Vous êtes sur la page 1sur 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PIODERMA

Disusun oleh :
1. Elva Budhy C (1611017)
2. Ika Tyas Adi S (1611021)
3. Wiwit Setyani (1611032)
4. Zulfa Alkarimah (1611033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
2017/2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal
Bedah III ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan keluarga
yang membantu memberikan semangat dan dorongan.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan
masih kurang sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik
mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Blitar, 21 april 2018

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4
B. Tujuan .............................................................................................................................. 4
C. Rumusan masalah............................................................................................................. 5
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT ...................................................................................... 6
A. Definisi ............................................................................................................................ 6
B. Klasifikasi ........................................................................................................................ 6
C. Etiologi ............................................................................................................................. 7
D. Patofisiologi ..................................................................................................................... 8
E. Manifestasi Klinis..........................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang ...............................................................................
G. Penatalaksanaan ............................................................................................................... 9
H. Komplikasi ..................................................................................................................... 10
BAB III KONSEP ASKEP ........................................................................................................ 10
A. Pengkajian ...................................................................................................................... 10
B. Diagnosa......................................................................................................................... 12
C. Intervensi ........................................................................................................................ 12
BAB IV APLIKASI KASUS SEMU ......................................................................................... 15
BAB V PENUTUP .................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pioderma adalah terminologi umum untuk berbagai penyakit infeksi kulit
yang disebabkan oleh kuman (bakteri). Paling sering oleh infeksi bakteri gram
positif Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolyticus atau keduanya
yang biasanya terdapat pada tempat-tempat yang kurang bersih. Kecuali
bakteri gram positif, walaupun jarang dapat juga disebabkan oleh bakteri gram
negatif, seperti Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis,
Escherichia coli dan Klebsiella.
Pioderma terbagi dalam dua kategori, yakni :
a. Pioderma primer adalah infeksi pada kulit normal yang disebabkan oleh
satu jenis mikroorganisme.
b. Pioderma sekunder adalah infeksi pada kulit yang sebelumnya sudah ada
infeksi lain. Misalnya orang dengan scabies (infeksi yang disebabkan oleh
parasit) cenderung akan menggaruk karena rasa gatal pada kulit yang
disebabkan parasit ini. Garukan dapat menyebabkan luka lecet. Luka ini
dapat mengalami infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi Pioderma.
Dalam sehari-hari pioderma dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan
jenis. Cirinya berupa bercak kemerahan di kulit yang terinfeksi disertai
rasa nyeri, panas dan kadang gatal. Penyakit ini dapat menular dari kulit
yang terinfeksi ke kulit yang sehat, baik pada tubuh penderitanya sendiri
maupun pada orang lain yang kontak langsung dengan penderita.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Setelah mempelajari Asuhan Keperawatan Pioderma ini, mahasiswa
mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Pioderma
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi pioderma
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari pioderma
c. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis pioderma

4
d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pioderma
e. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pioderma
f. Mahasiswa mampu menjelaskan cara penanganan pioderma
g. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pioderma
C. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari pioderma ?
2. Bagaimana pengkajian dari pioderma ?
3. Bagaimana diagnosa dari pioderma ?
4. Bagaimanakah merencanakan tindakan keperawatan dari pioderma ?
5. Bagaimanakah melakukan tindakan keperawatan dari pioderma ?
6. Bagaimanakah melakukan tindakan keperawatan dari pioderma?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma
berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di
literatur pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus
aureus atau streptococcus beta hemoliticus. Infeksi pada kulit ini dapat bersifat
superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai
dermis).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo
bulosa, ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi profunda
adalah selulitis, erisipelas, flegmon, abses multiple kelenjar keringat,
hidradenitis.
Pioderma dapat berupa infeksi primer dan infeksi sekunder. Penyakit kulit
yang disertai pioderma sekunder disebut impetiginisata. Tandanya adalah pus,
pustul, bula purulen.
B. Klasifikasi
 Ada dua klasifikasi pioderma, antara lain :
1. Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu,
penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme.
2. Pioderma Sekunder.
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak
khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit
disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata, contohnya:
dermatitis impetigenisata, scabies impetigenisata. Tanda
impetigenisata ialah jika terdapat pus, kustul, bula purulen, krusta
berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening
regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.
 Bentuk bentuk Pioderma , antara lain :
1. Impetigo

6
Impetigo ialah pioderma superfisialis ( terbatas pada epidermis ).
Terdapat 2 bentuk ialah impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
2. Folikulitis
Merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan
Staphylococcus aureus.
3. Furunkel/Karbunkel
Merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari pada
sebuah disebut Furunkulosis, Karbunkel merupakan kumpulan
Furunkel. Biasanya disebabkan oleh Stapyhlococcus aureus, keluhan
biasanya nyeri.
4. Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan
infeksi oleh Streptococcus.
5. Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya
didahului dengan trauma atau infeksi.
6. Erisipelas
Penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, gejala
utamanya ialah eritema berwarna merah cerah, biasanya disebabkan
oleh Streptococcus B hemolyticus.
7. Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan
laboratoriksama dengan erisipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate
yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
8. Flegmon
Merupakan selulitisyang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan
selulitis hanya ditambah insisi.
9. Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus di
atasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman
negative-Gram, oleh karena itu perlu dilakukan kultur.

7
C. Etiologi
 Penyebab utamanya antara lain :
1. Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B hemolitikus
2. Faktor Predisposisi Higiene yang kurang.
3. Menurunnya daya tahan tubuh. Misalnya: kekurangan gizi, anemia,
penyakit kronik, neoplasma ganas, Diabetes Mellitus.
4. Telah ada penyakit lain di kulit. Karena terjadi kerusakan di
epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu
sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
D. Patofisiologi
Ketidakseimbangan host, agent, dan lingkungan

Furunkel oleh Staphylococus dab strepthococcus

PYODERMA GANGRENOSUM

Bakteri masuk S.Aureus tinggal di dalam volikel Kelainan pada kulit

Folikelitis dan perifolikelutis Nekrosis jaringan Abses pecah

Nyeri Koagulasi fibrin sekitar lesi dan Lesi pada mulut


Getah benig

Penumpukan sel radang Kesulitan untuk mengunyah

Kerusakan integritas kulit Gangguan kebutuhan


nutrisi kurang dari
kebutuhan

8
E. Manifestasi Klinis
1. Benjolan merah di kulit yang membesar dan menjadi bernanah
setelah beberapa hari, dan akan pecah dengan sendirinya
2. Nyeri, berdenyut-denyut
3. Demam / Panas
4. Adanya Nodul
5. Mual, Muntah
6. Krusta
7. Gatal-gatal
8. Radang
9. Papul dan Prustul

F. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis.
Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes
resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan
kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong,
invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.
G. Penatalaksanaan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene
perorangan dan lingkungan harus diperhatikan
2. Pengobatan Sistemik :
a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
- Penisilin G prokain
- Ampisilin
- Amoksisilin
- Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin.
- Linkomisin dan Klindamisin
- Eritromisin
- Sefalosporin

9
3. Obat Antibiotika Topikal yang sering digunakan pada Pioderma,
antara lain:
a. Basitrasin.
b. Neomisin dan mupirosin.
H. Komplikasi
1. Bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain.
2. Septikemia (bakteri dalam peredaran darah).
3. Erisipelas adalah peradangan epidermis dan dermis yang ditandai
dengan infiltrat eritema, edema, berbatas tegas, dan disertai dengan
rasa panas dan nyeri.
4. Selulitis adalah peradangan supuratif yang menyerang subkutis,
ditandai dengan peradangan lokal, infiltrate eritema berbatas tidak
tegas, disertai dengan rasa nyeri tekan dan gejala prodromal
tersebut di atas.

10
BAB III
KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas klien yang meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, dann
status.
b. Riwayat kesehatan: Pada umumnya pasien mengeluh nyeri, badan
terasa panas, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit.
c. Riwayat penyakit saat ini : Pada pasien dengan penyakit Addison
gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : mengeluh nyeri,
badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka
pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya,
dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
d. Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji apakah klien pernah menderita
infeksi pada kulit, dermatitis, tumor kulit.
e. Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada
yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit kulit yang lain.
2. Pemeriksaan fisik:
a. B1 (Breath)
- Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat
kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi. dipsnea (-), retraksi
dada (-), takipnea (-).
- Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.
- Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk
mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau
infeksi lainnya.
b. B2 (Blood)
- Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena, nadi meningkat.

11
- Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10
cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan
8.
- Auskultasi : s1s2 tunggal
c. B3 (Brain)
- px cukup, yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien.
Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak
sakit. Kesadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium,
stupor dan koma.
- Palpasi : adakah parese, anesthesia.
- Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis.
 Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta kondisi
kulit kepala. Wajah tampak pucat.
 Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus.
Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis.
Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek
pupil (-).
 Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
 Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.
d. B4 (Bladder)
- Inspeksi :testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apakah labiomayor
menutupi labiominor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK
frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau
mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
- Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
e. B5 (Bowel)
- Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih
dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi dan kesemitrisan abdomen. Ada
konstipasi atau diare.

12
- .Auskultasi : Bising usus
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien
tidak membesar suara tymphani.
- Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.
f. B6 (Bone)
- Inspeksi : pada kulit pasien yang terkena infeksi tampak merah,
terdapat pus jika sudah parah,adanya odem di kulit yang terkena
infeksi.
- Palpasi : teraba adanya pus di kulit yang terkena infeksi dan
peningkatan suhu kulit di atas massa. Adanya rasa gatal.
- Perkusi : nyeri dan atau mati rasa pada kulit yang terkena.
g. Pola Nutrisi
Kebiasaan pola makan yang kurang bersih (misalnya : makanan
yang kurang higinies). Anoreksia, mual/muntah. Perubahan pada
kelembapan/turgor kulit, edema.
h. Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi, BAB dan BAK dilakukan sendiri.
i. Pola istirahat
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari,
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri,
ansietas, dan gagal-gatal.
j. Pola aktivitas
Px nampak gelisah, cemas, malu dengan kondisi penyakitnya
sehingga mengakibatkan gangguan pada pola aktivitasnya, tingkat
stress tinggi.
B. DIAGNOSA
1. Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma

13
C. INTERVENSI

Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas- aktivitas :
ditingkatkan pada skala 1 1. Lakukan pengkajian nyeri
Indikator : komprehensif yangmeliputi
1. Mengenali kapan nyeri lokasi, karakteristik,
terjadi onset/durasi, frekuensi,
2. Menggambarkan faktor kualitas, intensitas atau
penyebab beratnya nyeri dan faktor
3. Menggunakan tindakan pencetus
pencegahan 2. Pastikan perawatan
4. Menggunakan tindakan analgesik bagi pasien
pengurangan (nyeri) tanpa dilakukan dengan
analgesik pemantauan yang ketat
5. Menggunakan 3. Gali pengetahuan dan
sumberdayayang tersedia kepercayaan pasien
6. Mengenali apa yang terkait mengenai nyeri
dengan nyeri 4. Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
5. Tentuksn akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian, perasaan,
hubungan, performa kerja
dan tanggung jawab peran)
6. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat
menurunkan atau

14
memperberat nyeri
7. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
8. Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika memilih
strategi penurunan nyeri
9. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat
10. Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologi (seperti,
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif, terapi
music, terapi bermain, terapi
aktivitas, acupressure,
aplikasi panas/dingin dan
pijatan, sebelum, sesudah
dan jika memungkinkan,
ketika melakukan aktivitas
yang menimbulkan nyeri:
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat: dan bersamaan
dengan tindakan penurun
rasa nyeri lainnya)
11. Monitor kepuasan pasien

15
terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang spesifik
2. Kerusakan Integritas jaringan: Kulit dan Pemberian Obat : Kulit
integritas kulit membrane mukosa Aktivitas-aktivitas :
Indikatornya: 1. Ikuti prinsip 5 benar pemberian
1. suhu kulit obat
2. Sensasi 2. Catat riwayat medis pasien dan
3. Tekstur riwayat alergi
4. Integritas kulit 3. Tentukan pengetahuan pasien
5. Pigmentasi abnormal mengenai medikasi dan
6. Lesi pada kulit pemahaman pasien mengenai
7. Kanker kulit mode pemberian obat.
8. Pengelupasan kulit 4. Tentukan kondisi kulit pasien
9. penebalan kulit diatas area dimana obat akan
diberikan.
5. Buang sisa obat sebelumnya
dan bersihkan kulit.
6. Ukur banyaknya obat topical
dengan benar untuk medikasi
sistemik dengan menggunakan
alat pengukur yang
terstandarisasi.
7. Berikan agen topical sesuai
yang diresepkan.
8. Berikan tambalan transdermal
dan obat topical pada area kulit
yang tidak berambut sesuai
kebutuhan.
9. Sebarkan obat diatas kulkt,
sesuai kebutuhan.
10. Rotasikan operasi pemberian
untuk obat topical sistemik.

16
11. Monitor adanya efek samping
local dan sistemik dari
pengobatan.
12. Ajarkan dan monitor teknik
pemberian mandiri, sesuai
kebutuhan.
13. Dokumentasikan pemberian
obat dan respon pasien, sesuai
dengan protocol institusi.

17
BAB IV
APLIKASI KASUS SEMU

A. PENGKAJIAN
a. Biodata pasien
Nama : Ny. S
Umur : 54 th
Alamat : Daleman
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan :SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnosa medis :Selulitis
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di tungkai kanan
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri ditungkai kanan, bengkak dan
memerah, sudah 4 hari susah untuk jalan perut terasa penuh, sebah,
mbesesek, sesak nafas (-). Pasien datang di ke RS pada tgl 3 Juni 2013
pukul 15.38 WIB Di IGD pasien mendapat terapi infus RL 20 tpm,
injeksi cefotaxim 2x1 gr, injeksi ranitidine 2x50 ml, injeksi ketorolax
3x30 mg, mestus cr tube, hutriltam 3x1, lalu dibawa ke bangsal
mawar.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan dulu pernah menderita selulitis tetapi tidak separah
sekarang. Jika sakit pasien berobat ke dokter dan puskesman di tempat
tinggalnya.

18
4) Riwayat kesehatan keluarga Keluarga mengatakan di keluarga tidak
ada penyakit keturunan tetapi suami Ny.S mengalami penyakit DM di
dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan/Penampilan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6 ).
2) Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah : 145/80 mmHg.
- Nadi : 96x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Suhu : 36,2 0c

C. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri akut

No DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : Pasien mengeluh nyeri Ketidakseimbangan Nyeri akut
pada tungkai kanan. host,agent,dan lingkungan
DO :
Furunkel oleh staphylococcus
dan strepthococcus

Bakteri masuk

Folikelitis dan perifelikulitis

Nyeri akut

19
D. INTERVENSI

No MASALAH NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas- aktivitas :
ditingkatkan pada skala 1 1. Lakukan pengkajian nyeri
Indikator : komprehensif
1. Mengenali kapan nyeri yangmeliputi lokasi,
terjadi karakteristik,
2. Menggambarkan faktor onset/durasi, frekuensi,
penyebab kualitas, intensitas atau
3. Menggunakan tindakan beratnya nyeri dan faktor
pencegahan pencetus
4. Menggunakan tindakan 2. Pastikan perawatan
pengurangan (nyeri) analgesik bagi pasien
tanpa analgesik dilakukan dengan
5. Menggunakan pemantauan yang ketat
sumberdayayang tersedia 3. Gali pengetahuan dan
6. Mengenali apa yang kepercayaan pasien
terkait dengan nyeri mengenai nyeri
4. Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
5. Tentuksn akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien (misalnya, tidur,
nafsu makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja dan
tanggung jawab peran)

20
6. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
7. Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi
dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
8. Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika
memilih strategi
penurunan nyeri
9. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
10. Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(seperti, biofeedback,
TENS, hypnosis,
relaksasi, bimbingan
antisipatif, terapi music,
terapi bermain, terapi
aktivitas, acupressure,
aplikasi panas/dingin dan
pijatan, sebelum, sesudah
dan jika memungkinkan,
ketika melakukan
aktivitas yang

21
menimbulkan nyeri:
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat: dan
bersamaan dengan
tindakan penurun rasa
nyeri lainnya)
11. Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen
nyeri dalam interval yang
spesifik

22
BAB V
KESIMPULAN

Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik


namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi kulit
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi infeksi bakteri, infesi virus, dan infeksi
jamur. Infeksi bakteri terdiri dariimpetigo, folikulitis, furunkel, dan karbunakel.
Infeksi virus contoh yang paling banyak adalah herpes zoster. Infeksi jamur terdiri
dari yinea kapitis, tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis, dan tinea ungiumngum.
Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada penyebabnya itu sendiri. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan integument adalah Lokasi dan/atau
dari kelainan yang ada, karekteristik dari setiap lesi, pemeriksaan lokasi-lokasi
“sekunder” dan teknik-teknik pemeriksaan “khusus”. Adapaun masalah
keperawatan yang dapat muncul dari infesi kulit adalah Nyeri, hipertermi,
ansietas, kerusakan integritas kulit, gangguan citra tubuh.

23
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Corwin, E. 2000. Handbook of Patophysiology (Buku Terjemahan). Jakarta :EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta :EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014
(terjemahan). Jakarta : EGC
Mansjoer, A. 2001. Kapita Seekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius

24

Vous aimerez peut-être aussi