Vous êtes sur la page 1sur 26

2.

1 Dasar Teori
* Beberapa pasien mungkin harus dimandikan di tempat tidur. Pasien
lain dengan izin dokter diperbolehkan untuk mandi tub atau mandi
shower. Perawatann mandi dengan air hangat dan sabun yang lembut
diberikan untuk menghilangkan kotoran dan keringat, meningkatan
sirkulasi dan memberikan latihan ringan pada pasien.
* Mandi parsial atau mandi sebagian di tempat tidur termsuk
memandikan hanya bagian badan yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan atau bau jika tidak mandi (misalnya tangan, muka,
daerah perineal dan axilla).

2.2 Tujuan Tindakan


Tujuan Tindakan memandikan pasien di tempat tidur
1. Membersihkan badan
2. Memberikan perasaan segar
3. Merangsang peredaran darah, otot-otot, dan urat saraf bagian
periver (saraf tepi)
4. Sebagai pengobatan
5. Mencegah timbulnya luka dan komplikasi pada kulit
6. Mendidik penderita dalam kebersihan perorangan

2.3 Prinsip memandikan pasien


1. Bersih
2. Menjaga privasi

2.4 Indikasi
Indikasi memandikan pasien di tempat tidur
1. Semua pasien untuk memenuhi kebutuhan hygienenya

2.5 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan tindakan memandikan pasien di tempat tidur
1. Baskom mandi dua buah, masing-masing beridi air dingin dan air
hangat
2. Pakaian pengganti
3. Kain penutup
4. Handuk dua buah
5. Sarung tangan pengusap badan (Washcloth) dua buah
6. Tempat untuk pakaian kotor
7. Sampiran
8. Sabun
9. Bedak, deodorant, lotion
10. Stik menicure, sikat kuku, neirbekken (perawatan kuku)
11. Sisir, sampo (perawatan rambut)
12. Sikat gigi, pasta gigi (perawatan mulut dan gigi)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Cara Kerja


Cara kerja tindakan Memandikan Pasien di Tempat Tidur
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan . Ingatlah untuk mencuci tangan, mengidentifikasi
pasien dan memberikan privasi
3. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
4. Pastikan semua jendela dan pintu dalam keadaan tertutup.
5. Atur posisi pasien.
6. Lepaskan pakaian tidur pasien dan letakkan di tempat pakaian kotor
( pasien dianggap tidak memakai infus)
a. Longgarkan pakaian mulai dari leher
b. Lepaskan pakaian menuruni lengan
c. Pastikan bahwa pasien diselimuti dengan selimut mandi .
d. Jika pada saat itu pasien sedang diinfus:
1) Lepaskan pakaian dari lengan yang tidak diinfus
2) Gulung lengan pakaian itu ke belakang badan dan melewati lengan
dan lokasi yang diinfus. Hati-hati dengan selang infus.
3) Lipat bahan pakaian itu dengan satu tangan sehingga tidak ada
tarikan atau tekanan pada selang dan perlahan-lahan turunkan
pakaian melewati ujung jari
4) Dengan tangan yang lain, angkat selang infus dari tiangnya dan
masukkan dalam lipatan pakaian (gbr 6) pastikan untuk tidak
merendahkan botol infus. Tarik pakaiannya (gbr 7), kembalikan botol
infus ke tiang penggantungnya.

7. Bantulah pasien untuk bergerak ke sisi tempat tidur yang dekat


dengan anda. Mulailah dengan yang trjauh dari anda.
8. Lipat handuk wajah di tepi atas selimut mandi agar tetap kering.
Pakai sarung tangan jika perlu.
9. Buat sarung tangan dengan meliapat washcloth di sekitar tangan.
a. Basahi washcloth.
b. Basuh mata pasien, gunakan ujung handuk yang berbe.
c. Usap dari dalam keluar.
d. Jangan menggunakan sabun dekat mata.
e. Jangan menggunakan sabun pada wajah kecuali permintaan pasien.
10. Bilas washcloth dan beri sabun jika pasien menginginkan. Peras
washcloth, jangan meninggalkan sabun dalam air.
11. Basuh dan bilas wajah, telinga dan lehernya dengan baik, gunakan
handuk untuk mengeringkannya.
12. Buka lengan pasien yang terjauh (terjauh dari anda). Tutupi
ranjang dengan handuk mandi yang diletakkan di bawah lengan.
a. Basuh,dengan arah akral (ujung) ke arah axilla, bilas dan keringkan
lengan dan tangan.
b. Pastikan axilla bersih dan kering.
c. Ulangi untuk lengan yang lain (lengan yang terdekat dari anda).
d. Pakaikan deodorant dan bedak jika pasien memintanya atau
membutuhkannya.
Perawatan Kuku.
a. Letakkan tangan dalam baskom air, rendam kurang lebih selama 2
menit dan sikat dengan beri sabun bila kotor. Basuh tangan dengan
hati-hati. Bilas dan keringkan. Tekan kutikula (dasar kuku) dengan
lembut menggunakan handuk ketika mengeringkan jari tangan.
b. Letakkan tangan di nierbekken. Bersihkan kuku bagian dalam stik
manikur. Bentuk kuku dengan emery board. Hati-hati jangan
memotong kuku terlalu pendek. Jangan memotong kuku jika pasien
diabetes.
13. Tutupi dada pasien dengan handuk mandi. Kemudian lipat selimut
sampai ke pinggang di bawah handuk :
a. Basuh, bilas dan keringkan bagian dada .
b. Bilas dan keringkan lipatan di bawah payudara pasien wanita untuk
menghindari iritasi kulit.
c. Beri sedikit bedak jika perlu sesuai dengan ketentuan fasilitas.
d. Jangan biarkan bedak menempel.
14. Lipat selimut mandi sampai ke daerah pubis (tempat genitalia
eksterna). Basuh, bilas dan keringkan daerah abdomen. Lipat selimut
mandi ke atas untuk menutupi perut dan dada. Ambil handuk dari
bawah selimut mandi.
15. Minta pasien untuk menekuk lututnya, jika mungkin. Lipat handuk
mandi ke atas agar paha, tungkai dan kaki terbuka. Tutupi ranjang
dengan handuk mandi.
a. Letakkan baskom mandi di atas handuk.
b. Letakkan kaki pasien di dalam baskom .
c. Basuh dan bilas tungkai dan kaki.
d. Pada saat memindahkan kaki, topang kaki dengan benar.
16. Angkat kaki dan pindahkan baskom ke sisi lain tempat tidur.
Keringkan tungkai dan kaki. Keringkan dengan baik sela-sela jari kaki.
17. Ulangi untuk tungkai dan kaki yang lain. Angkat baskom dari
tempat tidur sebelum mengeringkan tungkai dan kaki.
18. Lakukan perawatan kuku jika perlu. Usapkan lotion pada kaki
pasien yang berkulit kering.
19. Bantu pasien untuk miring ke arah yang berlawanan dengan anda.
Bantu pasien untuk bergerak ke tengah tempat tidur. Letakkan handuk
mandi memanjang berdekatan dengan punggung pasien.
a. Basuh, bilas dan keringkan leher, punggung dan bokong.
b. Gunakan usapan yang tegas dan memanjang ketika membasuh
punggung. Beri lotion, massage
20. Usapan punggung biasanya dilakukan pada saat ini. Bantu pasien
telentang.
21. Letakkan handuk di bawah bokong dan tungkai atas. Letakkan
washcloth, sabun, baskom,dan handuk mandi dalam jangkauan pasien.
22. Minta pasien untuk menyelesaikan mandinya dengan
membersihkan genitalianya. Bantulah pasien jika perlu. Anda harus
mengambil alih tanggung jawab tersebut, jika pasien mengalami
kesulitan. Seringkali pasien merasa enggan uuntuk meminta bantuan.
Jika membantu pasien, gunakan sarung tangan sekali pakai.
a. Untuk pasien wanita,basuh dari depan ke belakang, keringkan
dengan hati-hati.
b. Untuk pasien pria, pastikan untuk membasuh dan mengeringkan
penis, scrotum, dan daerah pangkal paha dengan hati-hati.
23. Lakukan latihan rentang gerak sesuai perintah.
24. Tutupi bantal dengan handuk. Lakukan perawatan rambut, sisir
atau sikat rambut pasien. Perawatan mulut biasanya diberikan pada
saat ini.
25. Letakkan handuk-handuk dan washcloth di tempat linen kotor.
26. Siapkan pakaian bersih. Jika pasien memakai infus, tanyakan pada
perawat sebelum melakukan prosedur a sampai f. Tanyakan apakah
pakaian (1) dimasukkan melewati lengan yang terpasang infus atau
(2) tidak memasukkan lengan hanya menutupi bahu (seperti jika
pasien memakai infus multiple atau pompa infus) jika keadaannya
seperti nomor 1, maka:
a. Pegang lengan baju di sisi selang infus dengan satu tangan.
b. Angkat botol infus dari tiangnya, pertahankan ketinggiannya.
c. Selipkan botol infus melalui lengan bahu dari bagian dalam dan
gantung kembali botol infus tersebut.
d. Tarik baju sepanjang selang infus sampai ke tempat tidur.
e. Masukkan pakaian melalui tangan. Lakukan dengan hati-hati agar
tidak mempengaruhi area infusan.
f. Posisikan pakaian pada lengan yang terpasang selang infus.
Kemudian masukkan lengan yang satunya.
27. Bersihkan dan kembalikan alat-alat.
28. Letakkan washcloth dan handuk-handuk bersih di sandaran sisi
tempat tidur atau gantung.
29. Ganti linen setelah melakukan prosedur merapikan tempat tidur
occupied. Ganti dan letakkan linen kotor pada tempat linen kotor.
30. Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur.
31. Ingatlah untuk mencuci tangan anda.
32. Laporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasikan waktu,
memandikan di tempat tidur dan reaksi pasien.
Pengertian cuci tangan 7 langkah adalah tata cara mencuci tangan
menggunakan sabun untuk membersihkan jari – jari, telapak dan
punggung tangan dari semua kotoran, kuman serta bakteri jahat
penyebab penyakit.

Cara Cuci Tangan 7 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai
air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan


5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara


memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau
tisu.
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun
cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal.
Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun
adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah
kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit
Posted on March 6, 2017by Healthcare and Hospital Consultant
I. LATAR BELAKANG
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk
bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini, resiko pekerjaan
yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah
dan duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini
meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan
kematian. Petugas kesehatan yang bekerja di kamar bedah dan kamar bersalin
dihadapkan kepada resiko pemaparan terhadap patogen yang lebih tinggi daripada
bagian – bagian lainnya ( Gershon dan Vlavov 1992 ). Karena resiko yang tinggi ini,
panduan dan praktik perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk
melindungi staf yang bekerja di area ini. Lagi pula, anggota staf yang tahu cara
melindungi diri mereka dari pemaparan darah dan duh tubuh dan secara konsisten
menggunakan tindakan – tindakan ini akan membantu melindungi pasien –
pasiennya juga.

Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat, dan


bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas kesehatan tidak
merasakan diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi, mereka yang beresiko tidak
secara teratur menggunakan perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan, atau
paraktik – praktik lain ( cuci tangan ) yang disediakan untuk mereka.

II. PERLENGKAPAN ALAT PELINDUNG DIRI


Pelindung pembatas sekarang umumnya diacu sebagai Perlengkapan Perlindungan
Diri ( PPD ), telah digunakan bertahun – tahun lamanya untuk melindungi pasien
dari mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang bekerja pada suatu tempat
perawatan kesehatan. Akhir – akhir ini, dengan timbulnya AIDS dan HCV dan
munculnya kembali Tuberkulosis di banyak Negara, penggunaan PPD manjadi
sangat penting untuk melindungi petugas.

PPD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak steril sangat penting
dalam mengurangi resiko penularan, namun yang lainnya ( seperti pakaian, topi,
dan sepatu tertutup ) terus dipakai tanpa bukti yang meyakinkan tentang
efektivitasnya ( Larson dkk 1995 ). Kenyataannya, beberapa praktik yang biasa,
seperti semua petugas di ruang operasi, bukan hanya tim bedah saja, harus memakai
masker, akan meningkatkan biaya, sedangkan perlindungan yang diberikan sangat
minimal, kalaupun ada, perlindungan bagi pasien dan staf (Mitcell 1991 ). Tambahan
lagi, demi efektivitasnya, PPD harus digunakan dengan tepat. Umpamanya, gaun
bedah dan kain penutup telah menunjukkan dapat mencegah infeksi luka hanya
kalau kering. Kalau basah, kain yang bersifat spons yang mengisap bakteri dari kulit
atau peralatan dapat menembus kain yang kemudian dapat mengkontaminasi luka
bedah.

Sebagai akibatnya, administrator rumah sakit, penyelia, dan petugas pelayanan


kesehatan harus menyadari bukan hanya keuntungan dan keterbatasan PPD yang
khusus, melainkan juga peranan PPD dalam mencegah infeksi, agar dapat digunakan
secara efektif dan efisien.
II. APA ITU PERLENGKAPAN PELINDUNG DIRI
Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan
yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya
di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (
engineering ) dari cara kerja yang aman.

Kelemahan penggunaan APD :

1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna


2. Sarung APD tidak di pakai karena kurang nyaman
Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan,
masker / respirator, pelindung mata ( perisai muka,
kacamata ), kap, gaun, apron, dan barang lainnya. Di
banyak Negara kap, masker, gaun dan duk terbuat dari kain
atau kertas. Penahan yang sangat efektif, terbuat dari kain
yang di olah atau bahan sintetis yang dapat menahan air
atau caran lain ( darah atau duh tubuh ) untuk
menembusnya. Bahan – bahan tahan cairan ini, tidak
tersedia secara luas karena mahal. Di banyak Negara, kain
katun yang enteng ( dengan hitungan benang 140 / inci² )
adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (
masker, kap dan gaun ) dan duk. Sayangnya, katun enteng
itu tidak memberikan tahanan efektif, karena basah dapat
menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi.
Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya,
terlalu rapat untuk ditembus uap ( tidak dapat disterilkan ),
sangat sukar di cuci dan makan waktu untuk dikeringkan.
Kalau dipakai kain, warnanya harus putih atau terang agar
kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

IV. JENIS JENIS ALAT PELINDUNG DIRI


A. ALAT PELINDUNG KEPALA
Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian :
 Topi pengaman ( Safety Helmet )
Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan
benda – benda.

 Topi / tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu,
kondisi iklim yang buruk.

 Tutup kepala
Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau
mencegah lilitan rambut dari mesin.

Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat


pelindung diri yang lain, yaitu:

 Kaca Mata ( gogles )


 Penutup muka
 Penutup telinga
 Respirator, dll
B. ALAT PELINDUNG TELINGA
Alat pelindung telinga ada 2 jenis :

 Sumbatan telinga ( ear plug )


Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi
tertentu saja. Sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya
tidak terganggu.

 Tutup telinga (ear muff )


Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga
mempunyai daya pelindung ( Attenuasi ) berkisar antara 25
– 30 DB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan
antara tutup telinga dengan sumbat telinga, sehingga dapat
mempunyai daya lindung yang lebih besar.
C. SARUNG TANGAN
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan
melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan
petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting
untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti
setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk
mencegah kontaminasi silang. Umpamanya, sarung tangan
pemeriksaan harus dipakai kalau menangani darah, duh
tubuh, sekresi dan eksresi ( kecuali keringat ), alat atau
permukaan yang terkontaminasi dan kalau menyentuh kulit
nonintak atau selaput lendir.

JENIS SARUNG TANGAN


Ada 3 jenis sarung tangan :

1. Sarung tangan bedah


Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan

2. Sarung tangan pemeriksaan


Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu
melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin

3. Sarung tangan rumah tangga


Diapakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan
– bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi

Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks,


karena elastis, sensitive dan tahan lama, dan dapat
disesuaikan dengan ukuran tangan. Karena meningkatnya
masalah alergi lateks, sedang dikembangkan bahan serupa,
yang disebut “ nitril “ yang merupakan bahan sintetik
seperti lateks.
Bahan ini tidak menimbulkan reaksi alergi. Di beberapa
negara jenis sarung tangan pemeriksaan yang tersedia
adalah dari vinil, suatu bahan sintetik yang lebih murah
daripada lateks. Namun, vinil tidak elastis, sehingga kurang
pas dan mudah robek. Sarung tangan pemeriksaan yang
berkualitas baik yang terbuat dari kabel tebal, kurang
fleksibel dan sensitive, dan dapat memberi perlindungan
maksimum sebagai pelindung pembatas.

KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN


DIPERLUKAN
Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam
mencegah kontaminasi dari petugas kesehatan telah
terbukti berulang kali ( Tenorio et al. 2001 )
tetapi pemakaian sarung tangan tidak
menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan.
Sebab sarung tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik
sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang tidak
terlihat, sarung tangan mungkin robek pada saat digunakan
atau tangan terkontaminasi pada saat melepas sarung
tangan ( Bagg. Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001 )
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna
bersih harus digunakan oleh semua petugas ketika :

 Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau


cairan tubuh lain, membran mukosa atau kulit yang
terlepas
 Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive
misalnya menusukkan sesuatu ke dalam pembuluh
darah, seperti memasang infus
 Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah
terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang
tercemar
Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan
Melalui Kontak ( yang diperlukan pada kasus penyakit
menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai
), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan
sarung tanganbersih, tidak steril ketika memasuki
ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung
tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan
mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub
berbasis alkohol.
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap
pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi silang (
CDC 1987 ). Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama
atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika
berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau ketika
melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor
kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan
merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues
(1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada
tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan
masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti sarung
tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya.

HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA


PERSEDIAAN SARUNG TANGAN TERBATAS
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan
periksa tidak memadai, sarung tangan bedah sekali pakai (
disposable ) yang sudah digunakan dapat diproses ulang
dengan cara :

 Dekontaminasi dengan meredam dalam larutan klorin


0,5 % selam 10 menit
 Dicuci dan bilas, serta dikeringkan
 Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau disinfeksi
tingkat tinggi ( dengan di kukus )
Dahulu perebusan telah direkomendasikan sebagai cara
untuk disinfeksi tingkat tinggi sarung tangan bedah.
Namun sulit untuk mengeringkan sarung tangan tanpa
mengkontaminasinya. Karena pengukusan lebih mudah
dilakukan dan sama – sama efektif, maka cara ini yang
sekarang direkomendasikan untuk disinfeksi tingkat tinggi
sarung tangan bedah.

Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan


dua lapis sarung tangan periksa atau sarung tangan bedah
yang telah diproses untuk memberikan perlindungan yang
cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya
serta petugas yang menangani dan membuang limbah
medis.

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA


PEMAKAIAN SARUNG TANGAN
 Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai,
khususnya untuk sarung tangan bedah. Sarung tangan
yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat
mengganggu keterampilan dan mudah robek.
 Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko
sarung tangan robek.
 Tarik sarung tangan ke atas manset gaun ( jika anda
memakainya ) untuk melindungi pergelangan tangan.
 Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak
mengandung lemak ) untuk mencegah kulit tangan
kering / berkerut.
 Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak,
karena akan merusak sarung tangan bedah maupun
sarung tangan periksa dari lateks.
 Jangan menggunakan cairan pelembab yang
mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi
pada kulit.
 Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan
suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin misalnya di
bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC,
cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen,
karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga
mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung.
REAKSI ALERGI TERHADAP SARUNG TANGAN
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin
banyak dilaporkan oleh berbagai petugas di fasilitas
kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung
tangan bebas lateks ( nitril ) atau sarung tangan lateks
rendah allergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi
alergi ( reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih
jarang ). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak
juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat
menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada
sarung tangan membawa partikel leteks ke udara. Jika hal
ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain
atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat membantu
mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan
ini tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada membran
mukosa mata dan hidung. ( Garner dan HICPAC 1996 ).

Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul


adalah warna merah pada kulit, hidung berair dan gatal –
gatal pada mata, yang mungkin berulang atau semakin
parah misalnya menyebabkan gangguan pernafasan seperti
asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul dalam
waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi
baru terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3 –
5 tahun., bahkan sampai 15 tahun ( Baumann 1992 ),
meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi atau
desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu – satunya
pilihan adalah menghindari kontak.

1. MASKER
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut,
bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah ( jenggot ).
Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara,
batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah
atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut
petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan
tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.

Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun


ringan, kain kassa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa
di antaranya tahan cairan. Masker yang di buat dari katun
atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan
cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari
bahan sintetik dapat memberikan perlindungan dari
tetesan partikel berukuran besar ( > 5 µm ) yang tersebar
melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di dekat
pasien ( kurang dari 1 meter ). Namun masker bedah
terbaik sekalipun tidak dirancang untuk benar – benar
menutup pas secara erat ( menempel sepenuhnya pada
wajah ) sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian
tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara
efektif menyaring udara yang dihisap ( Chen dan Welleke
1992 ) dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan
tersebut.

Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai


menderita penyakit menular melalui udara atau droplet,
masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel
mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.

MASKER DENGAN EFISIENSI TINGGI


Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker
khusus yang direkomendasikan, bila penyaringan udara
dianggap penting misalnya pada perawatan seseorang yang
telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau
SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N95
melindungi dari partikel dengan ukuran ≤ 5 mikron yang di
bawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan
bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan erat
pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini
juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih mahal
daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai masker
N95 perlu diadakan fit test pada setiap pemakaiannya.

Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau


dicurigai menderita penyakit menular melalui airborne
maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau SARS,
petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi
tinggi. Pelindung ini merupakan perangkat N-95 yang telah
disertifikasi oleh US National Institute for Occupational
Safety dan Health ( NIOSH ), disetujui oleh European CE,
atau standard nasional / regional yang sebanding dengan
standar tersebut dari Negara yang memproduksinya.
Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi
dapat juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti
khususnya N-95, harus di uji pengepasannya ( fit test )
untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan
benar pada wajah pemakainya.

PEMAKAIAN MASKER EFISIENSI TINGGI


Petugas Kesehatan harus :
 Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk
melihat apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan
penyaring rusak atau kotor, buang masker tersebut.
Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong
atau terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat
digunakan.
 Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak
terpotong atau rusak. Tali harus menempel dengan baik
di semua titik sambungan.
 Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (
jika ada ) berada pada tempatnya dan berfungsi dengan
baik.
Fit test untuk masker efisiensi tinggi
Fungsi masker akan terganggu / tidak efektif, jika masker
tidak dapat melekat secara sempurna pada wajah, seperti
pada keadaan di bawah ini :

 Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh


pada wajah bagian bawah atau adanya gagang kacamata.
 Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat
mempengaruhi perlekatan bagian wajah masker.
 Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena
akan menyebabkan kebocoran. Ratakan klip tersebut di
atas hidung setelah anda memasang masker,
menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan
menyusuri bagian atas masker.
 Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat
sebelum memakai masker efisiensi tinggi.
KEWASPADAAN
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak
bisa digunakan oleh individu yang alergi terhadap lateks.
Petugas harus diberi cukup waktu untuk menggunakan dan
mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu
dengan pasien.

2. ALAT PELINDUNG MATA


Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh
lain dengan cara melindungi Mata. Pelindung mata
mencakup kacamata ( goggles ) plastik bening, kaca mata
pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi
atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan,
tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi
mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan
pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan
tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara
tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung
wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata
pelindung atau kacamata biasa serta masker.

Ada beberapa jenis alat pelindung mata


diantaranya :
1. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles )
Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah
atau tanpa pelindung samping. Kaca mata dengan
pelindung samping lebih banyak memberikan
perlindungan.

2. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat
karena memakai ikat kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang
amat membahayakan bagi mata.

3. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN


Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :

 Respirator yang sifatnya memurnikan udara


 Respirator yang mengandung bahan kimia
 Topeng gas dengan kamister
 Respirator dengan cartridge
 Respirator dengan filter mekanik
 Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia,
tapi ……… udara berupa saringan / filter
 Biasanya di gunakan pada pencegahan debu
 Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan
kimia
 Respirator yang dihubungkan dengan supply
udara bersih. Supply udara berasal dari :
 Saluran udara bersih atau kompresor
 Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA )
Biasanya berupa tabung gas yang berisi :

 Udara yang dimampatkan


 Oksigen yang dimampatkan
 Oksigen yang dicairkan
 Respirator dengan supply oksigen
Biasanya berupa “ Self …………….. Breathing ………. Yang
harus diperhatikan pada respirator jenis tersebut di atas :

 Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya


 Pemakaian yang tepat
 Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan
penyakit
1. TOPI
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam
luka selam pembedahan. Topi harus cukup besar untuk
menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan
sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan
utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah
atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.

2. GAUN PELINDUNG
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau
mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui droplet / airbone. Pemakaian
gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju
dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus
mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan
untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik
atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi.
Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun
sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area
pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan
kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar,
lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya
organisme.

Gaun pelindung harus dianggap sebagai alat pelindung diri.


Gaun pelindung khusus untuk pekerjaan dengan sumber –
sumber bahaya tertentu seperti :

 Terhadap Radiasi Panas


Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi
bahan yang bisa merefleksikan panas, biasanya Alumunium
dan berkilau. Bahan – bahan pakaian lain yang bersifat
isolasi terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun, asbes (
kalau sampai 500 ⁰C ).

 Terhadap Radiasi Mengion


Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya
berupa apron. Pakaian ini sering digunakan di bagian
radiologi.

 Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia.


Biasanya terbuat dari bahan plastic atau karet

4. APRON
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan
penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh
petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan
langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau
melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah,
cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun
pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan
tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan

5. PELINDUNG KAKI
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari
cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin
jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu,
sandal. “ sandal jepit “ aau sepatu yang terbuat dari bahan
lunak ( kain ) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau
sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan., tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas
kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain.
Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu
yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus
tersedia di kamar bedah. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat
meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah
merembes melalui sepatu dan seringkali digunakan sampai
di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa sarung
tangan sehingga terjadi pencemaran. ( Summers et.al. 1992
)
6. PERANAN DUK
Di banyak negara duk biasanya dibuat dari linen persegi
yang dijahit dari berbagai ukuran. Dipakai untuk
menciptakan medan operasi di seputar suatu sayatan,
membungkus instrumen dan barang – barang lainnya
untuk sterilisasi, penutup meja di ruang operasi dan
membuat hangat pasien selama prosedur bedah ( OR
Manager 1990a ). Jenis utama duk ialah :

 DUK KECIL / LAP


Dipakai untuk mengeringkan tangan, membuat medan
operasi segi – empat ( untuk ini diperlukan beberapa duk
kecil ), dan membungkus instrumen kecil serta semprit.
Biasanya dibuat dari kain katun lebih tebal dari pada linen
lainnya, yang menjadikannya lebih tahan air.

 DUK SEPRAI
Dipakai untuk membatasi medan operasi dan menciptakan
ruang kerja, maupun untuk membungkus perangkat
instrumen. Biasanya dibuat dari katun ringan dan hanya
memberikan sedikit perlindungan.

 DUK BOLONG
Mempunyai lobang yang bundar di tengahnya yang
ditempatkan pada medan operasi yang dipersiapkan. Duk
ini terutama digunakan untuk prosedur – prosedur bedah
minor ( sayatan kecil ).

 DUK PEMBUNGKUS
Duk luas yang menjadi penutup meja sewaktu bungkus
instrumen dibuka. Duk penutup ini harus cukup luas untuk
menampung isi suatu bungkusan sewaktu di buka, dan
dapat menutupi seluruh permukaan meja.

PEMAKAIAN DUK UNTUK PROSEDUR BEDAH


Duk kecil yang steril terbuat dari kain dapat ditempatkan di
sekeliling sayatan bedah yang ditempatkan di sekeliling
sayatan bedah yang dipersiapkan, untuk menciptakan suatu
area kerja. Walaupun area ini sering disebut “ medan steril
“, sesungguhnya tidak steril. Sebagaimana dipertunjukkan
pada gambar, duk kain membiarkan kebasahan merembes
dan membantu menyebarkan organisme dari kulit ke dalam
sayatan walau setelah pembersihan area bedah dengan
antiseptik. Jadi, baik tangan yang bersarung tangan ( steril
atau didisinfeksi tingkat tinggi ) maupun instrumen steril
atau yang didisinfeksi tingkat tinggi dan barang – barang
lainnya hanya menyentuh duk setelah ia diletakkan di
tempatnya. Karena duk kain tidak efektif sebagai pembatas,
duk kecil yang kering dan bersih dapat digunakan jika duk
kecil steril tidak tersedia.

Cara mempersiapkan medan operasi dan memasang


duknya tergantung dari jenis tindakan yang akan dilakukan.
Berikut ini panduan cara memasang duk untuk
menghindari pemborosan duk steril dan penggunaan yang
tidak perlu :

 Semua duk harus ditempatkan di sekeliling area yang


kering sama sekali, dan dipreparasi secara luas.
 Kalau dipakai duk yang steril, sarung tangan steril atau
didisinfeksi tingkat tinggi harus dipakai sewaktu
menempatkan duk di tempatnya, ( hati – hati jangan
sampai menyentuh tubuh pasien dengan tangan yang
bersarung tangan )
 Duk harus ditangani sesedikit mungkin dan jangan sekali
– sekali digosok atau dilipat. Selalu memegang duk di
atas area yang harus dipasang duk, dan buang duk itu
kalau jatuh ke bawah.
PROSEDUR BEDAH MINOR ( INSERSI IMPLAN
NORPLANT ATAU PENGANGKATANNYA ATAU
LAPAROTOMI – MINI )
 Tempatkan lubang duk di atas bidang insisi yang telah
disiapkan dan jangan pindahkan duk steril, setelah
menyentuh kulit.
 Jika duk bolong tidak steril, pakai sarung tangan steril
atau DTT setelah menempatkan duk pada pasien untuk
menghindari sarung tangan terkontaminasi.Pakailah duk
bolong sehingga sekurang – kurangnya 5 cm dari kulit
terbuka di sekeliling sayatan. ( Kalau tidak ada duk steril,
bagaimanapun, duk yang bersih dan kering dapat dipakai
)
PROSEDUR BEDAH MAYOR ( LAPAROTOMI ATAU
SEKSIO SESAREA )
 Pakai lembaran duk yang luas untuk menutupi tubuh
pasien kalau diperlukan untuk membuat tubuhnya
panas. Duk itu tidak perlu steril karena tidak akan dekat
tempat insisi ( Belkin 1992 ). Tapi harus bersih dan
kering.
 Setelah membersihkan kulit dengan antiseptik,
tempatkan duk kecil untuk mempersegikan tempat insisi
( biarkan sekurang – kurangnya 5 cm dari kulit terbuka
di sekeliling sayatan ).
 Mulai dengan menempatkan duk kecil yang terdekat
dengan anda untuk mengurangi kontaminasi. Dengan
memegang satu sisi dari duk, biarkan sisi yang lain
menyentuh kulit abdomen kira – kira 5 cm di luar tempat
sayatan. Perlahan – lahan letakkan sisa duk pada
abdomen. Setelah terletak pada tempatnya, jangan sekali
– kali memindahkannya mendeteksi insisi. Boleh, kalau
ditarik menjauhi insisi.
 Pasang tiga duk lainnya untuk menjadikan area kerja
menjadi persegi empat, seperti dipertunjukkan pada
gambar.

Vous aimerez peut-être aussi