Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
Eko Setyawan, S.Kep
NIM. 092311101017
a. Pengertian
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir
atau konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak
berada di arah kornea. Pterigium (pterygium) adalah kelainan pada
konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat
pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang
meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak
di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang
dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah.
Pterigium sering mengenai kedua mata. Timbunan atau benjolan ini
membuat penderitanya agak kurang nyaman karena biasanya akan
berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea,
sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke
pupil, jika sampai menutup pupil maka penglihatan akan terganggu.
Suatu pterigium merupakan massa ocular eksternal superficial yang
mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas konjungtiva
perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa
sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu
jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang
tumbuhnya sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan
dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi
pusat optik dari kornea.
Kondisi pterigium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih
mata, menjadi merah dan meradang. Dalam beberapa kasus,
pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata atau yang disebut
dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut
atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya
penglihatan si penderita.
b. Penyebab
1) Paparan sinar matahari (UV)
Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam
perkembangan terjadinya pterigium. Hal ini menjelaskan
mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang berada
pada daerah dekat equator dan pada orang–orang yang
menghabiskan banyak waktu di lapangan. UV B merupakan
mutagenik untuk p53 tumor supressor gen pada stem sel limbal.
Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta over produksi
dan memicu terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi seluler,
dan angiogenesis. Selanjutnya perubahan patologis yang terjadi
adalah degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan
fibrovaskuler subepitelial. Kornea menunjukkan destruksi
membran Bowman akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.
2) Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)
3) Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium
adalah alergen, bahan kimia berbahaya, dan bahan iritan
(angin, debu, polutan).
4) Faktor risiko yang mempengaruhi antara lain :
a) Usia
Prevalensi pterigium meningkat dengan pertambahan usia
banyak ditemui pada usia dewasa tetapi dapat juga ditemui
pada usia anak-anak.Usia 20-40 tahun mempunyai insiden
terjadinya pterigium lebih tinggi.
b) Pekerjaan
Pertumbuhan pterigium berhubungan dengan paparan yang
sering dengan sinar UV.
c) Tempat tinggal
Gambaran yang paling mencolok dari pterigium adalah
distribusi geografisnya. Distribusi ini meliputi seluruh
dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad
terakhir menunjukkan bahwa negara di khatulistiwa
memiliki angka kejadian pterigium yang lebih tinggi.
d) Jenis kelamin
Laki-laki beresiko dua kali lipat daripada perempuan.
e) Herediter
Pterigium dipengaruhi faktor herediter yang diturunkan
secara autosomal dominan.
f) Infeksi
Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai faktor
penyebab pterygium.
c. Patofisiologi
Terjadinya pterigium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar
matahari, walaupun dapat pula disebabkan oleh udara yang kering,
inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu atau iritan yang lain.
UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p53
yang terdapat pada stem sel basal di limbus. Ekspresi berlebihan
sitokin seperti TGF-β dan VEGF (vascular endothelial growth factor)
menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi sel, dan angiogenesis.
Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan
subepitelial fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva mengalami
degenerasi elastoid (degenerasi basofilik) dan proliferasi jaringan
granulasi fibrovaskular di bawah epitel yaitu substansia propia yang
akhirnya menembus kornea. Kerusakan kornea terdapat pada lapisan
membran Bowman yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan
fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi ringan. Kerusakan
membran Bowman ini akan mengeluarkan substrat yang diperlukan
untuk pertumbuhan pterigium. Epitel dapat normal, tebal atau tipis dan
kadang terjadi displasia.
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan
defisiensi limbal stem cell, terjadi konjungtivalisasi pada permukaan
kornea. Gejala dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan konjungtiva
ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran
basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini juga ditemukan
pada pterygium dan oleh karena itu banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa pterygium merupakan manifestasi dari defisiensi
atau disfungsi localized interpalpebral limbal stem cell. Pterygium
ditandai dengan degenerasi elastotik dari kolagen serta proliferasi
fibrovaskuler yang ditutupi oleh epitel. Pada pemeriksaan histopatologi
daerah kolagen abnormal yang mengalami degenerasi elastolik
tersebut ditemukan basofilia dengan menggunakan pewarnaan
hematoxylin dan eosin. Pemusnahan lapisan Bowman oleh jaringan
fibrovascular sangat khas. Epitel diatasnya biasanya normal, tetapi
mungkin acanthotic, hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering
menunjukkan area hiperplasia dari sel goblet.
e. Komplikasi
Komplikasi dari pterigium meliputi sebagai berikut:
1) Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
2) Kemerahan
3) Iritasi
4) Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea
2) Lapang Penglihatan
3) Pengukuran Tonografi
4) Oftalmoskopi
5) Keratometri
6) Pemeriksaan lampu slit
7) Pemeriksaan histopatologi
8) A-scan ultrasound (echography).
9) USG mata
regulasi kolagenase,
migrasi sel, dan
angiogenesis
Terjadi kerusakan
pada lapisan
Pterigium
bowman di Gangguan
kornea
citra tubuh
Rencana
pembedahan
Mengeluarkan substrat untuk
pertumbuhan pterigium
Defisiensi pengetahuan
Ansietas
Timbul timbunan dan benjolan
Resiko
cedera
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Pre Op :
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan
pertumbuhan fibrovaskular pada konjungtiva yang meluas mengenai
kornea dan pupil
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit pterigium yang
mengenai mata
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan penglihatan
Diagnosa Intra Op :
d. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan eksisi pada mata saat operasi
e. Resiko jatuh berhubungan dengan posisi saat operasi
Diagnosa Post Op :
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Daftar Pustaka
1) Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
2) Joanne McCloskey Dochterman&Gloria M. Bulechek. 2004. Nursing
Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. Mosby: United States
America
3) Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI
4) Marilyn, E. Doenges, et-al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Monica Ester, Penerjemah Jakarta:EGC
5) Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
6) Kusuma, Hardi&Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatab
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: Media Action
Publishing