Vous êtes sur la page 1sur 18

ANALISIS MASALAH SKENARIO A TUTOR 6

1d. Hubungan usia, jenis kelamin dan pekerjaan  kasus?


Jawab:
Usia: 32 tahun
Untuk usia, Tn. Wendr termasuk kedlam usia produktif dan aktif sehingga resiko untuk
terjadinya trauma/ fraktur lebih besar. Biasanya mengenai usia 30-50 tahun.
Jenis kelamin: laki – laki
Untuk jenis kelamin, laki – laki lebih banyak terkena daripada perempuan, hal ini disebabkn
oleh laki – laki yang biasanya ditugaskan untuk pekerjaan yang lebih berat daripada
perempuan  lebih berbahaya  lebih sering terjdi kecelakaan kerja
Pekerjaan: menggnti genteng yang bocor
Untuk pekerjaan, laki – laki biasanya diberikan pekerjaan yang lebih berat/ menantang
daripadaa pekerjaan yang diberikan pada perempuan kecelakaan kerja pada laki laki lebih
sering terjdi daripada perempuan.
(Jevon, 2008)

2c. Patofisiologi pingsan?


Jawab:
 Jatuh dari atap rumah dengan ketinggian 6 meter  fraktur costae VIII  saat bernafas
udara masuk ke dalam pleura patietal  udara terperangkap di cavum pleura 
peningkatan tekanan intra peura  pulmo dextra kolapas  penurunan sumpai O2 
hipoksia otak  penurunan kesadaran
 Trauma tumpul di kepala  fraktur basis cranii  TIK meningkat  perfusi ke otak
terganggu  iskemia  penurunan kesadaran

2d. Apa dampak seseorang dibawa ke UGD 30 menit setelah jatuh dari ketinggian 6
meter?
Jawab:
Dampak trauma yang dibawa ke UGD setelah 30 menit akan memperparah keadaan pasien
seperti terjadinya cedera otak sekunder dan penurunan kesadaran berlajut.
Fraktur membutuhkan penanganan segera.
Waktu terbaik untuk mengobati Fraktur adalah dalam waktu 1-6 jam (disebut Periode Emas,
Golden Period ) terutama pada kasus fraktur yang mengenai sistem Saraf. Jika lewat dari 6
jam semenjak waktu kejadian kecelakaan, kemungkinan hasilnya tidak sebaik jika dibawa
sesegera mungkin.

2e. Prosedur membawa pasien ke UGD?


Jawab:
Pemindahan pasien kritis dapat menyebabkan perburukan fisiologis. Pasien mungkin tidak
mampu untuk mentoleransi gerakan mengangkat, berdiri, gerakan tiba – tiba, vibrasi, dan
akselerasi/deselerasi.
Perubahan – perubahan yang signifikan pada tekanan intrakranial dapat diinduksi oleh
pemindahan pasien, misalnya dengan menempatkan pasien dengan posisi kepala dibawah
ketika memasukkan pasien ke ambulans dapat mengeksaserbasi hipertensi intrakranial.
Standar pelayanan dan pemantauan selama pemindahan pasien, yang akan bergantung pada
keutuhan masing – masing pasien, harus dipertahankan pada level yang sama di ICU/UGD.
Berikut rekomendasinya:
a. Oksigenasi arterial, EKG, dan tekanan arterial harus dipantau pada setiap pasien.
b. Pemantauan arterial invasif lebih disukai daripada noninvasif karena jenis noninvasif
lebih sensistif terhadap gerakan.
c. Teknan vena sentral, tekanan baji arteri pulomnal atau tekanan intrakranial mungkin
diperlukan bagi beberapa pasien.
d. Jika pasien mendapatkan ventilasi mekanik, maka suplai oksigen dn tekanan jalan
napas harus dipantau.
e. Pengukuran CO2 tidal akhir sangat disukai, terutama pada pasien yang mengalami
cedera serebral apapun penyebabnya.
f. Suhu harus dipantau jika abnormal, selama perjalanan jauh, atau dalam kondisi udara
dingin.
(Jevon, 2008)

3a. Anatomi dan fisiologi dari organ terganggu? (jawaban evi)


Jawab:
Organ apa yang kemungkinan terganggu pada kasus ini? (anatomi+ fisiologi
kesadaran)
Anatomi kepala terdiri dari Kulit kelapa (scalp), Tulang tengkorak, Meningen,
otak, Cairan serebrospinalis dan Tentorium.
Anatomi
A. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan
pericranium.

Lapisan Kranium
Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan
akibat laserasi pembuluh kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan
darah.

B. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah atau kalvaria dan basis kranii.Kalvaria di
regio temporalis tipis, namum dilapisi oleh otot temporalis.Sedangkan basis
kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat
bergerak akibat proses akselerasi atau dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar
dibagi atas 3 fossa yaitu :
- Fossa anterior
- Fossa media
- Fossa posterior
Fossa anterior adalah tempat dari lobus frontalis, fossa media
adalahtempat lobus temporalis, sedangkan fosa posterior adalah ruang bagian
bawah batang otak dan serebelum.

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital7. Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis, namun di sini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat
melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi.
Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fossa cranii anterior, fossa
cranii media dan fossa cranii posterior.
Fossa crania anterior menampung lobus frontal cerebri, dibatasi di anterior
oleh permukaan dalam os frontale, batas superior adalah ala minor ossis
spenoidalis. Dasar fossa dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontale di lateral dan
oleh lamina cribiformis os etmoidalis di medial. Permukaan atas lamina
cribiformis menyokong bulbus olfaktorius, dan lubung lubang halus pada lamini
cribrosa dilalui oleh nervus olfaktorius.
Pada fraktur fossa cranii anterior, lamina cribrosa os etmoidalis dapat cedera.
Keadaan ini dapat menyebabkan robeknya meningeal yang menutupi
mukoperiostium. Pasien dapat mengalami epistaksis dan terjadi rhinnore atau
kebocoran CSF yang merembes ke dalam hidung. Fraktur yang mengenai pars
orbita os frontal mengakibatkan perdarahan subkonjungtiva (raccoon eyes atau
periorbital ekimosis) yang merupakan salah satu tanda klinis dari fraktur basis
cranii fossa anterior7.
Fossa cranii media terdiri dari bagian medial yang dibentuk oleh corpus os
sphenoidalis dan bagian lateral yang luas membentuk cekungan kanan dan kiri
yang menampung lobus temporalis cerebri. Di anterior dibatasi oleh ala minor os
sphenoidalis dan terdapat canalis opticus yang dilalui oleh n.opticus dan
a.oftalmica, sementara bagian posterior dibatasi oleh batas atas pars petrosa os
temporal. Dilateral terdapat pars squamous pars os temporal8.
Fissura orbitalis superior, yang merupakan celah antara ala mayor dan minor
os sphenoidalis dilalui oleh n. lacrimalis, n.frontale, n.trochlearis, n,
occulomotorius dan n. abducens
Fraktur pada basis cranii fossa media sering terjadi, karena daerah ini
merupakan tempat yang paling lemah dari basis cranii. Secara anatomi kelemahan
ini disebabkan oleh banyak nya foramen dan canalis di daerah ini. Cavum timpani
dan sinus sphenoidalis merupakan daerah yang paling sering terkena cedera.
Bocornya CSF dan keluarnya darah dari canalis acusticus externus sering terjadi
(otorrhea). N. craniais VII dan VIII dapat cedera pada saat terjadi cedera pada
pars perrosus os temporal. N. cranialis III, IV dan VI dapat cedera bila dinding
lateral sinus cavernosus robek7.
Fossa cranii posterior menampung otak otak belakang, yaitu cerebellum, pons
dan medulla oblongata. Di anterior fossa di batasi oleh pinggi superior pars
petrosa os temporal dab di posterior dibatasi oleh permukaan dalam pars
squamosa os occipital. Dasar fossa cranii posterior dibentuk oleh pars basilaris,
condylaris, dan squamosa os occipital dan pars mastoiddeus os temporal8.
Foramen magnum menempati daerah pusat dari dasar fossa dan dilalui oleh
medulla oblongata dengan meningens yang meliputinya, pars spinalis assendens
n. accessories dan kedua a.vertebralis7.
Pada fraktur fossa cranii posterior darah dapat merembes ke tengkuk di bawah
otot otot postvertebralis. Beberapa hari kemudian, darah ditemukan dan muncul
di otot otot trigonu posterior, dekat prosesus mastoideus. Membrane mukosa atap
nasofaring dapat robek, dan darah mengalir keluar. Pada fraktur yang mengenai
foramen jugularis n.IX, X dan XI dapat cedera6,7.
C. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3lapisan
yaitu duramater, arakhnoid, piamater. Duramater adalah selaput yangkeras, terdiri
atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalamdan kranium.
Karena tidak melekat erat pada selaput arakhnoid di bawahnya,maka terdapat
suatu ruang potensial (subdura) yang terletak antara duramater danarakhnoid,
dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins´,
dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahansubdural. Pada beberapa
tempat tertentu duramater membelah menjadi 2 lapis membentuk sinus venosus
besar yang mengalirkan darah vena dari otak. Sinussagitalis superior mengalirkan
darah vena ke sinus transversus dan sinussigmoideus. Sinus sigmoideus
umumnya lebih dominan di sebelah kanan.Laserasi dari sinus-sinus ini dapat
mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalamdari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapatmenybabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dapat menyebabkan perdarahanepidural. Arteri yang
paling sering mengalami cidera adalah arteri meningeamedia yang terletak di fosa
temporalis (fosa media).
Dibawah duramater terdapat selaput arakhnoid yang tipis dan tembus pandang,
setelah itu terdapat lapisan piamater yang melekat erat pada permukaankorteks
serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang subarakhnoid.Perdarahan
subarakhnoid umumnya disebabkan oleh cidera kepala.
D.Otak
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum dan batang otak.
Serebrumterdiri atas hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang dipisahkan oleh falks
serebri(lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer
serebrikiri terdapat pusat bicara manusia atau disebut hemisfer dominan.
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pada sisi
dominan mengandung pusat ekspresi bicara (area bicara motorik).
Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Pada
lobus temporal untuk mengatur fungsi memori tertentu. Sedangkan lobus
parietalis untuk proses penglihatan.
Batang otak terdiri dari mesensefalon, pons, dan medula oblongata.
Mesensefalon dan pons bagian ayas berisi sistem aktivasi retikular yang
berfungsiuntuk kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata terdapat
pusatkardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medula spinalis di
bawahnya.Jika ada lesi kecil saja pada batang otak akan dapat menyebabkan
defisitneurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi
koordinasi dankeseimbangan, terletak dalam fosa posterior.

E. Cairan serebrospinalis
CSS dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan kecepatan produksi20ml/jam.
CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui voramen monro menujuventrikel III,
kemudian ke akuaduktus silvii menuju ventrikel IV, selanjutnya CSSkeluar dari
sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang subarakhnoid yang beradadi seluruh
permukaan otak dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalamsirkulasi
vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapatpada sinus sagitalissuperior. Jika
terdapat darah dala CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoidsehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan intrakranialatau
hidrochepalus komunikan post trauma.

F.Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruangsupratentorial
yang terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media danruang infratentorial
yang berisi fosa kranii posterior.
Mesensefalon (midbrain)menghubungkan hemisfer serebri dengan batang otak
(pons dan medulaoblongata) dan berjalan melalui celah lebar tentorium serebeli
yang disebutinsisura tentorial. Nervus okulomotorius (N.III) berjalan sepanjang
tepi tentorium,dan saraf ini dapat tertekan bila terjadi herniasi lobus temporal,
yang umumnyadiakibatkan oleh adanya masa supratentorial atau edema otak.
Serabut-serabut parasimpatik berfungsi melakukan konstriksi pupil mata berjalan
pada sepanjang permukaan nervus okulomotorius. Jika paralisis pada serabut ini
menyebabkan penekanan nervus III akan mengakibatkan dilatasi pupil oleh
karena tidak adahambatan aktivitas serabut simpatik
Fisiologi
A. Tekanan Intrakranial
Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat menyebabkankenaikan tekanan
intrakranial. Kenaikan tekanan intracranial dapat menurunkan perfusi otak dan
menyebabkan ataupun memperberat iskemia. Tekanan intrakranial normal pada
keadaan istirahat sebesar 10mmHg. Jika tekananintrakranial lebih tinggi dari 20
mmHg akan mengakibatkan hasil yang buruk.

B. Doktrin Monro-Kellie
Adalah suatu konsep sederhana yang dapat menerangkan pengertiandinamika TIK.
Konsep utamanya volume intrakranial harus selalu konstan. Bilaada massa seperti
hematoma, kompensasi intrakranial mengeluarkan darah venadari ruang intrakranial
dengan volume yang sama, TIK akan tetap normal. Namun jika mekanisme
kompensasi ini sudah terlampaui, maka kenaikan jumlah massayang sedikit saja akan
menyebabkan tekanan intrakranial yang tajam atau fasedekompensasi.

C. Aliran Darah ke Otak (ADO)


ADO normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55ml/100gr jaringan otak
permenit. Pada anak usia 1 tahun hampir sama dengan ADO orangdewasa, tetapi pada
usia 5 tahun ADO bisa mencapai 90ml/100gr/menit, dansecara gradual menurun
sebesar ADO dewasa. Cidera otak berat sampai komadapat menurunkan 50% dari
ADO dalam 6-12 jam pertama sejak trauma. ADO biasanya akan meningkat dalam 2-
3 hari berikutnya, tetapi pada penderita koma, ADO tetap berada di bawah normal
sampai beberapa hari atau minggu setelahtrauma. ADO yang terlampau rendah tidak
dapat mencukupi kebutuhanmetabolisme otak segera setelah trauma, sehingga akan
mengakibatkan iskemiotak fokal ataupun menyeluruh. Jadi untuk mempertahankan
ADO tetap konstan, pembuluh darah prekapiler otak memiliki kemampuan untuk
berkonstriksi ataudilatasi sebagai respon terhadap perubahan kadar PO2 atau PCO2
darah ataudisebut autoregulasi kimiawi. Pada cidera otak berat dapat mengganggu
keduamekanisme autoregulasi tersebut. Konsekuensinya adalah terjadi penurunan
ADO karena trauma akan mengakibatkan iskemi dan infark otak. Iskemi dengan
mudahdiperberat oleh adanya hipotensi, hipoksia, atau hipokapnia karena
hipoventilasiyang agresif. Oleh karena itu semua tindakan ditujukan untuk
meningkatkanaliran darah dan perfusi otak dengan cara menurunkan volume
intravaskuler,mempertahankan tekanan arteri rata-rata dan mengembalikan
oksigenasi.

Fisiologi kesadaran
Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Untuk
mempertahankan fungsi kesadaran yang baik, perlu suatu interaksi yang konstan dan
efektif antara hemisfer serebri yang intak dan formasio retikularis di batang otak.
Gangguan pada hemisfer serebri atau formasio retikularis dapat menimbulkan
gangguan kesadaran. Bergantung pada beratnya kerusakan, gangguan kesadaran dapat
berupa apati, delirium, somnolen, sopor atau koma.
Lintasan asendens dalam susunan saraf pusat yang menyalurkan impuls
sensorik protopatik, propioseptik dan perasa pancaindra dari perifer ke daerah korteks
perseptif primer disebut lintasan asendens spesifik atau lintasan asendens lemniskal.
Ada pula lintasan asendens aspesifik yakni formasio retikularis di sepanjang batang
otak yang menerima dan menyalurkan impuls dari lintasan spesifik melalui koleteral
ke pusat kesadaran pada batang otak bagian atas serta meneruskannya ke nukleus
intralaminaris talami yang selanjutnya disebarkan difus keseluruh permukaan otak
Pada manusia pusat kesadaran terdapat didaerah pons, formasio retikularis
daerah mesensefalon dan diensefalon. Lintasan aspesifik ini disebut diffuse ascending
reticular activating system (ARAS). Melalui lintasan aspesifik ini, suatu impuls dari
perifer akan menimbulkan rangsangan pada seluruh permukaan korteks serebri.
Dengan adanya 2 sistem lintasan tersebut terdapatlah penghantaran asendens
yang pada pokok-nya berbeda.Lintasan spesifik menghantarkan impuls dari satu titik
pada alat reseptor ke satu titik pada korteks perseptif primer. Sebaliknya lintasan
asendens aspesifik menghantarkan setiap impuls dari titik manapun pada tubuh ke
seluruh korteks serebri. Neuron-neuron di korteks serebri yang digalakkan olehimpuls
asendens aspesifik itu dinamakan neuron pengemban kewaspadaan, sedangkan yang
berasal dari formasio retikularis dan nuklei intralaminaris talami disebut neuron
penggalak kewaspadaan. Gangguan pada kedua jenis neuron tersebut oleh sebab
apapun akan menimbulkan gangguan kesadaran.
Sistem Respirasi
Sistem respirasi berperan untuk menukar udara dari luar ke permukaan dalam paru-
paru. Setelah udara masuk dalam sistem pernapasan, akan dilakukan penyaringan,
penghangatan dan pelembaban udara.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa
dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem
pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat
dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
1. Hidung (Nasal)
Bagian-bagian hidung :
1. Batang hidung : dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis
2. Cuping hidung : bagian bawah dari lateral hidung yang dibentuk oleh tulang
rawan
3. Septum nasi : yang membatasi 2 rongga hidung

2. Faring (Tekak)
Bagian-bagian faring

 Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan-
nya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
 Terdiri atas nasofaring, orofaring dan laringo faring.

3. Laring (Pangkal Tenggorok)


 Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea,
dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
Rangka Laring
Pita Suara

Sinus

Letak Sinus

4. Epiglottis
 Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol ke atas di belakang dasar lidah.
Epiglottis ini melekat pada bagian belakang Vertebra cartilago thyroideum.
 Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju
cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
Fonasi
 Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi
tertentu oleh sinus udara cranialis.
5. Trachea / batang tenggorok
 Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.
 Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak-lengkap yang berupa cincin tulang rawan
yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
6. Bronchus
 Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan
dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum
sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum
bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran
nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.
7. Alveoli
 Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli.
 Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler
dengan udara.
 Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-
rata 0,2 milimeter.

8. Paru-paru
 Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior.
 Paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
 Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

 Paru-paru dibungkus oleh pleura.


 Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral.
Sedangkan pleura parietalmenempel pada dinding rongga dada dalam.
 Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapatcairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru
secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada

Rongga Dada

 Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka
dada ini terdiri daricostae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga
menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya
iga-iga di bagian belakang.
 Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai
otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
- interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
- sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
- skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
- interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
- otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong
diafragma ke atas.
Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma

Mata dan Telinga


Bagian cranium yang membungkus otak (neurocranium / brain box) menutupi
otak, labirin, dan telinga tengah. Tabula eksterna dan tabula interna dihubungkan
oleh tulang kanselosa dan celah tulang rawan (diploë). Tulang-tulang yang
membentuk atap cranium (calvaria) pada remaja dan orang dewasa terhubung
oleh sutura dan kartilago (synchondroses) dengan kaku. Sutura coronaria
memanjang melintasi sepertiga frontal atap cranium. Sutura sagitalis berada pada
garis tengah, memanjang ke belakang dari sutura coronaria dan bercabang di
occipital untuk membentuk sutura lambdoidea. Daerah perhubungan os frontal,
parietal, temporal, dan sphenoidal disebut pterion, di bawah pterion terdapat
percabangan arteri meningeal media. Bagian dalam basis cranii membentuk lantai
cavitas cranii, yang dibagi menjadi fossa anterior, fossa media, dan fossa
posterior.
1. Fossa anterior dibentuk oleh os frontal di bagian depan dan samping,
lantainya dibentuk oleh os frontale pars orbitale, pars cribriformis os
ethmoidal, dan bagian depan dari alae minor os sphenoid. Fossa ini
menampung traktus olfaktorius dan permukaan basal dari lobus frontalis,
dan hipofise. Fossa anterior dan media dipisahkan di lateral oleh tepi
posterior alae minor os sphenoidale, dan di medial oleh jugum sphenoidale.
Pada fossa cranii anterior terdapat sinus frontalis di bagian depan, alae
minor os sphenoidale yang dengan bersama-sama pars orbitalis os frontal
membentuk atap orbita dengan struktur-struktur di midline, diantaranya
terdapat crista galli, pars cribriformis dan pars sphenoidal.
2. Fossa media lebih dalam dan lebih luas daripada fossa anterior, terutama ke
arah lateral. Di bagian anterior dibatasi oleh sisi posterior alae minor,
processus clinoideus anterior, dan sulcus chiasmatis. Di belakang dibatasi
oleh batas atas os temporal dan dorsum sellae os sphenoid. Di lateral
dibatasi oleh pars squamosa ossis temporalis, os parietal dan alae major os
sphenoid. Merupakan tempat untuk permukaan basal dari lobus temporal,
hipotalamus, dan fossa hipofiseal di tengah. Di kedua sisi lateralnya
terdapat tiga foramina (foramen spinosum, foramen ovale, dan foramen
rotundum). Pars anterior dinding lateral fossa media dibentuk oleh alae
major os sphenoidal. Sisa dinding lateral lainnya dibentuk oleh pars
squamosa os temporal yang merupakan tempat processus mastoideus dan
mastoid air cells serta kanalis auditorius eksternus. Pyramid petrous
mengandung membrane tympani, tulang-tulang pendengaran (malleus,
incus, dan stapes), dan cochlea pada telinga dalam. Fossa media dan fossa
posterior dibatasi satu sama lain di lateral oleh bagian atas os petrosus, dan
di medial oleh dorsum sellae.

3. Fossa posterior adalah fossa yang terbesar dan terdalam merupakan tempat
untuk cerebellum, pons, dan medulla. Di bagian anteromedial dibatasi oleh
dorsum sellae yang melanjutkan diri menjadi clivus. Bagian anterolateral
dibatasi oleh sisi posterior pars petrosa ossis temporalis, di lateral oleh os
parietal, dan di posterior oleh os occipital. Lubang paling besar yang ada di
basis cranii terdapat pada os occipital yaitu foramen magnum, dilalui oleh
medulla oblongata. Meatus akustikus interna terdapat pada bagian
posteromedial pars petrosa ossis temporalis. Foramen jugular berada di
kedua sisi lateral foramen magnum. Foramen jugular dilalui oleh vena
jugularis yang perluasan ke anterior dari sinus sagitalis superior dan
melanjutkan diri menjadi sinus transversus dan sinus sigmoideus. Jenis
penyebab dan pola fraktur, tipe, perluasan, dan posisi adalah hal-hal yang
penting dalam menentukan cedera yang ada. Tulang tengkorak menebal di
daerah glabella, protuberansia eksternal occipital, processus mastoideus,
dan processus angular eksternal dan disatukan oleh 3 arches pada masing-
masing sisinya. Lapisan tulang tengkorak disusun oleh tulang cancellous
(diploë) menyerupai roti sandwich di antara dua tablets, lamina externa (1.5
mm), dan lamina interna (0.5 mm). Diploë tidak ditemukan pada bagian
tulang tengkorak yang dilapisi oleh otot, sehingga lebih tipis dan rentan
terhadap fraktur.

(Snell, 2006)

5a. Interpretasi tanda vital abnormal?


Jawab:
Interpretasi : HR: 108x/menit  takikardi
Karena kompensasi untuk mensuplai oksigen ke jaringan dengan meningkatkan HR. (CO=
SVxHR)
Interpretasi: TD: 170/80 mmHg  hipertensi
Kompensasi karena oksigen difokuskan ke organ vital yaitu otak dan jantung
Interpretasi: 36,20chipotermi
Kompensasi karena oksigen difokuskan ke organ vital yaitu otak dan jantung

Sumber:
Jevon, P. 2008. Pemantauan Pasien Kritis. Edisi kedua. Erlangga Medical Series, Jakarta.
Indonesia.
Snell, R. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed. 6, Cet. 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi