Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK 3
1. Lansia
a. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Dimana seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Seseorang dikatan
lansia apabila usianya sudah mencapai diatas 60 tahun (Azizah, 2011).
Masa dewasa tua (lansia) merupakan masa dimana seseorang telah pensiun, biasanya
diantara usia 65 dan 75 tahun. Seseorang akan menjadi lanjut usia seiring bertambahnya
usia (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki tiga macam usia yaitu usia kronologis
dimana seseorang berusia 60 tahun keatas, usia biologis dimana seseorang dalam
kondisi pematangan jaringan, dan usia psikologis dimana kemampuan seseorang untuk
dapat menyesuaikan terhadap setiap situasi yang dihadapi (Noorkasiani, 2009).
b. Proses Menua
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara
alamiah dan secara perlahan mengalami perubahan yang terkait waktu, bersifat
universal, intrinsik, progresif, dan destrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup
(Nugroho, 2008).
Proses menua atau ageing proses adalah proses menghilangnya atau menurunnya
fungsi-fungsi dalam diri yang dilatarbelakangi oleh aspek psikologis, bilogis, dan sosial
sehingga terjadi perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan (Noorkasiani, 2009).
Proses menua (ageing process) adalah suatu proses menghilang secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya. Proses penuaan secara progresif terjadi perubahan
fisiologis dan anatomis organ tubuh yang berlangsung seiring berlalunya waktu (Azizah,
2011).
d. Klasifikasi
Menurut Suiraoka (2012), hipertensi dikelompokkan dalam dua kelompok besar,
yaitu hipertensi essensial (primer) dan sekunder. Hipertensi essensial atau hipertensi
primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya secara jelas. Sedangkan
hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui dengan pasti.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah
Kategori Tekanan sistolik Tekanan
(mmHg) diastolik
(mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi, stage 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi, stage 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing.
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas.
d. Gelisah
e. Mual muntah.
f. Epistaksis
g. Kesadaran menurun
f. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip penanggulangan
hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, senam ringan.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulakn intoleransi.
e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
g. Komplikasi
1. Stroke, dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dn menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami arterosklerosis dapat
menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2. Infark miokard, dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliaran darah melalui pembuluh darah tersebut. hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dn dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal, dapat terjadi karena kerusakan progesif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Ensefalopati, ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke
jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan
lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,
timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intersisium diseluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma (Triyanto, 2014).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
NO JENIS PENYAKIT F %
1. Asam Urat 18 18,25 %
2. Hipertensi 32 32,45 %
3. Kolesterol 8 8,11 %
4. ISPA 4 4,6 %
5. Stroke 3 3,4 %
6. DM 4 4,6 %
7. Tidak bermasalah 2 2,3 %
JUMLAH 71 100 %
Berdasarkan gambar diagram 1.1 bahwa masalah kesehatan tertinggi yang terjadi di
desa Genuk Barat (RW 3) adalah hipertensi.
3. Upaya yang sering dilakukan lansia dalam mengatasi gejala yang sering muncul.
Tabel 1.3
Berdasarkan diagram 1.3 bahwa upaya yang sering dilakukan dalam mengatasi
gejala yang sering muncul adalah dengan cara pergi ke pelayanan kesehatan, namun
masih tinggi jumlah masyarakat yang hanya membiarkan saja dalam mengatasi
gejala yang sering muncul.
Berdasarkan diagram 1.4 bahwa lebih banyak lansia yang tidak aktif mengikuti
jadwal posyandu lansia di desa Genuk Barat (RW 3).
Berdasarkan diagram 1.5 bahwa sebagian besar lansia mengetahui jadwal posyandu
Tabel 1.1
B. Analisa Data
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. Data Angket :
1. Berdasarkan instrument yang Defisiensi kesehatan komunitas
disebarkan ke lansia dari total 71 berhubungan dengan ketidakcukupan
lansia di RW 03 Desa Genuk Barat akses pada pemberi layanan
Kelurahan Genuk bahwa kesehatan.
sebanyak 59 lansia tidak mengikuti
kegiatan posyandu lansia di
Kelurahan Genuk.
2. Berdasarkan instrument yang
disebarkan ke lansia di RW 03
Defisiensi pengetahuan berhubungan
Genuk Barat Kelurahan Genuk
dengan kurang sumber pengetahuan
hanya ada 29 lansia yang aktif
mengikuti kegiatan senam lansia.
3. Berdasarkan instrument yag
disebarkan ke lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
bahwa sebanyak 21 lansia
menderita hipertensi lebih dari 5
tahun.
4. Berdasarkan instrument yang
disebarkan ke lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
bahwa sebanyak 40 % lansia jika
sakit pergi ke pelayanan kesehatan
terdekat yaitu di posbindu.
Data Wawancara :
1. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
bahwa sebanyak 59 % lansia tidak
aktif melakukan kegiatan senam
lansia.
2. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
didapatkan 45 % lasia yang
menderita hipertensi lebih dari 5
tahun.
3. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
bahwa sebanyak 25 % lansia jika
sakit hanya membiarkannya saja.
4. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
bahwa sebanyak 45% lansia jika
sakit pergi ke pelayanan kesehatan
(Puskesmas & posbindu)
5. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan di RW 03 Genuk Barat
Kelurahan Genuk bahwa 17 lansia
belum mengetahui lebih mendalam
mengenai penyakit hipertensi.
Data Observasi :
1. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan kepada lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
bahwa sebanyak 59 % lansia tidak
mengikuti kegiatan lansia di
Kelurahan Genuk seperti senam
lansia ataupun posbindu. Lansia
hanya dating ke posbindu apabila
merasa gejala yang dirasakan dari
penyakitnya sudah benar-benar
parah dan mempengaruhi
aktifitasnya.
2. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan kepada lansia di RW 03
Genuk Barat Kelurahan Genuk
bahwa sebanyak 5 lansia memiliki
aktifitas terbatas dan sisanya masih
dapat beraktifitas seperti biasa.
Data Sekunder :
1. Kader lansia di RW 03 desa Genuk
Barat Kelurahan Genuk
mengatakan bahwa banyak lansia
yang menderita hipertensi.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisiensi kesehatan komunitas lansia di RW 03 Genuk Barat Kelurahan Genuk
berhubungan dengan ketidakcukupan akses pada pemberi layanan kesehatan (Domain
1 Kelas 2 (Manajemen Kesehatan) 00215)
2. Defisiensi pengetahuan lansia di RW 03 Genuk Barat Kelurahan Genuk berhubungan
dengan kurangnya sumber pengetahuan (Domain 5 Kelas 4 (Kognisi) 00126)
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8 Buku 1. Singapore :
Elsevier.
Herdman, T. Heather & Shigemi Kamitsuru.2015.Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10.Jakarta : EGC.
Mitchel, Richard N. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. 2010. Fundamental Of Nursing, 7th Edition.
Penerjemah oleh Adrina Ferderika. Singapore : Elsevier.
Raharyani, Loetfia Dwi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : EGC.
Stanley, Mickey dan Particia G. Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta :
EGC
Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Dengeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.