik untuk membaca jurnal tersebut. Jurnal ini
dapat diterapkan secara luas karena tingginya prevalensi penderita penyakit
ginjal kronik di Indonesia, adanya JKN dan banyaknya rumah sakit yang sudah
menyediakan layanan terapi hemodialisis. Namun ada beberapa kendala yang
menghambat penerapan hasil dari jurnal ini diantaranya mahalnya biaya terapi
hemodialis, adanya pasien yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik di usia
muda, adanya keluarga yang memiliki banyak kesibukan.

b. Saran
Bagi peneliti yang ingin membuat jurnal agar menampilkan komponen penting
dalam penelitiannya secara jelas seperti waktu penelitiab, metode, instrument,
lokasi penelitian, tujuan, hipotesis penelitian dan memaparkan kekurangan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo, Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, Siti


Setiati. 2006. Inflammatory Bowel Disease Alur Diagnosis dan
Pengobatannya di Indonesia. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.386-390.
Nekada, Cornelia Dede Yoshima. 2015. Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani
Hemodialisis Di Rsup Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Respati: Yogyakarta.

Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-. Proses


Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC

National Kidney Foundation, 2009. Chronic Kidney Disease. New york: National
Kidney Foundation. Available from:
http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm#whatis.

National Kidney Foundation, 2006. Chronic Kidney Disease. New york: National
Kidney Foundation. Available from:
http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm#whatis.

Noer, M.S., 2006. Gagal Ginjal Kronik Pada Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR.
Available from: [Accessed 29 April 2009]
http://www.pediatrik.com/pkb/20060220- mqb0gj-pkb.pdf. [Accessed 15
Maret 2009]

Prodjosudjadi, W., 2006. Glomerulonefritis. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,


Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 527-530.
Roesli, R., 2008. Hipertensi, diabetes, dan gagal ginjal di Indonesia. Dalam: Lubis,
H.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-108.

Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik. Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.

Suwitra, K., 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Edisi keempat. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 570-573.

Armiyati, Y. (2012). Hipotensi dan Hipertensi intradialisis pada pasien CHRONIC


KIDNEY DISEASE (CKD) saat menjalani hemodialisis.
http://jurnal.unimus.ac.id, diunduh 6 mei 2016).

Himmelfarb J, Ikizler TA. Hemodialysis. N Engl J Med 2010; 36(3): 1833-45

Thomas R, Kanso A, Sedor JR. Chronic kidney disease and its complications. Prim
Care 2008; 35(2): 329-40.
Tonapa, Santo Imanuel, Rina Kundre & Gresty Masi. 2016. Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Keputusan Inisiasi Hemodialisis Pada Penderita Penyakit
Ginjal Kronik Di Ruang Dahlia Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1
Naqvi, S, B.,& Collins, A, J. (2006). Infectious Complications in Chronic Kidney

Levy dkk. 1994. Transient Hypertension: Its Significance in Term of Later


Development of Sustained Cardiovascular Renal Disease, JAMA, 126,82-
96.
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta : EGC

Setiadi. 2008. Konsep & keperawatan keluarga. Yogyakarta : Graha ilmu.

Vous aimerez peut-être aussi