Vous êtes sur la page 1sur 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah menciptakan kualitas manusia Indonesia yang

ditandai oleh penduduk yang berperilaku hidup sehat dalam menuju

pelayanan kesehatan yang bermutu terutama dalam memperbaiki status gizi.

Namun manusia belum bisa menciptakan kualitas yang baik dalam

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia sendiri khususnya dalam

hal gizi (Depkes RI, 1999).

Food And Health Organization(FAO) memperkirakan sekitar 870 juta

orang dari 7,1 miliar penduduk dunia atau 1 dari 8 orang penduduk dunia

menderita gizi buruk. Sebagian besar (sebanyak 852 juta) diantaranya tinggal

di Negara berkembang. Anak-anak merupakan penderita gizi buruk terbesar

di seluruh dunia. Dilihat dari segi wilayah, lebih dari 70 % kasus gizi buruk

pada anak didominasi Asia, sedangkan 26% di Afrika dan 4% di Amerika

Latin serta Karibia. Malnutrisi pada anak balita yang terjadi di negara-negara

berkembang seperti di Indonesia, merupakan masalah utama dalam

peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Aryo Wisanggeni, 2015).

Di Indonesia, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang di

hadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi. Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) dengan indikator BB/U terdapat 17,9% balita

kekurangan gizi yang terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%
berstatus gizi buruk. sebesar 5,8% balita dengan status gizi lebih.

dibandingkan tahun 2007, terjadi penurunan kekurangan gizi balita pada

tahun 2010 dari 18,4% menjadi 17,9% (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan prevalensi menurut provinsi, prevalensi balita

kekurangan gizi terendah dicapai Sulawesi Utara 10,6%, Bali 10,9% dan DKI

Jakarta 11,3%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita kekurangan gizi

tertinggi berada di NTB sebanyak 30,5%, NTT 29,4% dan Kalimantan Barat

29,3% (Kemenkes RI, 2013). Status gizi balita berdasarkan Pemantauan

Status Gizi (PSG) dikabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat ialah Mataram

11,59%, Lombok Barat 12,98%, KLU 19,61%, Lombok Tengah 12,90%,

Lombok Timur 14,36%, KSB 9,08%, Sumbawa 12,34%, Dompu 16,12%,

Bima 17,03% dan Kota Bima 15,36% (Dikes Prov. NTB,2013).

Hasil penelusuran kasus gizi buruk di Kota Mataram pada tahun 2011

ditemukan 54 kasus gizi buruk di Kota Mataram. Distribusi kasus gizi buruk

menurut Puskesmas terdapat Puskesmas Ampenan sebanyak 4 balita,

Puskesmas Tanjung Karang sebanyak 6 balita, Puskesmas Karang Pule

sebanyak 8 balita, Puskesmas Mataram sebanyak 1 balita, Puskesmas

Selaparang sebanyak 9 balita, Puskesmas Pagesangan sebanyak 7 balita ,

Puskesmas Cakranegara sebanyak 8 balita, Puskesmas Karang Taliwang

sebanyak 8 balita dan Puskesmas Dasan Cermen sebanyak 3 balita. dari 54

kasus gizi buruk yang dutemukan dan ditangani di Kota Mataram sebesar

57,4% kasus terjadi pada anak balita laki-laki dan 42%,6% kasus terjadi pada

anak balita perempuan (Dikes Kota Mataram, 2012).

2
Usia balita sebagai tahap perkembangan anak yang cukup rentan

terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan

oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu. (Depkes RI,

2009). Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian

penyakit atau kelainan salah satunya adalah diare Penelitian-penelitian

terdahulu membuktikan bahwa selain kurangnya tingkat pemberian ASI

eksklusif, status gizi juga merupakan faktor resiko penyebab diare anak.

Rendahnya status gizi pada bayi dan balita merupakan faktor risiko yang

rentan menyebabkan diare (Adisasmito, 2007).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, dari

tahun ke tahun, diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan

mortalitas dan malnutrisi pada anak. Secara global setiap tahunnya ada sekitar

2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5 juta pertahun. Pada negara

berkembang, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare dan

1,87 juta balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada

umur kurang dari 2 tahun. (Kemenkes RI, 2010).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-

nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan

insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun

2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000

penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa

3
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada

tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,

kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan

dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),

sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (Kemenkes, 2011).

Hasil penemuan kasus diare di Kota Mataram pada tahun 2013

ditemukan 21.429 di Kota Mataram. Distribusi kasus diare menurut

puskesmas terdapat Puskesmas Ampenan sebanyak 1143 balita, Puskesmas

Tanjung Karang sebanyak 5097 balita, Puskesmas Karang Pule sebanyak

2274 balita, Puskesmas Mataram sebanyak 1171 balita, Puskesmas

Selaparang sebanyak 1419 balita, Puskesmas Pagesangan sebanyak 1098

balita , Puskesmas Cakranegara sebanyak 2909 balita, Puskesmas Karang

Taliwang sebanyak 3374 balita dan Puskesmas Dasan Cermen sebanyak 2188

balita (Dikes Kota Mataram, 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian hubungan antara kejadian diare

dengan status gizi anak usia 2-4 tahun di Puskesmas Tanjung Karang

Kecamatan Sekarbela Kota Mataram karena angka kejadian diare di wilayah

tersebut sangat tinggi.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dibuat perumusan masalah yaitu :

“adakah hubungan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 2-4 tahun

di Puskesmas Tanjung Karang Kecamatan Sekarbela Kota Mataram?”

4
1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian diare

pada anak di Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1. Mengetahui tingkat status gizi anak di Puskesmas Tanjung

Karang Kota Mataram pada tahun .

1.3.2.2. Mengetahui kejadian diare pada anak usia 2-4 tahun

berdasarkan status gizi anak di Puskesmas Tanjung Karang

Kota Mataram pada tahun .

1.3.2.3. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian diare pada

anak usia 2-4 tahun di Puskesmas Tanjung Karang Kota

Mataram pada tahun .

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat bagi pelayanan kesehatan

1.4.2.1. Petugas pelayanan kesehatan dapat mengetahui hubungan

status gizi dengan kejadaian diare serta bagaimana cara

pemecahan masalahnya pada anak di Puskesmas Tanjung

Karang Kota Mataram.

1.4.2. Manfaat bagi instansi pendidikan

1.4.3.1. Sebagai referensi bagi mahasiswa peneliti dengan pihak lain

yang berkepentingan.

5
1.4.3.2. Sebagai sumbangan pengembangan dan pembelajaran ilmu

pengetahuan yang telah ada.

1.4.3. Manfaat bagi masyarakat

1.4.4.1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para orang

tua yang mempunyai anak tentang status gizi dan pengaruhnya

terhadap kesehatan anak supaya tetap baik.

Vous aimerez peut-être aussi