Vous êtes sur la page 1sur 5

AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI

A. PENDAHULUAN

Pendidikan telah di sadari oleh hampir semua pihak dapat menjadi kunci untuk
meningkatkan kualitas SDM Indonesia di masa mendatang. Garis – garis Besar Haluan
Negara 1999, mengamanatkan agar pendidikan nasional semakin berkualitas. Melalui proses
pendidikan di harapkan dapat menghasilkan SDM berkualitas yang sangat di perlukan setiap
sector pembangunan nasional ( termasuk sector swasta ) maupun untuk bersaing di tingkat
global, sebab pembangunan di masa akan datang memerlukan SDM yang berkualitas.
Pendidikan tinggi yang berkualitas merupakan kunci untuk menghasilkan SDM yang
berkualitas bagi pembangunan nasional. Implikasi dari tuntutan tersebut, lembaga
penyelenggara pendidikan harus di dukung oleh semua komponen pendidikan yang memadai
dan memenuhi standar ideal.
Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan
tinggi yang bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta menyebarkannya dan
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
Dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian serta pengabdian kepada
masyarakat, perguruan tinggi berpedoman pada tujuan pendidikan nasioanl, kaidah, moral,
dan etika ilmu pengetahuan serta berpedoman pada kepentingan masyarakat dengan
memperhatikan minat kemampuan dan prakarsa pribadi.Salah satu bentuk tantangan baru
yang akan di hadapi pihak perguruan tinggi atau universitas adalah bagaimana menjadi
Competitive atau berdaya saing.Oleh sebab itu kepemimpinan dan manajemen perguruan
tinggi memainkan peran yang sangat penting untuk tercapainya tujuan. Kepemimpinan dan
manajemen yang lebih tepat perlu diupayakan untuk menangani perguruan tinggi karena
dengan adanya perubahan – perubahan fundamental tersebut, system kepemimpinan dan
pengelolaan yang terdahulu menjadi optimal untuk memimpin dan mengelolah universitas
saat ini.

B. STRUKTUR ORGANISASI & TANGGUNG JAWAB KEUANGAN

Sebagian besar sekolah tinggi dan universitas struktur organisasi yang mengambil
contoh perusahaan bisnis. Di Indonesia, struktur organisasi perguruan tinggi terdiri dari
seorang rektor ( setinggkat presiden) dan beberapa orang pembantu rektor (wakil rektor). Di
bawah pembantu rektor ada beberapa kepala biro dan kepala bagian serta unit pelaksana
teknis tertentu. Para dekan, direktur program, dan ketua jurusan (program studi) membawai
masing – masing unit dimana mereka ditempatkan. Dalam perguruan tinggi swasta, pimpinan
bertanggung jawab kepada dewan perwalian. Presiden bertanggung jawab kepada dewan
pengawas, fungsinya sama dengan di industri, yaitu menetapkan kebijaksanaan secara
keseluruhan. Para staf menghabiskan waktu mereka untuk mengukur kinerja perguruan tinggi
dan mengajak para donatur agar memberikan dananya.

Sumber – sumber Dana Pendidikan


Sumber dana pendidikan untuk kegiatan penyelenggaraan pendidikan di dapatkan dari
berbagai sumber. Sebagai mana di sebutkan bahwa sumber –sumber yang di maksud terdiri
dari pemerintah, masyarakat dan orang tua. Bagi perguruan tinggi, dapat di peroleh dari luar

1
negeri, sedangkan mengenai dana pendidikan di Indonesia yang berasal dari pemerintah
mengandalkan masukan pajak. Pajak yang di maksudkan di peroleh dari rakyat, pajak
pendapatan berbagai perusahaan dan industri, sedangkan dari luar negeri berupa bantuan atau
pinjaman.
Perguruan tinggi umum mendapatkan dana dari empat sumber utama, yaitu bantuan
badan legestatif, uang sekolah dan pengajaran, hibah, atau bantuan dari pemerintah pusat dan
daerah, dan bantuan perorangan. Selain apropriasi dari badan legislatif, sumber dana yang
sama juga diberikan ke perguruan tinggi swasta. Bagi sebagian perguruan tinggi negeri,
sumber dana utama berasal dari Apropriasi dan Legislatif.Sekolah tinggi dan universitas
menggolongkan penggunaan dan menurut fungsinya.Pengelompokan penggunaan dana
menurut fungsinya berguna untuk tujuan perbandingan,tetapi system pengelompokan ini
terlalu luas untuk kepentingan manajerial. Banyak data intern manajemen di hasilkan dari
program yang bisa menghilangkan kendala fungsional.
Fungsi utama perguruan tinggi adalah di bidang pendidikan. Fungsi pendidikan
tersebut mencakup bidang penelitian. Pengabdian masyarakat dan kegiatan lain yang
mendukung fungsi tersebut. Kegiatan pendukung meliputi pelayanan kepada mahasiswa
sampai pengoperasian dan pemeliharaan gedung. Fungsi utama lainnya, yaitu pelayanan
tambahan, seperti penyediaan fasilitas asrama, pelayanan kesehatan, konsumsi dan kegiatan
mahasiswa lainnya serta fasilitas rumah sakit, dan kegiatan – kegiatan yang mandiri.

C. PENGUKURAN KINERJA.

Sekolah tinggi dan universitas umum adalah organisasi nirlaba. Tujuannya adalah
memberikan pendidikan yang terbaik dengan sumber daya yang ada. Namun, berbagai
pendapat tentang pendidikan tidak dapat membantu evaluasi dalam perbandingan atau kinerja
keseluruhan program suatu sekolah tinggi dan universitas. Karena ketidak mampuan untuk
mengindentifikasikan dan mengukur atribut khusus dari “tenaga terdidik”, pendidikan
menggunakan faktor – faktor khusus, misalnya kesempatan kerja suatu skala penghasilan
para lulusannya. Dalam hal lain, ujian nasional mengungkapkan posisi relative dari lulusan
sekolah tinggi dan universitas.

D. KONVENSI AKUNTANSI KHUSUS

Seperti organisasi nirlaba lainnya yang menggunakan akuntansi akrual, sekolah tinggi
dan universitas menggunakan praktek – praktek akuntansi tertentu yang tidak di masukan
secara tepat sebagai akuntansi akrual.
Beberapa konvensi sekolah tinggi dan universitas yang penting di sajikan sebagai
berikut :
 Pengakuan pendapatan dan belanja
 Penilaian dan pencatatan aktiva tetap.
 Depresiasi aktiva tetap.

E. LAPORAN KEUANGAN UNIVERSITAS DAN AKADEMI

Persyaratan Laporan Keuangan


Audit guide mensyarakat bahwa format laporan harus mencapai tujuan laporan yang
tertentu yaitu :
1. Menyediakan bagi pembaca dengan informasi yang mencakupi berkaitan dengan
rincian sumber dan penggunaan dana lancar.
2. Memungkinkan institusi / kelembagaan melaporkan jumlah dana – dana lancar yang

2
dibatasi dan tidak dibatasi yang di belanjakan untuk masing – masing kategori
fungsional sehingga tingkat jumlah aktivitas keuangan untuk masing – masing
terungkap.
3. Memberikan fasilitas bagi penyaji perbandingan dengan tahun sebelumnya.

Umumnya, universitas dan akademi menyediakan beberapa daftar pendukung dalam laporan
tahunannya. Termasuk di dalamnya mungkin juga berupa daftar hutang jangka panjang,
daftar operasi usaha tambahan, ringkasan investasi, ringkasan sumbangan yang diterima per
sumber dan tujuaanya. Daftar – daftar tersebut harus menyertai laporan keungan dan catatan
– catatan yang berhubungan.

Akuntabilitas
Salah satu kebijakan yang di tuangkan pada PP No.61 Tahun 1999 terkait dengan
pengelolaan perguruan tinggi adalah akuntabilitas yang tercantum pada pasal 20 yang intinya
adalah dalam waktu lima bulan setelah tahun buku di tutup, pimpinan dan majelis wali
amanat wajib menyampaikan laporan tahunan kepada menteri, berupa laporan keuangan dan
laporan akademik yang setelah mendapat pengesahan menteri, menjadi informasi public.
Laporan tahunan keuangan maupun laporan akademik tahuan di tandatangani oleh semua
angota pimpiann perguruan tinggi dan disampaikan ke majelis wali amanat.

F. OTONOMI PERGURUAN TINGGI

Akhir – akhir ini banyak bermunculan demonstrasi mahasiswa yang memprotes


kenaikan uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).besar kemungkinan masalah
kenaikan uang SPP itu untuk mengantisipasi otonomi perguruan tinggi negeri (PTN) yang
terlanjur hidup tergantung subsidi pemerintah, di kelolah sebagai perpanjangan dari birokrasi
pemerintahan yang kaku dan tidak ramah.Menurut Anderson dan Johnson (1997), otonomi
universitas merupakan suatu kebebasan bagi perguruan tinggi untuk mengelola universitas
tanpa campur tangan pemerintah. Dalam evaluasi DIKTI 1999 / 2000, di sebutkan bahwa
pada dasarnya tujuan umum azaz otonomi di perguruan tinggi adalah penyelenggaraan
manajemen yang di tujuhkan kreatifitas, kemurnian dan produktivitas dari civitas akademika
dapat menghasilkankinerja yang tinggi.
Tujuan dari perguruan tingi sudah mengalami pergeseran yang mengarah pada
penguasaan skill dari lulusannya, dan tidak semata – mata hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya dari pasal 38 PP No.152 tahun 2000, dapat di simpulkan bahwa
dengan adanya kewenangan yang lebih besar di upayakan pendanaan non pemerintah yang
lebih besar dan universitas juga di tuntut untuk meningkankan akuntabilitasnya dalam hal
penyelenggaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi.
Beberapa masalah yang timbul sebagai dampak dari adanya otonomi perguruan tinggi
yang memerlukan penanganan secara dini dengan memperhatikan misi PTN dalam
pembangunan nasional yaitu :
1. Otonomi universitas dapat diterjemahkan menjadi otonomi fakultas, bahkan program
studi / jurusan, jurusan atau fakultas yang hanya akan mencari penghasilan yang
sebesar –besarnya yang tidak akan jujur dalam menyampaikan institutional fee
meskipun dana tersebut merupakan subsidi bagi lembaga dan unit penunjang
universitas.
2. Universitas cenderung akan membuka program studi yang laku di pasaran dan
menutup program studi yang tidak menguntungkan.
3. Akan terdapat kecenderungan untuk menaikan SPP dan disertai dengan “dana
pengembangan universitas.” Yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat

3
(berpenghasilan rendah), sehingga misi “ Pendidikan Tinggi untuk Mencerdaskan
Bangsa“ akan terabaikan (disebut dengan jalur khusus).
4. Citra kampus sebagai pengantar Reformasi Nasional dapat menjadi pudar karena
berubah dari kampus rakyat menjadi menjadi kampus elit dengan menara Gadingnya.

Otonomi perguruan tinggi memerlukan pimpinan yang mampu memadukan antara tuntutan
bisnis. Kemampuan akademik di perlukan agar perguruan tinggi dapat di kembangkan
sebagai pusat ilmu, teknologi, dan kebudayaan. Sedangkan kemampuan manajemen bisnis
diperlukan agar perguruan tinggi dapat lebih tanggap terhadap perubahan dan responsif
terhadap tuntutan pasar,serta mampu menjamin kerja sama dengan dunia bisnis dan industri.
Selanjutnya perguruan tinggi akan mampu menghasilkan sarjana yang dapat
menciptakan lapangan pekerjaan atau sarjana professional. Masyarakat tidak akan segan –
segan memenuhi tuntutan uang SPP berapapun besarnya, asal sebanding dengan mutu
kesarjanaan yang di perolehnya dan sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis dan industri.
Bukan untuk menjadi sarjana perguruan yang membebani dirinya dan masyarakat,
hinggamenjadi ancaman dan gangguan stabilitas kehidupan social.

Memperkuat budaya Akademik


Untuk membangun budaya akademik dalam suatu perguruan tinggi, ada beberapa
prasyarat yang harus di penuhi, yaitu :
1. Adanya sumber daya manusia, terutama staf pengajar yang mempunyai keunggulan
akademik, dan secara formal diukur oleh gelar akademik tertinggi yang di capainya.
2. Selain itu juga punya dedikasi tinggi untuk pengembangan keilmuan, dan
memperoleh imbalan pendapatan yang memadai untuk menunjang kegiatan
akademik.
3. Menguasai tradisi akademik yang unggul, melalui penyusunan kurikulum yang actual,
realistis, dan berorentasi kedepan. Di ajarkan melalui proses belajar mengajar
dialogis, bebas, dan objektif, dan kemudian dikembangkan dalam diskusi, seminar,
penelitian, penerbitan buku dan jurnal ilmiah, yang disebarluaskan kepada
masyarakat, sebagai wujud dari pengabdian perguruan tinggi bagi peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat.
4. Tersedianya sarana dan prasarana akademik yang memadai, seperti lingkungan
kampus yang sejuk, perpustakaan yang lengkap, dan laboratorium yang modern.
Dengan semakin kuatnya budaya akademik maka perguruan tinggi mampu mempertahankan
kualiltas kecendekiawanannya.

Kerja sama Perguruan Tinggi


Kerjasama mutualisme yang harus dilakukan perguruan tinggi dalam mengatasi
keterbatasan penyelenggaraan pendidikan secara berkualitas di masa yang akan datang dapat
di lakukan dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk yang potensial dalam model Zinser yang
memperkenalkan kemitraan perguruan tinggi. Untuk memperoleh sumber – sumber
pendanaan di luar uang SPP, perguruaan tinggi
harus melakukan kerja sama dengan dunia bisnis dengan menjual jasa pelayanan keilmuan.
Di samping itu, kerja sama bisnis dalam kegiatan pemasaran produk – produk ilmu
dan teknologi yang berorientasi pada riset. Sedangkan kerja sama industri di sector riil,
dengan mendirikan industri skala besar. Untuk kerja sama bisnis dan industri skala besar,
maka perguruan tinggi tidak perlu menyetor sahamnya karena dapat memberatkan perguruan
tinggi itu sendiri. tetapi dapat dikompensasikan dengan berbagai riset, penyusunan studi
kelayakan serta sumber daya manusia unggul yang di miliki oleh perguruan tinggi itu sendiri.

4
di samping itu, dapat digunakan menjadi tempat praktikum mahasiswanya, agar mereka dapat
mengetahui dunia kerja secara konkret.

G. PRIVILEGE BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI

Belajar adalah hak setiap orang. Akan tetapi, kegiatan belajar di suatu perguruan
tinggi merupakan suatu privilege karena hanya orang yang memenuhi syarat saja yang berhak
belajar di lembaga pendidikan tersebut. Mereka yang tidak mampu belajar di perguruan
tinggi, merasa yakin bahwa ia telah kehilangan haknya atas pekerjaan dan status social yang
mestinya mereka dapatkan seandainya bisa belajar diperguruan tinggi. Namun terlepas dari
berbagai kegagalan itu, pendidikan masih tetap menjadi favorit tumpuan masa depan
sebagian masyarakat kita.Bahkan Indonesia “rela” mengalokasikan 20 % anggaran untuk
sector pendidikan pada tahun 1981 / 1982. ketika kemudian RAPBN 2001/2002 ternyata
bidang ini memperoleh jatah yang lebih sedikit, berbagai protespun bermunculan.

Asal Usul Sekolah.


Mungkin telah terjadi kekeliruan pada saat kali pertama disebut kata school, yakni
asal mula kata sekolah dalam bahasa kita sekarang. Karena dalam bahasa aslinya, yakni
skhole, scolae atau schola (latin), kata itu secara harfiah berarti “waktu sekarang”. (Roem
Topatimasang, 1998).Karena dulunya kata itu memang digunakan untuk menyebut sebuah
kegiatan yang dilakukan oleh orang Yunani Kuno untuk mengisi waktu luangnya, mereka
mengunjungi suatu tempat atau seseorang pandai tertentu untuk mempertanyakan dan
mempelajari hal-ikhwal yang mereka rasakan memang perlu dan butuh untuk mereka ketahui,
“waktu luang yang digunakan secara khusus untuk belajar” (leisure devoted to learning).
Kebiasaan ini juga diberlakukan kepada putra-putra mereka, sejak saat itulah dari
scola matterna (pengasuh ibu sampai usia tertentu), yang merupakan proses lembaga dan
sosialisasi tertua umat manusia, menjadi scola in loco parentis (lembaga pengasuh anak pada
waktu senggang diluar rumah, sebagai pengganti ayah atau ibu). Itulah pula mengapa
lembaga pengasuh ini kemudian biasa disebut juga “ibu asuh” atau “ibu yang memberikan
ilmu” (almamater).

Pelaksanaan Fungsi Sekolah

Fungsi perwalian sekarang dilakukan secara universal oleh sekolah – sekolah sehingga sukar
mengingatkan susunan – susunan yang terdahulu. Para orang tua dengan begitu saja
menyerahkan sebagian besar tanggung jawabnya atas pengawasan anak – anaknya kepada
sekolah.
Pada saat anak – anak menjadi mahasiswa penuh, mereka tetap menjadi anak – anak
yang ekonomis, politis, bahkan secara hukum. Meskipun tidak ada sanksi hukum formal yang
di kenakan terhadap para mahasiswa, mereka selalu dapat dicabut haknya untuk bersekolah,
dan dengan demikian dicabut pula haknya atas pekerjaan status social yang diinginkan.

Vous aimerez peut-être aussi