Vous êtes sur la page 1sur 13

Assessment Of Patient (AOP) & Care Of Patient (COP)

Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan, Gawat Darurat, Rawat Inap


Pengertian : proses pengkajian untuk mengetahui kebutuhan pelayanan kesehatan pasien,
baik berupa kebutuhan emergency ataupun terencana, bahkan ketika kebutuhan tersebut
berubah.
Kerangka waktu penyelesaian dokumentasi asesmen :
 Rawat Jalan : 30 Menit
 Gawat Darurat : 2 Jam
 Rawat Inap : 24 Jam
Skrining
 Nyeri : Visual Analog Scale, Wong Baker, Critical – Care Pain Observation Tool.
 Gizi : Subjective Global Assessment (>14 tahun), Strong – Kids (1 bulan-14 tahun),
Neonatus (0-29 hari)
 Skrining gizi dilakukan kepada seluruh pasien rawat jalan dan rawat inap,
sedangkan pasien gawat darurat dilakukan atas indikasi.
 Asesmen Gizi Lanjut
 Status gizi baik dilakukan pengkajian ulang setiap 7 hari oleh dieti sien
penanggung jawab ruangan dan didokumentasikan dalam Lembar
Catatan Terintegrasi dengan metode SOAP (Subjective – Objective –
Assessment – Plan).
 Beresiko malnutrisi dan malnutrisi berat : Perawat ruangan akan
melaporkan kepada Tim Terapi Gizi / Dokter Gizi Anak.
 Fungsional : Indeks Barthel, Tumbuh Kembang Anak
Skrining fungsional dilakukan kepada seluruh pasien rawat inap, sedangkan pasien
rawat jalan dan pasien gawat darurat dilakukan atas indikasi dan didokumetasikan
dalam kolom Informasi Tambahan.
 Tumbuh Kembang Anak dilakukan untuk anak usia <14 tahun, apabila
pengkajian riwayat perkembangannya tidak tercapai sesuai umurnya, maka
perawat ruangan lapor kepada DPJP.
 Asesmen ulang untuk skrining dengan Indeks Barthel minimal dan ringan
dilakukan skoring ulang setiap 2 hari.

Informasi lain yang didokumentasikan dalam asesmen :


 Alergi
 Obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan / atau dibawa pasien (Rekonsiliasi Obat)
 Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah ada
Informasi Tambahan
Asesmen yang dilakukan atas indikasi sesuai kebutuhan pasien dan disokumentasikan
dalam kolom Infoemasi Tambahan, misal :
a) Kondisi psikologis dan sosial ekonomi (pasien rawat jalan dan gawat darurat)
b) Skrining fungsional (rawat jalan)
c) Skrining gizi dan fungsional (rawat jalan dan gawat darurat)
d) Asesmen Remaja dengan stempel

Populasi Khusus
a) Anak : form asesmen keperawatan anak, neonatus, dan remaja
b) Geriatri : form asesmen keperawatan
c) Psikiatri : form asesmen medis dan keperawatan
d) Obstetri : form asesmen medis dan keperawatan
e) Akhir Hayat : form asesmen keperawatan
f) Kemoterapi, radioterapi, dan hemodialisa : asesmen awal tidak perlu diulang dalam 1
(satu) kali seri/siklus tindakan
g) Pasien infeksius dan imunokompromis : skrining infeksi pada saat triase dan isolasi
selama diberikan pelayanan
h) Pasien nyeri kronis : penatalaksanaan sesuai dengan Panduan Nyeri
i) Pasien wanita dengan terminasi kehamilan : dikonsultasikan dengan psikolog/
psikiater sesuai kebutuhannya.
j) Pasien curiga korban penganiayaan/ kekerasan atau terlantar : pendampingan
psikolog, hotline pengaduan Bagian Hukum (08886509262)
k) Pasien dengan ketergantungan obat : berkonsultasi kepada Dokter Spesialis
Kesehatan Jiwa atau pelayanan rehabilitasi di RS H.L. Manambai Abdulkadir

Asesmen Ulang
Pengertian asesmen ulang pasien adalah penilaian lanjut dari asesmen untuk mengetahui :
 Respon terhadap pengobatan
 Merencanakan pengobatan lanjutan dan pemulangan
 Menanggapi perubahan kondisi pasien yang signifikan
 Perubahan diagnosis sehingga memerlukan perubahan rencana perawatan
Asesmen ulang didokumentasikan dengan format SOAP dengan interval waktu tertentu atau
sesuai dengan kebutuhan pasien :
a) Rawat Jalan : setiap kunjungan berikutnya pada masalah pada masalah yang sama.
b) Gawat Darurat
Asesmen ulang pada keempat kondisi diatas, dan lakukan observasi pasien (minimal
kondisi umum & tanda vital) dengan interval setiap
i. Label Merah : 30 menit
ii. Label Kuning : 1 jam
iii. Label Hijau : sesuai kondisi pasien
c) Rawat Inap
i. Dokter : minimal 1x setiap hari, termasuk hari Minggu/Libur
ii. Perawat/bidan : minimal 1x setiap shift

Asesmen Akhir Hayat


Pengertian : pasien rawat inap RS H.L. Manambai Abdulkadir yang dinyatakan dalam
kondisi akhir hayat (diperkirakan akan meninggal dalam waktu kurang dari 24 jam) oleh
DPJP.
Implementasi :
a) Penentuan kondisi akhir hayat oleh DPJP
b) Asesmen oleh perawat ruangan
c) Kaji ulang sesuai kebutuhan pasien dan didokumentasikan dalam Lembar Catatan
Terintegrasi

Discharge Planning/ Perencanaan Pemulangan


Pengertian : Proses identifikasi kebutuhan pasien untuk kesiapan pasien pada saat
pemulangan. Mulai dari pelayanan penunjang, pelayanan lanjutan hingga ketersediaan
pelayanannya.
Kebijakan
 Dilakukan untuk pasien dengan 4 kriteria berikut :
a. Pasien lanjut usia > 60 tahun
b. Pasien dengan gangguan anggota gerak
c. Pasien dengan kebutuhan pelayanan kesehatan medis atau keperawatan
yang berkelanjutan/ panjang (misalnya : penyakit kronis, pasien dengan rawat
luka yang lama, dll)
d. Pasien yang dinilai akan memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari di
rumah
 Perencanaan pemulangan dalam 24 jam pertama setelah pasien masuk ruang rawat
inap oleh perawat pengkaji/ PPJP, dan dikoordinasikan dengan DPJP.

Konsultasi
Konsultasi dapat dilakukan dalam pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun gawat darurat.
Permintaan dan jawaban konsultasi dapat didokumentasikan dalam Lembaran Catatan
Terintegrasi. Jawaban konsultasi harus tersedia dalam waktu maksimal 24 jam sejak
permintaan konsultasi.

Intergrasi Hasil Asesmen


Analisis dan integrasi hasil asesmen yang dilakukan menghasilkan urutan prioritas
kebutuhan pasien berupa Daftar Masalah Medis dan Keperawatan dalam asesmen Awal
Pasien Rawat Inap. Daftar masalah ini juga akan menjadi dasar penentuan kebutuhan
pasien yang memiliki target penatalaksanaan dalam perencanaan pelayanan pasien (Plan
Of Care) selama pasien dilakukan rawat inap.
 Kompetensi Petugas Kesehatan Yang Melakukan Asesmen
Kompetensi dan kewenangan setiap petugas kesehatan yang melakukan asesmen
kepada pasien (Dokter, Perawat, Bidan, Nutrisionis, Terapis, dll) tertuang dalam
Clinical Appointment atau Uraian Tugas masing-masing

Nyeri
 Nyeri adalah hal yang umum dirasakan pasien, namun rasa nyeri yang tidak kunjung
reda akan berpengaruh buruk terhadap kondisi fisik dan psikologis pasien.
 Skrining nyeri
o Skrining menggunakan metode Numerik VAS (Visual Analog Score), Skala
Wajah Wong Baker dan Critical Care Pain Observation Tool untuk pasien
yang tidak sadar atau tidak kompeten
o Dilakukan pada semua pasien dan ditindaklanjuti sesuai hasil skrining
o Evaluasi nyeri dilakukan secara berkala
 Asesmen ulang nyeri
o Nyeri ringan (skala 1-3) : asesmen ulang tiap 8 jam
o Nyeri sedang (skala 4-6) : asesmen ulang tiap 4 jam
o Nyeri berat (skala 7-10) : asesmen ulang tiap 1 jam
 Asesmen serta pengelolaan nyeri yang tepat merupakan hak semua pasien. Untuk
itu, RS H.L. Manambai Abdulkadir menerapkan hal-hal berikut untuk menilai dan
mengelola nyeri :
o Melakukan skrining nyeri kepada seluruh pasien
o Melakukan pemantauan berkala skor nyeri untuk memantau perkembangan
nyeri pasien
o Memberikan edukasi nyeri kepada pasien/ keluarga dalam konteks keyakinan
pribadi, budaya, dan agama pasien.

Pelayanan Dan Pasien Risiko Tinggi/ Rentan


 Siapa Saja Pasien Yag Rentan?
 Anak-anak
 Pasien usia lanjut (geriatri)
 Pasien dengan kecacatan
 Pasien korban kekerasan
 Pasien dengan penyakit menular
 Pasien dengan penurunan kekebalan tubuh
 Pasien kegawatan
 Pasien koma
 Pasien psikiatri

 Apa Saja Pelayanan Risiko Tinggi?


 Pelayanan resusitasi
 Pelayanan kemoterapi
 Hemodialisis
 Tindakan Pengekangan Fisik
 Pelayanan isolasi
 Pelayanan intensif
 Pemberian transfusi darah dan produk darah
 Pelayanan anestesi, sedasi, dan bedah

 Perawatan khusus apa yang diberikan bagi seluruh pasien yang rentan tersebut?
 Pemeriksaan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
 Perlindungan keselamatan selama perawatan : ruang khusus, perlindungan
penunjang khusus, pengelolaan risiko jatuh, dll.
 Perlindungan keamanan selama perawatan : CCTV, kunci sidik jari,
penempatan petugas pengamanan, dll

Pelayanan Pasien Akhir Hayat


 Pasien yang menjelang ajal memiliki kebutuhan khusus akan perawatan yang penuh
hormat dan berbelas kasih. Semua aspek perawatan selama tahap akhir kehidupan
pasien harus mengutamakan kenyamanan dan martabat dirinya.
 Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir menyusun proses-proses untuk mengelola
pasien akhir hayat. Proses-proses tersebut adalah :
1. Proses awal pemberian pelayanan akhir hayat dimulai saat DPJP
menetapkan pasien dalam kondisi akhir hayat, didokumentasikan di lembar
terintegrasi.
2. Perawat penanggung jawab pelayanan (PPJP) akan melakukan asesmen
pasien akhir hayat dan melaporkan hasil asesmen ke DPJP.
3. Apabila pasien/ keluarga membutuhkan pelayanan rohani, maka akan
diberikan pelayanan sesuai SPO Pemberian Pelayanan Rohani.
4. Apabila pasien/ keluarga mengehendaki DNR, makan akan diberikan
pelayanan sesuai SPO Do Not Resucitate/ DNR Atas Permintaan
Pasien/Keluarga Pasien.
5. Apabila pasien/ keluarga menghendaki pasien dirawat di rumah, maka PPJP
akan mempersiapkan kepulangan pasien sesuai dengan rencana dalam
discharge planning pasien.
6. DPJP menyarankan untuk melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan
pasien, apabila diperlukan DPJP akan mengkonsultasikan ke bidang lain
 PPJP memberikan intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien akhir
hayat arahan DPJP.
 Intervensi diambil untuk mengatasi rasa sakit dan gejala primer atau
sekunder.
 Gejala dan komplikasi dicegah sejauh mungkin secara wajar.
 Intervensi ditujukan kepada pasien dan keluarga secara psikososial,
emosional, dan spiritual mengenai sekarat dan berduka.
 Intervensi ditujukan kepada pasien dan keluarga sesuai agaman dan
budaya.
7. Pasien dan keluarga terlibat dalam keputusan perawatan.
8. DPJP dan PPJP melakukan monitoring kondisi pasien
9. Setelah pasien dinyatakan meninggal, dilakukan pelayanan pasien meninggal
sesuai dengan SPO Perawatan Jenazah.

Pelayanan Laboratorium dan Radiologi


 Layanan Laboratorium dan Radiologi tersedia selama 24 jam
 Selalu lakukan verifikasi identitas pasien sebelum pengambilan dan pengelolaan
sampel serta pemberian hasil laboratorium serta pada saat sebelum memulai
tindakan dan pemberian hasil radiologi.
 Seluruh petugas laboratorium wajib melindungi diri untuk mengurangi risiko
keselamatan saat pengambilan, pendistribusian dan pengelolaan sampel pasien.
 Seluruh petugas radiologi wajib menggunakan badge film penanda radiasi sesuai
prosedur keamanan dan keselamatan.
 Reagen dikelola sesuai prinsip-prinsip B3
 Peralatan radiologi dan laboratorium akan dipantau dan dikalibrasi secara berkala.
 Seluruh pemeriksaan laboratorium dan radiologi memiliki standar waktu pelaporan
hasil.

Pelayanan Gizi
 Pelayanan gizi diberikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien
 Skrining nutrisi
 Skrining menggunakan metode SGA (Subjective Global Asesmen) yang
dimodifikasi
 Dilakukan pada semua pasien
 Pasien dengan hasil skrining kategori B dan C akan dilakukan asesmen lanjut
oleh Ahli Gizi atau Dokter Spesialis Gizi Klinik
 Pasien tidak diperkenankan mengkonsumsi makanan/minuman selain dari Instalasi
Gizi Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir
 Makanan disiapkan, dismpan, dan didistribusikan dengan prinsip-prinsip mengurangi
risiko kontaminasi dan mencegah kerusakan
 Makanan disajikan tepat waktu kepada pasien
 Proses perencanaan, pemberian dan pemantauan pelayanan gizi dicatat dalam
rekam medis pasien

Anesthesia and Surgical Care (ASC)


Tindakan Sedasi
 Tindakan sedasi adalah tindakan pemberian obat-obatan sedasi intravena dengan
dosis berapapun.
 Yang termasuk dalam golongan obat-obatan sedasi adalah : Midazolam, Diazepam,
Propofol, Fentanil, Ketamin, Morfin.
 Kebijakan :
 Ruang Tindakan Sedasi :
1. Instalasi Bedah Sentral
2. Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah : Ruang Kateterisasi
3. Instalasi A : Ruang VK, Ruang Tindakan Lantai Dasar, Ruang
Tindakan ECT Psikiatri, Ruang Tindakan Kemoterapi
4. Instalasi Rawat Jalan : CDC
5. Instalasi Paviliun Garuda : Ruang Tindakan
6. Instalasi Radiologi : Ruang MSCT, ruang MRI, Ruang Tindakan
Radioterapi
7. Instalasi Rawat Intensif
8. Instalasi Gawat Darurat
 Alat Yang Harus Tersedia Dalam Unit Yang Memberikan Tindakan Sedasi
o Set Resusitasi
o Bed Side Monitor (Tekanan Darah, Nadi, Suhu)
o Pulse Oksimeter
 Obat-Obatan Antidotum Sedasi Tersedia Di Depo Farmasi 24 Jam : Instalasi
Gawat Darurat
 Asesmen Pra Sedasi
 Oleh : dokter yang akan melakukan tindakan sedasi
 Dokumentasi : Lembar Verifikasi dan Penandaan Lokasi Operasi san Lembar
Terintegrasi (Risiko Malampati atau keterangan penting lainnya yang tidak
termasuk dalam Lembar Verifikasi)
 Waktu : sebelum dilakukan tindakan sedasi
 Informasi dan Edukasi
 Oleh : dokter yang melakukan tindakan sedasi
 Dokumentasi : Persetujuan / penolakan Tindakan Kedokteran dan form
Edukasi Pasien dan Keluarga (Edukasi tentang rencana analgesia pasca
sedasi)
 Waktu : sebelum tindakan sedasi
 Pemberian Sedasi
 Oleh : dokter yang memiliki kewenangan klinis melakukan tindakan sedasi
 Dokumentasi : form Laporan Tindakan Anestesi
 Waktu : saat melakukan tindakan sedasi
 Monitoring
 Oleh : perawat/ bidan dengan uraian tugas untuk melakukan monitoring
dalam tindakan sedasi
 Dokumentasi : form Laporan Tindakan Anestesi
 Waktu :
 Selama tindakan sedasi : monitoring tanda vital tiap 5 menit
 Monitoring pemulihan : monitoring tanda vital tiap 5 menit dalam 15
menit pertama, selanjutnya setiap 15 menit sampai dinyatakan pulih

 Kriteria Pulih : skor Aldrette > 8 (pasien dewasa), dan skor Stewart > 5 (pasien anak)

Tindakan Anestesi
Di Rumah Sakit H.L. manambai Abdulkadir, Pelayanan Anestesi diberikan di :
 Anestesi Umum, Regional Spinal/Epidural dan Blok Perifer :
 Anestesi Lokal/ Infiltrasi dapat dilakukan di Seluruh Ruang Tindakan di unit
pelayanan pasien
 Asesmen Pra Anestesi
 Oleh : dokter yang akan melakukan tindakan anestesi
 Dokumentasi : Lembar Verifikasi dan Penandaan Lokasi Operasi san Lembar
Terintegrasi (Risiko Malampati atau keterangan penting lainnya yang tidak
termasuk dalam Lembar Verifikasi)
 Waktu : sebelum dilakukan tindakan anestesi
 Informasi dan Edukasi
 Oleh : dokter yang melakukan tindakan anestesi
 Dokumentasi : Persetujuan / penolakan Tindakan Kedokteran dan form
Edukasi Pasien dan Keluarga (Edukasi tentang rencana analgesia pasca
anestesi)
 Waktu : sebelum tindakan anestesi
 Asesmen Pra Induksi
 Oleh : dokter yang akan melakukan tindakan anestesi
 Dokumentasi :
 Laporan Tindakan Anestesi (Asesmen Pra Tindakan)
 Laporan Tindakan Bedah dengan Anestesi Lokal (pemeriksaan pra
operasi)
 Waktu : sesaat melakukan tindakan anestesi
 Pemberian Anestesi
 Oleh : dokter yang memiliki kewenangan klinis melakukan tindakan anestesi
 Dokumentasi :
 Laporan Tindakan Anestesi
 Laporan Tindakan Bedah dengan Anestesi Lokal
 Waktu : saat melakukan tindakan anestesi
 Monitoring
 Oleh : perawat/ bidan dengan uraian tugas untuk melakukan monitoring
dalam tindakan anestesi
 Dokumentasi :
 Laporan Tindakan Anestesi
 Laporan Tindakan Bedah dengan Anestesi Lokal
 Waktu :
 Selama tindakan sedasi : monitoring tanda vital tiap 5 menit
 Anestesi Lokal dan Infiltrasi : setiap 15 menit

Tindakan Bedah
 Asesmen Pra Bedah
 Oleh : dokter yang akan melakukan tindakan operasi
 Dokumentasi : Lembar Verifikasi dan Penandaan Lokasi
 Waktu : sebelum dilakukan tindakan operasi
 Informasi dan Edukasi
 Oleh : dokter yang berkompeten menyampaikan informasi dalam
persetujuan/penolakan tindakan medis
 Dokumentasi : Persetujuan / penolakan Tindakan Kedokteran (kemungkinan
transfusi dan perluasan tindakan dapat ditulis dalam kolom lain-lain)
 Waktu : sebelum tindakan bedah
 Oleh : Dokter yang memiliki kewenangan klinis melakukan tindakan
pembedahan
 Dokumentasi :
 Laporan Tindakan Bedah
 Laporan Tindakan Bedah dengan Anestesi Lokal
 Waktu : saat melakukan tindakan pembedahan

 Perencanaan Pelayanan Paska Bedah


 Segera
 Operator : Perintah Post Operasi (dalam Laporan Tindakan Bedah
atau Laporan Tindakan Bedah dengan Anestesi Lokal)
 Anestesi : Perintah di Ruangan (dalam Laporan Tindakan Anestesi)
 Lanjut
 Apabila terdapat perubahan Kebutuhan Kesehatan dan Target
pelayanan pasien karena operasi, maka form Perencanaan
Pelayanan Interdisiplin harus diperbaharui dalam 24 jam pasca
operasi
 Oleh dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya

Implan
 Pengertian :
 Alat kesehatan yang ditanam sebagian atau seluruhnya ke dalam tubuh
manusia atau melalui lubang tubuh selama 30 hari atau lebih
 Bahan yang digunakan untuk menggantikan jaringan permukaan epitelial
atau permukaan mata dan diharapkan akan tetap terpasang selama 30 hari
atau lebih
 Kebijakan :
 Pemasangan alat/ bahan implan dilaksanakan oleh staf Rumah Sakit H.L.
Manambai Abdulkadir yang memenuhi kualifikasi yang dinyatakan dalam
Clinical Appointment staf medis
 Insiden yang berkaitan dengan penggunaan alat/ bahan implan dilaporkan
sesuai dengan Pedoman Keselamatan Pasien dan SPO Laporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP)
 Prosedur :
 Pastikan alat/ bahan implan tercatat dalam proses pendokumentasian :
 Lembar Verifikasi dan Penandaan Lokasi Operasi
 Sign In dan Time Out
 Laporan Tindakan (sticker CSSD dan / atau produsen ditempelkan
dalam form laporan tindakan)
 Resume Pasien Rawat Inap (Nasihat khusus)
 Evaluasi tanda-tanda alergi, tanda-tanda infeksi selama dirawat atau pada
saat kontrol di rawat jalan. Apabila terdapat kejadian yang tidak diinginkan
terkait pemasangan implan, laporkan kepada Tim Patient Safety sesuai
dengan SPO Pelapotan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

Medication Management and Use (MMU)


Seleksi dan Pengadaan Perbekalan Farmasi
 Seleksi dan pengadaan obat-obatan di Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir
mengacu pada formularium rumah sakit yang mengacu pada Formularium Nasional.
 Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan dengan cara pengadaan langsung,
penunjukan langsung dan lelang baik elektronik maupun manual
Penyimpanan
 Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus selalu bersih dan terlindung dari
risiko kehilangan/pencurian
 Pemantauan suhu ruangan dan suhu almari pendingin dilakukan secara rutin dan
dicatat dalam lembar monitoring. Rentang suhu yang diharapkan :
a. Suhu dingin (almari pendingin)
b. Suhu ruangan
 Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang da depo farmasi
a. Dipisahkan berdasarkan bentuk sediaannya (tablet, sirup, injeksi, infus, alkes)
b. Tiap kelompok disusun dalam almari, rak-rak/ pallet secara alfabetis. Dafar
nama-nama perbekalan farmasi dicantumkan di setiap rak untuk memudahkan
pencarian.
c. Menerapkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
d. Disimpan pada suhu sesuai ketentuan yang tercantum dalam petunjuk dari
produsen.
e. Obat-obatan yang Look Alike Sound Alike (LASA) tidak disimpan berdekatan
untuk meminmalkan terjadinya kesalahan.
f. Penyimpanan sediaan khusus yang meliputi produk HAM, nutriai parenteral, dan
B3 dilakukan secara terpisah dan disertai dengan penandaan khusus sesuai
ketentuan.
g. Memiliki label nama sediaan, konsentrasi/ dosis, tanggal kadaluarsa, dan
peringatan (jika ada peringatan khusus).
h. Dilakukan inspeksi berkala untuk memastikan penyimpanan benar dan sesuai
stabilitas produk. Dilakukan oleh Koordinator Instalasi Farmasi tiap dua bulan
sekali.
i. Jika suhu penyimpanan obat tidak sesuia, laporkan ke Instalasi Pemeliharaan
Sarana dan Sanitasi. Sembari menunggu perbaikan, obat dipindah ke tempat lain
yang suhunya sesuai.
 Penyimpanan perbekalan farmasi di ruang rawat inap
a. Obat pasien disimpan dalam kotak obat pasien, setiap kotak obat diberi identitas
yang sesuai dengan prinsip International Patient Safety Goals (IPSG). (Minimal
mencantumkan nama dan nomor rekam medis pasien)
b. Perbekalan farmasi emergensi tersedia di dalam troli/ bag emergensi yang
terkunci serta dikelola kepala ruang dan apoteker farmasi klinik. Lengkapi
formulir pemakaian setiap kali menggunakan isi troli/bag emergensi.
c. Dilakukan inspeksi berkala untuk memastikan perbekalan farmasi disimpan
dengan benar dan dalam kondisi yang sesuai untuk stabilitas produk. Inspeksi
dilakukan oleh Kepala Ruangan dan apoteker Farmasi Klinik minimal setiap satu
minggu sekali.
d. Kebersihan dan kerapian area penyimpanan perbekalan farmasi menjadi
tanggung jawab kepala ruang dan apoteker farmasi klinik.
e. Jika suhu penyimpanan obat tidak sesuai, laporkan ke Instalasi Pemeliharaan
Sarana dan Sanitasi. Sembari menunggu perbaikan, obat dipindah ke tempat lain
yang suhunya sesuai.
f. Upaya menjamin keamanan area penyimpanan perbekalan farmasi di ruangan :
 Tidak boleh dimasuki oleh selain dokter/ perawat/ petugas farmasi tanpa
izin.
 Diusahakan di tempat yang tidak mudah terlihat /diakses oleh
pengunjung.
 Diusahakan selalu dalam keadaan terkunci jika tidak ada petugas.
 Pemasangan kamera pengawas pada area tertentu.
g. Untuk obat bentuk vial yang akan digunakan lagi (multi-dose), seka permukaan
vial dengan swab alkohol 70% selama 1 menit lalu tutup menggunakan parafilm.
Obat yang digunakan secara multi-dose diberi label yang mencantumkan
identitas pasien, konsentrasi obat (bila direkonstitusi), tanggal kadaluarsa, nama
petugas yang membuka obat. Kadaluarsa obat multi-dose sesuai Buku
Rekonstitusi, jika tidak ditentukan maka tanggal kadaluarsa adlah 28 hari stelah
dibuka. Untuk obat yang digunakan bersama/ lebih dari 1 pasien, beri keterangan
penggunaannya (misal : untuk nebulizerm untuk BGA)

Peresepan dan Pencatatan


 Resep hanya boleh ditulis oleh dokter yang memiliki kewenangan
 Resep sitostatika hanya boleh ditandatangani dokter spesialis onkologi
 Resep harus mengacu pada formularium RS (Sesuai Formularium Nasional)
 Untuk resep non-formularium/ tidak sesuai retriksi Formularium Nasional
Ajukan persetujuan ke Tim Farmasi dan Terapi
 Gunakan tulisan jelas dan mudah dibaca
 Gunakan istilah dan singkatan

Vous aimerez peut-être aussi