Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan (fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah
laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang lain
(Yoseph, 2007). Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan
seseorang stress berat, membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalkan: memaki-maki orang disekitarnya, membanting-banting barang, menciderai
diri dan orang lain, bahkan membakar rumah.
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut
WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok
orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan
memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan
hak.
Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku yang
bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain juga diartikan
sebagai perang atau menyerang.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
B. Penyebab
A. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh
Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
1
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten
dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra
diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang
2
tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan
yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang
lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang
tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan
struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko
untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu.
B. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap
3
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain
Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif.
4
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
E. Akibat dari perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
F. Proses marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan
kemarahan. Berikut ini digambarkan proses kemarahan :(Beck, Rawlins, Williams,
1986, dalam Keliat, 1996)
Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan
melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari
ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah
destruktif.
Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan,
dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri
sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan
ngamuk.
G. Pathway/ Patoflowdiagram
5
H. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik
gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan
Perilaku Kekerasan
I. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain : (Maramis, 1998)
6
a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek
lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
J. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
7
K. Perencanaan pulang
Perawatan dirumah sakit akan lebih bermakna jika dilanjutkan dirumah.
Untuk itu semua rumah sakit perlu membuat perencanaan pulang. Perencanaan pulang
dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat dan diintegrasikan didalam proses
keperawatan. Jadi bukan persiapan yang dilakukan pada hari atau sehari sebelum klien
pulang.
Tujuan perencanaan pulang:
a. Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.
b. Klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungannya.
c. Klien tidak terisolasi sosial
d. Menyelenggarakan proses pulang yang bertahap (Kelliat, 1992).
L. Diagnose
1. Perilaku kekerasan
8
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
N Perencanaan
Dx
Tg o Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawat
l D
an
x
Risiko TUM: Klien
Perilaku dapat
Kekerasan mengontrol
perilaku
kekerasan
1. Setelah … X 1. Bina hubungan
TUK: pertemuan klien saling percaya
1. Klien dapat menunjukkan tanda- dengan:
membina tanda percaya Beri salam
hubungan kepada perawat: setiap
saling o Wajah cerah, berinteraksi.
percaya tersenyum Perkenalkan
o Mau berkenalan nama, nama
o Ada kontak panggilan
mata perawat dan
o Bersedia tujuan perawat
menceritakan berinteraksi
perasaan Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan klien
Tunjukkan
sikap empati,
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
Buat kontrak
interaksi yang
jelas
Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Setelah … X 2. Bantu klien
mengidentifik pertemuan klien mengungkapkan
asi penyebab menceritakan perasaan
perilaku penyebab perilaku marahnya:
kekerasan kekerasan yang Motivasi klien
yang dilakukannya: untuk
dilakukannya o Menceritakan menceritakan
penyebab penyebab rasa
perasaan kesal atau
jengkel/kesal jengkelnya
9
baik dari diri Dengarkan
sendiri maupun tanpa menyela
lingkungannya atau memberi
penilaian setiap
ungkapan
perasaan klien
10
tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami
teratasi.
5. Klien dapat 5. Setelah … X 5. Diskusikan dengan
mengidentifik pertemuan klien klien akibat negatif
asi akibat menjelaskan akibat (kerugian) cara
perilaku tindak kekerasan yang dilakukan
kekerasan yang dilakukannya pada:
o Diri sendiri : Diri sendiri
luka, dijauhi Orang
teman, dll lain/keluarga
o Orang Lingkungan
lain/keluarga :
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll
6. Klien dapat 6. Setelah … X 6. Diskusikan dengan
mengidentifik pertemuan klien : klien:
asi cara o Menjelaskan Apakah klien
konstruktif cara-cara sehat mau
dalam mengungkapka mempelajari
mengungkapk n marah cara baru
an kemarahan mengungkapka
n marah yang
sehat
Jelaskan
berbagai
alternatif
pilihan untuk
mengungkapka
n marah selain
perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
Jelaskan cara-
cara sehat
untuk
mengungkapka
n marah:
Cara fisik:
nafas
dalam,
pukul
bantal atau
kasur, olah
raga.
Verbal:
mengungka
pkan bahwa
dirinya
sedang
kesal
kepada
11
orang lain.
Sosial:
latihan
asertif
dengan
orang lain.
Spiritual:
sembahyan
g/doa, zikir,
meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing
7. Klien dapat 7. Setelah … X 7. 1. Diskusikan cara
mendemonstr pertemuan klien yang mungkin
asikan cara memperagakan cara dipilih dan
mengontrol mengontrol perilaku anjurkan klien
perilaku kekerasan: memilih cara
kekerasan o Fisik: tarik yang mungkin
nafas dalam, untuk
memukul mengungkapkan
bantal/kasur kemarahan.
o Verbal: 7.2. Latih klien
mengungkapka memperagakan
n perasaan cara yang dipilih:
kesal/jengkel Peragakan cara
pada orang lain melaksanakan
tanpa menyakiti cara yang
o Spiritual: dipilih.
zikir/doa, Jelaskan
meditasi sesuai manfaat cara
agamanya tersebut
Anjurkan klien
menirukan
peragaan yang
sudah
dilakukan.
Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien 8. Setelah … X 8.1. Diskusikan
mendapat pertemuan keluarga: pentingnya peran
dukungan o Menjelaskan serta keluarga
keluarga cara merawat sebagai
untuk klien dengan pendukung klien
mengontrol perilaku untuk mengatasi
perilaku kekerasan perilaku
kekerasan o Mengungkapka kekerasan.
n rasa puas 8.2. Diskusikan
12
dalam merawat potensi keluarga
klien untuk membantu
klien mengatasi
perilaku
kekerasan
8.3. Jelaskan
pengertian,
penyebab, akibat
dan cara merawat
klien perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan
oleh keluarga.
8.4. Peragakan cara
merawat klien
(menangani
perilaku
kekerasan)
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang
8.6. Beri pujian
kepada keluarga
setelah peragaan
8.7. Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan
13
waktu
Lapor ke
perawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak
biasa
Beri pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunakan
obat.
2.14 Implementasi
a. Pasien
Sp 1
1.Bantu pasien mengenali perilaku kekerasan (isi, waktu terjadinya, frekwensi,
situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi perilaku kekerasan)
2.Latih mengontrol dengan cara menghela nafas panjang
Tindakan Keperawatan
1) Salam terapeutik, kenalkan diri pada pasien
2) Jelaskan tujuan interaksi pada pasien
3) Buat kontrak yang jelas dengan pasien
4) Mendiskusikan dengan pasien tentang pentingnya saling percaya kepada orang
lain
5) Mendiskusikan bersama pasien tentang penyebab perilaku kekrasan yang di
lakukan oleh pasien
6) Mendiskusikan bersama pasien tentang akibat dari perilaku kekerasan yang di
lakukan pasien
7) Mendiskusikan bersama klien cara-cara mengontrol perilaku kekerasan
8) Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan menarik nafas
panjang
b. Keluarga
Sp 1
1. Keluarga mengetahui apa masalah yang terjadi jika pasien mengalami perilaku
kekerasan pada orang lain
2. Keluarga pasien ikut serta dalam mengontrol perilaku kekerasan yang di alami
oleh pasien
3. Keluarga pasien ikut serta dalam proses penyembuhan pasien
Tindakan Keperawatan
1) Salam terapeutik, kenalkan diri pada keluarga pasien
2) Jelaskan tujuan interaksi pada keluarga pasien
3) Buat kontrak yang jelas dengan pasien
14
4) Mengikut sertakan keluarga pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan yang
dialami oleh pasien.
5) Mengikut sertakan keluarga pasien dalam proses penyembuhan pasiean
Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tinjdakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan implementasinya
sudah berhasil dicapai. (Ferry, 2009).
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamnesis.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil lab, dan tes
diagnostic klien yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung.
A : Assesment
Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus
berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering di
ungkapkan secara terpisah pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang
dinamik.
P : Paliatif
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment
15
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Bejo Tanggal Dirawat : 03-maret-2018
Umur : 25 th Tanggal Pengkajian : 04-maret-2018
Alamat : surabaya
Pendidikan : SMA
Agama : Islam Ruang Rawat : Kutilang
Status : Belum menikah
Pekerjaan :-
JenisKel. : laki-laki
No RM : 3516xxx
16
Klien putus dengan sang pacar dan klien tidak terima, sehinnga seringkali menyalahkan
ibunya bahkan sering berprilaku keras terhadap ibunya.
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan Resiko tinggi kekerasan
Berduka antisipasi Ketidakefektifan penatalaksanaan
Berduka disfungsional regiment terapeutik
Responpaska trauma Resti Suicide
Sindroma trauma perkosaan Koping Individu inefektif
Koping Keluarga inefektif
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan Respon paska trauma
Berduka antisipasi Sindroma trauma perkosaan
Berduka disfungsional Lain-lain, jelaskan ..................
V. PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal : 03-maret-2018
1. Keadaan umum :
pandangan mata tajam, raut wajah tegang, cara berjalan kaku, nada bicara ketus.
2. Tanda vital:
TD: 110/70mm/Hg
N: 82 x/m
S : 36 oC
P : 22x/m
3. Ukur: BB : 75kg TB : 170cm
Turun
Naik
4. Keluhan fisik:
Nyeri : Ringan (1,2,3),Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9), Berat tidak
terkontrol (10) (Standar JCI)
Ya :
P=
Q=
R=
S=
T=
Tidak
Keluhan lain
Tidak ada keluhan
17
Jelaskan:
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh Perubahan Nutrisi: Lebih dari
Defisit Volume Cairan kebutuhan Tubuh
Kelebihan Volume Cairan Kerusakan Menelan
ResikoTinggi terhdap Infeksi Perubahan Eliminasi faeses
RisikoTinggi terhadapTransmisi Infeksi Perubahan Eliminasi urine
Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan Kerusakan integritas kulit
Tubuh Lain-lain, jelaskan...........
Keterangan Gambar :
=LAKI-LAKI
=PEREMPUAN
=YANG MENINGGAL
=CERAI/PUTUS HUBUNGAN
=ORANG TERDEKAT
=KLIEN
45 25
=USIA
Jelaskan:
18
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan Lain-lain, jelaskan...........
Koping keluarga tidak efektif : kompromi
Koping keluarga : potensial untuk pertumbuhan
2. KonsepDiri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan menerima keadan tubuhnya yang tinggi besar, klien menyukai
bentuk tubuhnya Karena bentuk tubuhnya seperti bodyguard.
b. Identitas :
Klien mengetahui bahwa klien benama “Bejo” alamatnya di surabaya, jenis
kelaminnya laki-laki dan klien bangga menjadi laki-laki. Karena bisa menjadi
penguasa. Klien puas dengan statusnya meskipun klien belum menikah.
c. Peran :
klien mengatakan saat dirumah tinggal berdua dengan sang ibu dan sebagai
kepala keluarga, klien dirumah bekerja sebagai kuli bangunan. Sedangkan klien
dirumah sakit, klien sebagai pasien dan klien melakukan aktivitas sesuai jadwal
diruangan.
d. Ideal diri :
Klien berharap agar bisa sembuh dan cepat pulang karena ingin minta maaf pada ibunya
dan mencari pekerjaan lagi.
e. Hargadiri :
klien merasa malu, karena orang lain menjauhinya karena dikira gila, dan orang-
orang takut kepadanya.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Pengabaian unilateral Harga diri rendah kronis
Gangguan citra tubuh Harga diri rendah situasional
Gangguan identitas pribadi Lain-lain, jelaskan..........
3. Hubungansosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Klien mengatakan orang yang terdekat adalah ibunya, karena klien tidak
mempunyai keluarga yang lain.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Klien mengatakan selama dirumah klien jarang mengikuti kegiatan di masyarakat.
Seperti kerja bakti, dll
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mangatakan klien lebih senang duduk sendiri daripada berbicara dengan
orang lain karena klien selalu ingin marah-marah.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang muslim dan tau bahwa Allah
adalah tuhannya, dan klien meyakini bahwa sakitnya itu karena pikirannya
sendiri.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selama di rumah klien jarang sholat, karena malas, sedangkan
dirumah sakit, klien tidak pernah melakukan sholat, karena klien merasa tidak
enak kalau sholat tidak di mushollah.
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Distress spiritual
19
Lain-lain, jelaskan..........
3. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidakmampu memulai pembicaraan
Lain-lain………..
Jelaskan:
klien berbicara dengan intonasi keras dan jelas. klien menjawab semua pertanyaan
yang diberikan, klien juga mengerti isi pembicaraan yang diajukan oleh lawan
bicara. klien bicara apabila ditanya dan klien jarang berbicara dengan temannya.
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Lain-lain, jelaskan..........
4. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Wajah klien tampak tegang, tatapan mata tajam kearah lawan bicara, cara berjalan
kaku.
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
GaduhGelisahKatatonik Reaksikonversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalankaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif :sebutkan …………
Command automatism
Jelaskan:
Wajah klien tampak tegang, tatapan mata tajam kearah lawan bicara, cara berjalan
kaku.
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Risiko tinggi cidera Defisit aktivitas deversional / hiburan
Kerusakan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas
Perilaku kekerasan Resiko tinggi kekerasan
20
Lain-lain, jelaskan..........
5. Afek dan Emosi
Pertanyaan :
Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?
Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan anda senang apa
sedih?
Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda
menceritakannya?
Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan pertanyaan:
Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya harapan?
Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?
Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri?
a. Afek
Adekuat
Tumpul
Dangkal/datar
Inadekuat
Labil
Ambivalensi
Jelaskan:
Karna saat diajak bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan klien nampak
tersenyum, sebaliknya jika klien diajak bercerita tentang hal yang menyedihkan,
klien terlihat sedih dan menundukan kepalanya.
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Risiko tinggi cidera Kerusakan interaksi sosial
Kerusakan komunikasi Isolasi sosial
Kerusakan komunikasi verbal Lain-lain, jelaskan..........
b. Emosi
MerasaKesepian
Apatis
Marah
Anhedonia
Eforia
Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
sedih
Depresi
Keinginan bunuh diri
Jelaskan:
klien terlihat pandangan mata tajam, raut wajah merah dan tegang, seperti ingin
marah , cara berjalan kaku, dan nada bicara ketus.
Masalah / DiagnosaKeperawatan
Risiko tinggi cidera Risiko bunuh diri
Ansietas, .....(jelaskan : ringan/sedang/berat) Risiko diri penganiayaan diri
Ketakutan Risiko tinggi mutilasi diri
Isolasi sosial Lain-lain, jelaskan..........
Ketidakberdayaan
21
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Kerusakan komunikasi Risiko tinggi kekerasan
Kerusakan interaksi sosial Risiko tinggi penganiayaaan diri
Isolasi sosial Risiko tinggi mutilasi diri
Risiko membahayakan diri Lain-lain, jelaskan..........
7. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak ada orang
yang berbicara?
ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat.
Jika : ‘ya”
Apakah itu benar benar suara yang datng dari luar kepala anda atau dalam pikiran
anda.
Apa yang dikatakan oleh suara itu?
Berikan contohnya, apa yang anda denar hari ini atau kemarin
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Ilusi
Ada
Tidakada
Depersonalisasi
Ada
Tidakada
Derealisasi
Ada
Tidakada
Jelaskan:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan persepsi sensori : halusinasi........... (pendengaran, penglihatan, perabaan ,
pengecapan, penciuman)
Lain-lain, jelaskan..........
8. Proses Pikir
Pertanyaan :
1. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda
memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau
menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya ?
2. Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus melalui TV,
radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak anda kenal secara pribdai
tertarik pada anda?
3. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran anda atau
bisa mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa membaca atau mendengar
apa yang sedang dipikirkan oleh orang lain ?
4. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau
seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
22
5. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda aneh atu
tidak lazim ?
a. Arus Pikir :
Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilanganasosiasi
Bicaralambat
Flight of idea
Bicaracepat
Irrelevansi
Main kata-kata
Blocking
PengulanganPembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasibunyi
Jelaskan:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Gangguan proses pikir : ........................... (jelaskan)
Lain-lain, jelaskan..........
b. Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
Alienasi
PikiranBunuhDiri
Preokupasi
PikiranIsolasisosial
Ide yang terkait
PikiranRendahdiri
Pesimisme
Pikiranmagis
Pikirancuriga
Fobia,sebutkan…………..
Waham:
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar / curiga
Nihilistik
Dosa
Sisippikir
Siar piker
Kontrolpikir
Jelaskan:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
……
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Gangguan proses pikir : ........................... (jelaskan)
Lain-lain, jelaskan..........
23
9. Kesadaran
Menurun:
Compos mentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Disosiasi: ……………….
Gangguanperhatian
Jelaskan:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Risiko tinggi cidera Lain-lain, jelaskan ..........................
Gangguan proses pikir, .....(jelaskan)
10. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Risiko tinggi cidera Lain-lain, jelaskan ..........................
Gangguan proses pikir, .....(jelaskan)
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
Amnesia
Paramnesia:
Konfabulasi
Dejavu
Jamaisvu
Fause reconnaissance
hiperamnesia
Jelaskan:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)
Lain-lain, jelaskan.....................
24
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan:
Sesuai data
fokus……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)
2. BAB/BAK
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan:
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Perubahan eliminasi fases
Perubahan eliminasi urin
Defisit perawatan diri : ..............(makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
Lain-lain, jelaskan ..........................
3. Mandi
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
4. sikat gigi
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
5. keramas
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan
:……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
25
Defisit perawatan diri : .... .....(makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
Lain-lain, jelaskan ..........................
6. Berpakaian/berhias
Mandiri
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan
:……………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Defisit perawatan diri : .... (makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
Lain-lain, jelaskan ..........................
7. Istirahatdantidur
Tidur Siang, Lama : 1 s/d 2 jam
Tidur Malam, Lama : 5 s/d 6 jam
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : __________ , _________
Jelaskan:
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan pola tidur
Lain-lain, jelaskan ..........................
8. Penggunaan obat
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan
:……………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Perubahan pemeliharaan kesehatan
Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
Ketidakpatuhan
Lain-lain, jelaskan ..........................
9. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan
Sistem pendukung Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Perilaku mencari bantuan kesehatan
Lain-lain, jelaskan ..........................
26
11. Aktifitas di luarrumah
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan :
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Perubahan pemeliharaan kesehatan
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
Lain-lain, jelaskan ..........................
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Perubahan pemeliharan kesehatan Enuresis maturasi
Perubahan pada eliminasi urine Ketidakberdayaan
Gangguan konsep diri (Gangguan citra tubuh) Keputusasaan
27
Gangguan konsep diri (Gangguan identitas pribadi) Perubahan kinerja peran
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri) Sindrom stres relokasi
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah kronis) Lain-lain, jelaskan......
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah situasional
Perilaku mencari bantuan kesehatan
MASALAH / DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: Resiko tinggi perilaku kekerasan
Klien mengatakan pernah membanting-banting
barang.
DO:
- Klien pernah mengalami aniaya fisik yaitu
melempar tangan ibunya dan membanting-
banting barang.
28
XV. POHON MASALAH
Jombang, 03-maret-2018
Perawat yang mengkaji
____________________________
NIM/NIRM: …………………….
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI;
Jakarta.
2. Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan
Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.
3. Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
4. Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta.
5. Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran
EGC ; Jakarta.
6. Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
7. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga,
Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.
8. Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit :
Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.
9. Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC ; Jakarta.
10. WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ;
Jakarta.
30