Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kimia permukaan dapat didefinisikan secara umum sebagai kajian reaksi

kimia di permukaan. Hal ini berkaitan erat dengan fungsionalisasi permukaan yang

bertujuan mengubah susunan kimia permukaan dengan menambahkan unsur tertentu

Kimia permukaan juga bertumpang tindih dengan elektrokimia. Ilmu permukaan

secara khusus penting untuk bidang katalisis heterogen. Secara umum peristiwa

adsorpsi yang terjadi pada larutan terbagi atas dua bagian yaitu adsorpsi fisika dan

adsorpsi kimia. Luas permukaan karbon aktif sebagai adsorben merupakan salah satu

parameter yang penting. Karbon aktif dapat dikatakan sebagai adsorben yang baik

jika memiliki luas permukaan yang tinggi. Hal ini karena luas permukaan adsorben

merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses adsorpsi.

Adsorpsi merupakan salah satu dari proses pemisahan yang sudah lama

dikenal dan banyak digunakan dalam industri. Beberapa tahun belakangan ini, proses

adsorpsi banyak mendapat perhatian. Hal ini bukan hanya karena aplikasinya sebagai

proses pemisahan yang banyak digunakan dalam industri kimia dan makanan, tetapi

juga berhubungan dengan teknologi penyimpanan gas yang sedang dikembangkan,

yaitu penyimpanan dalam keadaan teradsorpsi, dalam teknologi ini, proses adsorpsi

tidak digunakan untuk proses pemisahan, tetapi untuk menyimpan gas, seperti

hidrogen, natural gas, dan karbon dioksida. Teknologi ini tentunya dapat membantu
masalah penggunaan energi terbaru yang masih terkendala dalam hal transportasi dan

penyimpanan. Pentingnya proses adsorpsi ini menjadi pemicu dilakukannya banyak

penelitian mengenai proses adsorpsi mulai dari segi mekanisme sampai dengan

pengembangan adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi.

Menurut Freedonia 2010, adsorben merupakan salah satu faktor yang penting

dalam proses adsorpsi. Adsorben yang sering digunakan dalam proses adsorpsi ialah

padatan berpori seperti zeolit, silika gel, dan karbon aktif dari beberapa jenis

adsorben tersebut yang paling banyak digunakan ialah karbon aktif. Hal ini

disebabkan karbon aktif memiliki luas permukaan yang lebih tinggi dari adsorban

yang lain sehingga dapat mengadsorpsi lebih banyak molekul. Konsumsi karbon aktif

dunia meningkat setiap tahunnya. Menurut perkiraan sebuah riset, pada tahun 2014,

konsumsi karbon aktif dunia mencapai 1,7 juta ton ( Sudibandriyo, 2011).

Arang aktif, telah banyak digunakan dalam penyediaan air minum, baik

sebagai penyaring (strainer) maupun adsorben. Dilaporkan arang aktif dapat

meghilangkan bau, rasa tidak enak dan warna yang kebanyakan disebabkan oleh

adanya bahan organik dan sisa organism serta dapat menghilangkan bakteri dan virus.

Beberapa pustaka melaporkan bahwa arang aktif tidak dapat menghilangkan semua

ion logam bebas dalam air. Namun dari hasil penelitian pendahuluan yang telah

dilakukan terlihat bahwa arang mempunyai kemampuan absorpsi yang cukup besar

terhadap ion Al, Cr, As, Se, Ag, Pb, Cu, Mn dan Fe terutama pada pH 7. Zeolit telah

banyak digunakan untuk pemurnian air, baik sebagai adsorben maupun penukar ion.

Dilaporkan zeolit dapat menyerap secara efektif senyawa-senyawa dalam air, seperti
ammonia, amina, beberapa senyawa organik termasuk peptisida dan senyawa kimia

toksin seperti, Se, Sr, Pb, Cd, Ag, dan logam-logam berat (Saryati, 2002).

Pengujian daya serap adsorpsi arang aktif dilakukan terhadap larutan metilen

biru klorida. Metilen biru atau metiltionium klorida memiliki rumus molekul

C16H18N3SCl.3H2O. Metilen biru yang dimurnikan berbentuk Kristal berwarna hijau

kegelapan. Sifat-sifatnya antara lain tidak berbau, stabil dalam udara, larut dalam air,

alkohol dan kloroform. Metilen biru yang dilarutkan dalam air akan berwarna biru

tua. Zat warna methylene blue dapat diserap oleh sejenis lempung dalam larutan.

Proses ini dapat diukur dengan kolorimeter atau spektrofotometer

Metilen biru memiliki kemampuan adsorpsi yang kuat terhadap padatan dan

diakui berguna dalam karakteristik adsorpsi suatu bahan. Beberapa karbon yang

memiliki ukuran mesopori mampu mengadsorpsi molekul dengan ukuran medium

seperti zat warna metilen birudengan kemampuan adsorpsi sekitar 11- 28 g/100 g

dalam kajian adsorpsi, waktu kontak yang cukup diperlukan untuk mencapai

kesetimbangan adsorpsi. Jika fase cair yang berisi adsorben dalam keadaan diam,

maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan lambat dan merupakan tahap

penentuan kecepatan adsorpsi sehingga diperlukan pengocokan untuk mempercepat

proses adsorpsi (Ardizzone, 1993).

Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum penentuan luas permukaan zat

padat ini, untuk mengkaji lebih lanjut daya serap terhadap arang aktif yang

menghasilkan karbon aktif dengan luas permukaan yang tinggi, sehingga dapat
digunakan untuk berbagai keperluan dalam proses adsorpsi, pengujian ini dilakukan

terhadap larutan metilen biru klorida dengan konsentrasi yang berbeda-beda.

1.2. Tujuan percobaan

Tujuan pelaksanaan percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan luas permukaan spesifik zat padat dengan metode: adsorpsi zat

warna (metilen biru klorida)

2. Menentukan ukuran besar partikel rata-rata.

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan penentuan luar pemukaan za t padat didasarkan atas

kemampuan suatu adsorben untuk mengadsorpsi suatu zat terhadap adsorban (zat

yang akan diadsorpsi) pada berbagai macam konsentrasi.


BAB II
TEORI PENDUKUNG

2.1. Arang Aktif

Arang biasa dipergunakan sebagai bahan bakar. Penggunaan arang lebih

menguntungkan dibanding kayu bakar karena arang memberikan kalor pembakaran

yang lebih tinggi dan asap yang lebih. Selain digunakan sebagai bahan bakar, juga

dapat digunakan sebagai adsorben. Arang aktif merupakan suatu padatan berpori,

yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan

secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain

komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting

diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-

pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Daya adsorpsi

ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih

tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan aktivator bahan-bahan

kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.

Gambar 1. Skematik dari beberapa gugus fungsional asidik pada arang aktif

(Wirawan, 2012)
2.2. Adsorpsi

Adsorpsi merupakan salah satu dari proses pemisahan yang sudah lama

dikenal dan banyak digunakan dalam industri. Proses adsorpsi beberapa tahun

belakangan ini banyak mendapat perhatian. Hal ini bukan hanya karena aplikasinya

sebagai proses pemisahan yang banyak digunakan dalam industri kimia dan makanan,

tetapi juga berhubungan dengan teknologi penyimpanan gas seperti hidrogen, natural

gas, dan karbon dioksida yang sedang dikembangkan, yaitu penyimpanan dalam

keadaan teradsorpsi (Sudibandriyo dan Lydia, 2011).

Mekanisme adsorpsi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut

permukaan adsorben dapat menarik molekul-molekul gas atau cair yang

bersinggungan dengannya secara fisika dan kimia. Pada proses fisika gaya yang

mengingkat adsorbat oleh adsorben adalah gaya Van Der Waals, molekul terikat

sangat lemah. Sedangkan pada proses adsorpsi secara kimia, interaksi adsorbat

dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia yang diawali dengan adsorpsi

fisika, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya

Van Der Waals atau ikatan hidrogen, kemudian diikuti oleh adsorpsi kimiadengan

membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen). Hal-hal yang mempengaruhi

proses adsorpsi antara lain adsorben, luas permukaan adsorben, derajat keasaman

(pH), waktu kontak dan konsentrasi (Langenati, dkk, 2012).

2.3. Proses Pengaktifan Arang Aktif


Proses pengaktifan arang menjadi arang aktif dapat dilakukan dengan

beberapa cara, dimana pada prinsipnya adalah untuk menghilangkan atau

mengeluarkan kotorankotoran yang terdapat pada permukaan arang. Aktifasi arang

umumnya dilakukan dengan mengalirkan uap/gas seperti uap air, gas nitrogen, gas

CO. Sebelum diaktifasi, dapat dilakukan perendaman terhadap arang menggunakan

H3PO4, NH4HCO3, KOH, NaOH yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas arang

aktif yang dihasilkan (Hendra dan Saptadi, 2010).

2.4. Karakteristik Karbon Aktif

Adsorben yang berpotensi untuk menyerap gas CO2 dalam biogas adalah

karbon aktif. Karakterisasi karbon aktif dilakukan dengan GSA (Gas Sorption

Analyser) untuk mengetahui porositas, luas permukaan, konstanta BET, dan jari-jari

rerata pori. Menurut Suyati (2005) semakin besar luas permukaan dan volume total

pori, maka jari-jari rata pori akan semakin kecil sehingga sangat baik dijadikan

sebagai adsorben untuk menyerap gas (Widyastuti, Berlian dan Afghani, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Fisik II tentang Penentuan Luas Permukaan Zat Padat

dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Mei 2017 pukul 13.00 WITA – selesai dan

bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: labu

erlenmeyer, pipet seukuran 5, 10 dan 25 mL, buret mikro, spektronik, alat sentrifuge,

corong tangkai pendek dan gelas ukur 10 mL.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: larutan

metilen biru klorida dengan konsentrasi 4, 3, 2, 1 dan 0,5 ppm, norit (arang), kertas

saring, aluminium foil dan aquades.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Penentuan Waktu Setimbang Adsorpsi

3.3.1.1. Adsorpsi zat warna

Prosedur kerja yang dapat dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai

berikut: kedalam 5 buah labu erlenmeyer 100 mL, masing-masing diisi 1 gram arang

aktif. Pada tiap labu, kemudian ditambahkan 25 mL larutan metilen biru klorida 3
ppm. Dikocok selama 5 menit dan dibiarkan selama 15, 30, 45, 60 dan 75 menit.

Disentrifuge/disaring larutan dalam tiap labu (setelah dibiarkan selama waktu di atas).

Ditentukan jumlah mg zat warna yang tidak teradsorpsi dengan mengukur adsorbans

larutan hasil dekantasi dengan 660 nm.

3.3.2. Penentuan Luas Permukaan Zat Padat

3.3.2.1. Metode adsorpsi zat warna

Penentuan awal sama seperti percobaan yang sebelumnya dan dilakukan

bersamaan dengan pengerjaan awal, tetapi larutan metilen biru klorida yang

ditambahkan berbeda-beda konsentrasinya misalnya labu I, II, III, IV dan V berturut-

turut adalah 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm dan 4 ppm. Setelah percobaan penentuan

waktu setimbang adsorpsi diperoleh, maka dilakukan pengukuran adsorban.

Pengerjaannya sama dengan percobaan penentuan waktu setimbang adsorpsi bagian

3.
Pembahasan

Penentuan luas permukaan zat padat pada percobaan ini menggunakan zat warna

Metilen Biru Klorida dengan adsorbensnya berupa arang aktif. Digunakan arang aktif ini

karena Arang aktif atau sering juga disebut sebagai karbon aktif merupakan suatu jenis

karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Selain itu, arang aktif juga

memiliki pori-pori mikro dan makro yang jumlahnya banyak dengan bentuk dan ukuran yang

bervariasi. Perlakuan pertama yang dilakukan pada percobaan ini ialah arang aktif yang

telah disediakan dicampur dengan metilen biru klorida dengan menggunakan konsentrasi

yang bervariasi yaitu 5, 4, 3, 2, 1, dan 0,5 ppm. kaena untuk mengetahui kemampuan

adsorpsi karbon aktif maka dilakukan uji adsorpsi terhadap metilen blue, sebab berdasarkan

satuan nasional Indonesia Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang

aktif untuk menyerap larutan berwarna dan menentukan luas permukaan pori karbon aktif.

Oleh karenanya kemampuan mengadsorpsi metilen blue menjadi salah satu ukuran kualitas

dari metilen blue yang dihasilkan. Sehingga dalam hal ini Bahan yang terserap dinamakan

adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben

(adsorbent /substrate). Kemampuan arang untuk menyerap suatu zat sangat bergantung

pada luas permukaan pori-porinya. Makin luas permukaan poriporinya, makin tinggi daya

serapnya.

Perlakuan selanjutnya dengan penyaringan, tujuan dilakukan penyaringan ini adalah agar

didapatkan filtratnya yang merupakan larutan metilen biru sisa. Konsentrasi metilen biru

sisa dapat diketahui dengan cara memasukkan data tersebut kedalam persamaan kurva

standar, sehingga konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi oleh arang aktif dapat
diketahui. Konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi digunakan untuk menghitung luas

permukaan arang aktif. Sebelum menentukan luas permukaan arang aktif dilakukan

penentuan waktu selama 15 menit, yaitu lama waktu k larutan metilen biru dengan arang

aktif yang memberikan penyerapan metilen biru terbesar oleh adsorben.

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pada waktu kontak sel ama 20 menit sampai 50

menit terjadi kenaikan adsorpsi. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu kontak maka

semakin banyak partikel-partikel arang aktif yang bertumbukan dan berinteraksi dengan

larutan metilen biru sehingga kemampuan adsorpsinya semakin naik. Waktu kontak

optimum metilen biru terjadi pada waktu kontak 50 menit, dimana metilen biru yang

terserap oleh arang aktif biji kapuk paling banyak. Sedangkan pada waktu kontak di atas 50

menit terjadi penurunan daya adsorpsi karena lapisan luar pada arang aktif telah jenuh

sehingga kurang mampu mengadsorpsi metilen biru lagi.

Dan Dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat Spektronik dengan panjang

gelombang 660 nm. Banyaknya tiap gram (mg) zat warna yang teradsorpsi oleh arang aktif

menunjukan luas (m2/gram) permukaan dari zat padat (arang aktif) yang digunakan dalam

mengadsorpsi zat warna tersebut.

Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang aktif yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi

molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun

kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap berbagai perbedaan konsentrasi zat warna, diukur

absorbans dari adsorpsi arang aktif dengan mengukurnya pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 660 nm. Diperoleh nilai absorbans yang berbeda-beda pada tiap nilai

konsentrasi. Terlihat bahwa konsentrasi yang paling besar yaitu 4 ppm memiliki nilai

absorbans yang tinggi pula yaitu 1,5287. Jika membandingkannya dengan kurva kalibrasi

larutan standar dan setelah melakukan perhitungan di peroleh nilai luas permukaan spesifik

arang aktif adalah sebesar 0.12908 m2/g. Sedangkan untuk menentukan ukuran partikel

rata-rata tidak dapat dilakukan karena tidak dilakukan pengukuran untuk menentukan rapat

jenis dari zat padatnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Luas permukaan spesifik karbon aktif dengan metode adsorpsi zat warna (metilen

biru klorida) adalah 0.12908 m2/g.

2. Ukuran besar partikel rata-rata dapat ditentukan jika mengetahui nilai rapat massa

zat padat.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu, pada praktikum penentuan luas permukaan zat

padat kedepannya agar dapat dilakukan lebih baik lagi dengan mengukur rapat jenis zat

padat sehingga ukuran partikel juga dapat ditentukan selain menentukan luas permukaan

spesifik dari karbon aktifnya.


Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa luas

permukaan dari zat padat yang digunakan (arang aktif/norit) untuk

mengadsorpsi zat warna metilen biru klorida pada masing–masing konsentrasi

(ppm) adalah 0,0423 m2 dan ukuran besar partikel zat padat adalah 0,9372

m2. Bilangan–bilangan ini menunjukan besarnya bidang permukaan (bidang

sentuh) zat padat (Arang aktif) yang aktif dalam mengadsorpsi tiap gram zat

warna (larutan metilen biru klorida).


Pembahasan baru

Selain itu adsorpsi

juga didefinisikan sebagai pengambilan molekul-molekul oleh permukaan luar

atau permukaan dalam suatu padatan adsorben atau oleh permukaan larutan.

Adsorpsi terjadi karena molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair

yang memiliki gaya tarik dalam keadaan tidak setimbang yang cenderung tertarik

ke arah da lam (gaya kohesi adsorben lebih besar daripada gaya adhesinya).

Ketidakseimbangan gaya tarik tersebut mengakibatkan zat padat atau zat cair yang

digunakan sebagai adsorben cenderung menarik zat-zat lain yang bersentuhan

dengan permukaannya. Bahan yang terserap dinamakan adsorbat (adsorbate),

sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent /

substrate).

Arang Aktif

Arang aktif adalah arang yang berbentuk amorf, berwarna hitam, tidak

berbau, dan memiliki daya serap yang lebih besar dari arang biasa yang tidak

diaktivasi. Arang aktif dapat dibedakan dengan arang biasa berdasarkan sifat pada

permukaannya. Permukaan pada arang biasa masih tertutup lapisan hidrokarbon

yang menghalangi keaktifannya, sedangkan pada arang aktif permukaannya relatif

bebas dari lapisan hidrokarbon dan mampu melakukan adsorpsi karena

permukaannya lebih luas dan pori-porinya telah terbuka. Arang aktif atau sering

juga disebut sebagai karbon aktif merupakan suatu jenis karbon yang memiliki
luas permukaan yang sangat besar. Selain itu, arang aktif juga memiliki pori-pori

mikro dan makro yang jumlahnya banyak dengan bentuk dan ukuran yang

bervariasi. Satu gram arang diperkirakan dapat memiliki luas permukaan sekitar

1000 – 2000 m²/gr. Kemampuan arang menyerap zat-zat organik itu sangat

bergantung pada luas permukaan pori-porinya. Makin luas permukaan poriporinya,

makin tinggi daya serapnya.

Arang aktif dari biji kapuk sebanyak ± 0,2000 gram dicampur dengan 40,0

ml larutan metilen biru 100 ppm. Kemudian dilakukan pengadukan dengan

menggunakan shaker dengan kecepatan 100 rpm pada waktu yang bervariasi,

yaitu 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 menit. Campuran tersebut disaring dengan kertas

whatman sehingga didapatkan filtratnya yang merupakan larutan metilen biru sisa.

Filtrat diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

Shimadzu pada panjang gelombang maksimum metilen biru. Data yang diperoleh

adalah data absorbansi metilen biru sisa. Konsentrasi metilen biru sisa dapat

diketahui dengan memasukkan data tersebut kedalam persamaan kurva standar,

sehingga konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi oleh arang aktif dari biji kapuk

dapat diketahui. Waktu kontak optimum merupakan waktu kontak yang

menghasilkan adsorpsi metilen biru paling banyak oleh arang aktif sebagai

adsorben.

3.4.4.4 Pengukuran luas permukaan

Arang aktif sebanyak ± 0,2000 gram dicampur dengan 40,0 ml larutan


metilen biru 100 ppm. Kemudian dilakukan pengadukan dengan shaker kecepatan

100 rpm pada waktu kontak optimum. Campuran kemudian disaring dengan

kertas whatman sehingga diperoleh filtrat yang merupakan larutan metilen biru

sisa. Filtrat diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

Shimadzu pada panjang gelombang maksimum metilen biru. Data yang diperoleh

adalah data absorbansi metilen biru sisa. Konsentrasi metilen biru sisa dapat

diketahui dengan cara memasukkan data tersebut kedalam persamaan kurva standar,

sehingga konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi oleh arang aktif dari

biji kapuk dapat diketahui. Konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi digunakan

untuk menghitung luas permukaan arang aktif.

4.1 Arang Aktif dari Biji Kapuk

Biji kapuk dipilih yang sudah tua yang diperoleh dari buah kapuk randu

yang sudah tua. Pembuatan adsorben dari biji kapuk dilakukan melalui dua tahap,

yaitu pembuatan arang dari biji kapuk dengan cara pengarangan dan pengaktifan

arang dari biji kapuk. Pada tahap pertama biji dicuci dengan akuades dan

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 oC selama ± 5 jam. Biji

kapuk yang telah kering diarangkan dengan menggunakan furnace pada suhu

500oC selama ± 1 jam. Setelah itu, arang yang sudah terbentuk ditumbuk dan

diayak pada ukuran 60 dan 70 mesh. Hal ini dilakukan untuk memperkecil ukuran

partikel arang aktif dari biji kapuk agar pusat aktif yang ada di permukaannya

(pori-pori) menjadi semakin besar, sehingga adsorbat yang terserap semakin


banyak.

Pada tahap kedua, arang dari biji kapuk yang sudah diayak direndam

dalam larutan H3PO4 85 %. Proses perendaman ini berfungsi untuk membuka

pori-pori permukaan arang sehingga daya serapnya menjadi lebih besar. Setelah ±

48 jam, arang dipisahkan dari asam fosfat dengan cara didekantasi dan dicuci

berkali-kali dengan akuades. Setelah itu arang aktif dikeringkan dalam oven pada

suhu 105 oC selama ± 24 jam.

Waktu Kontak Optimum Metilen Biru

Sebelum menentukan luas permukaan arang aktif dari biji kapuk dilakukan

penentuan waktu kontak optimum, yaitu lama waktu kontak larutan metilen biru

dengan arang aktif yang memberikan penyerapan metilen biru terbesar oleh

adsorben. Data absorbansi terhadap larutan metilen biru sisa yang diukur

menggunakan spektrofotometer UV-Vis dimasukkan ke dalam persamaan regresi

kurva standar larutan metilen biru, sehingga diperoleh konsentrasi akhir dari

larutan metilen biru yang tidak terserap oleh arang aktif.

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pada waktu kontak selama 20

menit sampai 50 menit terjadi kenaikan adsorpsi. Hal ini dikarenakan semakin

lama waktu kontak maka semakin banyak partikel-partikel arang aktif yang

bertumbukan dan berinteraksi dengan larutan metilen biru sehingga kemampuan

adsorpsinya semakin naik. Waktu kontak optimum metilen biru terjadi pada

waktu kontak 50 menit, dimana metilen biru yang terserap oleh arang aktif biji
kapuk paling banyak. Sedangkan pada waktu kontak di atas 50 menit terjadi

penurunan daya adsorpsi karena lapisan luar pada arang aktif telah jenuh sehingga

kurang mampu mengadsorpsi metilen biru lagi.

Dalam penggunaannya sebagai adsorben, arang dari tempurung kelapa perlu

diaktivasi. Proses aktivasi berfungsi untuk membuka pori-pori pada permukaan arang

dengan cara memecah ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul yang terdapat

pada permukaannya

Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah karbon aktif. Arang aktif

biasanya disebut karbon aktif yang dapat menyerap

beberapa jenis zat di dalam cairan ataupun gas. Berarti arang aktif dapat

digunakan sebagai bahan penjernih ataupun untuk menghilangkan bau busuk.

Pada arang aktif terdapat banyak pori (zone) berukuran nanD hingga

mikrometer. Sedemikian banyaknya pori sehingga dalam satu gram arang aktif bila

semua dinding rongga pori direntangkan, luas permukaannya

mencapai ratusan hingga ribuan meter persegi.

Dapat

Adsorbsi metilen blue telah banyak dilakukan untuk menentukan kapasitas

adsorbs karbon aktif. Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

arang aktif untuk menyerap larutan berwarna dan menentukan luas


permukaan pori karbon aktif. Oleh karenanya kemampuan mengadsorpsi

metilen blue menjadi salah satu ukuran kualitas dari metilen blue yang

dihasilkan di mana SNI mensyaratkan kemampuan minimal menyerap

adalah 120 mg/g untuk serbuk karbon aktif (Anonim, 1995).

Kemampuan karbon aktif dalam mengsdsorbsi metilen blue merupakan salah

satu standar kualitas karbon aktif menurut SNI. Berdasarkan Standar Industri

Indonesia karbon aktif yang baik mampu menyerap metilen blue minimal 120

mg/g (Anonim, 1995). Pengukuran larutan metilen blue dilakukan pada pada

panjang gelombang 664 nm. Hasil uji daya serap karbon aktif terhadap larutan

metilen blue dengan konsentrasi 100 ppm menghasilkan nilai daya serap metilen

blue sesuai data berikut:

Vous aimerez peut-être aussi