Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disususn oleh :
1. Aferi Adi S (1611010)
2. Agus Saparudin (1611011)
3. Ajeng Alfi S. (1611012)
4. Desi Setya N (1611014)
5. Eka Yulis S. (1611015)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi............................................................................................ 4
BAB V................................................................................................................. 23
ii
Daftar Pustaka ......................................................Error! Bookmark not defined.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213 ).
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah
penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan
sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
4
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan
dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).
B. ETIOLOGI
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
2. Keturunan.
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget ( akibat pajanan
radiasi).
C. . PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung
bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari
massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen
jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang
seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap
gambarannya di dalam tulang.
5
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena.
2. Fraktur patologik.
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas.
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena.
5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise.
E. KLASIFIKASI
Terdapat 2 macam kanker tulang
1. Kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder
Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan
berasal dari tulang. Contohnya kanker paru yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel
kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. Kanker tulang primer
Merupakan kanker yang berasla dari tulang. Yang termasuk kedalam kanker tulang
primer adalah mieloma multipel, osteosarkoma, fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa
maligna, kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang maligna.
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan seringkali merupakan kombinasi dari:
a) Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, daktinomisin, doksorubisin,
ifosfamid, eposid). Kemoterapi; harapannya adalah kombinasi kemoterapi
mempunyai efek yang lebih tinngi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil
menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat.
6
b) Terapi penyinaran tumor.
radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi (preoperative, pasca
operative dan ajuran untuk mencegah mikrometastasis). Sasaran utama dapat
dilakukan dengan sksisi luas dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan
kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan
mempertahankan ekstermitas yang sakit.
c) Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini dapat
dilakukan dengan bedah( berkisar dari eksisi local sampai amputasi dan disartikulasi).
Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas yang sakit,
dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol local lesi primer. Prognosis
tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
1. Penanganan kanker tulang metastasis adalah peliatif dan sasaran teraupetiknya adalah
mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan pasien sebanyak mungkin. Terapi tambahan
disesuaikan dengan metode yang diganakan untuk menangani kanker asal fiksasi
interna fraktur patologik dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul.
2. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan
salin normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin, atau kartikosteroid. ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis didasrkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti
CT, bopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan
sebagai prosedur rutin serta untuk follow- up adanya statis pada paru-paru. Hiperkalsemia
terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia
meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang, koma.
Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedang dilakukan untuk
identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan
kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor. ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013)
H. KOMPLIKASI
1. Akibat langsung : Patah tulang.
7
2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh.
3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan
pada kemoterapi.
8
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Ruangan :
1. Identitas klien
a. Nama :
b. No. MR :
c. Umur :
d. Pekerjaan :
e. Agama :
f. Jenis kelamin :
g. Alamat :
h. Tanggal masuk RS :
i. Alasan masuk RS :
j. Cara masuk RS :
k. Penanggung jawab :
Riwayat alergi
a. Obat :
b. Makanan :
c. Alat bantu yang terpakai :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau tangan yang
mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya di daerah tulang panjang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk tumor metastatik dapat berupa menderita tumor primer diorgan lain sebelumnya
misalnya payudara, prostate, paru dan ginjal.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami adanya masa / pembengkakan pada tulang, demam, nyeri
progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine, anemia, tumor tungkai
menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan tumor dilengan meninbulkan nyeri
9
ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor mungkin
teraba hangat dan agak memerah, patah tulang(fraktur patologis), leukositosis, malaise,
anoreksia, vomiting, menderita penyakit infeksi tertentu( seperti flu, streptococcus aureus,
dll)
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya adanya keluarga ( keturunan sebelumnya) yang menderita kanker tulang tumor
lainnya.
3. Tanda- tanda vital
Tekanan darah : biasanya lebih dari 130/90 mmHg
Nadi : biasanya lebih dari 80x/i
Pernafasan : biasanya lebih 24x/i
Suhu : biasanya normal 35,5- 37
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
1) Timgkat kesadaran : compos metis.
2) Berat badan : 45 kg
3) Tinggi badan : 159 cm
b. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok, tidak ada
lesi,warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema.
c. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada lesi.
d. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil mengecil,
konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.
e. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada polip, dan
tidak ada lesi.
f. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
g. Mulut
Biasanya berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat
pembesaran tongsil, lidah putih.
10
h. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi menelan,
tidak ada pembesaran JVP
i. Dada dan Thorax :
Inspeksi : Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris,
Palpasi : Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus).
Perkusi : Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi : Bunyi pernapasnya vesikuler.
j. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari.
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak.
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan.
k. Abdomen :
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut sirkulasi
kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada
abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani
l. Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna kehijauan karena
bercampur dengan empedu dan bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diserat oleh usus.
m. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak pada
ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis,
biasanya terabanya benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.
n. Sistem Persyarapan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
11
5. Pola kebiasaan sehari-hari
No Pola Sehat Sakit
A. Eliminasi :
-BAK Biasanya 7-8x/hari Biasanya 7-8x/hari lebih
-BAB Biasanya 1-2x/hari Biasanya 1-2x/hari lebih
B. Nutrisi :
-Pola Makan Biasanya 3x/sehari Biasanya 1-2x/hari dengan
porsi makan sedikit atau
Biasanya setengah
-Pola Minum Biasanya 8 gelas/hari 8 gelas/hari
C. Tidur/Istirahat :
-Waktu Tidur Biasanya 7-9 jam Biasanya kurang dari 7
jam
6. Pemeriksaan diagnostik
1. Rontgen tulang yang terkena.
2. Pemeriksaan radiogram untuk melihat aktifitas osteoblas dan osteoklas pada kanker
tulang terjadi peningkatan osteoklas atau osteoblas.
3. Ct scan tulang yang terkena.
4. Ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
5. Biopsi terbuka dilakukan untuk identifikasi histologik, biopsi harus dilakukan dengan
hati-hati untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah
eksisi tumor.
6. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
12
7. Labor pemeriksaan darah (termasuk kimia serum).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri.
2. Resiko terhadap cedera.
3. Intoleransi aktifitas.
4. Ketidakefektifan koping.
5. Gangguan harga diri
C. INTERVESI KEPERAWATAN
13
Perubahan tekanan darah manajemen 4. Dorong penggunaan
Perubahan frekuensi nyeri. keterampilan
jantung 3. Mampu manejemen
14
Sikp tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara
verbal
Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan
Agen cedera (mis,
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
2. Resiko terhadap cedera Risk kontrol Environment
Defenisi : berisiko Kriteria hasil management(manajemen
mengalami cedera 1. klien terbebas lingkungan)
sebagai akibat kondisi dari cedera. 1. sediakan lingkungan
lingkungan yang 2. klien mampu yang aman untuk
berinteraksi dengan menjelaskan pasien.
sumber adaftif dan cara/ metode 2. identifikasi kebutuhan
sumber defensif individu untuk mencegah keamanan pasien,
Faktor resiko : injury/cedera. sesuai dengan kondisi
Eksternal 3. klien mampu fisik dan fungsi kognitif
- Biologis (mis, tingkat menjelaskan pasien dan riwayat
imunisasi komunitas, faktor risiko dari penyakit terdahulu
mikroorganisme lingkungan/peril pasien.
- Zat kimia (mis, racun, aku personal. 3. menghindarkan
15
pemindahan/transpor perubahan status lampu ditempat yang
- Nutrisi ( mis, desain, kesehatan. mudah dijangkau
struktur, dan pengaturan pasien.
komunitas, bangunan,dan 7. membatasi pengunjung.
peralatan 8. menganjurkan keluarga
Internal untuk menemani
- Profil darah yang pasien.
16
fisiologis untuk Kriteri hasil: pengobatan yang
melanjutkan atau 1. berpartisipasi mempengaruhi
menyelesaikan aktifitas dalam aktifitas kehidupan pribadi
kehidupan sehari-hari fisik tanpa pasien/rumah dan
yang harus atau yang disertai aktifitas kerja.
ingin dilakukan. peningkatan 2. Tinjau ulang efek
Batasan karakteristik: tekanan darah, samping yang
respon tekanan darah nadi, dan RR. diantisipasi berkenaan
abnormal terhadap 2. mampu dengan pengobatan
aktifitas melakukan tertentu, termasuk
respon frekwensi jantung aktifitas sehari- kemungkinan efek
abnormal terhadap hari (ADLS) aktifitas seksual dan rasa
aktivitas secara mandiri. ketertarikan / keinginan
17
imobilitas orang terdeka.
gaya hidup monoton 6. Berikan dukungan emosi
untuk pasien / orang
terdekat selama tes
diagnostik dan fase
pengobatan.
7. Gunakan sentuhan
selama interksi, bila
diterima pada pasien dan
dapat mempertahankan
kontak mata.
18
Perilaku destruktif 6. Coping enhancement.
terhadap orang lain 7. Anjurkan pasien untuk
Perilaku destruktif mengidentifikasi
terhadap diri sendiri gambaran perubahan
memerhatikan menyakitkan.
19
penyalahgunaan zat.
Faktor yang
berhubungan
Gangguan dalam pola
penilaian ancaman,
melepaskan tekanan
Ganguan dalam pola
melepaskan tekanan /
ketegangan
Derajat ancaman
tinggi
Keetidakmampuan
untuk mengubah
energi adaptif
Sumber yang tersedia
tidak adekuat
Tidak percaya diri
yang tidak adekuat
dalam kemampuan
mengatasi masalah
Tidak persepsi kontrol
yang tidak adekuat
5 Gangguan harga diri Body image, disiturbed Self Esteem Enhancemen
Definisi: Coping, ineffective 1. Tunjukan rasa percaya
perkembangan Personal identy, disturbed diri terhadap
persepsi negative Healty behavior, risk kemampuan pasien
tentang harga diri Self esteem situasional, low untuk mengatasi situasi.
sebagai respon Kriteria hasil 2. Dorong pasien
terhadap situasi saat 1. Adaptif terhadap mengidentifikasi
ini ketunandayan fisik: kekuatan dirinya.
Batasan respon adaptif klien 3. Ajarkan keterampilan
karakteristik: terhadap tantangan perilku yang positif
Evaluasi diri bahwa fungsional penting mlalui bermain pern,
20
individu tidak mampu akibat ketunandayan moden peran, diskusi.
menghadapi peristiwa fisik. 4. Dukung peningkatan
Evaluasi diri bahwa 2. Resolusi berduka: tangguang jawab diri,
individu tidak mampu penyesuaian dengan jika diperlukan.
menghadapi situasi kehilangan aktual 5. Buat statement positif
Perilaku bimbang atau kehilangan terhadap pasien.
21
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
22