Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran laju alir cairan dan gas merupakan salah satu jenis pengukuran variabel
proses. Pengukuran laju alir cairan dan gas merupakan variabel penting di dalam proses
industri. Pengukuran laju alir diperlukan untuk menentukan proporsi dan jumlah bahan
yang mengalir masuk dan keluar proses. Dengan kata lain, pengukuran laju alir
menunjukan berapa banyak fluida yang digunakan atau didistribusikan ke dalam proses.
Saat ini, efisiensi dan biaya dari suatu proses dibantu dengan berbagai variabel
pengendali yang salah satunya adalah variabel laju alir. Biaya merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pemilihan instrumentasi yang tepat dalam suatu penerapan misalnya
di industri.
Ketepatan dan ketelitian yang baik pada proses akan berpengaruh pada efisiensi
operasi. Semakin tinggi efisiensi maka laba yang didapatkan akan semakin besar.
Pengukuran laju alir yang tidak akurat akan menyebabkan kesalahan yang fatal dalam
proses di industri.
Pengukuran laju alir ditentukan dengan mengukur kecepatan cairan atau perubahan
energi kinetiknya. Perbedaan tekanan yang terjadi pada saat cairan melintasi pipa
mempengaruhi kecepatan suatu aliran. Karena luas penampang pipa sudah diketahui,
kecepatan rata-rata merupakan indikasi dari laju alirnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju alir selain tekanan adalah viskositas,
densitas, dan gaya gesek cairan terhadap dinding dalam pipa.
Banyak metoda yang sudah dikenal untuk pengukuran laju alir cairan dan atau gas.
Alat yang dapat digunakan disesuaikan dengan sifat fluida tertentu, seperti : bersih, jernih,
kotor, basah, kering, erosif, korosif, uap, sluri, multi pase, kental, dan lain-lain. Selain itu
dikaitkan dengan sifat aliran seperti turbulensi dan laminar

1.2. Tujuan Praktikum


Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan Kalibrasi Aliran
2. Menetukan Ketidakpastian Tipe – A dan Tipe - B

Halaman | 1
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kalibrasi


Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan
alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu
telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

2.2. Tujuan Kalibrasi


 Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur
sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional),
melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
 Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu
instrument ukur.
 Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional.

2.3. Manfaat Kalibrasi


 Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya
 Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan
laboratorium dan produksi yang dimiliki.
 Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukkan oleh alat ukur.

2.4. Prinsip Dasar Kalibrasi


 Objek Ukur (Unit Under Test)
 Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke standar
kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg
sudah teruji (diverifikasi))
 Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan teknis
kalibrasi (bersertifikat)
Halaman | 2
 Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 bahwa semua alat ukur setelah melewati
mobilisasi atau pergeseran dari satu tempat ke tempat lainnya, maka sebaiknya di
lakukan kalibrasi menyeluruh untuk mendapatkan keakuratan
 Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor
lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber ketidakpastian pengukuran)

2.5. Hasil Kalibrasi antara lain:


 Nilai Objek Ukur
 Nilai Koreksi/Penyimpangan
 Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis
ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber ketidakpastian
yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya kesalahan yang
mungkin terjadi dalam pengukuran)
 Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

2.6. Persyaratan Kalibrasi


 Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
 Metode kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional
 Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium
yang terakreditasi
 Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara,
aliran udara, dan kedap getaran
 Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak

2.7. Pengukuran Aliran


Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran, volume
aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan pengukuran, harga,
kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur tersebut.
Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit, gradien
kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat banyak cara melaksanakan pengukuran-
pengukuran, misalnya: langsung, tak langsung, gravimetrik, volumetrik, elektronik,
elektromagnetik dan optik. Pengukuran debit secara langsung terdiri dari atas penentuan
volume atau berat fluida yang melalui suatu penampang dalam suatu selang waktu tertentu.

Halaman | 3
Metoda tak langsung bagi pengukuran debit memerlukan penentuan tinggi tekanan, perbedaan
tekanan atau kecepatan dibeberapa dititik pada suatu penampang dan dengan besaran
perhitungan debit. Metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah penentuan gravimerik
atau penentuan volumetrik dengan berat atau volume diukur atau penentuan dengan
mempergunakan tangki yang dikalibrasikan untuk selang waktu yang diukur. Pada prinsipnya
besar aliran fluida dapat diukur melalui : kecepatan (velocity), berat (massanya) , luas bidang
yang dilaluinya dan volumenya

2.7.1 Alat Ukur Laju Aliran Fluida


Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya alat ukur lainnya
adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan oleh konstruksinya yang sederhana
dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu:

2.7.1.1 Venturi meter

Gambar 1 Venturimeter

Sumber : http://lh3.ggpht.com/-UG-_ -h/image%25255B4%25255D.png

Prinsip Kerja Venturimeter tanpa manometer ini berdasar pada Asas Bernoulli
yang berbunyi: Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida yang paling besar
adalah pada bagian kelajuan alirnya paling kecil, dan tekanan paling kecil adalah pada
bagian kelajuan alirnya paling besar.
Venturi meter Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa jenis ρ.
Kecepatan fluida mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan pada pipa sebelah
kiri lebih besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat tersebut diukur oleh manometer
yang diisi dengan fluida dengan massa jenis ρ’ dan manometer menunjukkan bahwa
perbedaan ketinggian permukaan fluida di kedua sisi adalah H. Dengan menggunakan

Halaman | 4
persamaan kontinuitas dan Persamaan Bernouli, diperoleh :Menghitung kelajuan cairan
dalam pipa memakai venturimeter tanpa manometer Persamaan Bernoulli adalah dan
kontinuitas A1.v1 = A2.v2, maka Cairan mengalir pada mendatar maka h1 = h2
sehingga,

P1 – P2 = ½ .ρ.(v22– v12)_____(1)
Maka pada tabung fluida diam, maka tekanan hidrostatisnya : P1 = ρ.g.hA
dan P2 = ρ.g.hB
maka P1 – P2 = ρ.g(hA –hB ) = ρ.g.h —– (2)
Keterangan:
V : kelajuan gas, satuan (m/s)
V1 : kecepatan fluida pada pipa yang besar satuannya (m/s)
h : beda tinggi air raksa, satuan (m)
A1 : luas penampang pipa yang besar satuannya (m2)
A2 : luas penampang pipa yang kecil (pipa manometer) satuannya (m2)
ρ : massa jenis gas, satuannya (Kg/m3)

kelebihan dan kekurangan venturimeter yaitu :


A. Kelebihan
 Mempunyai penurunan tekanan yang lebih kecil pada kapasitas yang sama.
 Dapat pengukur debit besar.
 Jauh dari kemungkinan tersumbat kotoran.
 Mengukur cairan yang mengandung endapan padatan (solid).
B. Kekurangan
 Lebih mahal harganya.
 Sulit dalam pemasangan karena panjang.
 Tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6 inchi.

Halaman | 5
2.7.1.2 . Flow Nozzle

Gambar 2 Flow Nozzle


Sumber : http://lh3.ggpht.com/-UG-_ -h/image%25255B4%25255D.png

Flow Nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara dua flensa. Flow
Nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle mempunyai lubang
lebih besar dan kehilangan tekanan lebih kecil daripada plat orifice sehinga flow nozzle dipakai
untuk fluida kecepatan tinggi pada temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel. Flow
nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan
beda tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau
alat sekundernya adalah berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan
tekanan semakin berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara
bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat orifice. Flow nozzle terdiri
dari dua bagian utama yang melengkung pada silinder.

2.7.1.3. Pitot tubes

Gambar 3 Pilot Tubes


Sumber : http://lh3.ggpht.com/-UG-_ -h/image%25255B4%25255D.png

Halaman | 6
Nama pitot tubes datang dari konsensip Henry de Pitot pada tahun 1732. Pitot tubes
mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda tekanan yang diberikan oleh
kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat pada Gambar diatas, pitot tubes membutuhkan dua
lubang pengukuran tekanan untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot tubes ini
biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes terbuat dari stainless
steel dan kuningan. Kegunaan Pitot Tube yaitu : mengukur tekanan fluida pada wind tunnel.
dan menghitung profil kecepatan aliran pada pipa.
Aplikasi Pitot Tube
o Mengukur kecepatan pada pesawat (airspeed).
o Altimeter pesawat.
o Mengukur tekanan fluida pada wind tunnel (terowongan angin).

2.7.1.4 Flat orifice


Orifice adalah plat berlubang yang disisipkan pada laluan aliran fluida yang diukur,
juga merupakan alat primer yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan antara aliran pada
up stream dan down stream dari orifice itu sendiri. Orifice merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan di lapangan geothermal dan umumnya orifice diletakkan sebelum separator. Prinsip
kerja Orifice Meter Adalah :
• Fluida yang diukur alirannya dialirkan melalui plat orifice.
• Perbedaan atau selisih tekanan fluida yang melalui orifice antara up stream dan down
stream dicatat.
• Suhu dan tekanan fluida pada up stream dicatat untuk mengetahui densitasnya.

Gambar 4 Plat Orifice

Sumber : http://lh3.ggpht.com/-UG-_ -h/image%25255B4%25255D.png

Halaman | 7
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


A. Alat
Modul ini menggunakan semua peralatan yang ada pada laboratorium pengendalian
proses. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat pengendalian Level
B. Bahan
Air

Gambar 5 Alat Pengendali Aliran

3.2 Prosedur Percobaan


Percobaan modul kalibrasi laju alir dilakukan dengan cara:
 Menghubungkan alat dengan sumber listrik
 Menyiapkan gelas kimia untuk menampung air
 Menyalakan alat
 Mengatur debit air yang diinginkan
 Mengukur waktu yang diperlukan untuk menampung air sebanyak 100 mL
pada gelas kimia
 Waktu yang dikukur dilakukan pada debit 25 L/h, 50 L/h, 75 L/h, 100 L/h, 125
L/h dan 150 L/h
 Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran naik dan turun dan dilakukan
sebanyak 3 kali run.
 Mencatat waktu yang diperlukan

Halaman | 8
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Pengamatan

Tabel 1 . Kalibrasi dengan Gelas Ukur

Penampungan Air dengan Gelas Ukur


Rotameter Run-1 Run-2 Run-3
(L/jam) Volume Waktu Volume Waktu Volume Waktu
(mL) (detik) (mL) (detik) (mL) (detik)
0 0 0 0 0 0 0
25 100 18,1 100 17,2 100 18,0
50 100 7,4 100 7,2 100 7,3
75 100 5,0 100 4,9 100 4,8
100 100 3,9 100 3,8 100 3,7
75 100 5,0 100 4,9 100 4,8
50 100 7,8 100 7,3 100 7,6
25 100 17,0 100 18,6 100 18,9
0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Kalibrasi Penunjukan Aliran

Rotameter Instrumen yang Diuji (L/jam)


(L/jam) Run-1 Run-2 Run-3
25 19,89 20,93 20
50 48,64 50 49,31
75 72 73,46 75
100 92,30 94,73 97,3
75 72 73,47 75
50 46,15 49,31 47,36
25 21,17 19,35 19,04

Halaman | 9
BAB V
HASIL PERHITUNGAN DATA

5.1 Penetuan Kurva Kalibrasi Error

Instrumen yang Diuji


Rotamete Error Rata-rata
(L/jam)
r (L/jam)
Run-1 Run-2 Run-3 Run-1 Run-2 Run-3 Nilai uji Error
25 19,89 20,93 20 5,11 4,07 5 20,273 4,726
50 48,64 50 49,31 1,36 0 0,69 49,316 0,683
75 72 73,46 75 3 1,54 0 73,486 1,513
100 92,30 94,73 97,3 7,7 5,27 2,7 94,776 5,223
75 72 73,47 75 3 1,53 0 73,49 1,51
50 46,15 49,31 47,36 3,85 0,69 2,64 47,606 2,393
25 21,17 19,35 19,04 3,83 5,65 5,96 19,853 5,146

Kurva Kalibrasi untuk Error :

KURVA KALIBRASI ERROR


6

4
ERROR

0
0 20 40 60 80 100 120
NILAI STANDAR

Halaman | 10
5.2 Kurva Kalibrasi Hubungan antara Penunjukan Instrumen yang Diuji dan Nilai

Standar :

Kurva Kalibrasi Pengukuran Naik dan Turun


120
Naik
100
y = 0,9907x - 2,457
Instrumen yang Diuji

R² = 0,9951
80
Naik
60
Turun Turun
40 y = 1,0026x - 3,732
R² = 0,9966 Linear (Naik)

20 Linear (Turun)

0
0 20 40 60 80 100 120
Nilai Standar

5.3 Persamaan Regresi Linier

 Pengukuran Naik : y = 0,9907x – 2,457 ; R² = 0,9951


 Pengukuran Turun : y = 1,0026x – 3,732 ; R² = 0,9966

5.4 Nilai Akurasi, Presisi, Histeresis dan Ketidakpastian Tipe B

5.4.1 Akurasi

 Variabel Terukur
Nilai Standar 25 50 75 100

Akurasi ± 5,96 ± 3,85 ±3 ± 7,7

 Persentasi Span
Nilai Standar 25 50 75 100
Akurasi (%) 7,94 5,13 4 10,26

Halaman | 11
 Persentasi Skala Maksimum
Nilai Standar Akurasi (%)
25 5,96 %
50 3,85 %
75 3,00 %
100 7,70 %

5.4.2 Presisi

Rotameter Instrumen yang Diuji Rata- Standar


Presisi
(L/jam) (L/jam) rata Deviasi

Run-1 Run-2 Run-3

19,89 20,93 20 20,273


25 0,571343446 0,028182

50 48,64 50 49,31 49,316 0,680024509 0,013789

75 72 73,46 75 73,486 1,500177767 0,020414

100 92,30 94,73 97,3 94,776 2,500326645 0,026381

75 72 73,47 75 73,49 1,500099997 0,020412

50 46,15 49,31 47,36 47,606 1,594375531 0,033491

25 21,17 19,35 19,04 19,853 1,150753376 0,057963

5.4.3 Histeresis

Histeresis ditentukan dengan melihat selisih terbesar antara penyimpangan saat


pengukuran naik dan turun. Dari tabel selisih terbesar terjadi pada nilai 100 yaitu
penyimpangan maksimum sebesar 7,7 dalam run-1 saat pengukuran naik dan terjadi
pada nilai 25 yaitu 5,96 dalam run-3 saat pengukuran turun. Jadi nilai histeresis sebesar
1,74.

Halaman | 12
5.4.4 Ketidakpastian tipe B

Pada praktiknya ketidakpastian tipe-B dilakukan bila pengukuran naik dan


turun dilakukan tiga kali. Dalam tabel-1, error negatif maksimum nya tidak ada. Error
positif maksimum adalah 7,7 yang terjadi dalam run-1 pada nilai standar 100 saat
pengukuran naik, sehingga akurasi pengukuran adalah 7,7. Atau ketidakpastian
pengukuran adalah ±7,7 (diambil penyimpangan terbesar).

5.5 Ketidakpastian Tipe-A

Instrumen yang Diuji


Rotameter
(L/jam) Rata-rata y-yc (y-yc)2
(L/jam)
Run-1 Run-2 Run-3

25 19,89 20,93 20 20,273 4,727 22,344

50 48,64 50 49,31 49,316 0,684 0,467

75 72 73,46 75 73,486 1,514 2,292

100 92,30 94,73 97,3 94,776 5,224 27,290

75 72 73,47 75 73,49 1,51 2,280

50 46,15 49,31 47,36 47,606 2,394 5,731

25 21,17 19,35 19,04 19,853 5,147 26,491


Σ(y-yc)2 86,895

Σ(y − yc)²
𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 = √
𝑛−2

86,895
𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 = √
7−2

86,895
𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 = √
5

𝐾𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 = ±4,16

Halaman | 13
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1. Oleh Muhammad Fachry A (NIM 161411079)


Pada praktikum kalibrasi aliran ini dilakukan untuk melakukan kalibrasi level dan menentukan
ketidakpastian.kalibrasi ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan antara pengukuran
yang dilakukan dengan nilai standar yang telah diketahui sehingga dapat diketahui
perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat
ukur.
Praktikum ini dilakukan dengan mengukur laju alir pada instrumen. Pengukuran
dilakukan dengan tiga kali run dengan pengukuran naik dan turun pada masing masing run-
nya. Pengukuran dilakukan dengan cara mengatur laju alir pada rotameter yaitu
25,50,75,dan 100 L/jam dibandingkan dengan laju alir air yang keluar ditampung dalam
100 mL gelas ukur.
Dari percobaan ini didapat nilai akurasi skala maksimum, presisi, histeresis,
ketidakpastian tipe A dan B dan persamaan linier naik dan turun
Variabel terukur = ± 7,7
Persentasi span = 10,26 %
Akurasi
Persentasi skala maksimum =
7,7 %
Presisi 0,057963
Histeresis 1,74
Ketidakpastian Tipe A ±4,16
Ketidakpastian Tipe B ±7,7
Persamaan Regresi Linier Naik y = 0,9907x – 2,457 ; R² = 0,9951
Persamaan Regresi Linier Turun y = 1,0026x – 3,732 ; R² = 0,9966

Ketidakpastian yang dihasilkan cukup besar dapat terjadi karena saat pemindahan aliran air
kedalam gelas ukur 100 mL kurang tanggap dan perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai 100 mL tidak terlalu tepat sehingga dapat mempengaruhi nilai akurasi pada percobaan
ini.

Halaman | 14
6.2. Oleh Nabila Luthfi Rachmalia (NIM 161411081)

Pada praktikum kali ini dilakukan kalibrasi aliran yang bertujuan untuk mengetahui
nilai ketelitian (presisi), ketepatan (akurasi), nilai histeresis dan nilai ketidakpastian dari
instrument rotameter. Kalibrasi merupakan salah satu proses membandingkan antara
pengukuran yang dilakukan dengan nilai standar yang telah diketahui.

Dalam praktikum dilakukan pengukuran laju alir pada instrumen flow meter.
Pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran naik dan turun. Pengukuran naik adalah
pengukuran yang dilakukan pada rotameter saat nilai standar instrumen ukur mengalami
kenaikan (25-100 L/jam). Sedangkan pengukuran turun adalah pengukuran yang
dilakukan pada rotameter saat nilai standar instrumen ukur mengalami penurunan (100-25
L/jam). Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali run agar didapat nilai akurasi, presisi,
dan histeresis dari alat tersebut.
Percobaan yang dilakukan yaitu menghitung waktu yang diperlukan setiap volume
100 mL air pada beberapa nilai laju alir. Alat yang digunakan untuk mengatur laju alir
yaitu rotameter. Pada percobaan menggunakan variasi laju alir 25, 50, 75 dan 100 L/jam.
Setelah didapat data instrumen yang diuji pada setiap run, dibuat kurva kalibrasi untuk
error, kurva kalibrasi hubungan instrumen yang diuji terhadap nilai standar, persamaan
regresinya, nilai akurasi, presisi, histeresis, ketidakpastian tipe B dan ketidakpastian tipe
A.
Berdasarkan pengolahan data didapat :
Variabel terukur = ± 7,7
Persentasi span = 10,26 %
Akurasi
Persentasi skala maksimum =
7,7 %
Presisi 0,057963
Histeresis 1,74
Ketidakpastian Tipe A ±4,16
Ketidakpastian Tipe B ±7,7
y = 0,9907x – 2,457 ; R² =
Persamaan Regresi Linier Naik
0,9951
y = 1,0026x – 3,732 ; R² =
Persamaan Regresi Linier Turun
0,9966

Halaman | 15
Pada pengukuran naik dan turun terjadi perbedaan yang lumayan jauh dan juga
rendahnya nilai presisi dan tingginya nilai akurasi menandakan bahwa alat dalam kondisi
kurang baik hal ini dikarenakan ada kesalahan yang terjadi pada saat praktikum yaitu tidak
samanya kecepatan memulai stowatch dengan kecepatan memasukkan air pertama kali ke
gelas ukur, sehingga nilai pada instrumen yang diuji memiliki perbedaan yang lumayan
jauh dengan nilai standarnya.

Halaman | 16
BAB VII
SIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan :

1. Praktikan telah melakukan kalibrasi alat pengendali aliran. Kalibrasi aliran adalah suatu
tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa adanya nilai zero, span, akurasi, dari
sebuah alat ukur aliran haruslah sesuai dengan nilai standar yang sebenarnya pada alat
pengendalian aliran.

2. Berdasarkan pengolahan data didapat :

Variabel terukur = ± 7,7


Persentasi span = 10,26 %
Akurasi
Persentasi skala maksimum =
7,7 %
Presisi 0,057963
Histeresis 1,74
Ketidakpastian Tipe A ±4,16
Ketidakpastian Tipe B ±7,7
y = 0,9907x – 2,457 ; R² =
Persamaan Regresi Linier Naik
0,9951
y = 1,0026x – 3,732 ; R² =
Persamaan Regresi Linier Turun
0,9966

Halaman | 17
DAFTAR PUSTAKA

Bateson, RN; Introduction to System and Technology. Maxwell Maxmillan


Internasional. Singaphore. 1993
Matley, J. Practical Process Instrumentation Control Volume II. New York. 1997
Anderson, NA.Instrumentation for Process Measurements and Control.Chilton
Co,Radnor.Pensylvania. 1980

Heriyanto. 2017. “Petunjuk Praktikum Instrumentasi dan Pengukuran”. Bandung :


Jurusan Teknik Kimia.

Halaman | 18

Vous aimerez peut-être aussi