Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Miokard Infark Akut (MIA) merupakan salah satu manifestasiklinis penyakit jantung
koroner (Fathoni, 2011). Miokard Infark Akut, yangdikenal sebagai serangan jantung
adalah terbentuknya suatu daerahnekrosis pada sel otot miokardium akibat suplai darah
yang tidak adekuatke suatu daerah yang diawali dengan iskemik (Robbins et al.,
2007).Miokard Infark Akut adalah penyebab utama morbiditas maupunmortalitas di
seluruh dunia (Takii, 2009). Laju mortalitas awal yaitu 30hari pada pasien MIA sebesar
30% dengan lebih dari separuh terjadikematian sebelum pasien mencapai rumah sakit
Walaupun laju mortalitasmenurun yaitu sebanyak 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1
diantara25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahunpertama
setelah MIA (Alwi, 2009).
Miokard Infark Akut merupakan penyakit yang diagnosis rawatinapnya tersering pada
negara maju (Alwi, 2009).MIA ialah penyebabtunggal kematian di negara industri dan
risikonya meningkat secaraprogresif seumur hidup. Pasien yang terkena MIA
diperkirakan 1,5 jutaorang dengan kematian sekitar 500.000 pasien setiap tahunnya di
AmerikaSerikat. Usia yang sering menderita MIA berkisar antara 45 dan 54 tahundan
laki-laki memiliki kemungkinan terkena MIA empat sampai lima kalidibandingkan
perempuan. Risiko penyakit menjadi setara pada kedua jeniskelamin setelah usia 80 tahun
untuk penyakit sistemik secara umum(Robbins et al., 2007).Miokard Infark Akut
menyebabkan kematian setelah keluar rumahsakit sebanyak 72%. Sedangkan 21%
disebabkan oleh serangan jantungdan 6% kematian mendadak disebabkan oleh penyebab
yang tidakdiketahui. Peneliti mengidentifikasi 31.777 pasien MIA yang terdiri dari19.058
pasien yang dirawat di rumah sakit (60%) dan 12.719 pasien(40%) keluar dari rumah
sakit meninggal di Belanda pada tahun 2000(Koek et al., 2007).Dalam 6 tahun setelah
MIA pertama, 18 % laki-lakidan 35 % wanita dapat mengalami MIA berulang. Penyebab
yang mungkin adalaholahraga berlebih, embolisasi, dan oklusi trombotik lanjutan pada
arteri coroner oleh atheroma. (M.Black, Joyce, 2014 : 347).
Prevalensi kasus penyakit jantung koroner (Angina Pektoris, Miokard InfarkAkut,
sudden death) mengalami peningkatan dari 0,09% padatahun 2006 menjadi 0,10% pada
1|Infark Miokard
tahun 2007 dan 0,11% pada tahun 2008berdasarkan laporan dari rumah sakit dan
puskesmas di Propinsi JawaTengah. Prevalensi sebesar 0,11% berarti setiap 10.000 orang
terdapat 11orang penderita jantung koroner. Prevalensi tertinggi yang mengalamipenyakit
jantung koroner terjadi di Kota Pekalongan yaitu sebesar 0,76%sedangkan prevalensi
terendah sebesar 0,01% terjadi di KabupatenBanyumas, Kabupaten Banjarnegara,
Kabupaten Rembang, KabupatenBatang, dan Kabupaten Tegal. Satu kabupaten tidak ada
datanya yaituKabupaten Pati (Riskesdas, 2008).Penyakit Miokard Infarkdapat diprediksi
dengan melakukanpemeriksaan darah rutin yaitu leukosit pada saat pasien masuk rumah
sakit(Rohani et al., 2011)
Kami memilih penyakit Miokard Infark Akut karena Miokard Infark Akut adalah
masalah kesehatan di masyarakat danmerupakan penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Angka fatalitaskasus atau case fatality rate (CRF) MIA adalah tertinggi
dibandingkanpenyakit jantung lainnya yaitu 16,6% pada tahun 2002 dan 14,1%
padatahun 2003 berdasarkan statistik rumah sakit di Indonesia (Delima et
al.,2009).Penyakit ini sangatlah berbahaya bahkan dapat mengancam nyawa seseorang
bila penyakit ini tidak di lakukan perawatan yang tepat dan benar.
2|Infark Miokard
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Terlepasnya suatu plak aterosklorotik dari salah satu arteri koroner, dan
kemudian tersangkut di bagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh
miokardium yang di pendarahi oleh pembuluh darah tersebut, dapat menyebabkan
miokard infark. Miokard Infark juga dapat terjadi apa bila lesi trombotik yang
melekat ke suatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total
aliran ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat
sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi.
2.1.3 Patofisiologi
MIA dapat dianggap sebagai titik akhir dari PJK. Tidak seperti iskemia
sementarayang terjadi dengan angina, iskemia jangka panjang yang tidak berkurang
3|Infark Miokard
akan menyebabkan kerusakan ireversibel terhadap miokardium. Sel-sel jantung dapat
bertahandari iskemia selama 15 menit sebelum akhirnya mati. Manifestasi iskemia
dapat dilihat dalam 8 hingga 10 detik setelah aliran darah turun karena miokardium
aktif secara metabolik. Ketika jantung tidak mendapatkan darah dan oksigen, sel
jantung akan menggunakan metabolisme anaerobic, menciptakan lebih sedikit
adenosine trifosfat (ATP) dan lebih banyak asam laktat sebagai hasil sampingannya.
Sel miokardium sangat sensitif terhadap perubahan pH dan fungsinya akan menurun.
Asidosis akan menyebabkan miokarium menjadi lebih rentan terhadap efek dari
enzim lisosom dalam sel. Asidosis menyebabkan gangguan sistem konduksi dan
terjadi disritmia. Kontraktilitas juga akan berkurang, sehingga menurunkan
kemampuan jantung sebagai suatu pompa. Saat sel miokardium mengalami nekrosis,
enzim intraselular akan dilepaskan ke dalam aliran darah, yang kemudian dapat
dideteksi dengan pengujian laboratorium. (M.Black, Joyce, 2014 :345)
Dalam beberapa jam MIA, area nekrotik akan meregang dalam suatu proses
yangdisebut ekspansi infark. Ekspansi ini didorong juga oleh aktivasi neurohormonal
yang terjadi pada MIA. Peningkatan denyut jantung, dilatasi ventrikel, dan aktivasi
dari system renin-angiotensin akan meningkatkan preload selama MIA untuk menjaga
curah jantung. Infark transmural akan sembuh dengan menyisakan pembentukan
jaringan parut di ventrikel kiri, yamg disebut remodeling. Ekspansi dapat terus
berlanjut hingga enam minggu setelah MIA dan disertai oleh penipisan progresif serta
perluasan dari area infark dan non infark. Ekspresi gen dari sel-sel jantung yang
mengalami perombakan akan berubah, yang menyebabkan perubahan struktural
permanen ke jantung. Jaringan yang mengalami remodelisasi tidak berfungsi dengan
normal dan dapat berakibat pada gagal 3 jantung akut atau kronis dengan disfungsi
ventrikel kiri, serta peningkatan volume serta tekanan ventrikel. Remodeling dapat
berlangsung bertahun-tahun setelah MIA. (M.Black, Joyce,2014 : 345)
Lokasi MIA paling sering adalah dinding anterior ventrikel kiri di dekat apeks,
yang terjadi akibat trombosis dari cabang desenden arteri coroner kiri. Lokasi umum
lainnya adalah (1) dinding posterior dari ventrikel kiri di dekat dasar dan di belakang
daun katup/ kuspis posterior dari katup mitral dan (2) permukaan inferior
(diafragmantik) jantung. Infark pada ventrikel kiri posterior terjadi akibat oklusi arteri
coroner kanan atau cabang sirkumfleksi arteri coroner kiri. Infark inferior terjadi saat
arteri coroner kanan mengalami oklusi. Pada sekitar 25 % dari MIA dinding inferior,
ventrikel kanan merupakan lokasi infark. Infark atrium terjadi pada kurang dari 5 %.
4|Infark Miokard
Peta konsep menjelaskan efek selular yang terjadi selama miokard infark. (M.Black,
Joyce, 2014 :345)
Pathway
5|Infark Miokard
tubuh mana saja, tetapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, ;eher, atau
rahang. Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona nekrotik
dan menurunkan beban kerja jantung
Terjadi mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.
Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka
Kulit yang dingin dan pucat
Pengeluaran urine yang berkurang karena penuunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH
Keadaan mental berupa berupa perasaan cemas serta perasaan kematian sering
terjadi.
2.1.5 Komplikasi
6|Infark Miokard
mengalami MIA serta bertanggung jawab pada sepertiga kematian
setelah MIA. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
4. Emboli paru. Emboli paru (PE) dapat terjadi karena flebitis dari vena
kakipanggul (trombosis vena) atau karena atrial flutter atau fibrilasi.
Emboli paru terjadi pada 10 % hingga 20 % klien pada suatu waktu
tertentu, saat serangan akut atau pada periodekonvalensi. (M.Black,
Joyce, 2014: 347)
5. Komplikasi yang disebabkan oleh nekrosis miokardium. Komplikasi
yangterjadi karena nekrosis dari miokardium antara lain aneurisme
ventrikel, ruptur jantung (ruptur miokardium), defek septal ventrikel
(VSD), dan otot papiler yang ruptur. Komplikasi ini jarang tetapi
serius, biasanya terjadi sekitar 5 hingga 7 ahri setelah MI. Jaringan
miokardium nekrotik yang lemah dan rapuh akan meningkatkan
kerentanan terkena komplikasi ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 347)
6. Perikarditis. Sekitar 28 % klien dengan MI akut transmural akan
mengalamipericarditis dini (dalam 2 hingga 4 hari). Area yang
mengalami infark akan bergesekan dengan permukaan pericardium dan
menyebabkan hilangnya cairan pelumas. Gesekan friksi pericardium
dapat didengar di area prekardial. Klien mengeluh bahwa nyeri dada
memburuk dengan gerakan, inspirasi dalam, dan batuk. Nyeri
pericarditis akan mereda dengan duduk dan condong ke depan.
(M.Black, Joyce, 2014 : 348)
7. Sindrom dressler (perikarditis akut). Sindrom dressler, suatu
bentukpericarditis, dapat terjadi paling akhir enam minggu hingga
beberapa bulan setelah MIA.Walaupun agen penyebabnya tidak
diketahui, diduga terjadi karena faktor autoimun. Klien biasanya
datang dengan demam berlangsung satu minggu atau lebih, nyeri
dadaperikardium, gesekan friksi pericardium, dan kadang kala pleuritis
dengan efusi pleura. Ini merupakan fenomena yang akan sembuh
sendiri dan tidak ada pengobatan yang telah diketahui. Terapi meliputi
aspirin, prednisone, dan analgesic opioid untuk nyeri. Terapi
antikoagulasi dapat memicu tamponade kordis dan harus dihindari
pada klien ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 348)
7|Infark Miokard
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
2.1.7 Penatalaksanaan
8|Infark Miokard
Untuk pasien serangan jantung
Menghentikan aktifitas fisik
Resusitasi jantung paru
Infus intavena atau intrakoroner
Berikan oksigen
Obat untuk mengilangkan nyeri
Diberikan nitrat
Diberikan diuretik
Obat intropik positif
Bypass arteri koroner
Rehabilitasi jantung
Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa jantung mengandung sel benih
(stem cell) yang dapat meregenerasi sel otot jantung sehingga mampu
memperbaiki dirinya sendiri.
2.2.1 Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik
keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang
pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik
keperawatan (Ali, 2009).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien
merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap
klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas
layanan keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal,
melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).
9|Infark Miokard
keterampilan interpersonal. Penerapan proses keperawatan ini tidak hanya ditujukan
untuk kepentingan klien, tetapi juga profesi keperawatan itu sendiri.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien, antara lain :
Mempertahankan kesehatan klien.
Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi akibat
penyakit.
Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.
Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian
ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
11 | I n f a r k Miokard
BAB III
Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
1.1 Biodata
a. Biodata Klien
Nama: Tn.A
Umur: 42 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Agama: Islam
Pendidikan: S1
Pekerjaan: Karyawan Bank
Suku/Bangsa: Sunda/Indonesia
Status Perkawinan: Menikah
Alamat: Komplek Megamendung Jl. Surya Kencana Rt. 04/02 Kec.
Bandung Timur Kota Bandung Jawa Barat
Tanggal Masuk: 18 Januari 2017
No.RM: 321620
Diagnosa Medis: IMA
12 | I n f a r k Miokard
1.2 Data Subjektif
1.2.1 Keluhan Pertama
Keluhan Utama: Nyeri Dada sebelah kiri
1.2.2 Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan klien mengeluh nyeri dada dan sesak
nafas, sejak satu minggu yang lalu, dan di bawa ke IGD RSUD Kota Bandung
di bawa tanggal 18 Januari 2017 jam 14.00. setelah itu pukul 15.00 klien di
bawa ke ruangan ICU.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak mempunyai riwayat darah
tinggi maupun gula darah atau DM, keluarga klien mengatakan sebelumnya
klien pernah di rawat di rumah sakit 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang
sama, klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun
makanan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit yang sama.
d. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun
makanan.
13 | I n f a r k Miokard
Rambut
Inspeksi : Penyebaran rambut merata, rambut hitam, tidak
rontok.
Palpasi : Rambut tidak lengket
Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, pucat dan tidak ada lesi. Bentuk
kuku covex
Palpasi : Kulit teraba dingin dan lembab
Tekstur : kenyal
Turgor kulit : elastis
Cavilary refill : kembali dalam 4 detik
Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, pupil isokhor, kemampuan
mengedip spontan, fungsi penglihatan baik, sklera tidak iterik,
konjungtiva bagus tidak anemis.
Hidung
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, fungsi penciuman baik,
tidak ada sekret.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
Telinga
Inspeksi : Kedua daun telinga simetris,fungsi pendengaran baik,
dan tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, tidak ada masa, gigi lengkap
Leher
Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak ada masa, tidak ada
edema.
Palpasi : Tidak ada pembesaran tiroid, pergerakan leher baik.
Thoraks dan fungsi pernapasan
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri, frekuensi
pernafasan cepat dan dangkal
palpasi : Fremitus, raba kanan dan kiri sama
perkusi : Bunyi Ronchi
auskultasi : Wheezing
Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BJ I = BJ II, regular
14 | I n f a r k Miokard
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk simentris
palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak edema
auskultasi : Bising usus 8x/menit
Genetalia
Inspeksi : genetalia bersih, tidak adanya lesi dan pembengkakan
Ektermitas Atas
Kekuatan ektermitas atas baik, tidak ada lesi, tidak ada edema.
Ektermitas Bawah
Kekuatan ektermitas bawah baik, tidak ada lesi, tidak ada edema.
15 | I n f a r k Miokard
2. DS: Agen injury Nyeri Akut
1. Klien merasa nyeri
dada sebelah kiri
(angina pectoris) Aliran darah ke jantung
2. Klien merasa menurun
nyerinya sakit
sekali
3. Nyeri dan sesak Jaringan miocard iskemik
nafas bertambah
jika sedang
beraktifitas Suplai oksigen ke miokard
DO: menurun
1. Pasien terlihat
meringis kesakitan
2. Klien selalu Metabolisme an aerob
memegang area
nyeri
3. Klien tampak lemah Timbunan asam laktat
meningkat
4. P: Terjadi
penyempitan
pembuluh darah Nyeri
5. Q: Terasa tertusuk-
tusuk
6. R: Dada Kiri
7. S: Skala Nyeri 7 (1-
10)
8. T: Menetap
6
3. DS: Ancaman pada status Ansietas
1. Klien mengatakan
kesehatan
khawatir terjadi
apa-apa dengan
dirinya
DO:
1. Wajah klien terlihat Kurang informasi
cemas
2. Wajah klien terlihat
pucat
3. Keluar keringat
Gejala terkait penyakit
dingin
Kecemasan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume isi sekuncup
16 | I n f a r k Miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Injury
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Penurunan Tupan: Setelah diberikan 1. Kaji ku, ttv 1. Dapat
curah jantung 1. Curah jantung asuhan mengetahui
berhubungan meningkat keperawatan 1 x perubahan
dengan Tupen: 24 jam pada ttv dan
perubahan 1. Klien tidak ..Diharapkan ku klien
volume isi akan curah jantung
sekuncup merasakan bapak berkurang 2. Kaji skala 2. Dapat
nyeri dada dengan kriteria nyeri klien mengurangi
DS: kiri kembali evaluasi : rasa nyeri pada
1. Klien 2. Klien tidak 1. Klien mampu dada klien
merasa nyeri akan ngengontrol
dada sebelah merasakan nyeri
kiri sesak nafas 2. Klien mampu 3.Kaji dan 3. Dapat
2. Klien kembali mengontrol pantau EKG memantau
merasa nyeri pernafasan setiap hari perkembangan
menjalar ke 3. Ttv kembali denyut jantung
bahu hingga normal
ke lengan 4. Ajarkan klien 4. Dapat
kiri teknik nafas mengatur
3. Klien dalam pernafasan
merasa klien
sesak nafas
5. Monitor 5. Terapi O2yang
DO: tingkat adekuat dapat
1. Nadi: efektivitas membantu
120x/menit terapi O2 terpenuhinya
2. TD: 100/60 kebutuhan
mmhg O2dalam
3. RR: jaringan dan
32x/menit tubuh
4. Klien selalu
memegang
area nyeri
1. Kulit teraba
dingin dan
pucat
17 | I n f a r k Miokard
1. Klien 1. Terkajinya berkurang dengan durasi,
merasa nyeri skala nyeri kriteria evaluasi : frekuensi dan
dada sebelah 2. Tidak 1. Klien mampu kualitas nyeri
kiri (angina meringis mengatasi
pectoris) kesakitan nyeri 2. Ajarkan klien 2. Dapat
2. Klien 2. TTV klien teknik membantu
merasa normal relaksasi nafas klien untuk
nyerinya 3. Ekspresi dalam rileks
sangat sakit wajah klien 3. Obat Jantung
3. Nyeri dan rileks dapat
sesak nafas 4. Skala nyeri 3. Kolaborasi mengurangi
bertambah berkurang dengan tim rasa nyeri
jika sedang kesehatan pada jantung
beraktifitas yang lain
dalam
DO: pemberian
2. Pasien obat Jantung
terlihat
meringis
kesakita
3. Klien selalu
memegang
area nyeri
4. Klien
tampak
lemah
5. P: Terjadi
penyempitan
pembuluh
darah
6. Q: Terasa
tertusuk-
tusuk
7. R: Dada Kiri
8. S: Skala
Nyeri 7 (1-
10)
T: Menetap
5.
18 | I n f a r k Miokard
3. Ansietas Tupan: Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Dapat
berhubungan 1. Rasa cemas asuhan kecemasan mengurangi
dengan klien keperawatan 1 x dan reaksi rasa cemas
ancaman pada berkurang 24 fisik akibat
status jam..Diharapkan kecemasan
kesehatan Tupen: ansietas bapak
1. Klien tenang berkurang dengan 2. Bantu pasien 2. Berikan
DS: tidak cemas kriteria evaluasi : mengenal penjelasan
1. Klien dan tidak 1. Klien mampu ansietas tentang
mengatakan merasa menenangkan ansietas dan
khawatir khawatir diri cara
terjadi apa- 2. Klien dapat mengurangi
apa dengan rileks dengan rasa cemas.
dirinya nafas dalam
3. Latih cara 3. Berikan tata
DO: mengatasi cara teknik
1. Wajah klien ansietas: relaksasi
terlihat relaksasi nafas dalam
cemas nafas dalam dan meminta
2. Wajah klien klien untuk
terlihat melakukan
pucat teknik nafas
3. Keluar dalam.
keringat
dingin
Kolaborasi
dengan tim
19 | I n f a r k Miokard
kesehatan yang
lain dalam
pemberian obat
Jantung
20 | I n f a r k Miokard
5. Catatan Perkembangan
P: Intervensi dilanjutkan
I: - Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat
- Pemberian obat agar klien tidak merasa
nyeri lagi
- Mengajarkan klien tarik nafas dalam dan
panjang
- Menganjurkan klien untuk istirahat dan
kurangi aktivitas yang berat
- Memberikan bantuan dalam aktiitas
tertentu
21 | I n f a r k Miokard
- Menganjurkan pada keluarga klien agar
klien terus didampingi
E: klien sudah tidak merasakan nyeri yang
berlebih seperti kemarin.
22 | I n f a r k Miokard
BAB IV
Penutup
1. Kesimpulan
MI (Miokard infark) Merupakan salah satu penyakit yang di akibatkan karena
berkurangnya suplai oksigen kejaringan .sehingga kematian sel-sel mikardium
yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan .
Selain itu, serangan jantung terjadi jika ada suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari
jantung .dimana arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri,
septum dan arteri kiri serta arteri kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel
kiri sedikit bagian posterior septum dan vetrikel serta antrium kanan.
Akan tetapi , MI (miokard infark) bisa diatasi apabila, perawat atupun tim
medis segera melakukan tindakan kepada kliennya untuk cepat tanggap terhadap
gejala-gejala yang ditimbulkan dalam MI ini.
2. Saran
Dari kasus diatas, Sebaiknya untuk menghindari penyakit MIA ini maka
hindarilah hal-hal yang dapat menyebabkan fungsi otot jantung terganggu, dengan
melakukan pola nafas efektif dengan baik karena penyakit ini cukup
membahayakan bagi tubuh dalam menjalankan aktivitas sehari-hari .
23 | I n f a r k Miokard
Daftar Pustaka
24 | I n f a r k Miokard