Vous êtes sur la page 1sur 5

A.

Pengertian
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri(plasenta telah lahir).(Depkes Jakarta, 2002)
Atonia Uteri adalah keadaan melemahnya tonus atau kotraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah
bayi dan plasenta lahir. (sarwono, 2009)
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan
bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Nugroho Taufan, 2012.)
B. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas
dari dinding uterus.
C. Patofisiologi
Perdarahan ini berasal dari tempat plasenta. Bila tonus uterus tidak ada, kontraksi
uterus lemah, maka spiral arteries yang seharusnya tertutup akibat kontraksi uterus tersebut
tidak terjadi, sehingga pembuluh darah tersebut tetap terbuka. Darah akan terus mengalir
melalui bekas melekatnya plasenta ke cavum uteri dan seterusnya keluar pervaginam.
Kadang – kadang darah tersbut tidak dapat keluar pervaginam tetapi mengumpul dalam
cavum uteri, sehingga tidak diketahui adanya HPP.
D. Tanda dan Gejala
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada
kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak
mampu lagi sebagai anti pembeku darah
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya
3. Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal
4. Terdapat tanda-tanda syok
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembab
e. pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

E. SOAP
Data Subjektif
1. Umur : 38 tahun
biasanya atonia uteri ini terjadi pada usia <20 tahun karena alat reproduksi belum matang
dan > 35 tahun karena ditakuti terjadinya perdarahan postpartum.
2. Keluhan :
Biasanya yang ditemui pada atonia uteri ibu mengeluh keluar darah banyak setelah
melahirkan, pusing,gelisah, berkeringat/ kulit terasa dingin.
3. Riwayat obstetric yang lalu :
Kehamilan yang lalu, klien pernah mengalami perdarahan.
4. Riwayat obstetric sekarang :
klien mengalami hamil kembar (gemeli). Pada multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat.
Ini bisa membuat kontraksi uterus tidak baik, sehingga uterus tidak berkontraksi dan
lembek.

Data Objektif.

a) Pemeriksaan umum.
Biasanya pada atonia uteri hasil pemeriksaannya yaitu:
- tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg.
- nadi cepat dan lemah ( 110 kali/ menit atau lebih).
- pernafasan cepat dengan frekuensi 30 x/ menit atau lebih.
- keringat/ kulit terasa dingin dan lembab.
b) Pemeriksaan Fisik
a. Muka : pucat
b. Mata : anemis
c. Mulut + bibir : mukosa bibir kering atau pucat
d. Dada : ada retraksi dada,
e. Abdomen : uterus tidak berkontraksi, TFU teraba lembek
f. Genetalia : terdapat perdarahan segar dan banyak
g. Ekstremitas: akral dingin, CRT < 2 detik
c) Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap untuk mengetahui kondisi pasien secara detail dan menentukan terapi
yang dibutuhkan

Analisa
Diagnosa P60006 post partum dengan atonia uteri

Penatalaksanaan
1) Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
2) Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks
3) Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan
kateterisasi menggunakan teknik septik
4) Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 detik
5) Anjurkan keluarga untuk mulai membantu KBE
6) Keluarkan tangan perlahan – lahan
7) Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontra indikasi hipertensi) atau misoprotol 600- 1000
mcg
8) Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc RL + 20 unit
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secapat mungkin
9) Ulang KBI
10) Rujuk segera
11) Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI/ KBE
12) Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500/jam
hingga tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infus. Kemudian berikan
125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup berikan 500 cc kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan minuman untuk rehidrasi

Cara melakukan KBE, KBI, KAA


a) Kompresi Bimanual Internal (KBI)
Uterus ditekan antara telapak tangan pada
dinding abdomen dan ditinju tangan dalam
vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam
miometrium (sebagai pengganti mekanisme
kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi.
Pertahankan kondisi ini bila perdarahan
berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap
terjadi, cobakan kompresi Aorta abdominalis
b) Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)
Menekan uterus melalui dinding abdomen
dengan jalan saling mendekatkan kedua belah
telapak tangan yang melingkupi uterus.
Pantau aliran darah yang keluar. Bila
perdarahan berkurang, kompresi diteruskan,
pertahankan hingga uterus dapat kembali
berkontraksi atau dibawa ke fasilitas
kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba
dengan kompresi bimanual internal..
c) Kompresi Aorta Abdominalis ( KAA )
Raba arteri femoralis dengan ujung tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu
badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan menghentikan
atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat kompresi dengan memperhatikan
perdarahan yang terjadi

Vous aimerez peut-être aussi