Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
CUCIAN BERAS
DISUSUN OLEH :
RENALDO ARDIAN X MIPA 1 / 25
Muhammad Irsyad Husain X MIPA 1 / 17
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah biologi tentang
limbah dan pemanfaatannya dengan baik.
Adapun makalah ilmiah biologi tentang limbah dan pemanfaatannya ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Penyusun
Bab I
Pendahuluan
1.1 latar belakang
Kebutuhan akan bahan bakar merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi umat manusia. Bila mencermati informasi dari para pakar
peneliti sumber daya alam. Mereka menyatakan, kandungan sumber
minyak bumi di wilayah Indonesia diprediksikan hanya mampu untuk
mencukupi kebutuhan minyak dalam negeri sampai tahun 2010. Jadi,
sudah selayaknya semua pihak memikirkan alternatif bahan bakar lain
yang tidak hanya mengandalkan bahan dasar minyak.
Di Indonesia, kebutuhan akan etanol sangat tinggi, karena etanol
memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah untuk industri kosmetik,
tinta, dan percetakan. Selain itu juga karena etanol memiliki sifat yang
tidak beracun maka bahan ini digunakan sebagai pelarut dalam industri
makanan dan minuman maupun sebagai bahan bakar alternatif pengganti
bensin karena aman terhadap lingkungan dan manusia.
Disisi lain, meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, makin
meningkat pula kebutuhan nasi sebagai makanan pokok. kegiatan
menanak nasi menghasilkan limbah air cucian beras yang selama ini
belum termanfaatkan dengan baik.dari kandungan amilum dalam air
cucian beras, maka dapat dihidrolisa untuk menghasilkan glukosa.
glukosa kemudian difermentasi menjadi ethanol
menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Salah satu alternatif yang
cukup potensial dalam menanggulangi krisis minyak bumi adalah
pemanfaatan air cucian sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi hampir oleh
seluruh masyarakat Indonesia (>90%), selain itu beras juga berkaitan erat
dengan segala aspek budaya (Anonim, 2004). Bagian terbesar beras
didominasi oleh karbohidrat amilosa dan amilopektin. Beras juga
mengandung protein, vitamin, mineral, dan air. Pada proses pengolahan
beras menjadi nasi beras biasanya dicuci berulang kali hingga dianggap
bersih. Air cucian tersebut biasanya akan langsung dibuang karena
dianggap tidak memiliki nilai apapun, namun sebenarnya air cucian
tersebut masih mengandung karbohidrat, protein, dan vitamin B (Moehyi,
1992) Dari kandungan karbohidrat dalam air cucian beras, maka dapat
dihidrolisa untuk menghasilkan glukosa. Glukosa kemudian difermentasi
secara anaerob menjadi bioetanol menggunakan Saccharomyces
cerevisiae.
Seiring dengan berkembangnya genetika molekuler, S. cerevisiae
juga digunakan untuk menciptakan revolusi terbaru manusia di bidang
rekayasa genetika. S. cerevisiae yang sering mendapat julukan sebagai
super jamur telah menjadi mikroorganisme frontier di berbagai
bioteknologi modern. Tentu saja kegunaan mikroorganisme ini pun
menjadi semakin penting di dunia industri fermentasi.
Saat ini S. cerevisiae tidak saja digunakan dalam bidang fermentasi
tradisional, tetapi mikroorganisme-mikroorganisme S. cerevisiae baru
yang didapatkan dari riset dan aplikasi bioteknologi telah merambah
sektor-sektor komersial yang penting, termasuk makanan, minuman,
biofuel, kimia, industri enzim, pharmaceutical, agrikultur, dan
lingkungan.
Di masa depan, terutama karena krisis energi yang semakin sering
terjadi, etanol yang diproduksi oleh fermentasi jamur ragi ini agaknya
akan mendapat perhatian khusus karena potensinya sebagai biofuel.
Dalam bidang energi, jamur ragi sebagai pabrik etanol merupakan
suatu strategi alternatif yang telah dikembangkan di beberapa negara,
seperti Brasil, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Saat ini biomass
tanaman adalah sumber biofuel yang paling banyak dikembangkan karena
harganya yang murah dan persediaannya yang mudah didapat.
Sayangnya, salah satu penghambat justru adalah langkanya low-cost
technology dalam pengolahan tanaman menjadi etanol. Tentu saja tidak
sembarang jamur ragi dipakai, melainkan beberapa strain S. cerevisiae
yang telah direkayasa daur metabolismenya secara genetika sehingga
dapat menghasilkan etanol secara efektif dan efisien.
Biofuel dalam bentuk etanol merupakan salah satu harapan masa
depan dari super jamur ini. Alasan utama dari penggunaan etanol adalah
sumber energi yang sustainable dan ramah lingkungan serta sangat
menguntungkan secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan
(petani).
Seiring dengan itu, krisis energi dalam bentuk minyak bumi
diperkirakan akan terjadi sehubungan dengan prediksi bahwa produksi
minyak dunia akan memuncak dalam waktu 25 tahun mendatang dan
selanjutnya menurun secara drastis.
Bagi negara-negara yang relatif miskin sumber daya minyak dan
pengekspor minyak dunia, hal ini sangat mengancam kesejahteraan
mereka, bahkan dapat mengancam pertahanan dan keamanan mereka.
Oleh karena itu, mereka berpacu dengan waktu untuk mengembangkan
dan mengaplikasikan teknologi baru yang dapat memuluskan transisi
energi oil menuju energi biofuel yang dapat diperbarui. Tentu saja, bagi
negara berkembang seperti Indonesia, pekerjaan rumah yang utama
adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya/ Limbah di Indonesia
sehingga dapat mengembangkan ilmu sekaligus memajukan ekonomi
berbasiskan ilmu pengetahuan ini.
Bab II
Landasan Teori
2.1 Ethanol
Ethanol merupakan senyawa Hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl
(-OH) dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Secara
umum Ethanol lebih dikenal sebagai Etil Alkohol berupa bahan kimia
yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat
(pati) seperti ubi kayu,ubi jalar,jagung,sorgum,beras,ganyong dan sagu
yang kemudian dipopulerkan dengan nama Bioethanol.
Bahan baku lain-nya adalah tanaman atau buah yang mengandung
gula seperti tebu,nira,buah mangga,nenas,pepaya,anggur,lengkeng,dll.
Bahan berserat (selulosa) seperti sampah organik dan jerami padi pun saat
ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil ethanol. Bahan baku
tersebut merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di
seluruh wilayah Indonesia,sehingga jenis tanaman tersebut merupakan
tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan
baku pembuatan bioethanol.
Namun dari semua jenis tanaman tersebut, ubi kayu merupakan
tanaman yang setiap hektarnya paling tinggi dapat memproduksi
bioethanol. Selain itu pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan
baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada pertimbangan
ekonomi.
Pertimbangan ke-ekonomian pengadaan bahan baku tersebut bukan
saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga
meliputi biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan
baku, dan biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter ethanol.
Secara umum ethanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri
turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi,
kosmetika dan kini sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan
bermotor. Mengingat pemanfaatan ethanol beraneka ragam, sehingga
grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan
penggunaannya. Untuk ethanol yang mempunyai grade 90-95% biasa
digunakan pada industri, sedangkan ethanol/bioethanol yang mempunyai
grade 95-99% atau disebut alkohol teknis dipergunakan sebagai campuran
untuk miras dan bahan dasar industri farmasi.
Sedangkan grade ethanol/bioethanol yang dimanfaatkan sebagai
campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor harus betul-betul kering
dan anhydrous supaya tidak menimbulkan korosif, sehingga ethanol/bio-
ethanol harus mempunyai grade tinggi antara 99,6-99,8 % (Full Grade
Ethanol = FGE). Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap
proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.
2.4 Amilum
Amilum merupakan polisakarida yang terdapat banyak di alam, yaitu
pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari
disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya
amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat
dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka.
Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar
mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik.
Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang,
sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena
terdiri atas lebih dari 1.000 unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam
air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terbentuk
suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan
iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul
amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan
memberikan warna ungu atau merah lembayung
2.5 Sifat Amilum
Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau yang mempunyai Rumus
Molekul (C6H10O5)n, Densitas 1.5 g/cm3.
Dalam air dingin amilum tidak akan larut tetapi apabila suspensi
dalam air dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental,
memberikan warna ungu pekat pada tes iodin dan dapat dihidrolisis
dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa.
Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber
energi yang penting. Kandungan patitersusun dari dua macam
karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-
beda.
Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Pati digunakan sebagai bahan untuk
memekatkan makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri,
pati dipakai sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan
pada industri kosmetika.
2.6 Kegunaan Amilum
Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan
makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai
sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri
kosmetika.
Diatas disebutkan bahwa amilum sering dicampuradukan dengan
kanji. Biasanya kanji dijual dalam bentuk tepung serbuk berwarna putih
yang dibuat dariubi kayu sebelum dicampurkan dengan air hangat untuk
digunakan.
Kanji juga digunakan sebagai pengeras pakaian dengan
menyemburkan larutan kanji cair ke atas pakaian sebelum disetrika. Kanji
juga digunakan sebagai bahan perekat atau lem.
Selain itu, serbuk kanji juga digunakan sebagai penyerap kelembapan,
sebagai contoh, serbuk kanji disapukan pada bagian kelangkang bayi
untuk mengurangi gatal-gatal. Kanji lebih efektif dibandingkan bedak
bayi karena kanji menyerap kelembapan dan menjaga agar pelapis
senantiasa kering. Tes kanji dilakukan untuk mengetes adanya iodin.
2.7 Hidrolis
Hidrolisis Hidrolisis adalah adalah reaksi kimia yang memecah
molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida
(OH−) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk
memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi
tumbuh bertahap (step-growth polimerization)., Reaksi hidrolisis
merupakan suatu reaksi kimia yang digunakan untuk menetralkan suatu
campuran asam dan basa yang menghasilkan air dan garam. Proses
hidrolisis tersebut memiliki andil yang besar dalam terlaksananya
berbagai macam proses penting dan kebutuhan dalam kehidupan sehari-
hari.
Reaksi hidrolisis antara molekul asam dan basa yang direaksikan
dengan air akan membentuk garam dengan rumus kimia NaCl. NaCl ini
merupakan garam yang digunakan di dabur ibu rumah tangga sebagai
pemberi rasa asin dalam makanan.
Di bidang pertanian, reaksi hidrolisis dimanfaatkan dalam penyesuaian
pH tanah dengan tanaman yang ditanam. Melalui reaksi hidrolisis akan
didapatkan jenis pupuk yang tidak terlalu asam maupun basa. Adapun
molekul kimia yang sering digunakan untuk menurunkan pH pupuk ialah
pelet padat (NH4)2SO4. Apabila garam tersebut direaksikan dalam air,
maka ion NH4+ akan terhidrolisis di dalam tanah membentuk NH3 dan
H+ yang bersifat asam.
Reaksi hidrolisis antara garam yang terbentuk dari HOCl yang
merupakan asam lemah dengan NaOH yang merupakan basa kuat dengan
air akan terjadinya hidrolisis HOCl sehingga menghasilkan ion OH- yang
bersifat basa. Sedangkan NaoH sebgai basa kuat tidak terhidrolisis.
Garam yang terbentuk melalui penggabungan kedua asam basa terdebut
ialah NaOCl. Garam ini merupakan salah satu material yang
dimanfaatkan dalam pembuatan
bayclin atau sunklin untuk memutihkan pakaian kita.
Reaksi hidrolisis memiliki peran penting dalam pemecahan
makanan menjadi nutrisi yang mudah diserap. Sebagian besar senyawa
organik dalam makanan tidak mudah bereaksi dengan air, sehingga
dibutuhkan katalis untuk memungkinkan keberlangsungan proses
ini. Katalis organik yang membantu dengan reaksi dalam organisme
hidup dikenal sebagai enzim. Enzim ini bekerja dengan menerapkan
konsep hidrolisis.
Reaksi hidrolisis berperan penting dalam proses pelapukan batuan.
Proses ini penting dalam pembentukan tanah, dan membuat mineral
penting tersedia bagi tanaman. Berbagai mineral silikat, seperti feldspar,
mengalami reaksi hidrolisis lambat dengan air, membentuk tanah liat dan
lumpur, bersama dengan senyawa larut.
Reaksi hidrolisis memiliki andil dalam penjernihan air. Penjernihan
air minum oleh PAM menerapkan prinsip hidrolisis, yaitu menggunakan
senyawa aluminium fosfat yang mengalami hidrolisis total.
2.13 Fermentasi
fermentasi berasal dari kata Latin Fermentyang berarti "enzim". Fermentasi
adalah suatu proses penguraian zat dari molekul kompleks menjadi molekul
yang lebih sederhana menggunakan fasilitas enzim pengurai, dan dihasilkan
energi. Peristiwa ini sering dilakukan oleh golongan organisme tingkat
rendah seperti bakteri dan ragi, sehingga peristiwa ini sering disebut
juga peragian, seperti pada pembuatan tape (peuyeum). Pada proses
fermentasi, glukosa diubah secara anaerob yang meliputi glikolisis dan
pembentukan NAD. Fermentasi menghasilkan energi yang relatif kecil dari
glukosa. Fermentasi dibedakan menjadi dua tipe reaksi, yakni fermentasi
alkohol dan fermentasi asam laktat
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BP Global 996 972 1,003 990 1,003 942 918 882 852 825
SKKMigas 1,006 954 977 949 945 900 860 826 794 786
¹ dalam ribuan barrels per day (bpd)
Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2016 and SKKMigas
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bpd¹ 1,303 1,244 1,318 1,287 1,297 1,402 1,589 1,631 1,643 1,676 1,628
¹ dalam ribuan
Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2016
Bab III
Metodologi Penelitian
larutan.
6. Hasil diuji dengan dibakar
Bab IV
Simpulan
4.2 Simpulan
Dari beberapa uraian yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Limbah air cucian beras berpotensi sebagai bahan baku
bioetanol karena mengandung amilum dan dapat dihidrolisa
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi glukosa sebesar 200%.
2. Limbah air cucian beras dapat diubah menjadi etanol melalui
proses fermentasi anaerobik menggunakanSaccharomyces
cerevisiae dengan yiel sebesar 42%.
4.3 Saran
Dari beberapa uraian yang telah disebutkan, maka penulis memberikan
beberapa saran yaitu
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mencari teknik
hidrolisa yang efektif digunakan pada hidrolisa air cucian beras
menjadi glukosa.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mencari
perbandingan yeast:substrat yang optimum agar mendapatkan yield
maksimum
3. Distilasi etanol sebaiknya dilakukan menggunakan distilasi
khusus karena etanol memiliki sifat azeotrop sehingga tidak mudah
dipisahkan dari larutan.