Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENGKAJIAN
Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada kasus apendisitis berdasarkan NANDA
(North American Nursing Diagnosis Association), 2015:
a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling), rongga perut dimana
dinding perut tampak mengencang (distensi).
Normal: Tidak tampak terjadinya distensi atau penegangan pada abdomen.
2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng Sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut.
Normal: Tidak teraba atau klien tidak memberikan respon nyeri.
3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat tingi-tinggi,
maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
Normal: Jika dilakukan pemeriksaan ini, klien tidak akan merasa nyeri.
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan dubur
dan vagina terasa nyeri.
Normal: Jika dilakukan pemeriksaan ini, klien tidak akan merasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya
radang usus buntu.
Normal: Suhu ketiak lebih tinggi dibandng dengan suhu dubur ata vagina.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Di lihat dari kenaikan leukosit 10.000-18.000/mm3, bila lebih maka sudah terjadi
perforasi.
Normal: Tidak terjadinya peningkatan leukosit melebihi batas normal.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan USG
Normal: Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc. Burney.
2) Foto polos
Normal: Tidak tampak ada kelainan pada organ.
DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN
APENDISITIS
Berdasarkan diagnosa Apendiktomi yang menggunakan pendekatan (NANDA,
2015):
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendiks/post apendiks.
b. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret.
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma insisi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Distensi abdomen.
f. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terputusnya ujung saraf.
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya rasa nyeri post op.
h. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan pasien terhadap tindakan/penyakit.
i. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan masuk kuman melalui luka insisi.
j. Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
k. Risiko ketidakefektifan gastrointestinal berhubungan dengan adanya perforasi
Tabel 2.1
Diagnosa Nyeri Akut
Tabel 2.5
Gangguan Rasa Nyaman
Tabel 2.6
Diagnosa Kerusakan Integritas Jaringan
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya rasa nyeri post op.
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi
Tabel 2.7
Diagnosa Defisit Perawatan Diri
b. Affektif :
1. Gelisah
2. Kesedihan yang
mendalam
3. Ketakutan
4. Perasaan tidak adekuat
5. Berfokus pada diri
sendiri
6. Peningkatan
kewaspadaan
7. Iritabilitas
8. Khawatir
c. Fisiologi :
1. Wajah tegang, tangan
tremor
2. Peningkatan keringat
3. Peningkatan
ketegangan
4. Gemetar, tremor
5. Suara bergetar
d. Simpatik
1. Anoreksia
2. Diare, mulut kering
3. Wajah merah
4. Jantung berdebar-debar
5. Peningkatan TD
Tabel 2.8
Diagnosa Ansietas
i. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan masuk kuman melalui luka insisi.
Tabel 2.9
Diagnosa Risiko Infeksi
Tabel 2.10
Diagnosa Risiko Kekurangan Cairan
Tabel 2.11
Risiko Ketidakefektifan Gastrointestnal
3.5 EVALUASI
Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul
masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil
yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diperbaiki
O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran,
yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan
kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum
teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai
(tujuan tercapai).
Intervensi Evaluasi
Resiko Infeksi Jam:
S: Pasien mengatakan tidak ada tanda infeksi
O: Menunjukan tidak ada tanda infeksi: Luka
sembuh tanpa tanda infeksi, Cairan yang keluar dari
luka tidak purulen
A: Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
Resiko Jam:
Kekurangan S: Pasien mengatakan tidak merasa haus lagi
Cairan O: Cairan tubuh seimbang: Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
batas normal, Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan
Nutrisi kurang Jam:
dari kebutuhan S: Pasien mengatakan tidak merasa lapar
tubuh O: Nutrisi terpenuhi: Mempertahankan berat
badan, Toleransi terhadap diet yang dianjurkan,
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi
dan Turgor kulit baik
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan
Nyri akut Jam:
S: Pasien mengatakan tidak nyeri lagi
O: Melaporkan berkurangnya nyeri: Melaporkan
nyeri hilang atau terkontrol dan Klien tampak
rileks, mampu tidur/istirahat
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Sumber:
Buku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC, 2015
Tarwoto & Wartonah. 2011, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan: Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC: Jogja: Mediaction Publishing.