Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI
Dalam tinjauan teoritis ini terdapat beberapa pengertian atau definisi mengenai
a. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
b. Fraktur adalah patah tulang dan terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Arief Mansjoer, 2008 : 346).
c. Fraktur adalah rusak atau terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat
Fraktur metacarpal adalah fraktur yang terjadi pada ujung jari karena trauma pada sendi interfalang atau
terjadi terhadap trauma langsung ketika tangan mengepal dan dislokasi basis metacarpal (ariif
manSJOER, 2000).
d. Fraktur Metatarsal adalah fraktur yang terjadi pada tulang Metatarsal atau punggung
kaki yang mengarah kpada jarijari kaki akibat jatuh ataupun trauma. (smelzer, 2002 :
2372).
2. KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis seperti dapat dilihat pada
gambar 2.1
Menurut Arif Mansjoer, (2008 : 346), jenis fraktur dapat diklasifikasikan menjadi
Fraktur tertutup merupakan patah tulang yang tidak disertai dengan robekan jaringan
kulit dan tidak berhubungan dengan udara luar, sering disebut juga fraktur yang
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh
sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar sehingga berpotensi menjadi
infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi tiga berdasarkan beratnya
fraktur :
1) Derajat I : luka tembus dengan diameter 1 cm atau kurang dan keadaan luka relatif
bersih, tidak disertai dengan adanya kontusio otot dan jaringan lunak disekitarnya.
2) Derajat II : terdapat luka laserasi, luka lebih besar (> 1cm) tanpa disertai
3) Derajat III : patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang luas,
otot, kulit dan sistem neuromuskuler, luas luka biasanya sekitar 6-8cm dengan
penyebab energi yang besar dan patah tulangnya mempunyai fragmen yang besar.
a) Derajat III A : bagian tulang yang terbuka masih dapat ditutupi oleh jaringan lunak.
b) Derajat IIIB : terdapat kehilangan jaringan lunak yang luas dengan terkupas
c. Fraktur Komplit
Patah yang melintang keseluruh tulang dan sering berpindah dari posisi normal.
d. Fraktur Inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang mengganggu
e. Fraktur Comminuted
f. Fraktur Patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang pokok, seperti osteoporosis,
g. Fraktur Longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
h. Frakur Transversal
i. Fraktur Spiral
3. ANATOMI FISIOLOGI
Gambar 2.2, Anatomi Ektremitas Bawah. R.Putz dan R. Pabts (2000 : 262)
Tulang merupakan struktur padat yang hidup, karena terdiri atas sel-sel dan
pembungkus tulang yang merupakan lapisan jaringan ikat dan banyak mengandung
serabut-serabut saraf. Struktur tulang terdiri atas bagian yang padat atau pars
kompakta dan bagian yang berongga- rongga. Bagian yang berongga terdiri atas pars
spongiosa (yang berongga kecil) dan medulla tulang (yang berongga besar). Yang
berongga kecil berisi sumsum tulang merah, tempat pembuatan sel-sel darah dan
trombosit. Sedangkan medulla tulang berisi jaringan lemak dan berwarna kekuningan.
Tulang juga dibagi menurut bagian tengah atau diafisis dan bagian ujung (epififis).
a. Struktur Tulang
baik dalam bentuk maupun ukuran, tetapi mereka memiliki struktur yang sama.
Lapisan yang paling luar disebut periosteum dimana banyak terdapat pembuluh darah
dan saraf, lapisan bawah periosteum mengikat tulang dengan benang polagen yang
disebut korteks. Korteks bersifat tebal dan keras sehingga tulang kompakta. Korteks
tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut sistem
haversian. Lapisan melingkar matriks tulang disebut lamellae. Ruang sempit antara
lamellae disebut lacunae (didalam terdapat osteosit) dan kanalikuli. Tiap system
kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal haversian terdapat sepanjang tulang
panjang yang didalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk kedalam
tulang melalui kanal volkam. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk
Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari system haversian, yang dalamnya
terdapat trabekula (batang) dari tulang trabekula ini terlihat seperti spon tapi kuat
sehingga disebut tulang spon yang didalamnya terdapat bone marrow yang membentuk
sel-sel darah merah. Bone marrow terdiri dari dua macam, yaitu : bone marrow merah
yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopaiesis dan bone marrow
kuning yang terdiri dari sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit dan osteoplast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang berada dibawah tulang baru. Osteosit adalah
osteoblast yang berada pada matriks, sedangkan osteoplast adalah sel penghancur
tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel ini diikat
oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh
bagian kolagen, protein, karbohidrat, mineral dan substansi dasar (gelatin) yang
berfungsi sebagai media dalam difusi nutris, oksigen dan sampah metabolisme antara
tulang dan pembulu darah selain itu didalamnya terkandung garam kalsium organik (
kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras. Sedangkan aliran darah dalam
b. Bentuk Tulang
Menurut Sapto Harnowo, (2002 : 1992), dilihat dari bentuknya tulang terbagi
atas berbagai bentuk yaitu : tulang panjang, pendek, ceper dan tulang bentuk tak
beraturan.
1) Tulang Panjang
Bentuk dari tulang ini contohnya adalah humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula.
Tulang-tulang ini tidak benar-benar lurus, tetapi agak melengkung, tujuannya supaya
Tulang ini memiliki bentuk yang tidak tetap didalamnya terdiri dari tulang spongiosa,
bagian luar terdiri dari tulang padat (tulang kompakta), terdapat pada pergelangan
3) Tulang ceper
Contoh dari tulang ceper ini adalah tulang tengkorak, tulang iga, panggul dan belikat.
Berfungsi untuk perlindungan otak, rongga dada dan perlekatan yang luas.
Tulang ini memiliki bentuk yang tak beraturan, bentuk dari tulang ini yang khas
misalnya pada tulang vertebra dan jenis tulang sama dengan tulang pendek.
c. Fungsi Tulang
Menurut Sapto Harnowo, (2002 : 90), terdapat beberapa fungsi tulang yaitu :
1) Penunjang jaringan tubuh dan memberi bentuk kerangka tubuh.
3) Membentuk pergerakan, otot melekat pada tulang untuk berkonsentrasi dan bergerak.
d. Pertumbuhan Tulang
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2266), terdapat banyak faktor yang
oleh :
1) Berbagai hormon hipofise, tyroid, korteks, adrenal, paratyroid, estrogen dan androgen.
2) Vitamin
3) Vaskularisasi / Nutrisi
pasokan darah akan terjadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis
(berkurangnya kepadatan tulang). Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan
aliran darah.
Menurut Sapto Harnowo, (2002 : 93), tulang didalam tubuh dapat berhubungan
secara erat atau tidak erat. Hubungan antar tulang disebut artikulasi. Untuk dapat
bergerak diperlukan struktur yang khusus yang terdapat pada artikulasi : struktur
khusus tersebut dinamakan sendi. Terbentuknya sendi dimulai dari kartilago didaerah
sendi. Mula-mula kartilago akan membengkak lalu kedua ujungnya akan diliputi
jaringan ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang : keduanya
diselaputi oleh selaput sendi (membrane sinopial) yang liat dan menghasilkan minyak
Didalam sistem rangka manusia terdapat tiga jenis hubungan antar tulang yaitu
1. Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antar tulang yang tidak memiliki celah sendi.
Hubungan antar tulang ini dihubungkan dengan erat oleh jaringan serabut sehingga
sama sekali tidak bisa digerakkan. Ada dua type utama sinartrosis, yaitu : Sutura dan
antar tulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin. Contohnya : hubungan antar
epifisis dan diafisis pada orang dewasa, hubungan antar tulang ini tidak dapat
digerakkan.
2. Amfiartrosis
Sindesmosis. Pada sintisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih,
contohnya pada sendi invertebra dan sintisis kubik. Pada sindesmosis, sendi
dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen contohnya : sendi antar tulang
3. Diartrosis
Diartrosis adalah hubungan antar tulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh
jaringan sehingga tulang dapat digerakkan disebut juga sendi. Diartrosis disebut juga
hubungan sinovial yang dicirikan oleh keleluasaannya dalam bergerak dan fleksibel.
Sendi ada yang dapat bergerak satu arah dan ada pula yang bergerak beberapa arah.
4. Etiologi
Menurut Aston, J.N, (2000 : 153), fraktur dapat ditimbulkan oleh trauma :
a) Trauma Langsung (direk), yaitu bila fraktur terjadi ditempat bagian tersebut
mendapat ruda paksa, misalnya : benturan / pukulan pada tulang yang menyebabkan
fraktur.
b) Trauma tidak langsung (indirek), misalnya : penderita jatuh dengan lengan dalam
c) Terjadinya karena patologis : fraktur yang terjadi karena bentuk patologis akibat
proses penyakit seperti osteoporosis, penyakit infeksi pada tulang dan keganasan
tulang.
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2359), trauma dan kondisi patologis yang
fisiknya.
Apabila kulit sampai robek hal ini akan menjadikan luka terbuka dan akan
Apabila mengenai jaringan lunak maka akan terjadi spasme otot yang menekan ujung
– ujung saraf dan pembuluh darah mengakibatkan nyeri, deformitas serta syndrome
compartemen.
bertambah banyak mengakibatkan hipovolemi dan jika tidak segera ditangani akan
terjadi syok, jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa berakibat fatal yaitu
kematian.
Jika terjadi ditulang maka akan mengalami 2 hal yaitu tindakan imobilisasi fiksasi dan
perubahan bentuk tulang, jika tulang sudah terjadi perubahan baik dalam komposisi
atau pun kemampuannya maka akan terjadi kerusakan periostenum dan sumsum
tulang, terjadinya kerusakan akan membuat serpihan lemak masuk kedalam pembuluh
darah yang terbuka dan hanyut bersama aliran darah terjadilah emboli lemak dan jika
terjadi diparu terjadi emboli paru dengan tanda-tanda pasien akan mengalami sesak,
apabila sudah sesak maka terjadi hipoksia jaringan bisa sistemik dan lokal, jika terjadi
secara lokal maka terjadi kematian saraf dan pembuluh darah karena tidak
mendapatkan suplai oksigen yang adekuat lama kelamaan akan terjadi kematian
jaringan dan pasien harus segera diamputasi. Dan jika terjadi secara sistemik maka
yang paling sering adalah terlalu banyak berjalan atau penggunaan berlebihan yang
menyebabkan tekanan yang tidak langsung. Penyebab lain adalah benturan yang
pecahan tulang yang patah, perlu dilakukan imobilisasi dengan gips. Masa
penyembuhan biasanya memerlukan waktu 3 – 12 minggu, tetapi pada usia lanjut atau
status kesehatan yang buruk, mungkin diperlukan waktu yang lebih lama.
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2266), kebanyakan patah tulang sembuh
melalui osifikasi endokondial ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak
hanya ditambal dengan jaringan parut, namun tulang mengalami regenerasi sendiri.
a) Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama dengan bila
ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang
cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen
kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamsi, pembengkakan dan nyeri. Tahap
b) Proliferasi sel
benang fibrin dalam jendelan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan
Fibroblas dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel dan sel
c) Pembentukan Kalus
Pertumbuhuan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan menjadi sisi lain
jaringan vibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang
jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu 3 sampai 4 minggu agar
d) Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
e) Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan pada kasus yang melibatkan
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2358), tanda dan gejala fraktur antara lain :
a. Sakit (nyeri), karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat
c. Palpasi : nyeri tekan, nyeri sumbu, krepitasi (dapat dirasakan atau didengarkan bila
digerakkan).
f. Parastesia (kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf,
dimana saraf ini dapat terjepit dan terputus oleh fragmen tulang).
8. Pemeriksaan Diagnostik
b. Foto Rongent pada daerah yang mengalami trauma untuk menentukan lokasi atau
(pemeriksaan Hb , HT). Peningkatan sel darah putih sebagai respon norma terhadap
d. CT scan tulang dengan kontras/tanpa kontras, bonescan MRI scan untuk melihat
fraktur dan kemungkinan kerusakan jaringan lunak dan saraf sekitar fraktur.
9. Penatalaksanaan Medis
konservatif/operatif.
a. Terapi konservatif
b. Terapi operatif
Ada beberapa prinsip dasar yang harus diertimbangkan pada saat menangani fraktur :
a. Rekognisi
Pengenanlan riwayat kecelakan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang patah,
kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan ketidak stabilan,
b. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat mungkin
1) Pemasangan gips
dengan alat-alat : sekrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang disisi maupun didalam
Dengan pembedahan (fiksasi internal) : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang
keselurusan tulang. Alat ini diangkat kembali setelah 1 – 2 bulan dengan pembedahan.
c. Retensi
selama penyembuhan. Adapun jenis-jenis traksi yaitu : Buck Extension Tracton yang
d. Debridemen
fungsi normal.
Kemandirian bertahap.
10. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2365), dapat dilihat dalam dua tingkatan :
Komplikasi dini yang biasa terjadi pada fraktur adalah pendarahan, emboli paru,
emboli lemak, tetanus, compartement syndrome, vascular nekrosis dan infeksi, syok.
b. Komplikasi lanjut
Komplikasi lanjut pada faktur yang dapat terjadi adalah kekakuan sendi/ kontraktur,
disuse antropi otot, malunion (tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
(proses penyembuhan yang terus menerus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih
c. Pola Eliminasi
2) Bagaimana biasanya karateristik jumlah, warna dan konsistensi dari urine atau feces ?
1) Bagaimana kebiasaan tidur dan istirahat klien sebelum sakit dan ketika sakit ?
3) Apakah klien ada menggunakan obat-obat tidur dalam merangsang rasa ngantuk ?
2) Apakah klien ada perasaan tidak nyaman, nyeri, jika ya bagaimana mengatasinya ?
2) Bagaimana cara pandang klien terhadap dirinya sendiri sebelum dan sesudah ia sehat,
1) Apakah klien ada perasaan malu, minder untuk bergaul dengan sesamanya?
2) Apakah peran klien didalam lingkungan keluarga, masyarakat dan tempat kerjanya ?
3) Apakah yang dilakukan klien ketika ia mengalami suatu masalah, juga ketika ia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap trauma yang berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
(fraktur).
b. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, gerakan fargmen tulang, edema, cedera,
cedera tusuk, fraktur, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekerup,
imobilisasi fisik.
tulang.
3. Rencana Keperawatan
tulang (fraktur).
Intervensi :
mempermudah penyatuan.
b. DP 2. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, gerakan fargmen tulang, edema,
1) Nyeri hilang.
Intervensi :
baring.
Rasional : Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan
verbal.
non narkotik.
spasme otot.
1) Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit
hangat/kering, sensasi normal, tanda vital stabil, saluran urine adekuat untuk situasi
individu.
Intervensi :
fraktur.
gangguan vena.
Intervensi :
terjadinya sianosis.
napas.
optimal jaringan.
Intervensi :
imobilisasi.
kemajuan kesehatan.
diri langsung.
fungsi organ.
pusing.
batuk/napas dalam.
kulit/pernapasan.
fisik.
dengan cedera tusuk, fraktur, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat,
Intervensi :
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan,
gips.
tulang.
Intervensi :
infeksi tulang).
enak.
osteomyelitis.
bicara.
antibiotic.
khusus.
1. Kaji pemahaman pasien tentang perawatan luka dan penggunaan alat medik (Gips)
Rasional : Pemahaman Prosedur perawatan luka dan penggunaan alat medik (Gips)
2. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan latihan aktif (Latihan Aktif : Latihan
Rasional : Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan dapat mencegah terjadinya
3. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP), tinggi
4. Anjurkan pasien saat berjalan menggunakan tumpuan lebih banyak pada kaki yang
tidak sakit
5. Libatkan keluarga dalam perawatan dan ajarkan cara perawatan luka dengan benar
dan steril.
diberikan
Kasus 1
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn N
Usia : 60 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
No RM : 321842
Nama : Sdr . E
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pasien masuk ruang IGD dalam keadaan lemas dan tampak kesakitan, kaki kiri bengkak
Klien merasa nyeri di kaki kiri sejak 2 hari yang lalu, klien terjatuh saat turun dari tangga.
Klien merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien. Klien
mengatakan tidak bisa berjalan karena nyeri pada kakinya, bila berjalan dibantu oleh anaknya.
Q : Kualitatif/kuantitatif
Sifat sangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol dengan mengusap-usap daerah sekitar lokasi nyeri
R : Regional
S : Skala
Skala nyeri 9 (nyeri berat, sangat nyeri tetapi masih bisa dikontrol oleh klien)
T : Timing
Nyeri ketika klien menggerakkan kaki kirinya, durasi nyeri panjang bila klien menggerak-gerakkan
kaki kirinya dan ketika untuk berjalan. Nyeri masih bisa dikontrol dengan mengusap-usap daerah
sekitar lokasi nyeri
D. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Kondisi airway paten tidak ada obstruksi, tidak ada sumbatan, tidak ada snoring/stridor dan pasien
masih dapat berbicara
2. Breathing
3. Circulation
Tekanan darah saat diperiksa 130/90 mmHg, pulsasi nadi kuat, frekuensi 96 x/menit, suhu
37˚Celcius, irama jantung teratur, kulit dan membran mukosa tidak pucat, seluruh permukaan
tubuh teraba hangat
4. Disability
Terdapat fraktur pada kaki kirinya ( fraktur digit V metacarpal sinistra), oedem pada punggung kaki
kiri, klien merasa kakinya sangat nyeri bila berjalan.
E. PENGKAJIAN SEKUNDER
Menurut keterangan keluarga ( anak ). Klien mengeluh nyeri di kaki kiri sejak 2 hari yang lalu, klien
terjatuh saat turun dari tangga. Klien merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri bila untuk berjalan
kaki, kemudian klien dibawa oleh keluarganya ke RSUD Batang.
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit jantung, kencing manis (DM)
Alergi : Klien tidak pernah mengalami alergi baik obat obatan maupun makanan
Medikasi : Obat yang diminum pasien bila ada masalah kesehatan biasanya berasal dari
dokter setempat atau puskesmas
Past Ilness : Klien pada tahun 2013 pernah menderita hipertensi dan dirawat di rumah sakit.
Event : Klien mengeluh nyeri di kaki kiri sejak 2 hari yang lalu, klien terjatuh saat turun dari
tangga. Klien merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien
Mata : penglihatan masih jelas, conjungtiva pucat, ekspresi wajah tampak menahan nyeri.
- Auskultasi : tidak ada whezing/ronchi, irama jantung teratur, cepat, tidak ada galop
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba dingin, tidak ada defans muskuler
Extremitas : Ekstrimitas atas gerakan normal tidak ada nyeri, denyut arteri radialis teraba,
terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes/menit di tangan kiri. Extremitas bawah kanan gerak normal,
tidak ada nyeri gerak. Ekstrimitas bawah kiri ada fraktur pada digital V metacarpal sinistra, klien
mengatakan nyeri bila digerakkan, klien merasa sangat nyeri bila untuk berjalan kaki, punggung kaki
kiri tambah bengkak.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. TERAPI MEDIS
H. ANALISA DATA
No Hari/Tgl
Symtom Etiologi Problem
/Jam
- Klien mengatakan
nyeri pada punggung kaki
kiri
- Klien mengatakan
kakinya nyeri bila untuk
berjalan.
Obyektif :
- Seluruh permukaan
tubuh teraba hangat
- T : 100/70mmHg
- S : 37˚Celcius
- N : 96 x/mnt
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn.N maka pasien pada saat dilakukan
pengkajian telah mengalami masalah keperawatan yang harus segera mendapatkan penanganan
dengan cepat. Diangnosa keperawatan yang muncul berdasarkan skala prioritas pada pasien Tn N
adalah :
Obyektif :
- T : 100/70mmHg
- S : 37˚Celcius
- N : 96 x/mnt
Obyektif :
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Dx Hari/Tgl
Implementasi Evaluasi Paraf
Kep /Jam
DO:
- Seluruh permukaan
tubuh teraba hangat
- T : 100/70mmHg
- S : 37˚Celcius Deta
- N : 96 x/mnt
DS :
DO:
- Pasien Nampak
menirukan tehnik relaksasi
yang diajarkan perawat Deta
- Meminta persetujuan tindakan
medik pemasangan infus dan
injeksi.
DS :
- keluarga sudah
menandatangani
persetujuan pemasangan
infus
DO :
DO:
- Injeksi Ceftriaxone 1 x
1 gram intra vena,
Ranitidine 3 x 50mg intra
- Meminta persetujuan kepada vena , Ketorolac 3 x 30 mg
keluarga dan klien tindakan intra vena masuk
pemasangan bidai
DS :
- Keluarga sudah
- Melaksakan pemasangan bidai menandatangani
pada telapak kaki kiri sampai ke
persetujuan pemasangan
tumit. bidai.
- Klien mengatakan
terasa lebih nyaman Deta
DO :
- Klien mengatakan
bila berjalan dibantu oleh
anaknya.
DO :
Selasa 1 S:
O:
- T : 100/70mmHg
- S : 37˚Celcius
- N : 96 x/mnt
Deta
Selasa 2 S:
O:
P : Lanjutkan
Deta