Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH SGD 4 :
Gagal Ginjal adalah sebuah penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine (Nekada,
2015).
Penyakit ginjal memang tidak menular, tetapi bisa mengakibatkan kematian dan
dibutuhkan biaya mahal untuk pengobatan yang terus berlangsung seumur hidup
pasien.Penyakit gagal ginjal dapat dibagi menjadi dua macam yakni Gagal Ginjal
Akut (GGA) dan Gagal Ginjal Kronik (GGK) (Nekada, 2015).
Gagal ginjal akut biasanya terjadi secara tiba-tiba.Pada kasus ini fungsi ginjal
mengalami penurunan secara mendadak. Meskipun begitu, bila ditangani dengan
baik, penderita Gagal Ginjal Akut dapat sembuh dengan sempurna. Sedangkan,
Gagal Ginjal Kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan bulan, bahkan
dalam hitungan tahun. Sifatnya GGK tidak dapat disembuhkan. Memburuknya
fungsi ginjal bisa dihambat dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau produksi urine (Nekada, 2015).
Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam Tonapa
(2016) pada tahun 2010, lebih dari 20 juta atau 10% dari jumlah orang dewasa di
Amerika Serikat mengidap penyakit ginjal kronik dan kebanyakan tidak
terdiagnosis. Berdasarkan data dari Riskesdas 2013 prevalensi penyakit ginjal
kronik sesuai diagnosis dokter di indonesia sebesar 0,2%. Di urutan pertama
ditempati oleh Sulawesi Tengah dengan prevalensi 0,5%, di ikuti oleh Aceh,
Gorontalo, dan Sulawesi Utara dengan prevalensi 0,4%. Sementara NTT, Sulawesi
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
Jawa Timur masing-masing memiliki prevalensi sebesar 0,3%
Hemodialisis dilaksanakan untuk menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat
toksik yang lainnya di dalam darah. Hemodialisis masih menjadi alternatif utama
terapi pengganti fungsi ginjal bagi pasien penyakit ginjal kronik karena dari segi
biaya lebih murah dan risiko terjadinya perdarahan lebih rendah jika dibandingkan
peritoneal dialisis (Orim, 2006 dalam Tonapa, 2016).
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
a. Untuk Mahasiswa
1) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
2) Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis mengenai
isu keperawatan yang sedang berkembang.
3) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap keperawatan
komunitas.
b. Untuk Perawat
1) Mengembangkan keterampilan perawat dalam keperawatan komunitas.
2) Mengimplentasikan teori yang ada di jurnal pada saat dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Definisi
Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang
terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration
rate/GFR) dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda-tanda
kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah, atau urin,
atau kelainan radiologis (wibowo, 2010).
Penyakit ginjal kronik adalah proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, dkk,
2006).
2.2.3 Etiologi
Etiologi Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian
Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi
terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%),
hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli,2008).
a. Glomerulonefritis
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan
primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit
dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis
sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain
seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma
multipel, atau amiloidosis (Prodjosudjadi, 2006).
b. Diabetes melitus
Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien
tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi
lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,
sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar
glukosa darahnya.
c. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga
hipertensi renal.
d. Ginjal polikistik
Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-
kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula.
Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan atau penyakit.
2.2.5 Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun
penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan
adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan
yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang
menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran
histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan
oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa
setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan
jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian seterusnya
keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal
ginjal terminal (Noer, 2006).
2.2.6 Gambaran klinik
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat
kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan
hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan
neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular (Sukandar, 2006).
2.2.8 Penatalaksanaan
Terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit
ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi
tersebut dapat berupa hemodialisis (Suwitra, 2006).
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada
pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang
tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan
Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%.
Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual,
anoreksia, muntah, dan astenia berat. Hemodialisis di Indonesia dimulai
pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah
sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen
darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre
kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang
tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang
mahal (Rahardjo, 2006).
2.3 Hemodialisis
2.3.1 Pengertian
Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah
pasien melewati membran semipermiabel (dialyzer) ke dalam dialysate.
Dialyzer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar
volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana
tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan
perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan
masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dialyzer yang dapat
dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan
dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat dan
dunia.
Dialyzer atau ginjal buatan memiliki dua bagian, satu bagian untuk darah
dan bagian lain untuk cairan dialysate. Di dalam dialyzer antara darah dan
dialisat tidak bercampur jadi satu tetapi dipisahkan oleh membran atau
selaput tipis. Sel-sel darah, protein dan hal penting lainnya tetap dalam darah
karena mempunyai ukuran molekul yang besar sehingga tidak bisa melewati
membran. Produk limbah yang lebih kecil seperti urea, kreatinin dan cairan
bisa melalui membran dan dibuang. Sehingga darah yang banyak
mengandung sisa produk limbah bisa bersih kembali (National Kidney
Foundation / NKF, 2006).
BAB III
RINGKASAN JURNAL
Inisiasi hemodialisis adalah proses dimulainya hemodialisis sebagai terapi
pengganti ginjal yang dilakukan pada penderita ginjal kronik. Dukungan keluarga
adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit yang
mana dukungan keluarga ini dapat mempengaruhi keputusan inisiasi hemodialisis.
Penyakit ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan menyebabkan uremia (retepnsi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2002).
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Critical appraisal
No Proses Pertimbangan Penjelasan
Dalam Mengkritisi
Artikel Penelitian
1. Judul Apakah judul artikel Judul artikel cukup jelas dan berkaitan,
jelas dan akurat? secara keseluruhan judul artikel dapat
menggambarkan isi artikel dengan tepat.
Apakah judul
mencerminkan isi
artikel?
2. Penulis Apa kualifikasi Penulis merupakan mahasiswa sarjana S1 di
pendidikan dan posisi perguruan tinggi di fakultas kedokteran
penulis saat ini? program studi ilmu keperawatan.
3. Waktu Kapan penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ruang
dilakukan? Dahlia RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado pada tanggal 28-31 desember
2015.
Kapan penelitian Penelitian ini di publikasikan pada februari
dipublikasikan? 2016
6 Identifikasi Apakah masalah dan/ Pada penelitian ini masalah dan tujuan
masalah atau tujuan penelitian sudah teridentifikasi dengan jelas dimana
diidentifikasi secara tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk
jelas? menganalisa hubungan dukungan keluarga
dengan keputusan inisiasi hemodialisis
pada penderita penyakit ginjal kronik di
Ruang Dahlia RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
ManadoRSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado.
Apakah penulis Pada penelitian ini tidak dicantumkan
mencantumkan mengenai rasiomal yang dilakkan oleh
rasional dilakukannya peneliti
penelitian?
3. Implikasi keperawatan
Implikasi keperawatan yang dapat diterapkan dari jurnal tersebut adalah :
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai klien yang
menjalani hemodialisa sepanjang hidupnya. Penelitian ini menjelaskan adanya
perubahan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pasien yang meliputi
kebutuhan fisiologis, ekspresi spiritual, perubahan pola interaksi sosial. Hal ini
bermanfaat untuk menyusun pedoman pemberian informasi terkait gagal ginjal
kronik dan rencana hemodialysis. Selain itu, sebagai perawat professional, disini
perawat dapat berperan sebagaimana mestinya.
a. Perawat dapat berperan dalam memberikan informasi kepada keluarga
mengenai penyakit ginjal kronik dan penatalaksanaannya. Sehingga,
nantinya keluarga dapat memehami kondisi pasien saat melakukan
pengobatan
b. Perawat dapat berperan sebagai fasilitator. Dimana, perawat merupakan
tempat bertanya mengenai hemodialysis bagi pasien maupun keluarga untuk
memecahkan masalah keseehatan yang diharapkan dapat memberikan
solusi dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
c. Perawat dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan keikutsertaan
pasien maupun keluarga dalam setiap pengobatan yang dilakukan.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Bagi peneliti yang ingin membuat jurnal agar menampilkan komponen penting
dalam penelitiannya secara jelas seperti waktu penelitiab, metode, instrument,
lokasi penelitian, tujuan, hipotesis penelitian dan memaparkan kekurangan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
National Kidney Foundation, 2009. Chronic Kidney Disease. New york: National
Kidney Foundation. Available from:
http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm#whatis.
National Kidney Foundation, 2006. Chronic Kidney Disease. New york: National
Kidney Foundation. Available from:
http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm#whatis.
Noer, M.S., 2006. Gagal Ginjal Kronik Pada Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR.
Available from: [Accessed 29 April 2009]
http://www.pediatrik.com/pkb/20060220- mqb0gj-pkb.pdf. [Accessed 15
Maret 2009]
Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik. Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.
Suwitra, K., 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Edisi keempat. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 570-573.
Thomas R, Kanso A, Sedor JR. Chronic kidney disease and its complications. Prim
Care 2008; 35(2): 329-40.
Tonapa, Santo Imanuel, Rina Kundre & Gresty Masi. 2016. Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Keputusan Inisiasi Hemodialisis Pada Penderita Penyakit
Ginjal Kronik Di Ruang Dahlia Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1
Naqvi, S, B.,& Collins, A, J. (2006). Infectious Complications in Chronic Kidney