Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditas Pertanian yang mudah diolah dan memiliki nlai jual yang tinggi
kalau dilakukan pengolahan salah satunya yaitu kopi. Kopi merupakan tanaman
perkebunan yang sudah lama dibudidayakan, selain sebagai sumber penghasilan
rakyat, kopi menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa
negara. Meskipun demikian komoditas kopi sering kali mengalami fluktuasi harga
sebagai akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan komoditas
kopi dipasar dunia. Ada empat jenis kelompok kopi yang dikenal yaitu kopi arabika,
kopi robusta, kopi liberika, dan kopi ekselsa, kelompok kopi yang dikenal yang
memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial yaitu kopi Arabika
2
dan kopi Robusta sementara itu kelompok kopi liberika dan kopi ekselsa kurang
ekonomis dan kurang komersial . Kopi merupakan komoditas ekspor karena sekitar
60 persen dari jumlah produksi kopi nasional di ekspor dan sisanya di konsumsi
serta disimpan oleh pedagang dan eksortir sebagai cadangan apabila terjadi gagal
panen. Negara tujuan utama ekspor kopi dari Indonesia adalaha Amerika Serikat,
Jerman dan Jepang. Data ekspor kopi Indonesia kenegara tujuan utama selama
tahun 2007-2011 dapat dilihat dalam lampiran 1 ( Rohardjo,2012:)
Menurut Ilhami (2016:2) kopi merupakan salah satu minuman yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat indonesia, tradisi minum kopi terutama dipagi dan sore
hari sudah menjadi kegiatan wajib kebanyakan orang, namun saat ini tidak hanya
dipagi hari disaat semua orang akan memulai harinya, tetapi juga disaat istirahat
siang, bersantai sore bahkan sampai malampun kebanyakan orang memilih kopi
untuk menjadi teman menghabiskan waktu. Tradisi minum kopi tidak hanya untuk
melepas dahaga, tetapi juga untuk menemani aktivitas kehidupan masyarakat
seperti pertemuan bisnis, rapat, reuni dan berbagai aktivitas lainnya. Hal ini
membuat trend minum kopi menjadi meningkat dan secara tidak disadari tradisi
minum kopi telah menjadi bagian gaya hidup, sehingga budaya minum kopi
berkembang tidak hanya sebagai pemuas kebutuhan para pecinta kopi saja
melainkan muncul sebagai trend atau gaya hidup tersendiri.
Saat ini kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup dan dianggap sebagai
minuman berkelas (classy drink). Kondisi ini diperkuat dengan munculnya
komunitas-komunitas penikmat kopi dan munculnya kafe kelas dunia yang
mengkhususkan diri pada binis minuman kopi. Pada saat ini Kafe khusunya yang
berjenis coffee shop merupakan sebuah pilihan usaha yang banyak dipilih oleh para
3
pebisnis modern, disini coffee shop tidak hanya sebagai suatu tempat untuk minum
saja,kebanyakan masyarakat juga menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk
berkumpul dan bersantai.
Tujuan bisnis adalah untuk menciptakan kondisi para konsumen yang puas,
kepuasan konsumen akan terjadi apabila apa yang dirasakan atau didapatkan oleh
konsumen sesuai dengan harapan den kenginanya. Menurut Kotler (2005)
Kepuasan merupakan sejauh mana suatu tingkatan produk dipresepsikan sesuai
dengan harapan pembeli. Kepuasan konsumen diartikan sebagai suatu keadaan
dimana harapan konsmen terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang
diterima oleh konsumen. Jika produk tersebut jauh dibawah harapan konsumen
akan kecewa, sebaliknya, jika produk tersebut memenuhi harapan konsumen akan
merasa puas. Harapan konsumen dapat diketahui dari pengalaman mereka sendiri
saat menggunakan produk tersebut, informasi dari orang lain, dan informasi yang
diperoleh dari iklan atau promosi yang lain (Sangadji dan Sopiah, 2013 :181)
Menurut Kombang (2007) menyatakan bahwa dalam menentukan kepuasan
konsumen pelanggan terdapat empat faktor utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan yaitu 1) Mutu produk; bahwa pelanggan akan merasa puas apabila hasil
evelauasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan bermutu; 2)
Mutu pelayanan; terutama untuk industri jasa pelayanan bahwa mereka puas
apabila mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan; 3)
Emosional; dimana orang lain akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan
bahwa orang lain akan kagum terhadap dia apabila menggunakan produk dengan
merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi; 4)
Biaya; yaitu pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jas , maka mereka akan
cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut.
Menjadi organisasi yang fokus pada konsumen adalah pilihan strategis bagi
suatu perusahaan agar mampu bertahan ditengah situasi lingkungan ekonomi yang
memperlihatkan kecenderungan fluktuasi curam, perubahan demi perubahan,
persaingan tinggi, dan semakin canggihnya kualitas hidup. Konsumen tentunya
ingin mendapatkan produk untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan hidup
4
mereka, salah satu cara agar usaha mampu bertahan adalah dengan menciptakan
kepuasan konsumen melalui penigkatan kualitas produk (Lupiyoadi,dan Hamdani,
2006 :168)
Kualitas dari produk yang dijual memberikan dorongan khusus bagi para
konsumen untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka
panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan sebuah
usaha untuk memahami secara seksama harapan dari kebutuhan spesifik konsumen.
Pada gilirannya perusahaan dapat meningkatkan kepuasan konsumen dimana
perusahaan memaksimalkan pengalaman konsumen yang menyenangkan dan
meminimumkan pengalamana konsumen yang kurang menyenangkan selanjutkan
kepuasan konsumen berkontribusi pada terciptanya loyalitas konsumen ( Tjiptono
dan Chandra, 2017: 15)
Paradigma dunia pemasaran saat ini semakin maju. Bukan zamannya lagi
bersaing melalui produk karena selain memerlukan biaya atau cost yang tinggi,
produk sangat mudah ditiru oleh kompetitor. Sehingga bersaing melalui produk
tidak akan menghasilkan dampak (impact) yang terlalu besar bagi perusahaan.
Untuk itu, hal yang sangat penting ditingkatkan adalah pelayanan, selain tidak
membutuhkan cost yang tinggi, pelayanan prima terhadap kostumer juga mampu
memberikan impact besar terhadap perusahaan. Kualitas layanan merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan sebagai bagian dalam kegiatan bisnis. Berbisnis
kafe atau coffeeshop saat ini harus memperhatikan banyak hal selain dari kualitas
makanan dan minuman itu sendiri, pengelola juga harus memperhatikan atmosfir
dalam toko.
Kebutuhan konsumen yang semakin berkembang dan kompleks menuntut para
pelaku usaha untuk mengembangkan hal-hal selain produk utama selain makanan
dan minuman seperti pengembangan dalam bidang layanan (service) kepada
konsumen (Adityo, 2014: 51).
Terdapat beberapa alasan pentingnya mengelola dan meningkatkan mutu jasa atau
layanan, diantaranya (Sule, 2006: 376):
1. Jasa sebagai keunggulan
5
Jasa merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang saat ini digunakan oleh
berbagai perusahaan dalam melakukan strategi diferensiasi dengan para
pesaingnya.
2. Jasa sebagai penentu jumlah konsumen
Pelayanan yang buruk akan menyababkan hilangnya konsumen bagi perusahaan.
3. Jasa sebagai penentu profit
Berkurangnya jumlah konsumen dengan sendirinya akan menyebabkan
berkurangnya profit yang dapat diperoleh perusahaan, karena perusahaan tidak bisa
Faktor lainnya yang mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu emosional,
emosional faktor yang menunjang dalam perasaan setiap para pelanggan,
Emosional merupakan perasaan dan pikiran yang didasari oleh beberapa sifat
emosi. Efendi (2005: 177) mengungkapkan bahwa terdapat enam jenis emosi dasar
yang dapat diukur sebagai indikator emosional. Indikator tersebut meliputi : anger
(marah), fear (takut), surprise (kejuan), disgust (Jengkel), happiness (kebahagiaan),
dan sadness (kesedihan).
Salah satu faktor penting dalam kepuasan konsumen yaitu harga, karena
penetapan harga dapat mempengaruhi loyalitas konsumen dalam menggunakan
suatu produk tertentu, Banyaknya faktor yang mempengaruhi penetapan harga,
menurut Swastha (Erma dan Sinaga, 2010: 65) mengungkapkan bahwa faktor-
faktor tersebut ada pada suatu produk barang/jasa. Faktor tersebut meliputi : 1)
Kondisi perekonomian; 2) Penawaran; dan permintaan; 3) Elastisitas permintaan;
4) Persaingan; 5) Biaya; 6) Tujuan manager; dan (7) Pengawasan pemerintah.
Adapun indikator pengukuran variabel harga adalah menurut (Irawan dan faried,
2000 :110). a. Diskon atau potongan harga, b. Harga terjangkau, c. Harga yang
kompetitif.
Kota padang memiliki berberapa coffee shop yang kini sudah berkembang,
berdasarkan data yang telah diambil dari bidang Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) kota padang diketahui bahwa sampai tahun 2016
terdapat 19 coffee shop yang telah memiliki izin resmi karena beberapa syarat yang
telah dipenuhi, Data Jumlah Coffee shop dikota Padang tahun 2014-2016 dapat
dilihat dalam lampiran 3 .
Salah satu coffee shop yang baru berdiri tetapi sangat digemari oleh
konsumen dikota padang adalah Dua Pintu Coffee Roastery. Dua Pintu Coffee
Roastery yang telah berdiri dari tahun 2015 dan melayani konsumen penikmat kopi
dikota padang. Dua Pintu Coffee Roastery menawarkan berbagai macam minuman
dan makanan , kopi-kopi yang diolah oleh Dua Pintu Coffee Roastery ini adalah
kopi local Sumatera Barat seperti Kopi solok, jenis kopi tersebut adalah Arabica
dan Robusta , menu nya terdiri dari expresso, americano, macchiato, piccolo,
cappucino, cafe’ latte, mochacino, flavour latte, iced black, iced white, iced mocha,
ice flavour white, black float, affogato, tubruk, vietnam drip, V60, kalita wafe,
aeropress, jap style , dimana range harga yang ditawarkan di Dua Pintu Coffee
Roastery tersebut berkisaran 7.000 rupiah sampai dengan 17.000 rupiah, Dua Pintu
Coffee Roastery buka dari jam 15.00 sampai dengan 23.00. Desain ruangan yang
sangat nyaman, ketersedian hiburan music , WIFI ,dan barista barista yang ramah
membuat konsumen betah berlama-lama di tempat ini, dan suasana yang nyaman
akan membangkitkan mood konsumen sehingga dapat menenangkan pikiran sambil
meningkmati secangkir kopi
Dua Pintu Coffee Roastery merupakan salah satu coffee shop yang
berkembang dengan memiliki pelanggan yang cukup banyak dari berbagai
kalangan mulai dari siswa, mahasiswa dan pegawai. Peneliti memilih Dua Pintu
Coffee Roastery sebagai objek penelitian karena Dua Pintu Coffee Roastery
memiliki rasa, kualitas, merk, yang berkualitas tinggi tetapi menawarkan harga
yang cukup terjangkau, dan Dua Pintu Coffee Roastery memiliki penghasilan omset
yang paling besar di antara beberapa coffee shop yang ada disekitar Universitas
Andalas akan tetapi adaya fluktuatif hasil omset yang didapatkan oleh Dua Pintu
Coffee Roastery tiap bulannya sesuai dengan hasil wawancara yang telah lakukan.
7
Data Omset penghasilan coffee shop disekitar daerah Universita Andalas dapat
dilihat dalam lampiran 4
C. Tujuan Penelitian
D.Manfaat Penelitian
1.Bidang Akademis
2.Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan masukan atau sebagai bahan evaluasi dalam
perumusan strategi, kegaiatan dan memberikan informasi mengenai karakteristik
konsumen, yang memberikan dampak positif terhadap tingkat kepuasan konsumen,
penjualan dan laba perusahaan .
3.Bagi Penulis
9
A. Definisi Kafe
Di Indonesia, kafe berarti semacam tempat sederhana, tetapi cukup
menarikuntuk makan makanan ringan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kafe yaitu tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan musik
dan tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman seperti kopi, teh,
bir dan kue-kue. Kafe merupakan suatu tempat atau bangunan yang di
organisasikan secara komersial untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik
kepada semua pengunjungnya.
B. Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Keller (2007) perilaku konsumen adalah perilaku dari
konsumen akhir, individu dan rumah tangga, yang membeli barang dan jasa untuk
konsumsi pribadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah
kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis. Teori perilaku konsumen merupakan
deskripsi tentang bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan diantara
barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimumkan kesejahteraan.
Keputusan pembelian konsumen akan membantukita memahami bagaimana
perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan barang dan jasa
(Pyndick dan Rubinfield, 2001). Dari pengertian di atas maka perilaku konsumen
merupakan tindakan-tindakandan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen
perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan
menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian
yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-
tindakan tersebut.
b. Subbudaya
Subbuudaya merupakan bagian budaya yang lebih kecil atau kelompok orang yang
berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi umum. Subbudaya
meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.
13
c. Kelas Sosial
Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif permanen dan
berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas
sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur
sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel
lain.
2. Faktor Sosial
Pengaruh Keluarga yaitu keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku
pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan
anak dalam pembelian produk yang berbeda (Setiadi, 2003)
a. Kelompok acuan
Seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku
seseorang. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat dimana seseorang menjadi
anggotanya disebut keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi bertindak
sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung atau tidak langsung dalam
membentuk sikap atau perilaku seseorang.
Kelompok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada
seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep diri seseorang, dan menciptakan
tekanan untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan
merek seseorang.
b. Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling
berpengaruh. Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli.
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran suami,
istri, serta anak-anak dalam pembelian produk dan jasa yang berbeda.
14
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, antara lain
sebagai berikut:
a. Usia
Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda
usiaakan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi
pemasaran, semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Namun pemasar
perlu mengetahui dengan pasti apakah usia dijadikan dasar untuk segmentasi pasar
produknya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar
berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas
rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan
diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu.
d. Situasi Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex
diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen
menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan
produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu. (Kotler, 1994)
e. Gaya Hidup
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan
opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda.
(Kotler,1994)
4. Faktor Psikologi
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis
utamayaitu:
a. Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan
dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu
kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki,
dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal,
keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling
mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan
orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling
penting berikutnya. (Suryani, 2008)
b. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan
menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti. Orang
16
dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang
sama. (Suryani, 2008)
c. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul
dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan, rangsangan
pertanda, respons, dan penguatan.
C. Kepuasan Konsumen
garansi yang dijanjikan, proses pemenuhan pelayanan atau pengiriman, dan proses
penyelesaian masalah. 3). Attributes related to purchase yaitu dimensi kepuasan
yang berkaitan dengan atribut dari keputusan untuk membeli atau tidaknya dari
produsen seperti kemudahan mendapat informasi, kesopanan karyawan dan juga
pengaruh reputasi perusahaan.
Nilai yang diberikan pelanggan sangat kuat didasari oleh faktor kualitas
produk atau jasa. Dimana kualitas produk atau jasa adalah sejauh mana produk atau
jasa memenuhi spesifikasi-spesifikasinya. Kualitas menurut ISO 9000 merupakan
perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran
dapat memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006:
175). Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan
dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling
menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahan. Ikatan emosional
semacam ini memungkinkan perusahaan untuk memahami seksama harapan dan
kebutuhan spesifik pelanggan. Pada gilirannya, perusahaan dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan, di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan
yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan. Selanjutnya, kepuasan pelanggan berkontribusi pada terciptanya
loyalitas pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2007: 115).
Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar
agar diperhatikan, diminta, dipakai, atau dikonsumsi sehingga mungkin
memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler, 1993: 189). Menurut Kotler dan
Amstrong arti dari kualitas produk adalah “the ability of aproduct to perform its
function, it includes the product’s overall durability,reliability, precision, ease of
operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah
produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,
reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut
produk lainnya (Purwanto, 2012: 283).
18
F. Jasa Pelayanan
Jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk
fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan
serta memberi nilai tambah misalnya kenyamanan, hiburan, atau kesenangan
konsumen (Lupiyoadi dan Hamdani 2006: 5). Pelayanan adalah suatu perilaku yang
ditunjukan oleh si penjual sesuai dengan yang diinginkan oleh pembeli dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan keinginannya (Sopiah dan Syihabudhin, 2008:
252). Lewis dan Booms (1993) merupakan pakar pertama kali mendefinisikan
kualitas jasa sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu
sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Berdasarkan definisi ini, kualitas jasa bisa
diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Melalui
serangkaian penelitian, Zeithaml dan Berry (1988) berhasil mengidentifikasi lima
dimensi pokok kualitas jasa, yaitu:
sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah
bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, ini meliputi fasilitas
fisik (gedung, gudang dan lainnya), teknologi (peralatan dan perlengkapan
yang dipergunakan), serta penampilan pegawainya. Secara singkat dapat
diartikan sebagai penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan materi
komunikasi.
G. Factor Emosional
20
Faktor emosional dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
konsumen untuk membeli suatu produk. menurut Irawan (2009: 38), faktor
emosional didapat dari pelanggan yang merasa puas setelah melalui serangkaian
evaluasi yang sebagian bersifat rasional dan emosional. Faktor emosional dibagi 2
dimensi yaitu:
1. Self expressive value
Kepuasan yang timbul karena rasa bangga membeli produk.
2.. Brand personality
Memberikan kepuasan kepada konsumen secara internal bergantung dari
pandangan orang disekitarnya.
H. Harga
Kotler dan Amstrong (2008: 345) mendefinisikan harga adalah sejumlah uang yang
ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para
pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu
produk atau jasa. Sedangkan Kotler dan Keller (2009: 67) mengartikan harga adalah
salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain
menghasilkan biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam program
pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi
membutuhkan banyak waktu. Berdasarkan definisi menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah nilai uang yang ditentukan oleh penjual
barang/jasa dan dibayar oleh pembeli suatu produk barang/jasa guna untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Adapun indikator pengukuran
variabel harga adalah menurut (Irawan dan faried, 2000 :110). a. Diskon atau
potongan harga, b. Harga terjangkau, c. Harga yang kompetitif
Diagram Kartesius merupakan suatu ruang yang dibagi atas empat bagian
(kuadran) yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus.
Selanjutnya setiap atribut tersebut dijabarkan dalam diagram kartesius seperti
terlihat pada gambar ( Supranto, 2006 : 242)
T
i
n
P
er
ri
B
P
er
ri
Kuadran I:
Kuadran II:
Menunjukkan indicator yang dianggap penting oleh konsumen dan kinerjanya telah
berhasil dilaksanakan perusahaan dengan baik, untuk itu wajib dipertahankan.
Kuadran III:
22
Kuadran IV:
Menunjukkan indicator yang kurang penting bagi konsumen, akan tetapi kinerja
dan pelaksanannya berlebihan. Hal ini dikatakan sebagai pemborosan sumber daya
perusahaan.
2.Weighted Score (WS), adalah fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) dikali
dengan Weighting Factor (WF). Mean Satisfaction Score atau nilai rata-rata tingkat
kepuasan diperoleh dari nilai rata-rata tingkat kinerja suatu atribut.
3.Weighted Average Total (WAT), adalah fungsi dari total Weighted Score (WS)
atribut ke-1 (a1) hingga atribut ke-n (an).
4. Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu fungsi dari nilai Weighted Average
Total (WAT) dibagi dengan Highest Scale (HS) atau skala minimum yang
digunakan dalam instrumen penelitian. Skala maksimum likert yang digunakan
dalam pembobotan tingkat kepentingan dan kinerja dalam penelitian ini adalah
lima.
23
Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima kriteria mulai dari tidak puas
sampai dengan sangat puas menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,0. Kriteria ini dapat
dilihat dalam tabel berikut:
J. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu lainnya yaitu “Analisis Kepuasan Konsumen Lalito
Coffee and Tea di Kota Padang” dilakukan oleh Audia Alica Ferdina (2015).
Pengamatan penelitian difokuskan pada bauran pemasaran 7P. Selanjutnya bauran
pemasaran 7P (produk, harga, orang, proses, tempat, bukti fisik, dan promosi)
digunakan sebagai dasar pemilihan indikator untuk mengukur tingkat kepuasan
konsumen dalam penelitian. Hasil pengukuran kepuasan konsumen terhadap
indikator yang diangkat dari bauran pemasaran 7P ini nantinya yang digunakan oleh
perusahaan sebagai strategi untuk memasarkan produk dan mewujudkan kepuasan
konsumen. Total atribut yang digunakan penelitian ini adalah 24 atribut.
Berdasarkan hasil penelitian, kepuasan konsumen yang telah dipertahankan oleh
Lalito Coffee and Tea yaitu pada kehigienisan kopi, penampilan kopi, lokasi,
kenyamanan tempat, kebersihan tempat, ketersediaan toilet, dekorasi kafe, dan
ketersediaan fasilitas wifi. Konsumen merasa tidak puas yaitu cita rasa kopi, aroma
kopi, keramahan pramusaji, penampilan pramusaji, kecepatan penyajian,
penjelasan pramusaji dan kecepatan transaksi
Penelitian terdahulu lainnya yaitu “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan Pelangganpada UD Pandan Wangi Semarang” , dimana Kualitas produk
tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini berarti bahwa peningkatan
24
ini dapat ditark kesimpulan bahwa secara keseluruhan konsumen merasa puas atas
kualitas produk yang ditawarkan Rimbun Espresso & Brew Bar.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan, pemilik (owner) Dua
Pintu Coffee Roastery memberikan izin dan respon positif terhadap penelitian ini
serta bersedia membantu peneliti dengan memberikan data dan informasi yang
diperlukan.
B. Metode Penelitian
n=
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = Total seluruh anggota populasi
e = batas Toleransi Kesalahan
Populasi dalam penelitian ini yaitu prakiraan jumlah pengunjung Dua Pintu Coffee
Roastery dalam 30 hari ( 1 bulan) yaitu sekitar 1560 pengunjung sesuai dengan
pernyataan Owner Dua Pintu Coffee Roastery tersebut, dimana jumlah populasi
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut
Senin 35 140 8
Selasa 60 240 15
Rabu 50 200 12
Kamis 60 240 15
Jumat 80 320 19
28
Sabtu 55 220 13
Minggu 50 200 12
Total 1560 94
n=
n=
n= 93,97
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data primer adalah data
yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan
penelitian, seperti data hasil wawancara, data observasi, survei, dan sebagainya.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-
sumber yang telah ada.
Dua Pintu Coffee Roastery didukung dengan observasi atau pengamatan langsung
dilapangan. Untuk tujuan penelitian yang kedua, data primer diperoleh dari hasil
wawancara dengan responden untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen di Dua
Pintu Coffee Roastery. Wawancara dengan responden dilakukan dengan
menggunkan kuesioner. Kuisioner tersebut berisikan pernyataan yang jawabannya
yaitu untuk memberikan penilaian mengenai tingkat kepuasan konsumen
berdasarkan mutu produk, pelayanan, emosional dan biaya . Format jawaban yang
digunakan yaitu format tipe likert. Pada penelitian ini, tingkatan kategori likert
tersebut ada lima. Untuk item positif terbesar diberi skor 5, dan nilai terendah diberi
skor 1. Instrumen yang dipakai dalam penelitian untuk mengukur tingkat kepuasan
konsumen tersebut dapat dilihat sebagai berikut
memasukkan durability ( daya tahan), karena produk yang diteliti adalah produk
yang langsung dkonsumsi.
Adapun indikator pengukuran variabel kualitas produk adalah :
A. Performance (kinerja/fungsi produk)
B. Reliability (kehandalan suatu produk)
C. Feature (fitur)
D. Durability (keawetan)
E. Consistency (kemantapan suatu produk)
F. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.
G. Design (bentuk/kemasan produk)
3. Factor Emosional, adalah factor yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang,
adapun indicator pengukuran variable factor emosi menurut Irawan ( 2009 : 38)
adalah:
4 . Harga. Harga adalah pencerminan dari nilai pada UD. Pandan Wangi (Irawan
dan faried, 2000 :110). Adapun indikator pengukuran variabel harga adalah :
a. Diskon atau potongan harga
b. Harga terjangkau
c. Harga yang kompetitif
33
1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam
pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur
apa yang ingin diukurnya. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesasihan suatu instrument. Suatu instrument dianggap valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu
memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti (Tukiran, 2012: 125). Uji
validitas pada penelitian ini dilakukan dengan korelasi Product Moment (Pearson)
untuk menunjukan tingkat kesesuaian antara variabel dan indikatornya. Suatu data
dapat dikatakan valid apabila nilai Corrected Item Total Corelation (r) lebih besar
dari 0,364 (Idris, 2010: 8).
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi satu item dengan item total
∑X = Jumlah skor setiap item
∑X2 = Jumlah kuadrat skor item
∑Y = Jumlah skor seluruh item
∑Y2 = Jumlah kuadrat skor seluruh item
∑XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y N = Jumlah responden
34
Dengan kriteria:
2. Uji Reliabilitas
keterangan :
r = Reliabilitas
k = Banyak butir pertanyaan
∑𝛼2𝑏 = Jumlah varian butir
𝛼2𝑡 = Varian total
Dimana:
36
Hasil dari skor rata-rata tersebut kemudian dipetakan ke dalam rentang skala
yang memperimbangkan informasi interval sebagai berikut (Simamora
2002) :
Rentang Skala = =
Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian
yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus (𝑥 ̿, 𝑦 ̿), dimana x ̿
merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan
pelanggan seluruh faktor atau atribut dan 𝑦 ̿ adalah rata-rata dari rata-rata skor
tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan di
dalam penelitian. Selanjutnya unsur-unsur tersebut akan dijabarkan ke dalam
diagram kartesius seperti gambar dibawah ini:
T
i
n
P
re
ri
B
P
er
ri
Kuadran I:
Kuadran II:
Menunjukkan indicator yang dianggap penting oleh konsumen dan kinerjanya telah
berhasil dilaksanakan perusahaan dengan baik, untuk itu wajib dipertahankan.
Kuadran III:
38
Kuadran IV:
Menunjukkan indicator yang kurang penting bagi konsumen, akan tetapi kinerja
dan pelaksanannya berlebihan. Hal ini dikatakan sebagai pemborosan sumber daya
perusahaan.
1. Weighting Factor (WF), adalah fungsi dari Mean Importance Score atau nilai
rata-rata tingkat kepentingan (MIS-i) masing-masing atribut yang dinyatakan dalam
bentuk persen terhadap total Mean Importance Score (MIS-i) untuk seluruh atribut
yang diteliti.
Keterangan:
= Weighting Factor
2.Weighted Score (WS), adalah fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) /
Highest Scale dikali dengan Weighting Factor (WF). Mean Satisfaction Score atau
nilai rata-rata tingkat kepuasan diperoleh dari nilai rata-rata tingkat kinerja suatu
atribut.
WS = MSS X WF
39
Keterangan:
WS = Weighted Score
MSS = Mean Satisfaction Score
WF = Weighting Factor
3.Weighted Average Total (WAT), adalah fungsi dari total Weighted Score (WS)
atribut ke-1 (a1) hingga atribut ke-n (an).
4. Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu fungsi dari nilai Weighted Average
Total (WAT) dibagi dengan Highest Scale (HS) atau skala minimum yang
digunakan dalam instrumen penelitian. Skala maksimum likert yang digunakan
dalam pembobotan tingkat kepentingan dan kinerja dalam penelitian ini adalah 5.
Keterangan:
Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima kriteria mulai dari tidak puas
sampai dengan sangat puas menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,0. Kriteria ini dapat
dilihat dalam tabel berikut:
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015a. Berita Resmi Statistik. No. 45/04/Th. XVIII, 5
mei 2015. Badan Pusat Statistik.Jakarta. http://www.bps.go.id.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015b. Data Sosial dan Kependudukan. Badan Pusat
Statistik. Jakarta. http://www.bps.go.id.
Adityo, Danny et al. 2014. Pengaruh Karakteristik Situsional dan Komponen
Kualitas Layanan Gerai Starbucks terhadap Keputusan Pembelian Ulang.
[jurnal]. Bali: Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Efendi, A. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Penerbit : Alfabeta. Bandung.
Kotler, P dan K.L. Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 12. Penerbit :
Erlangga. Jakarta.
41
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1. Prentice hail
: Jakarta, 383 hal.
Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Nazri, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT Penerbit Ghalia Indonesia.
Nurmala, Tati dkk, 2012, Pengantar Ilmu Pertanian, Jogjakarta : Graha ilmu.
Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Simamora, 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Soekatawi. 2002. Agribisnis : Teori dan aplikasinya, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Alfabet, Bandung, 2004.
Sule, Ernie Trisnawati dan Saefullah, Kurniawan. 2006. Pengantar Manajemen.
Sumarwan, U.2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran.Bogor: Ghalia Indonesia.
42
Keterangan: Asumsi
45