Vous êtes sur la page 1sur 4

Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,

Kaum muslimin yang berbahagia

Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk, Yang
menguasai dan mengendalikan seluruh hati manusia. Puji syukur kita haturkan pula kepada
Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya, kita masih tetap bisa melaksanakan ibadah
kita, kegiatan kita sehari-hari menuntut ilmu.

Hadhirin yang dirahmati Allah SWT,

Seperti yang telah saya bacakan diawal, Mu’adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,

“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al
Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)

Ulama hadits terkemuka, yakni Al Bukhari berkata, “Al ‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali (Ilmu
Sebelum Berkata dan Berbuat)“. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari
firman Allah ta’ala,

َّ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ََل إِلَهَ إِ ََّل‬


َ‫َّللاُ َوا ْست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْن ِبك‬

“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad [47]: 19).

Dalam ayat ini, Allah memulai dengan ‘ilmuilah’ lalu mengatakan ‘mohonlah ampun’.
Ilmuilah yang dimaksudkan adalah perintah untuk berilmu terlebih dahulu, sedangkan
‘mohonlah ampun’ adalah amalan. Ini pertanda bahwa ilmu hendaklah lebih dahulu sebelum
amal perbuatan.
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan keutamaan
ilmu. Hal ini sebagaimana dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah ketika menjelaskan
biografi Sufyan dari jalur Ar Robi’ bin Nafi’ darinya, bahwa Sufyan membaca ayat ini, lalu
mengatakan, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah memulai ayat ini dengan
mengatakan ‘ilmuilah’, kemudian Allah memerintahkan untuk beramal?” (Fathul Bari, Ibnu
Hajar, 1/108)

Al Muhallab rahimahullah mengatakan, “Amalan yang bermanfaat adalah amalan yang


terlebih dahulu didahului dengan ilmu. Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin
mengharap-harap ganjaran, dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan
(karena tidak didahului dengan ilmu, pen). Sesungguhnya yang dilakukan hanyalah seperti
amalannya orang gila yang pena diangkat dari dirinya.“ (Syarh Al Bukhari libni Baththol,
1/144)

Hadirin yang diberkahi Allah SWT,

Setelah kita mengetahui pentingnya ilmu, hendaklah setiap orang lebih memusatkan
perhatiannya untuk berilmu terlebih dahulu daripada beramal. Semoga dengan mengetahui
faedah atau keutamaan ilmu syar’i berikut akan membuat kita lebih termotivasi dalam hal ini.

Adapun keutamaan atau faedah ilmu antara lain:

Pertama, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu di akhirat dan di dunia.

Di akhirat, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu beberapa derajat berbanding
lurus dengan amal dan dakwah yang mereka lakukan. Sedangkan di dunia, Allah
meninggikan orang yang berilmu dari hamba-hamba yang lain sesuai dengan ilmu dan
amalan yang dia lakukan.
Allah Ta’ala berfirman,

‫َّللاُ الَّذِينَ آ َ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجات‬


َّ ِ‫يَ ْرفَع‬

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah: 11)

Kedua, seorang yang berilmu adalah cahaya yang banyak dimanfaatkan manusia untuk
urusan agama dan dunia meraka.

Dalilnya, satu hadits yang sangat terkenal bagi kita, kisah seorang laki-laki dari Bani Israil
yang membunuh 99 nyawa. Kemudian dia ingin bertaubat dan dia bertanya siapakah di antara
penduduk bumi yang paling berilmu, maka ditunjukkan kepadanya seorang ahli ibadah.
Kemudian dia bertanya kepada si ahli ibadah, apakah ada taubat untuknya. Ahli ibadah
menganggap bahwa dosanya sudah sangat besar sehingga dia mengatakan bahwa tidak ada
pintu taubat bagi si pembunuh 99 nyawa. Maka dibunuhlah ahli ibadah sehigga genap 100
orang yang telah dibunuh oleh laki-laki dari Bani Israil tersebut.
Akhirnya dia masih ingin bertaubat lagi, kemudian dia bertanya siapakah orang yang paling
berilmu, lalu ditunjukkan kepada seorang ulama. Dia bertanya kepada ulama tersebut,
“Apakah masih ada pintu taubat untukku”. Maka ulama tersebut mengatakan bahwa masih
ada pintu taubat untuknya dan tidak ada satupun yang menghalangi dirinya untuk bertaubat.
Kemudian ulama tersebut menunjukkan kepadanya agar berpindah ke sebuah negeri yang
penduduknya merupakan orang shalih, karena kampungnya merupakan kampung yang dia
tinggal sekarang adalah kampung yang penuh kerusakan. Oleh karena itu, dia pun keluar
meninggalkan kampung halamannya. Di tengah jalan sebelum sampai ke negeri yang dituju,
dia sudah dijemput kematian. (HR. Bukhari dan Muslim). Kisah ini merupakan kisah yang
sangat masyhur. Lihatlah perbedaan ahli ibadah dan ahli ilmu.

Ketiga, Ilmu adalah Warisan Para Nabi


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah
mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh
keberuntungan yang banyak.” (HR Abu Dawud no. 3641 dan Tirmidzi no. 2682. Syaikh Al
Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud dan Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Keempat, Orang yang Berilmu yang Akan Mendapatkan Seluruh Kebaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan
memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Setiap orang yang Allah menghendaki kebaikan
padanya pasti akan diberi kepahaman dalam masalah agama. Sedangkan orang yang tidak
diberikan kepahaman dalam agama, tentu Allah tidak menginginkan kebaikan dan bagusnya
agama pada dirinya.” (Majmu’ Al Fatawa, 28/80)

Ilmu yang Wajib Dipelajari Lebih Dahulu

Ilmu yang wajib dipelajari bagi manusia adalah ilmu yang menuntut untuk diamalkan saat itu,
adapun ketika amalan tersebut belum tertuntut untuk diamalkan maka belum wajib untuk
dipelajari. Jadi ilmu mengenai tauhid, mengenai 2 kalimat syahadat, mengenai keimanan
adalah ilmu yang wajib dipelajari ketika seseorang menjadi muslim, karena ilmu ini adalah
dasar yang harus diketahui.

Kemudian ilmu mengenai shalat, hal-hal yang berkaitan dengan shalat, seperti bersuci dan
lainnya, merupakan ilmu berikutnya yang harus dipelajari. Kemudian ilmu tentang hal-hal
yang halal dan haram, ilmu tentang mualamalah dan seterusnya.
Contohnya seseorang yang saat ini belum mampu berhaji, maka ilmu tentang haji belum
wajib untuk ia pelajari saat ini. Akan tetapi ketika ia telah mampu berhaji, ia wajib
mengetahui ilmu tentang haji dan segala sesuatu yang berkaitan dengan haji. Adapun ilmu
tentang tauhid, tentang keimanan, adalah hal pertama yang harus dipelajari karena setiap
amalan yang ia lakukan tentunya berkaitan dengan niat. Kalau niatnya dalam melakukan
ibadah karena Allah maka itulah amalan yang benar. Adapun kalau niatnya karena selain
Allah maka itu adalah amalan syirik. Ini semua jika dilatarbelakangi dengan aqidah dan
tauhid yang benar.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Sebagai penutup kultum kali ini, marilah kita awali setiap keyakinan dan amalan dengan ilmu
agar luruslah niat kita dan tidak terjerumus dalam ibadah yang tidak ada tuntunan (alias
bid’ah). Ingatlah bahwa suatu amalan yang dibangun tanpa dasar ilmu malah akan
mendatangkan kerusakan dan bukan kebaikan.

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak
kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil
Mungkar, hal. 15).

Di samping itu pula, setiap ilmu hendaklah diamalkan, karena inshaAllah akan menjadi jalan
mengalirnya pahala amal hingga nanti setelah kita mati.

Semoga Allah senantiasa memberi kita bertaufik agar setiap amalan kita menjadi benar
karena telah diawali dengan ilmu terdahulu. Semoga Allah memberikan kita ilmu yang
bermanfaat, amal yang sholeh yang diterima, dan rizki yang thoyib.

Alhamdulilllahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina


Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Walhamdulillahi robbil ‘aalamiin.

Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Vous aimerez peut-être aussi