Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Asma Bronchiale adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap
berbagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau
setelah mendapat pengobatan. Asma Bronchiale mempunyai tanda – tanda yang
khas seperti kelelahan, sesak napas, biasanya oleh karena alergi terhadap suatu
benda tertentu dan sebagainya. Semakin cepat dan diatasi penyebabnya yang
diketahui harapan sembuh akan tinggi karena pengobatan dapat dimulai lebih dini.
WHO tahun (2012), sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu
penderita meninggal di seluruh dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20 % untuk sepuluh
tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.
Dari hasil penelitian Riskesdas, prevalensi penderita asma di Indonesia
adalah sekitar 4%. Menurut Sastrawan, dkk (2008), angka ini konsisten dan
prevalensi asma bronkial sebesar 5–15%. Di Sembilan provinsi yang mempunyai
prevalensi Penyakit Asma diatas prevalensi nasional, antara lain Nanggroe Aceh
Darussalam di urutan pertama, diikuti oleh Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, dan Papua Barat (RIKESDAS, 2007)
Berdasarkan data RS PGI CIKINI dari bulan Januari 2014 sampai Juni
2014 kasus Asma Bronchiale 25 orang. Karena masih tingginya angka kejadian
diatas yang melatar belakangi penulis untuk membahas lebih lanjut dalam “Asuhan
Keparawatan Pada Pasien Asma Bronchiale Pada Pasien RS PGI Cikini”
2. TUJUAN
a. Mampu melakukan pengkajian secara komperhensif kepada pasien dengan
Asma Bronchiale
b. Mampu menegakan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronchiale
1
d. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
e. Sebagai satu syarat untuk menyelesaikan pelatihan ICU dewasa di RS PGI
Cikini
3. METODE PENULISAN
Teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data yaitu
a. Observasi
Bertujuan untuk mengamati keadaan klien secara langsung untuk memperoleh
data yang sesuai dengan keadaan klien
b. Pemeriksaan fisik
Memeriksa keadaan fisik klien dengan cara infeksi,palpasi,perkusi,dan
auskultasi untuk menentukan masalah keperawatan
c. Wawancara
Mengadakan komunikasi kepada klien dan keluarga
d. Studi kepustakaan
Dilaksanakan untuk mendapatkan keterangan dan dasar teori yang berhubungan
dengan Asma Bronchiale
e. Studi dokumentasi
Membaca catatan keperawatan dan catatan medis yang berhubungan dengan
klien
4. SITEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini terdiri dari 5 bab yaitu:
a. BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang ,tujuan
penulisan ,metode penulisan,dan sistematika penulisan
b. BAB II :Tinjauan Teori yang terdiri dari konsep dasar yang
meliputi definisi,anatomi,fisiologi,etiologi,patofisiologi,dan
asuhan keperawatan yang meliputi analisa data,diagnostik
keperawatan,perencanaan,dan evaluasi
c. BAB III :Tinjauan kasus Asma bronchiale
d. BAB IV :Pembahasan kesenjangan yang terjadi pada
pengkajian, analisa data,diagnostik keperawatan,perencanaan,dan
evaluasi
e. BAB V :Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
ASMA BRONCHIALE
1. PENGERTIAN
a. Asthma Bronkiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai
macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau
setelah mendapat pengobatan,(Tjen Daniel, 2001).
b. Status Astmatikus
Status Asthmatikus merupakan serangan asthma berat yang tidak dapat diatasi
dengan pengobatan konvensional dan merupakan keadaan darurat medik ,bila
tidak diatasi dengan cepat akan terjadi gagal pernafasan,(Aryanto Suwondo,
karnen B. Baratawidjaja, 2005).
Faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah:
4
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yamg terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis ke IV dan V. Sedangkan tempat dimana trakea
bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri disebut karina. Karina memiliki
banyak syaraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika batuk
dirangsang . Bronkus utama kanan lebih pendek , lebih besar dan lebih vertikal dari
yang kiri. Terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus utama kiri lebih
panjang,dan lebih kecil, terdiri dari 9-12 cicin serta mempunyai dua cabang,
(Syaifuddin,1997).
Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara kecil yang tidak mengandung
alveoli (kantung udara) dan memiliki garis 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh
cincin tulang rawan, tapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat
berubah. Seluruh saluran uadara ,mulai dari hidung sampai bronkiolus terminalis ini
disebut saluran penghantar udara atau zona konduksi. Bronkiolus ini mengandung
kolumnar epitellium yang mengandung lebih banyak sel goblet dan otot polos,
diantaranya strecch reseptor yang dilanjutkan oleh nervus vagus,(Lorraine M.
Wilson,2005).
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru , yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari : Bronkiolus respiratoris,
duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir dari
paru. (Lorraine M.Wilson,2005 ).
Secara garis besar fungsi pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu pertukaran
gas dan keseimbangan asam basa. Fungsi pertukaran gas ada tiga proses yang terjadi.
Pertama ventilasi, merupakan proses pergerakan keluar masuknya udara melalui
cabang-cabang trakeo bronkial sehingga oksigen sampai pada alveoli dan
karbondioksida dibuang. Pergerakan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan.
Udara akan mengalir dari tekanan yang tianggi ke tekanan yang rendah. Selama
inspirasi volume thorak bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat.
Peningkatan volume ini menyebabkan menurunan tekanan intra pleura dari –4
mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfir) menjadi sekita –8mmHg. Pada saat yang
sama tekanan pada intra pulmunal menurun –2 mmHg (relatif terhadap tekanan
atmosfir). Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menyebabkan udara
mengalir kedalam paru sampai tekanan saluran udara sama dengan tekanan atmosfir.
Pada ekspirasi tekanan intra pulmunal bisa meningkat 1-2 mmHg akibat volume
5
torak yang mengecil sehingga udara mengalir keluar paru,(Lorraine M.
Wilson,2005).
Proses kedua adalah difusi yaitu masuknya oksigen dari alveoli ke kapiler
melalui membran alveoli-kapiler. Proses ini terjadi karena gas mengalir dari tempat
yang tinggai tekanan parsialnya ketempat yang lebih rendah tekanan partialnya.
Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan partial yang lebih tinggi dari oksigen
yang berada didalam darah. Karbondioksida darah lebih tinggi tekanan partialnya
dari pada karbondioksida dialveoli. Akibatnya karbondioksida mengalir dari darah ke
alveoli,(John Gibson,2005).
Proses ketiga adalah perfusi yaitu proses penghantaran oksigen dari kapiler ke
jaringan melalui transpor aliran darah. Oksigen dapat masik ke jaringan melalui dua
jalan : pertama secara fisik larut dalam plasma dan secara kimiawi berikata dengan
hemoglobin sebagai oksihemoglobin, sedangkan karbondioksida ditransportasi dalam
darah sebagai bikarbonat, natrium bikarbonat dalam plasma dan kalium bikarbonat
dalam sel-sel darah merah. Satu gram hemoglobin dapat mengika 1,34 ml oksigen.
Karena konsentrasi hemoglobin rata-rata dalam darah orang dewasa sebesar 15 gram,
maka 20,1 ml oksigen bila darah jenuh total ( Sa O2 = 100% ),bila darah
teroksigenasi mencapai jaringan .
Oksigen mengalir dari darah masuk ke cairan jaringan karena tekanan partial
oksigen dalam darah lebih besar dari pada tekanan dalam cairan jaringan. Dari dalam
cairan jaringan oksigen mengalir kedalan sel-sel sesuai kebutuhan masing-masing.
Sedangkan karbondioksida yang dihasilkan dalam sel mengalir kedalam cairan
jaringan. Tekanan partial karbondioksida dalam jaringan lebih besar dari pada
tekanan dalam darah maka karbondioksida mengalir dari cairan jaringan kedalam
darah (Lorraine M.Wilson, 2005).
Fungsi sebagain pengaturan keseimbangan asam basa : PH darah yang normal
berkisar 7,35 – 7,45. Sedangkan manusia dapat hidup dalam rentang PH 7,0 – 7,45.
Pada peninggian CO2 baik karena kegagalan fungsi maupun tambahnya produksi
CO2 jaringan yang tidak dikompensasi oleh paru menyebabkan perubahan PH darah.
Asidosis respiratoris adalah keadaan terjadinya retensi CO2 atau CO2 yang diproduksi
oleh jaringan lebih banyak dibandingkan yang dibebaskan oleh paru. Sedangkan
alkalosis respiratorius adalah suatu keadaan Pa CO2 turun akibat hiperventilasi,
(Hudak dan Gallo,1997 ).
6
3. PENYEBAB (ETIOLOGI)
Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
(Suriadi, 2001 : 7)
7
o Thorak seperti barel chest
o Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
o Sianosis
o BGA Pa O2 kurang dari 80%
o Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
o Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)
5. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan
alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E
( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui
saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai
antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen
tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan
dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan
membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang
itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu
terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat
oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan
menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan
kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini
akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin,
slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of
anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini akan menyebabakan timbulnya tiga
reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun
yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas
kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin
menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan
produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi
8
ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas
ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada
tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 2005 ).
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
asthma intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan
reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti :
tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-obatan serta bahan-bahan
alergen yang lain.
Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik
yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat
kimia,yang bersifat sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan
cuaca, aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik
lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 2001 ).
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi
karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema
dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai dengan batuk disertai mukus
yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam,
ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk
dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah,
dan warna kulit sekitar mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir
tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan
menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen
daniel,2001 ).
9
6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c) Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (beclometason
dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.
10
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
(Evelin dan joyce L. kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg
bb/24 jam.
d) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f) Antibiotik spektrum luas.
(Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus UPF paru RSUD Dr Soetomo
Surabaya ).
4. Status asmatikus berat maka pasien masuk ICU dan butuh pemekaian Alat Bantu
Napas bisa terjadi disfungsi penyapihan ventilator
Indikasi pemasangan ventilator mekanik :
1) Frekwensi pernafasan < 10 x/mnt atau >28 x/mnt.
2) Tidal volume <5 ml/kg BB.
3) Tekanan inspirasi <20 cm H2O atau cenderung menurun.
4) Minute volume (MV) <3 liter/mnt atau >20 liter/mnt.
5) Gas darah arteri; pH <7,25, PaCO2 >50 mmHg, PaO2 <50 mmHg dengan
terapy O2.
6) Auskultasi dada: terjadi penurunan atau tidak ada bunyi nafas.
7) Irama dan frekwensi jantung: nadi >120 x/mnt, disritmia.
8) Aktivitas: kelelahan berat, intoleransi aktivitas.
9) Status mental: kacau mental, delirium, somnolen.
10) Observasi fisik: penggunaan otot aksesori, kerja pernafasan berat..
11
7. DAMPAK MASALAH
a. Pada klien
Penderita asthma harus merubah gaya hidup sehari-hari untuk
menghindari faktor pencetus. Perubahan ini dimulai dari lingkungan hidup
sanpai dengan lingkungan kerja. Pada klien dengan serangan asthma, maka
terjadi penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengarui status nutrisi
klien. Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat menyebabkan
kelelahan. Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan
oksigen mempengarui toleransi dalam melakukan aktivitas, kelelahan cepat
lelah dan ketidak mampuan memenuhi ADL.
Klien dapat tumbuh dan berkembang menjadi rendah diri, merasa tidak
mampu, berkepribadian labil,mudah tersinggung,gelisah dan cemas. Adanya
keterbatasan aktifitas, klien lebih tergantung pada orang lain, terkadang klien
tidak dapat berperan sesuai dengan peranya, (Antony C. 1997 ; Tjen daniel,
2001).
b. Pada keluarga
Melihat kondisi klien dengan gejala asthma dan dirawat dirumah sakit,
tentang penyebab, prognosa penyakit dan keberhasilan dari terapi, akan
menimbulkan kecemasan pada keluarga. Perlunya klien dirawat dirumahsakit
menimbulkan respon kehilangan pada keluarga yang ditinggalkan. Peran klien
dalam keluarga sebagai sumber ekonomi akan terganggu karena klien tidak bisa
masuk kerja serta perawatan dan biaya rumah sakit yang tidak sedikit akan
menjadi beban bagi keluarga.
(2) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus (Laura
A.T.;2005).
16
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah. (Laura A.T.;2005).
(4) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
(Karnen B .;1994).
i) Kardiovaskuler.
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan
hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta
adanya pulsus paradoksus, (Robert P.;1994, Laura A. T.;2005).
j) Abdomen.
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena
dapat merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi
karena dapat nutrisi (Hudak dan Gallo;1997, Laura A.T.;2005).
k) Ekstrimitas.
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
extremitas karena dapat merangsang serangan asthma,(Laura A.T.;2005).
3) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan spirometri.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asthma, (Karnen B;1998).
b) Tes provokasi brokial.
Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV, sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di
anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih,(Karnen
B.;1998).
b. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien.
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data,
18
mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul
serta membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai
normal, menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil
dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau
masalah aktual atau potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan
klien yang ada pada tanggung jawabnya, (Lismidar ; 1992).
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien status
astmatikus. (Berdasarkan Nanda NIC.NOC)
1. Ketidakefktifan bersihan jalan napas
2. Pola napas tidak efektif
3. Kerusakan pertukaran gas
4. Disfungsi respon penyapihan ventilator
5. Hipertermia
6. Ansietas
7. Intoleransi Aktivitas
8. PK Infeksi
20
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN CRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Ventilation (1) Airway suction
Respiratory status : Airway patency Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan
Aspiration Control Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan suctioning.
untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas. Kriteria Hasil : Informasikan pada klien dan keluarga tentang
suctioning
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
Batasan Karakteristik :
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, memfasilitasi suksion nasotrakeal
-
Dispneu, Penurunan suara nafas mampu bernafas dengan mudah, tidak ada Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
-
Orthopneu pursed lips) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
-
Cyanosis Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
-
Kelainan suara nafas (rales, wheezing) tidak merasa tercekik, irama nafas, Monitor status oksigen pasien
-
Kesulitan berbicara frekuensi pernafasan dalam rentang Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
-
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada normal, tidak ada suara nafas abnormal) Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
-
Mata melebar Mampu mengidentifikasikan dan mencegah menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
-
Produksi sputum factor yang dapat menghambat jalan nafas
-
Gelisah
-
Perubahan frekuensi dan irama nafas (2) Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Faktor-faktor yang berhubungan: Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Lingkungan : merokok, menghirup asap Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
rokok, perokok pasif-POK, infeksi nafas buatan
-
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, Pasang mayo bila perlu
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas, asma. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya Lakukan suction pada mayo
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya Berikan bronkodilator bila perlu
eksudat di alveolus, adanya benda asing di Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
jalan nafas. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
21
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Ventilation I. AIRWAY MANAGEMENT
Respiratory status : Airway patency
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
Vital sign Status
ekspirasi tidak adekuat thrust bila perlu
Kriteria Hasil :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan nafas buatan
Batasan karakteristik :
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, Pasang mayo bila perlu
-
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi mampu bernafas dengan mudah, tidak ada Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Penurunan pertukaran udara per menit pursed lips) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-
Menggunakan otot pernafasan tambahan Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-
Nasal flaring tidak merasa tercekik, irama nafas,
Lakukan suction pada mayo
-
Dyspnea frekuensi pernafasan dalam rentang
-
Orthopnea normal, tidak ada suara nafas abnormal) Berikan bronkodilator bila perlu
-
Perubahan penyimpangan dada Tanda Tanda vital dalam rentang normal Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
-
Nafas pendek (tekanan darah, nadi, pernafasan) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
-
Assumption of 3-point position keseimbangan.
-
Pernafasan pursed-lip Monitor respirasi dan status O2
-
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
-
Peningkatan diameter anterior-posterior Terapi Oksigen
-
Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Usia 1-4 : < 20 atau > Pertahankan jalan nafas yang paten
30 Atur peralatan oksigenasi
Usia 5-14 : < 14 atau > Monitor aliran oksigen
25 Pertahankan posisi pasien
Usia > 14 : < 11 atau > Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
24 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
-
Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya
500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 Vital sign Monitoring
ml/Kg Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-
Timing rasio Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-
Penurunan kapasitas vital Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
22
Faktor yang berhubungan : Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
-
Hiperventilasi
aktivitas
-
Deformitas tulang
Monitor kualitas dari nadi
-
Kelainan bentuk dinding dada
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
-
Penurunan energi/kelelahan
Monitor suara paru
-
Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
Monitor pola pernapasan abnormal
-
Obesitas
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
-
Posisi tubuh
Monitor sianosis perifer
-
Kelelahan otot pernafasan
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
-
Hipoventilasi sindrom
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
-
Nyeri
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
-
Kecemasan
-
Disfungsi Neuromuskuler
-
Kerusakan persepsi/kognitif
-
Perlukaan pada jaringan syaraf tulang
belakang
-
Imaturitas Neurologis
24
Batasan karakteristik: pursed lips) Hentikan selang NGT sampai suction dan 30-60 menit
Tanda tanda vital dalam rentang normal sebelum fisioterapi dada
1. Berat
Tingkatkan intake dan cairan adekuat
a.penurunan gas darah arteri dari batas
normal.
Mechanicai ventilation weaning
b. Peningkatan frekuensi pernafasan secara
Monitro kapasitas vital, kekuatan inspirasi
significant dari batas normal
Pastikan pasien bebas dari tanda tanda infeksi sebelum
c. Peningkatan tekanan darah dari batas normal
dilepas
(20 mmHg).
Monitor status cairan dan elektrolit yang adekuat
d. Peningkatan denyut jantung dari batas
Suktion jalan nafas
normal (20x/menit)
Konsulkan ke fisioterapi dada
e. Pernafasan abdomen paradoks
Gunakan tehnik relaksasi
f. Adanya bunyi nafas, terdengar sekresi jalan
nafas.
g. Sianosis Airway management
h. Penurunan tingkat kesadaran
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
i. Nafas dangkal.
thrust bila perlu
Sedang
TD sedikit meningkat <20mmHg Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Peningkatan frekuensi pernafasan<5 x/menit Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Denyut nadi sedikit meningkat < 20x/menit nafas buatan
Pucat, sianosis Pasang mayo bila perlu
Kecemasan, diaporesis, mata melebar Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Ringan Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
hangat Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
kegelisahan, kelelahan Lakukan suction pada mayo
tidak nyaman untuk bernafas Berikan bronkodilator bial perlu
Berikan pelembab udara(kassa Nacl lembab)
Faktor faktor yang berhubungan: Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Psikologi Monitor respirasi dan status O2
a. pasien merasa tidak efektif untukpenyapihan
b. tidak berdaya
c. cemas, putus asa, takut
d. defisit pengetahuan
e. penurunan motivasi
25
f. penurunan harga diri
Situasional
a. episode masalah tidak terkontrol
b. riwayat usaha penyapihan tidak berhasil
c. lingkungan yang ,kurang baikriwayat tergantung
ventilator >4 hari-1 minggu
d. ketidakcocokan selang untuk mengurangi
bantuan ventilator
e. ketidakadekuatan dukungan sosial
Fisiologi
a. nutrisi yang tidak adekuat
b. gangguan pola tidur
c. ketidaknyamanan atau nyeri tidak terkontrol
d. bersihan jalan nafas tidak efektif
27
6 Ansietas b/d penyakit kritis, takut kematian atau NOC : NIC :
kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan Anxiety control (3) Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Coping Gunakan pendekatan yang menenangkan
social atau ketidakmampuan yang permanen.
Impulse control Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil : Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Definisi : Klien mampu mengidentifikasi dan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
Perasaan gelisah yang tak jelas dari
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai menunjukkan tehnik untuk mengontol mengurangi takut
cemas Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak
Vital sign dalam batas normal prognosis
diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa Dorong keluarga untuk menemani anak
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan Lakukan back / neck rub
disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal
berkurangnya kecemasan Dengarkan dengan penuh perhatian
ini merupakan peringatan adanya ancaman yang Identifikasi tingkat kecemasan
akan datang dan memungkinkan individu untuk Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
mengambil langkah untuk menyetujui terhadap
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
tindakan ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Ditandai dengan
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
28
7 Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, NOC : NIC :
ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot Energy Management
Energy conservation
rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
Self Care : ADLs
hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk aktivitas
Kriteria Hasil :
selama sakit Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik keterbatasan
Intoleransi aktivitas b/d fatigue tanpa disertai peningkatan tekanan Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis darah, nadi dan RR Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
maupun psikologis untuk meneruskan atau Mampu melakukan aktivitas sehari hari Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas (ADLs) secara mandiri secara berlebihan
sehari hari. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Batasan karakteristik :
Activity Therapy
a. melaporkan secara verbal adanya kelelahan Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
atau kelemahan. dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
b. Respon abnormal dari tekanan darah atau Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
nadi terhadap aktifitas mampu dilakukan
c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
atau iskemia dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
beraktivitas. yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Faktor factor yang berhubungan :
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Tirah Baring atau imobilisasi Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
Kelemahan menyeluruh luang
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
dengan kebutuhan kekurangan dalam beraktivitas
Gaya hidup yang dipertahankan. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
8 PK infeksi NOC : NIC :
29
Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Knowledge : Infection control
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Risk control
patogen Kriteria Hasil : Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
Mendeskripsikan proses penularan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
Faktor-faktor resiko :
penyakit, factor yang mempengaruhi pasien
-
Prosedur Infasif penularan serta penatalaksanaannya, Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
-
Ketidakcukupan pengetahuan untuk Menunjukkan kemampuan untuk Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
menghindari paparan patogen mencegah timbulnya infeksi kperawtan
-
Trauma Jumlah leukosit dalam batas normal
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
-
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan Menunjukkan perilaku hidup sehat
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
lingkungan
alat
-
Ruptur membran amnion
-
Agen farmasi (imunosupresan) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
-
Malnutrisi sesuai dengan petunjuk umum
-
Peningkatan paparan lingkungan patogen Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
-
Imonusupresi kandung kencing
-
Ketidakadekuatan imum buatan Tingktkan intake nutrisi
-
Tidak adekuat pertahanan sekunder Berikan terapi antibiotik bila perlu
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan
respon inflamasi) Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
-
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi Monitor hitung granulosit, WBC
pH, perubahan peristaltik) Monitor kerentanan terhadap infeksi
-
Penyakit kronik Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
30
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
31
BAB III. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN ( Tanggal 11 September 2014 jam 08.00)
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. D.H
Umur : 84 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Murai II No.B-7, Pasar Minggu- Jaksel
Masuk RS : 8 September 2014
Diagnosa Medik : Asma Bronchial On Ventilator
No MR : 29-53-28
Sumber informasi : Auto Anamnesa : Tidak dapat dilakukan oleh karena
saat pengkajian pasien sedang terpasang ETT pro
Ventilator
Allo Anamnesa : Pada Tn.P.S (anak pasien) dan dari
status pasien untuk mendapatkan data saat pasien
dirawat, sebelum dilakukan pengkajian
2. Alasan Dirawat
Pasien masuk ICU Dewasa RS PGI Cikini melalui Unit Gawat Darurat dengan
keluhan utama Sesak napas dan nyeri dada, ada penurunan kesadaran. Masuk ke
ICU Cikini terpasang ETT dari IGD RS PGI Cikini.
32
saturasi 92% dan terpasang ventilator mode Control 12 Peep 5 fio2 80%,Spo2
93%,TV 433cc.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Airway:
Rongga Mulut : Hipersalivasi, Sputum berwarna putih kekuningan,
konsistensi kental.
Terpasang oropharingeal tube no. 5
Terpasang ETT kingking ukuran 7.5 pro ventilator
b. Breathing :
RR : 14x/menit, tampak adanya usaha nafas, tidak ada retraksi dinding
dada.
Bunyi nafas wheezing dan Ronchi di semua lapang paru.
ETT kingkin no 7,5
Irama pernafasan teratur (On ventilator) dengan pola Control 12 Peep 5
fio2 80%,Spo2 93%,TV 433cc
Riwayat Penyapihan Pasien pernah di weaning Oksigen dari 80% ke 70%
pada tanggal 10/9/2014 jam 08.00-22.00 (Spo2 cenderung menurun yaitu
berkisar 92%-94%) dan selanjutnya kembali di naikan Fio2 80% sampai
saat pengkajian
c. Circulation:
TD 117/73 mmHg (on Vascon 0.5 mcg/kgBB), HR 86x/menit, S 36,8º C,
Pulsasi halus
Akral Ekstrimitas atas teraba dingin
CRT > 3detik
Warna kulit putih, turgor kulit normal
d. Disability
KU : Tampak Sakit Berat
GCS : 4/6/ETT
Pupil: isokor, diameter 2/2
Reflek cahaya +/+
Kejang (tidak ada), kaku kuduk (tidak ada)
e. Eksposure
33
Kepala : tidak ada kelainan, tampak bersih
Mata : tidak ada kelainan, Konjungtiva Tidak ada tanda anemia
Hidung : Terpasang NGT ukuran 16
Mulut : Terpasang ETT no.7,5 pro Ventilator
Telinga : tidak ada kelainan dalam bentuk, fungsi pendengaran baik.
Leher : tidak ada kelainan, tidak ada tanda peningkatan JVP
Dada dan punggung : tampak simetris, fokal fremitus (tidak ada), tidak
ada retraksi dinding dada, bunyi jantung S1 dan S2 normal tidak ada bunyi
jantung tambahan
Abdomen : distensi abdomen (tidak ada), peristaltik usus 5x/menit,
splenomegali (tidak ada), hepatomegali (tidak ada), tidak teraba massa di
semua kuadran
Genetalia : Bersih,tidak ada keputihan,daerah selangkangan tampak
kemerahan, terpasang dower chateter no 16,
Muskuloskeletal : kekuatan otot 5 5
5 5
Ekstremitas: tangan kanan terpasang infus, NaCl 0,9% 500cc/24 jam(21
cc per jam), NaCl 0.9% 50cc + Nepi 20 mg ( 0,5 mcg/ kgbb )
Integumen : warna kulit putih, turgor kulit normal, tidak ada tanda-tanda
dekubitus
f. Folley Cateter
Warna urine kuning jernih
Jumlah urine 300cc/6jam (pukul 06.00-12.00WIB)
g. Going to
Pemeriksaan thorak foto Hasil laboratorium, ECG terlampir
DATA PENUNJANG
THORAKS FOTO (Tanggal 08-09-2014)
Tak dapat dinilai (Karena berada di hemithorax kiri) yang terlihat berselubung
inhomogen dengan diafragma sinus kiri yang suram.
Aorta dan media sternum tak melebar, tampak ujung ETT berada 4cm diatas Karina
Paru kanan tampak infiltrate di lapangan atas
Diafragma dan sinus kanan baik
Kesimpulan : TB Paru kanan dan Susp Pleura Pneumo kiri
34
LABORATORIUM
Hemostasis
Masa pembekuan 12-14 10 – 16 menit
APTT
APTT Pasien *53.6 26.4 – 37.5 detik
APTT Control 30.9
Masa
*20.9
Protrombin(PT)
13.1 11.0 – 14.2 detik
PT Pasien
1.8
PT Control
*695
INR
180. 0 – 350.0 mg/dL
Fibrinogen
2
KIMIA DARAH
169
GDS
7 6 – 8 g/dL
Protein total
54 0 – 50 U/L
SGOT
47 0 – 50 U/L
SGPT
50 68 10 – 50 mg/dL
Ureum
1,6 1,1 0.6 – 1.1mg/dL
Creatinin
8.9 3 – 7 mg/dL
Uric Acid
3 3.4 – 4.8
Albumin
4 1.3 – 3.7
Globulin
127 144 135 – 147 mg/L
Natrium
3.6 3.2 3,5 – 5,0 meq/L
Kalium
9.1 7.1 8,8 – 10,3 mg/dL
Calsium
3
AGD
7.096 H 7.492 7.512 7.35 – 7.45
Ph
123.7 42.4 41.0 35 – 45 mmHg
PCO2
63 85 92 80 – 100 mmHg
PO2
38 H 32.7 33.1 22 – 26 mmol/L
HCO3
4.8 H 9.0 9.9 (-2) - (+2)
BE
96.9 90.6 96 – 100%
SaO2
4
KULTUR Prosed
- -
Darah ur tidak
tumbuh
- Prosedur
Urine
tidak -
35
tumbuh
Sputum - Sterptoko
-
kus
Viridians,
Alpha
Gram
negative
Riwayat Therapi
11 September 2014 :
Nacl 0,9 % 500cc/24 jam
Injeksi: 2 x 1 gr Meropenem, 1 x 62,5 mg solumedrol, 2 x 40 mg Ottozol, 3 x 500
mg lancolin
Nebulizer (ventolin 1:flexidetide 1:bisolvon 10 Tts)
Nutrisi enteral: diet cair 1700 cal 4 x SV 200cc + air 50cc
Therapi Tambahan: BioATP 2 X 1 Sachet
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Obstruksi Jalan Ketidakefektifan
DO :
Napas oleh karena Bersihan Jalan Nafas
Sputum berwarna putih
peningkatan
kekuningan, konsistensi kental.
Terdengar wheezing dan Ronchi di produksi mucus
semua lapang paru pada saluran
Terpasang ETT kingkin no 7,5 pernapasan
Pernafasan on ventilator mode
Control 12 Peep 5 FiO2 80%,Spo2
93%,TV 433cc..
DS :
DO :
2. Riwayat usaha Disfungsi respon
36
Tidak ada penggunaan otot bantu penyapihan yang penyapihan ventilator
pernapasan tidak berhasil (DRPV)
Ventilator, Mode Control sejak
Masuk (08/09/2014)
Riwayat Penyapihan Pasien pernah
di weaning Oksigen dari 80% ke
70% pada tanggal 10/9/2014 jam
08.00-22.00 (Spo2 cenderung
menurun yaitu berkisar 92%-94%)
dan selanjutnya kembali di naikan
Fio2 80% sampai saat pengkajian
Pernafasan on ventilator mode
Control 12 Peep 5 fio2 80%,Spo2
93%,TV 433cc.
AGD:
Ph : 7.512
PCO2 : 41.0
PO2 : 92
HCO3 : 33.1
BE : 9.9
SaO2 : 90.6 %
TTV :
T/D : 150/70 mmHg
HR : 90x/mnt
Suhu : 36,40C
DS :
DO :
-
Leukosit : 15,6 x 103
-
LED : 90 mm/jam
-
BTA sputum : Sterptokokus
3 -- PK Infeksi
Viridians, Alpha Gram negative
Thoraks PA : Kesimpulan : TB
Paru kanan dan Susp Pleura
Pneumo kiri
37
Tampak ada kemerahan di
daerah selangkangan
-
Pemakaian immunosupresif
(Solumedrol, 1 x 62.5 mg )
-
Terpasang ETT kingkin no 7,5 pro
ventilator mode Control
-
Terpasang infuse di ekrimitas
tangan kanan
38
BE : 9.9 SpO2 : 90.6 %
RR : 18 x/menit O2 saturasi 92%
TTV :
T/D : 150/70 mmHg
HR : 90x/mnt
Suhu : 36,40c
3. PK Infeksi
DS :
DO :
-
Leukosit : 15,6 x 103
-
LED : 90 mm/jam
-
BTA sputum : Sterptokokus
Viridians, Alpha Gram negative
Thoraks PA : Kesimpulan : TB Paru kanan dan Susp Pleura Pneumo kiri
Tampak ada kemerahan di daerah selangkangan
-
Pemakaian immunosupresif
(Solumedrol, 1 x 62.5 mg )
-
Terpasang ETT kingkin no 7,5 pro ventilator mode Control
-
Terpasang infuse di ekrimitas tangan kanan
39
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. DH Ruang : IRI
Umur : 72 tahun MR : 04 – 05 - 95
No Hari/ Diagnosa Tujuan dan
DX Tgl Keperawatan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
1 11-09- Ketidakefektifan Bersihan Tujuan : Mandiri: 08.00 1. Keadaan umum Jam 14.00
2014 Jalan Nafas berhubungan Dalam waktu 3 x 1. Observasi TTV dan tingkat Lemah, kesadaran S :
dengan Obstruksi Jalan 24 jam, jalan kesadaran composmentis O:
2. Kaji pernafasan pasien tiap
Napas yang ditandai dengan : nafas menjadi GCS 4/6/ETT KU lemah, kesadaran
jam: kedalaman, irama,
DS : - efektif TTV composmentis, GCS
DO : bunyi nafas, penggunaan
Kriteria Hasil: TD: 117/73 mmHg 4/6/ETT
Sputum berwarna putih
otot bantu pernafasan, TD :117/73– 133/64
Jalan nafas paten HR: 86x/menit
kekuningan, konsistensi kental.
adanya sianosis dan mmmHg
ETT kingkin no 7,5 dan bersih RR: 16x/ menit
Terdengar wheezing dan saturasi oksigen HR : 86 -91x/menit
Suara nafas SpO2 : 96%
3. Perhatikan ketepatan T : 36,8 – 36,9º C
Ronchi di semua lapang paru vesikuler RR : 16- 14x/menit
08.15 7. Terapi inhalasi(1
Pernafasan on ventilator mode Irama, frekuensi Settingan ventilator SPO2: 93-96%
4. Tinggikan bagian kepala amp ventolin+ 1
Control 12 Peep 5 fio2 dan kedalaman Slym (+), warna
5. Lakukan suction secara
amp flexotide+ 10
80%,Spo2 96%,TV 485cc. pernafasan kuning konsistensi
berkala, melakukan oral
SPO2 lebih dari tts bisolvon) selama
hygiene dan Lakukan agak encer
95% 08.45 10-20 menit
perawatan ETT Suara napas ronchi
Tidak ada 2. Auskultasi paru
6. Lakukan chest terapi (+)
penggunaan otot terdengar bunyi
Kolaborasi: Pernafasan on
dada 08.45 ronchi di semua
7. Pemberian nebulasi ventilator mode
RR: 12 – 8. Pemberian terapi sesuai lapang paru
Control 12 Peep 5
20x/menit indikasi 5. Suction, slym(+), FIO2 80%,SPO2 93-
TTV dalam 09.00 konsistensi kental 96% ,TV 432-498cc
batas normal berwarna kuning Hasil AGD
Oralhygiene,dan pH :7.512
perawatan ETT PCO2 :41.0
PO2 :92
09.30 TD: 126/65 mmHg HCO3 :33.1
HR: 94x/menit BE :9.9
3.Mempertahankan dan
melakukan A: Masalah belum
2 11-09- Disfungsi respon penyapihan Tujuan : dalam Mandiri: 08.00 Keadaan umum S:
2014 ventilator (DRPV) waktu 3 x 24 jam 1. Observasi TTV :Lemah, kesadaran O:
2. Pantau adanya kegagalan
berhubungan dengan resiko Disfungsi composmentis KU lemah, kesadaran
pernapasan
Riwayat usaha penyapihan respon penyapihan 08.15 GCS 4/6/ETT composmentis, GCS
3. Pantau efek perubahan
yang tidak berhasil yang ventilator tidak TTV 4/6/ETT
pengesetan ventilator
ditandai dengan : terjadi. TD: 117/73 mmHg TD :117/73– 133/64
terhadap oksigenasi
DS : 4. Auskultasi suara napas,catat HR: 86x/menit mmmHg
HR : 86 -91x/menit
DO : Kriteria Hasil: area penurunan atau 10.00 RR: 16x/ menit T : 36,8 – 36,9º C
Tidak ada penggunaan otot TTV dalam batas ketiadaan ventilasi dan SpO2 : 96% RR : 16- 14x/menit
Pernafasan on
bantu pernapasan normal ≥ 160/70 adanya suara napas 7. Terapi inhalasi(1
ventilator mode
Ventilator, Mode Control sejak mmHg; tambahan amp ventolin+ 1
5. Pantau peningkatan Control 12
Masuk (08/09/2014) suhu 36,5 – 37,5 amp flexotide+ 10 Peep 5 FIO2 80%,
c kegelisahan,ansietas,tersenga SPO2:93-96%
Os pernah di weaning tts bisolvon) selama
HR 60 – l sengal.
Oksigen dari 80% ke 70% pada 11.00 10-20 menit SaO2 :90.6
100x/menit 6. Evaluasi atau catat kemajuan
tanggal 10/9/2014 jam 08.00- 8. Alarm ventilator TV 432-498cc
AGD dalam pasien seperti perubahan
22.00 (Spo2 cenderung tetap on Hasil AGD
batas normal hemodinamik dan
menurun yaitu berkisar 92%- Ph 7,35 – 9. Pantau kapasitas pH :7.512
kegelisahan pasien PCO2 :41.0
94%) dan selanjutnya kembali 7,45 7. Lakukan suction tidal volume dan
Pco2 35-45 PO2 :92
8. Pastikan alarm ventilator HCO3 :33.1
di naikan Fio2 80% sampai saat Hco3 22-26 12.00 kesiapan untuk
Tco2 23-27 aktif BE :9.9
pengkajian penyapihan untuk
BE -2,5 – 9. Pantau derajat pirau,kapasitas SaO2 :90.6
ventilasi mekanik
Pernafasan on ventilator mode +2,5 tidal volume dan kesiapan FiO2 : 70%, TV : Kesimpulan:
Spo2 95-100%
Control 12 Peep 5 fio2 untuk penyapihan untuk 480cc Alkalosis Respiratorik
80%,Spo2 93%,TV 433cc. ventilasi mekanik 5.Keadaan umum A: Masalah belum
AGD: 10.Kolaborasi :
pasien : pasien tidak teratasi
Ph : 7.512 - Pengesetan ventilator
(Pasien belum bisa di
pCO2 : 41.0 - Pemberian agen gelisah, GCS 4/6/ETT
PO2 : 92 weaning karena
pelumpuh otot sedative ,kesadaran
HCO3 : 33.1
dengan FiO2: 80%
BE : 9.9 dan narkotik composmentis ,irama
SpO2 nya berkisar
SpO2 : 90.6 % napas reguler, RR :
93-96%
RR : 16 x/menit O2 saturasi 14x/ mnt
P :lanjutkan intervensi
96% Fi O2 : 70%
1-10
T/D : 117/73 mmHg
SpO2 : 94% Rencana Latihan
HR : 86x/mnt
Weaning Dengan
Suhu : 36,80c TV : 425cc
Perubahan Pola
CATATAN PERKEMBANGAN 1
No Hari/ Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
DX Tgl Keperawatan Kriteria hasil
1 12-09- Ketidakefektifan Bersihan Tujuan : Mandiri: 08.00 1.Kesadaran umum Jam 14.00
2014 Jalan Nafas berhubungan Dalam waktu 1. Observasi TTV dan Lemah, kesadaran S :
dengan Obstruksi Jalan 3x24 jam jalan tingkat kesadaran composmentis O:
2. Kaji pernafasan pasien
Napas yang ditandai nafas menjadi GCS 4/6/ETT KU lemah, kesadaran
tiap jam: kedalaman,
dengan : efektif TTV composmentis, GCS
irama, bunyi nafas,
DS : - Kriteria Hasil: TD: 133/63 mmHg 4/6/ETT
DO : penggunaan otot bantu TD :133/63-147/66
Jalan nafas HR: 83x/menit
Sputum berwarna putih
pernafasan, adanya mmmHg
paten dan RR: 14x/ menit
kekuningan, konsistensi HR : 68 -83x/menit
sianosis dan saturasi
bersih SpO2 : 97% T : 36,6 – 36,7º C
kental.
Suara nafas oksigen RR : 13- 18x/menit
ETT kingkin no 7,5 2.Bunyi nafas
3. Perhatikan ketepatan SPO2: 96 - 98%
Terdengar wheezing dan vesikuler ronchi(+),retraksi
Irama, Settingan ventilator Slym (+), warna
Ronchi di semua lapang
4. Tinggikan bagian kepala dinding dada(+),
paru frekuensi dan 5. Lakukan suction secara kuning konsistensi
sianosis(-)
Pernafasan on ventilator kedalaman agak encer
berkala, melakukan oral
08.15 7. Terapi inhalasi(1
mode Control 12 Peep 5 pernafasan Suara napas ronchi
hygiene dan Lakukan
SPO2 lebih amp ventolin+ 1
fio2 80%,Spo2 96%,TV (+), sianosis(-),
perawatan ETT
dari 95% amp flexotide+ 10
485cc.. 6. Lakukan chest terapi retraksi dinding
Tidak ada tts bisolvon)
Kolaborasi: dada(+)
penggunaan selama 10-20
7. Pemberian nebulasi Pernafasan on
otot dada 8. Pemberian terapi sesuai menit
ventilator mode
RR: 12 – indikasi
Control 12 Peep 5
20x/menit 08.45 5.Suction, slym(+),
FIO2 70%,SPO2
TTV dalam konsistensi kental
batas berwarna kuning 98%,TV : 425-489cc
normal Oral hygiene,dan Hasil AGD
perawatan ETT pH :7.542
PCO2 :46.5
PO2 :148
09.00 TD: 123/73 mmHg HCO3 :40.4
BE :16.5
HR: 73x/menit
SPO2 :99.3
RR: 13x/ menit
SpO2 : 97%
Kesimpulan:
Alkalosis Respiratorik
09.30 4. Head up 15-300
3. Mempertahankan
Hasil sputum BTA(-)
dan melakukan
HASIL
perawatan
BRONCHOTOILET:
ventilator dengan
cara menepuk Trakea & Carina:
mucosa agak
nepuk cubing agar
kemerahan
uap air mengalir
ke water Bronchiolus
trap,membuang kanan/kiri: secret
14.05 Bronchotoilet
2 12-09- Disfungsi respon Tujuan : dalam Mandiri: 08.00 1. TD:133/63 mmHg S:
2014 penyapihan ventilator waktu 3x 24 jam 1. Observasi TTV HR: 83x/menit O:
2. 2. Pantau adanya kegagalan
(DRPV) berhubungan resiko Disfungsi RR :14 x/menit TTV 117/73 –
pernapasan
dengan Riwayat usaha respon S :36,7 ºC 133/64 mmHg
3. Pantau efek perubahan
HR: 86–91 x/menit
penyapihan yang tidak penyapihan SPO2 : 97%
pengesetan ventilator T : 36,8 – 36,9º C
berhasil yang ditandai ventilator tidak TV : 433 cc RR : 14–22x/menit
terhadap oksigenasi
SPO2:95-98%
dengan : terjadi. 4. Auskultasi suara 7.Suction, slym(+),
TV: 432-498cc
DS : napas,catat area penurunan konsistensi kental Pasien tidak
DO : Kriteria Hasil: atau ketiadaan ventilasi berwarna kuning gelisah /tidak
Tidak ada penggunaan otot TTV dalam dan adanya suara napas dan perawatan mengalami
bantu pernapasan batas normal ≥ tambahan ETT penurunan kesadaran
5. Pantau peningkatan
Ventilator, Mode Control 160/70 mmHg; secara kualitatif atau
Suhu 36,5 – kegelisahan,ansietas,tersen
sejak Masuk (08/09/2014) 09.00 TD: 126/65 mmHg kuantitatif
37,5 c gal sengal. Irama nafas reguler
Os pernah di weaning HR: 94x/menit
HR 60 – 6. Evaluasi atau catat Suara nafas
Oksigen dari 80% ke 70% RR: 22x/ menit
100x/menit kemajuan pasien seperti ronchi(+)
pada tanggal 10/9/2014 jam AGD dalam SpO2 : 95%
08.00-22.00 (Spo2 batas normal perubahan hemodinamik TV :498cc slym konsistensi
Ph 7,35 –
cenderung menurun yaitu dan kegelisahan pasien 8.Alarm ventilator agak encer dan
7,45 7. Lakukan suction
berkisar 92%-94%) dan tetap on berwarna
Pco2 35-45 8. Pastikan alarm ventilator
selanjutnya kembali di Hco3 22-26 kekuningan.
aktif
Tco2 23-27
naikan Fio2 80% sampai 9. Pantau derajat 10.00 TD: 133/67 mmHg Ventilator mode
BE -2,5 –
saat pengkajian pirau,kapasitas tidal \ HR: 93x/menit control 12 Peep 5
+2,5
Spo2 95- volume dan kesiapan RR: 16x/ menit FIO2 80%, SPO2
Pernafasan on ventilator 100% untuk penyapihan untuk SpO2 : 98% 98%,TV 432-498CC
mode Control 12 Peep 5 ventilasi mekanik TV : 470cc
A: Masalah belum
10. Kolaborasi :
fio2 80%,Spo2 93%,TV
- Pengesetan ventilator teratasi
433cc. - Pemberian agen 10.30 4. Auskultasi suara P :lanjutkan
AGD:
pelumpuh otot sedative napas terdengar intervensi 1-10
Ph : 7.512
rencana latihan
pCO2 : 41.0 dan narkotik ronchi di semua
weaning dengan
PO2 : 92
lapang paru perubahan pola
HCO3 : 33.1
BE : 9.9
SpO2 : 90.6 % 11.00 7. Suction, slym(+),
RR : 16x/menit O2 saturasi konsistensi kental
96% berwarna kuning
T/D : 117/73 mmHg
dan perawatan
HR : 86x/mnt
Suhu : 36,80c ETT
TD: 134/62 mmHg
HR: 82x/menit
RR: 14x/ menit
SpO2 : 98%
TV : 452cc
11.30 1. Pantau derajat
pirau,kapasitas
tidal volume
dan kesiapan
untuk
penyapihan
untuk ventilasi
mekanik
11.30 5.Keadaan umum
pasien : pasien tidak
gelisah, GCS
4/6/ETT ,kesadaran
composmentis
,irama napas
reguler, RR :14x/
mnt
CATATAN PERKEMBANGAN 2
No Hari/ Diagnosa Tujuan dan
DX Tgl Keperawatan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
1 13-09- Ketidakefektifan Bersihan Tujuan : Mandiri: 08.00 1.Kesadaran umum Jam 14.00
2014 Jalan Nafas berhubungan Dalam waktu 1. Observasi TTV dan Lemah, kesadaran S:
dengan Obstruksi Jalan 3x24 jam jalan tingkat kesadaran composmentis O:
Napas yang ditandai nafas menjadi 2. Kaji pernafasan pasien GCS 4/6/ETT KU lemah,
dengan : efektif tiap jam: kedalaman, TD: 115/56 mmHg kesadaran
DS : - Kriteria Hasil: irama, bunyi nafas, HR: 68x/menit composmentis,
DO : Jalan nafas penggunaan otot bantu RR: 12x/ menit GCS 4/6/ETT
Sputum berwarna putih paten dan pernafasan, adanya SpO2 : 100% TD :115/56-142/66
kekuningan, konsistensi bersih sianosis dan saturasi 2.Bunyi nafas mmmHg
kental. Suara nafas oksigen ronchi(+),retraksi HR : 61 -89
ETT kingkin no 7,5 vesikuler 3. Perhatikan ketepatan x/menit
dinding dada(+),
Terdengar wheezing dan Settingan ventilator S : 36,8 – 37º C
Irama, sianosis(-)
Ronchi di semua lapang 4. Tinggikan bagian kepala RR : 10- 14x/menit
frekuensi dan
paru 5. Lakukan suction secara SPO2: 98 - 100%
kedalaman 08.15 7. Terapi inhalasi(1
Pernafasan on ventilator berkala, melakukan oral Slym (+), warna
pernafasan amp ventolin+ 1
mode Control 12 Peep 5 hygiene dan Lakukan kuning konsistensi
SPO2 lebih dari amp flexotide+ 10
fio2 80%,Spo2 96%,TV perawatan ETT agak encer
95% tts bisolvon)
485cc.. 6. Lakukan chest terapi Suara napas ronchi
Tidak ada selama 10-20 menit
Kolaborasi: (+), sianosis(-),
penggunaan
7. Pemberian nebulasi retraksi dinding
otot dada 08.45 5.Suction, slym(+),
8. Pemberian terapi sesuai dada(+)
RR: 12 – konsistensi agak
indikasi Pernafasan on
20x/menit encer berwarna
TTV dalam kekuningan Oral ventilator mode
batas hygiene,dan SIMV 12 PS 12
normal perawatan ETT FIO2 70%,SPO2
98-100%,TV : 420-
TD: 164/74 mmHg 470cc
09.00
HR: 71x/menit
A: Masalah belum
RR: 14x/ menit teratasi
SpO2 : 99% P: Lanjutkan
intervensi 1-8
09.30 4. Head up 15-300
3. Mempertahankan
dan melakukan
perawatan
ventilator dengan
cara menepuk
nepuk cubing agar
uap air mengalir
ke water
trap,membuang air
di water trap
,memeriksa cubing
tertekuk atau
tidak.
Pada bab ini kelompok akan membahas kesenjangan yang terjadi antara yang terjadi
pada kasus di lapangan, dimana akan dijelaskan faktor penghambat dan pendukung serta
alternative pemecahan masalah keperawatan berdasarkan pada proses perawatan.
A. Pengkajian
Pada pengkajian, penyusun menemukan bahwa pada pasien yang dilakukan
perawatan memiliki resiko terjadinya sumbatan jalan napas karena tidak mampu
mengeluarkan sputum dan batuk yang tidak efektif. Sehubungan dengan haltersebut,
maka ditemukan beberapa komplikasi dengan adanya bersihan jalan napas. Hal ini
sesuai dengan teori yag ada sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan
antara kasus dan teori.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, maka dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
untuk mengatasi masalah pada pasien. Diagnosa keperawatan berdasarkan teori antara
lain:
Ketidakefktifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
Pola napas tidak efektif
Kerusakan pertukaran gas
Disfungsi respon penyapihan ventilator
Hipertermia
Ansietas
Intoleransi Aktivitas
PK Infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan pada saat melakukan perawatan, disusun berdasarkan
teori serta disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang tersedia. Dalam
penyusunan intervensi, kelompok menyusun berdasarkan kegiatan mandiri dan
kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain, sehingga intervensi terhadap pasien dapat
dilakukan berkesinambungan.
D. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan implementasi, kelompok melakukan tindakan sesuai dengan
intervensi yang telah disusun dengan mempertimbangkan kondisi pasien. Implementasi
dilakukan dan didokumentasikan dengan lengkap.
E. Evaluasi
Intervensi, implementasi dan evaluasi yang diberikan kepada pasien dilakukan
secara periodic, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien yang
m,enmgacu pada kriteria hasil yang diharapkan yang sudah direncanakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena
spasme bronkus disebabkan oleh berbagai penyebab misalnya alergen, infeksi,
latihan. Spasme bronkus meliputi konstriksi otot polos, edema mukosa dan mukus
berlebihan dengan perlengketan di jalan nafas pada tahap lanjut. WHO tahun
(2012), sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu penderita meninggal
di seluruh dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di seluruh
dunia diperkirakan akan meningkat 20 % untuk sepuluh tahun mendatang, jika
tidak terkontrol dengan baik.
Dari masalah yang ditemukan pada kasus klien Ny.DH dirumuskan tiga
masalah keperawatan utama yaitu: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
berhubungan dengan Obstruksi Jalan Napas oleh karena peningkatan produksi
mucus pada saluran pernapasan, Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV)
berhubungan dengan Riwayat usaha penyapihan yang tidak berhasil dan PK
Infeksi. Setelah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari masalah
keperawatan yang diangkat terasi
Adapun faktor resiko yang memperpanjang proses penyapihan Ventilator
seperti merokok, Usia, Produksi slym yang meningkat dan stres psikolog yang
merupakan salah satu pencegahan penyakit yang paling penting. Dengan
perkembnagan tekhnologi kedokteran akhir- akhir ini baik secara diagnostik
maupun secara therapuetik dan mencegah terjadinya kondisi yang terlalu berat.
Dengan penatalaksanaan Asma Bronchial diharapkan hasil yang optimal mungkin
sehingga tercapai tujuan pengobatan Asma Bronchial menurunkan angka kematian
dan meningkatkan umur harapan hidup.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates ,
2000
Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001
Nanda, Nursing Diagnosis Deffinition and Classification, Mosby year Book. USA, 2009
LAMPIRAN
A. THERAPHY
Parenteral:
1. Meropenem IV 2 x 1gram,
2. Solumedrol 1 x 125 mg
3. Ottozol 2 x 40 mg
4. Lancolin 3 x 500 mg
5. Ca Glukonas 2x1
Enteral:
1. Inpepsa 2 x 10 cc
2. Bio-ATP 2 x 1 tab
Cairan Infus:
Nacl 0,9% 500cc/ 24 jam
Triofusin 1600/ 24 jam
Inhalasi
3 x 1 amp flexotide + 1 amp ventolin + 10 tts Bisolvon
Nutrisi
4 x 200 kalori