Vous êtes sur la page 1sur 48

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PENETAPAN KADAR TEOFILIN DALAM CAMPURAN TEOFILIN DAN


PARASETAMOL DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

DISUSUN OLEH:

GOLONGAN II

KELOMPOK 7

R. BAGUS RAKA PRATAMA (1508505050)

I KETUT DUANTARA (1508505051)

DEDE JERRY SARTIKA PUTRA (1508505052)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

0
PENETAPAN KADAR TEOFILIN DALAM CAMPURAN TEOFILIN DAN
PARASETAMOL DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

I. TUJUAN
1.1. Membuat spektra masing-masing komponen dalam campuran.
1.2. Menentukan panjang gelombang zero crossing.
1.3. Membuat kurva baku dari larutan standarnya pada panjang gelombang zero
crossing.
1.4. Menetapkan kadar teofilin.

II. DASAR TEORI


2.1. Parasetamol
Parasetamol berupa kristal putih atau terdiri dari serbuk kristal. Titik
didihnya dalam air berkisar antara 169,0° sampai 170,5° C. Parasetamol larut
dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida (Depkes RI,1979). Berat molekulnya 151,2 gram/mol
(Depkes RI, 1995). Parasetamol memiliki absorbansi maksimum pada panjang
gelombang 245 nm (pada suasana asam) dan 257 nm (pada suasana basa) (Moffat
et al, 2005).

Gambar 1 Gambar 2
Rumus Struktur Parasetamol (Gambar 1). Spektrum Parasetamol (Gambar 2)
(Naldi, 2010).

1
2.2. Teofilin
Teofilin (C6H8N4O2.H2O) memiliki ciri fisik berbentuk serbuk, berwarna
putih, tidak berbau, rasanya pahit, dan stabil di udara. Berat molekul teofilin
198,18 gram/mol. Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.
Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari102,0% C7H8N4O2
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Teofilin sukar larut dalam air,tetapi
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida;
agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Depkes RI, 1995).
Absorbansi teofilin pada max 270 nm dalam larutan asam adalah sebesar 536 a
sedangkan dalam larutan alkali atau basa absoransinya sebesar 650 a pada max
275 nm (Moffat et al, 2005).

Gambar 3 Gambar 4
Rumus struktur Teofilin (Gambar 3) (Pratiwi, 2011). Spektrum Ultraviolet
Teofilin (Gambar 4) (Moffat et al.,2005).
2.3. Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri (Basset, 1994). Komponen utama dari spektofotometer yaitu :
sumber cahaya, pengatur intensitas, monokromator, kuvet, detektor ,dan penguat
(amplifier) (Hastuti, 2007). Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik
analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380- 780 nm) dengan memakai

2
instrumen spektrofotometer. Spektroskopi UV-Vis merupakan metode penting
yang mapan, andal dan akurat (Tipler, 1991).

2.4. Spektrofotometri Derivatif


Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah salah
satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran
beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu
walaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan (Fatah, 2008). Dasar
perhitungan kuantitatif spektrofotometri derivatif mengikuti hukum Lambert-
Beer, dimana serapan derivatif ke-n adalah :

Keterangan:
dnA dn 
 x1x c A = serapan ε = daya serap molar ( M-1 cm-1)
d d
c = konsentrasi molar (M) l = tebal sel (cm)
2.5. Metode Zero Crossing
Spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari masing-masing
senyawa/komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua, dan derivat
ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang
berdekatan melawan harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra
derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing komponen, di mana
zero crossing masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang gelombang yang
memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi (Wulandari dkk, 2008). Apabila
suatu campuran zat memiliki memiliki  zero crossing lebih dari satu, maka yang
dipilih untuk dijadikan  analisis adalah  zero crossing :
 Serapan senyawa pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada 
tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya.
 Memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar,
serapannya lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil.
(Hayun dan Yenti, 2006).
2.6. Metode Peak-to-Peak
Spektrum derivatif pertama dibuat dengan memplotkan dA/dλ terhadap
panjang gelombang (λ). Amplitudo diperoleh dari selisih serapan 2 panjang

3
gelombang yang berderet teratur dibagi Δλ, dalam hal ini Δλ adalah 1 nm.
Panjang gelombang peak-to-peak ditentukan dari penggabungan spektrum
derivatif larutan baku teofilin, parasetamol, dan sampel. Dari hasil penggabungan
spektrum derivatif tersebut, dicari daerah panjang gelombang dimana terdapat
spektrum yang saling berhimpitan satu sama lain secara total yang menghasilkan
puncak maksimum dan puncak minimum (Wulandari dkk, 2008).
III. ALAT DAN BAHAN
3.1. Alat
a. Spektrofotometer UV-VIS
b. Kuvet
c. Timbangan analitik
d. Beaker glass
e. Labu ukur 10 mL
f. Pipet ukur 1 mL dan 5 mL
g. Pipet tetes
h. Botol vial
3.2. Bahan
a. Serbuk parasetamol
b. Serbuk teofilin
c. Sampel larutan parasetamol dan teofilin
d. Aquadest
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1.Perhitungan Pembuatan Larutan
4.1.1 Pembuatan Stok Teofilin 1 mg/ml
Diketahui :
C teofilin = 1 mg/ml
Vteofilin yang dibuat = 10 mL
Ditanya : Massa teofilin yang ditimbang …?
Jawab :
massa
C = volume

4
X
1 mg/ml =10 ml

X = 10 mg
Jadi, massa teofilin yang ditimbang adalah 10 mg.
4.1.2 Pembuatan Stok Parasetamol 1 mg/ml
Diketahui :
Cparasetamol = 1 mg/ml
Vparasetamolyang dibuat = 10 mL
Ditanya : Massa parasetamol yang ditimbang …?
Jawab :
massa
C = volume
X
1 mg/ml =10 ml

X = 10 mg
Jadi, massa parasetamol yang ditimbang adalah 10 mg.
4.1.3 Pembuatan Larutan Baku Teofilin100 µg/ml
Diketahui :
Cstok teofilin = 1 mg/ml = 1000 µg/ml
Cteofilin yang dibuat = 100 µg/ml
Vteofilin yang dibuat = 25 mL
Ditanya : Vstok teofilinyang dipipet... ?

Jawab :

Cstok teofilin x Vstok teofilin =Cbaku teofilin x V baku teofilin

1000 µg/mL x Vstok teofilin = 100 µg/mL x 25 mL

V stok teofilin = 2,5 mL


Jadi, untuk membuat larutan baku teofilin 100 µg/mL dipipet 2,5 mL
larutan stok teofilin 1mg/ml.
4.1.4 Pembuatan Baku Parasetamol100 µg/ml
Diketahui :
C stok parasetamol = 1 mg/ml = 1000 µg/ml

5
C parasetamol yang dibuat = 100 µg/ml
V parasetamol yang dibuat = 10 mL
Ditanya : V stok parasetamol yang dipipet... ?
Jawab :
Cstok parasetamol x Vstok parasetamol= Cbaku paracetamol xVbaku paracetamol

1000 µg/mL x Vstok parasetamol = 100 µg/mL x 10 mL

Vstok parasetamol = 1 mL

Jadi, untuk membuat larutan baku parasetamol 100 µg/mL dipipet 1


mL larutan stok parasetamol 1 mg/ml.

4.1.5 Pembuatan Larutan Siap Ukur Teofilin 8,1 µg/mL.


Larutan Teofilin yang menghasilkan absorbansi 0,434 dengan
absorptivitas sebesar 536 x 100 mL/gr.cm
A = a.b.c (gr/mL)
0,434 = 536 x 100 mL/gr.cm x 1 cm x c
c = 8,1 x 10-6 gr/mL = 8,1 µg/mL
Maka dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 8,1 µg/mL.

Diketahui :
C baku teofilin = 100 µg/mL
C larutan siap ukur teofilin = 8,1 µg/mL
V larutan siap ukur teofilin = 10 mL
Ditanya :
Volume larutan baku teofilin yang dibutuhkan .... ?
Jawab :
C baku teofilin x V baku teofilin= C larutan siap ukur x V larutan siap ukur
100 µg/mL x V baku teofilin = 8,1 µg/mL x 10 Ml
Vbaku teofilin = 0,81 mL
Jadi, untuk membuat larutan siap ukur teofilin 8,1 µg/mL dipipet
0,81 mL larutan baku teofilin 100 µg/mL.

6
4.1.6 Pembuatan Larutan Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL
Larutan parasetamol yang menghasilkan absorbansi 0,434 dengan
absorptivitas sebesar 668 x 100 mL/g.cm
A = a.b.c (g/mL)
0,434 = 668 x 100 mL/g.cm x 1 cm x c
C = 6,5 x 10-6 g/mL = 6,5 µg/mL

Maka dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 6,5 µg/mL.

Diketahui :

C baku parasetamol = 100 µg/mL

C lartan siap ukur parasetamol = 6,5µg/mL

V larutan siap ukur parasetamol = 10 mL

Ditanya :

Volume larutan baku parasetamol yang dibutuhkan .... ?

Jawab :

C baku parasetamol x V baku prasetamol = C yang dibuat x V yang dibuat

100µg/mL x V baku paracetamol = 6,5µg/mL x 10 mL

V baku paracetamol = 0,65 mL

Jadi, untuk membuat larutan siap ukur parasetamol 6,5µg/mL dipipet


0,65 mL larutan baku parasetamol 100µg/mL.

µg
4.1.7 Pembuatan Larutan Campuran Teofilin 8,1 /mLdan Parasetamol
6,5 µg/mL
Pembuatan Larutan Campuran paracetamol dan Teofilin dilakukan
dengan mencampurkan Larutan baku paracetamol dan larutan baku
teofilin.

7
Untuk mengetahui volume larutan baku yang dicampurkan, dicari
terlebih dahulu Konsentrasi larutan siap ukur dari paracetamol dan
teofilin dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Larutan Teofilin yang menghasilkan absorbansi 0,434 dengan
absorptivitas sebesar 536 x 100 mL/gr.cm
A = a.b.c(gr/mL)
0,434 = 536 x 100 mL/gr.cm x 1 cm x c
c = 8,1 x 10-6 gr/mL = 8,1 µg/mL
Maka dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 8,1 µg/mL.

Diketahui :

C baku teofilin = 100 µg/mL

C larutan siap ukur teofilin = 8,1 µg/mL


V larutan siap ukur teofilin = 10 mL

Ditanya :

Volume larutan baku teofilin yang dibutuhkan .... ?

Jawab :

C baku teofilin x V baku teofilin = C larutan siap ukur x V larutan siap ukur
100 µg/mL x V baku teofilin = 8,1 µg/mL x 10 mL
Vbaku teofilin = 0,81 mL
Jadi, untuk membuat larutan siap ukur teofilin 8,1 µg/mL dipipet
0,81 mL larutan baku teofilin 100µg/mL.
b. Larutan parasetamol yang menghasilkan absorbansi 0,434 dengan
absorptivitas sebesar 668 x 100 mL/g.cm
A = a.b.c (g/mL)
0,434 = 668 x 100 mL/g.cm x 1 cm x c
C = 6,5 x 10-6 g/mL = 6,5 µg/mL
Maka dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 6,5 µg/mL.

8
Diketahui :

C bakuparasetamol = 100 µg/mL

C lartan siap ukur parasetamol = 6,5µg/mL

V larutan siap ukur parasetamol = 10 mL

Ditanya :

Volume larutan baku parasetamol yang dibutuhkan .... ?

Jawab :

C baku parasetamol x V baku prasetamol = C yang dibuat x V yang dibuat


100µg/mL x V baku paracetamol = 6,5µg/mL x 10 mL
V baku paracetamol = 0,65 mL

Jadi, untuk membuat larutan campuran yang mengandung


parasetamol dan teofilin dibuat dengan cara mencampurkan :

Vbaku parasetamol 100µg/mL = 0,65 mL


V baku teofilin 100 µg/mL = 1,5 mL
Etanol 96% ad =10 mL
4.1.8 Pembuatan Seri Larutan Teofilin
Diketahui :
Stok baku kerja teofilin = 100 µg/mL = 10 mg%

Konsentrasi larutan seri teofilin yang ingin dibuat: 0,75 mg%;1,25


mg%; 1,75 mg%; 2,25 mg% ; 2,75 mg%; 3,25 mg%;

Volume yang ingin dibuat = 10 mL

Ditanya :
Volume stok teofilin= ……?
Perhitungan :
a. Larutan seri teofilin konsentrasi 0,75 mg% = 7,5 µg/mL

9
C stok Teofilin x V stok Teofilin =Clarutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin =0,75 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 0,75 mL
b. Larutan seri teofilin konsentrasi 1,25 mg% = 12,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =Clarutan Teofilin x Vlarutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin = 1,25 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 1,25 mL
c. Larutan seri teofilin konsentrasi 1,75 mg% = 17,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =C larutan Teofilin x V larutan Teofilin
10 mg%x V stok Teofilin =1,75 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 1,75 mL
d. Larutan seri teofilin konsentrasi 2,25 mg% = 22,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin = C larutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin = 2,25 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 2,25 mL
e. Larutan seri teofilin konsentrasi 2,75 mg% = 27,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =C larutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin =2,75 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 2,75 mL
f. Larutan seri teofilin konsentrasi 3,25 mg% = 32,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =C larutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin =3,25 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 3,25 mL
4.2. Prosedur Kerja

1. Prosedur Pembuatan Larutan Stok Teofilin 1 mg/ml


Ditimbang sebanyak 1 mg teofilin dengan timbangan analitik kemudian
dimasukkan dalam beaker glass. Ditambahkan etanol 96% secukupnya sambil
diaduk dengan batang pengaduk hingga larut. Larutan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL dan ditambahkan etanol 96% hingga tanda batas labu ukur. Digojog

10
hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label Larutan
Stok Teofilin 1 mg/ml.
2. Prosedur Pembuatan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/ml
Ditimbang 1 mg paracetamol dengan timbangan analitik kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan etanol 96% secukupnya sambil
diaduk dengan batang pengaduk hingga larut.larutan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL dan ditambahkan etanol 96% hingga tanda batas labu ukur. Disimpan
dalam botol vial dan diberi label Larutan Stok Paracetamol 1 mg/ml .
3. Prosedur Pembuatan Larutan Baku Teofilin 100 µg/ml
Dipipet 2,5 mL larutan stok teofilin dengan konsentrasi 1mg/mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas 25 mL. Digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Baku Teofilin 100 μg/mL.
4. Prosedur Pembuatan Larutan Baku Paracetamol 100 µg/ml
Dipipet 1 mL larutan stok parasetamol dengan konsentrasi 1 mg/mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas 10 mL. Digojog hingga homogen kemudian dimasukkan ke dalam
botol vial dan diberikan label Larutan Baku Parasetamol 100 μg/mL.
5. Prosedur Pembuatan Larutan Siap Ukur Teofilin 8,1 μg/mL
Dipipet 0,81 mL larutan baku teofilin, dimasukkan dalam labu ukur 10
mL. Ditambahkan akuades hingga tanda batas labu ukur. Digojog hingga
homogen kemudian disimpan dalam botol vial dan diberi label Larutan Siap Ukur
Teofilin.
6. Prosedur Pembuatan Larutan Siap Ukur Paracetamol 6,5 μg/mL
Dipipet 0,65 mL larutan baku teofilin, dimasukkan dalam labu ukur 10
mL. Ditambahkan akuades hingga tanda batas labu ukur. Digojog hingga
homogen kemudian disimpan dalam botol vial dan diberi label Larutan Siap Ukur
Paracetamol.

11
7. Prosedur Pembuatan Larutan Uji Campuran Parasetamol (6,5 μg/mL) dan
Teofilin (0,81 μg/mL)
μg
Dipipet 0,65 mL larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 100 /mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Dipipet 0,81 mL larutan baku teofilin
μg
dengan konsentrasi 100 /mL. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL bersama
dengan larutan parasetamol sebelumnya. Ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas 10 mL. Digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Campuran Parasetamol dan Teofilin.
8. Prosedur Pembuatan Larutan Seri Teofilin Konsentrasi 0,75 mg%; 1,25
mg%; 1,75 mg%; 2,25 mg%; 2,75 mg%; dan 3,25 mg%.
Dipipet sebanyak 0,75 mL; 1,25 mL; 1,75 mL; 2,25 mL; 2,75 mL dan 3,25
mL larutan baku teofilin 100 μg/mL. Dimasukkan masing-masing pada labu ukur
10 mL. Ditambahkan akuades sampai tanda batas 10 mL. Digojog hingga
homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberikan label Larutan Seri
Teofilin sesuai dengan seri konsentrasinya.
9. Pengukuran Serapan Larutan Siap Ukur Parasetamol dan Teofilin
Diatur pada panjang gelombang 200-300 nm.Dimasukkan blanko
(akuades) pada kuvet. Ditekan tombol auto zero (dikalibrasi). Blanko
dibuang.Diukur absorbansi larutan siap ukur parasetamol dan teofilin pada
rentang panjang gelombang 200-300 nm.Diukur serapannya dan dicatat.
10. Pembuatan Spektra Larutan Parasetamol dan Teofilin.
Dibuat spektra masing-masing larutan parasetamol 6,5 μg/mL dan teofilin
15μg/mL. Dibuat spektra dengan rentang panjang gelombang 200-300 nm.
11. Penentuan Zero Crossing Parasetamol
Spektra serapan normal dari parasetamol dan teofilin yang diperoleh,
dibuat spektra derivat pertama sampai derivat kedua dengan nilai parasetamol = 0,
dengan menggambarkan selisih absorbansi dua panjang gelombang terhadap
harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat tersebut
ditentukan panjang gelombang zero crossing parasetamol. Jika terdapat banyak
zero crossing parasetamol, dipilih zero crossing parasetamol dimana nilai derivat
teofilin paling besar.

12
12. Pengukuran Serapan Larutan Seri Teofilin
Diatur pada panjang gelombang zero crossing parasetamol yaitu 222,5 nm.
Dimasukkan blanko (akuades) pada kuvet. Ditekan tombol auto zero (dikalibrasi).
Blanko dibuang. Dimasukkan larutan seri teofilin sesuai seri dan sampel. Diukur
serapannya dan dicatat.
13. Pembuatan Kurva Baku
Dari hasil pengukuran absorbansi larutan seri teofilin ditentukan nilai
derivat kedua masing-masing larutan seri. Dibuat kurva baku dan persamaan linier
sehingga diperoleh persamaan y = bx + a (y = nilai dA/dλ, x = konsentrasi, b =
slope, a = derau).
14. Penetapan Kadar Teofilin
Larutan campuran diukur absorbansinya pada panjang gelombang 222,5
nm. Dari hasil absorbansi tersebut dibuat nilai derivat kedua dari larutan uji. Nilai
dA/dλ spektrum teofilin pada panjang gelombang zero crossing parasetamol
dimasukkan ke dalam persamaan kurva larutan seri teofilin.
V. SKEMA KERJA
SKEMA KERJA
5.1 Pembuatan Larutan Stok Teofilin 1 mg/mL
Ditimbang 10 mg serbuk teofilin dan dimasukkan ke dalam beaker
glass.

Ditambahkan etanol 96% secukupnya sambil diaduk menggunakan


batang pengaduk hingga larut.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan etanol 96%


hingga tanda batas labu ukur.

Labu ukur digojog hingga larutan homogen dan dimasukkan ke dalam


botol vial serta diberi label “Larutan Stok Teofilin 1 mg/mL”.

13
5.2 Pembuatan Larutan Stok Parasetamol 1 mg/mL
Ditimbang 10 mg serbuk parasetamol dan dimasukkan ke dalam
beaker glass.

Ditambahkan etanol 96% secukupnya sambil diaduk menggunakan


batang pengaduk hingga larut.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan etanol 96%


hingga tanda batas labu ukur.

Labu ukur digojog hingga larutan homogen dan dimasukkan ke dalam


botol vial serta diberi label “Larutan Stok Parasetamol 1 mg/mL”.

5.3 Pembuatan Larutan Baku Parasetamol 100 µg/mL sebanyak 10 mL


Dipipet 1 ml larutan stok parasetamol dengan konsentrasi 1 mg/mL

Dimasukkan ke labu ukur 10 ml

Larutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda.

Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan Baku


Parasetamol 100 µg/mL.

14
5.4 Pembuatan Larutan Baku Teofilin 100 µg/mL sebanyak 25 mL

Dipipet 2,5 mL larutan stok teofilin dengan konsentrasi 1 mg/mL.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL.

Dilarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda batas.

Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan Baku


Teofilin 100 µg/mL.

5.5 Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur Teofilin 8,1 µg/mL


Dipipet 0,81 mL larutan baku parasetamol dengan konsentrasi
100 µg/mL.

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberikan label “Larutan Siap


Ukur Teofilin”

15
5.6 Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL

Dipipet 0,65 mL larutan baku parasetamol dengan konsentrasi


100 µg/mL.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Dilarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda batas

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberikan label “Larutan Siap


Ukur Parasetamol”

5.7 Pembuatan Larutan Campuran Parasetamol (6,5 µg/mL) dan Teofilin (8,1
µg/mL)
Dipipet 0,65 mL larutan baku parasetamol dengan konsentrasi
100 µg/mL.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mLDimasukkan ke dalam labu


ukur 10 mL

Dipipet 0,81 mL larutan baku teofilin dengan konsentrasi 100 µg/mL


dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah berisi parasetamol
sebelumnyaDilarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai
tanda batas

Ditambahkan akuades hingga tanda batas labu ukur

Labu ukur digojog hingga campuran homogen

Larutan campuran dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label


“Larutan Campuran Parasetamol dan Teofilin

16
5.8 Pembuatan spektrum dari masing-masing larutan parasetamol dan teofilin

Buat spektrum normal dari larutan tersebut dengan rentang panjang


gelombang 220-320 nm.

5.9 Penentuan Zero Crossing

Dari spektra serapan normal yang diperoleh, dibuat spektra derivat


pertama dan derivat kedua dengan menggambarkan selisih absorban
dua panjang gelombang terhadap harga rata-rata dua panjang
gelombang tersebut.

Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero


crossing parasetamol, di mana dA/dλ parasetamol bernilai nol.

5.10 Pembuatan Larutan Seri Teofilin


a. Larutan Seri I

Dipipet 0,75 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL.

b. Larutan Seri II
Dipipet 1,25 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL.

17
c. Larutan Seri III
Dipipet 1,75 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL.

d. Larutan Seri IV

Dipipet 2,25 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL.

e. Larutan Seri V
Dipipet 2,75 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL.


f. Larutan Seri VI

Dipipet 3,25 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL.

18
g. Pembuatan Kurva Baku

Kurva baku dibuat dengan mengukur seri kadar larutan baku teofilin
pada panjang gelombang zero crossing parasetamol.
.

3 3
Nilai d A/dλ spektrum dan kadar dibuat dengan persamaan linier
3 3
sehingga diperoleh persamaan y = bx + a (y = nilai d A/dλ , x =
konsentrasi; b = slope; a = derau).
h. . Penetapan Kadar Teofilin

Larutan campuran dibaca pada panjang gelombang zero crossing


parasetamol.

3 3
Nilai d A/dλ spektrum teofilin pada panjang gelombang zero
crossing parasetamol dan dimasukkan ke dalam persamaan kurva
baku teofilin.

VI. HASIL DAN PERHITUNGAN


6.1 Data

Berdasarkan data hasil pengukuran absorbansi larutan tunggal siap ukur


teofilin dan parasetamol, diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1. Data Absorbansi Larutan Tunggal Siap Ukur Teofilin dan


Parasetamol

λ (nm) Parasetamol Teofilin


200 1,092 0,935
203 0,947 1,015
206 0,720 1,021
209 0,446 0,850
212 0,301 0,617
215 0,268 0,429
218 0,278 0,321

19
221 0,303 0,271
224 0,332 0,243
227 0,364 0,219
230 0,389 0,201
233 0,422 0,171
236 0,458 0,137
239 0,476 0,120
242 0,477 0,118
245 0,467 0,127
248 0,454 0,140
251 0,430 0,161
254 0,385 0,201
257 0,311 0,268
260 0,253 0,325
263 0,197 0,380
266 0,160 0,417
269 0,138 0,434
272 0,125 0,437
275 0,114 0,426
278 0,106 0,398
281 0,101 0,347
284 0,087 0,268
287 0,073 0,167
290 0,062 0,090
293 0,048 0,048
296 0,039 0,027
299 0,032 0,018

20
Spektrum Teofilin dan Parasetamol
1.200

1.000
Absorbansi

0.800

0.600
Parasetamol
0.400 Teofilin
0.200

0.000
200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300
λ (nm)

Gambar 5. Spektrum Teofilin dan Parasetamol

Berdasarkan data tersebut, ditentukan panjang gelombang zero crossing


parasetamol dengan menghitung derivat dari absorbansi parasetamol hingga
diperoleh nilai absorbansi bernilai 0.

Perhitungan Derivatif Pertama

dA A2 -A1
=
dλ λ2 -λ1

Dimisalkan :

dA A287nm -A284 nm
=
dλ 287 nm-284 nm

dA 0,073 - 0,087
=
dλ 3 nm

dA
= -0,00466667 nm-1

λ2 +λ1
λrata-rata =
2

287 nm + 284 nm
λrata-rata =
2

21
λrata-rata = 285,5 nm

Diperoleh data derivat pertama sebagai berikut.

Tabel 2. Data Derivat Pertama dari Data Absorbansi

λ rata-rata (nm) Parasetamol Teofilin


201,5 -0,04833333 0,02666667
204,5 -0,07566667 0,00200000
207,5 -0,09133333 -0,05700000
210,5 -0,04833333 -0,07766667
213,5 -0,01100000 -0,06266667
216,5 0,00333333 -0,03600000
219,5 0,00833333 -0,01666667
222,5 0,00966667 -0,00933333
225,5 0,01066667 -0,00800000
228,5 0,00833333 -0,00600000
231,5 0,01100000 -0,01000000
234,5 0,01200000 -0,01133333
237,5 0,00600000 -0,00566667
240,5 0,00033333 -0,00066667
243,5 -0,00333333 0,00300000
246,5 -0,00433333 0,00433333
249,5 -0,00800000 0,00700000
252,5 -0,01500000 0,01333333
255,5 -0,02466667 0,02233333
258,5 -0,01933333 0,01900000
261,5 -0,01866667 0,01833333
264,5 -0,01233333 0,01233333
267,5 -0,00733333 0,00566667
270,5 -0,00433333 0,00100000
273,5 -0,00366667 -0,00366667
276,5 -0,00266667 -0,00933333
279,5 -0,00166667 -0,01700000
282,5 -0,00466667 -0,02633333
285,5 -0,00466667 -0,03366667
288,5 -0,00366667 -0,02566667
291,5 -0,00466667 -0,01400000
294,5 -0,00300000 -0,00700000

22
297,5 -0,00233333 -0,00300000

Karena tidak diperoleh data absorbansi yang bernilai 0, maka dihitung


derivat kedua dari derivat pertama.

Berdasarkan data derivatif pertama, ditemukan nilai derivat absorbansi sama


pada panjang gelombang 285,5 nm dan 282,5 nm yaitu sebesar -0,00466667,
maka panjang gelombang zero crossing ditentukan dari kedua data tersebut :

Perhitungan Derivatif Kedua

dA
( ) = -0,00466667 nm-1 dengan λ2 = 285,5 nm
dλ 2

dA
( ) = -0,00466667 nm-1 dengan λ1 = 282,5 nm
dλ 1

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,00466667 nm-1 - (-0,00466667) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A 0
2 =
dλ (3 nm)2

d2 A
=0
dλ2

λ2 + λ1
λrata-rata =
2

285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

23
Diperoleh zero crossing parasetamol pada derivat kedua pada panjang
gelombang 284 nm.

Tabel 3. Data Derivat Kedua dari Derivat Pertama

λ rata-rata (nm) Parasetamol Teofilin


203 -0,00303704 -0,00274074
206 -0,00174074 -0,00655556
209 0,00477778 -0,00229630
212 0,00414815 0,00166667
215 0,00159259 0,00296296
218 0,00055556 0,00214815
221 0,00014815 0,00081481
224 0,00011111 0,00014815
227 -0,00025926 0,00022222
230 0,00029630 -0,00044444
233 0,00011111 -0,00014815
236 -0,00066667 0,00062963
239 -0,00062963 0,00055556
242 -0,00040741 0,00040741
245 -0,00011111 0,00014815
248 -0,00040741 0,00029630
251 -0,00077778 0,00070370
254 -0,00107407 0,00100000
257 0,00059259 -0,00037037
260 0,00007407 -0,00007407
263 0,00070370 -0,00066667
266 0,00055556 -0,00074074
269 0,00033333 -0,00051852
272 0,00007407 -0,00051852
275 0,00011111 -0,00062963
278 0,00011111 -0,00085185
281 -0,00033333 -0,00103704
284 0,00000000 -0,00081481
287 0,00011111 0,00088889
290 -0,00011111 0,00129630
293 0,00018519 0,00077778
296 0,00007407 0,00044444

24
Gambar 6. Spektrum Derivatif Kedua Teofilin dan Parasetamol

Setelah diperoleh zero crossing parasetamol, larutan seri teofilin diukur


absorbansinya pada panjang gelombang 281 nm, 284 nm (zero crossing), dan 287
nm. Data yang didapatkan sebagai berikut.

Tabel 4. Data Absorbansi Larutan Seri Teofilin

Absorbansi
Konsentrasi Larutan Seri
281 nm 284 nm 287 nm
0,75 mg% 0,332 0,266 0,168
1,25 mg% 0,534 0,418 0,261
1,75 mg% 0,733 0,584 0,367
2,25 mg% 0,861 0,682 0,430
2,75 mg% 1,160 0,910 0,570
3,25 mg% 1,365 1,033 0,639
Untuk memperoleh satu nilai absorbansi, maka dihitung hingga derivat kedua
dari absorbansi larutan seri teofilin.

25
Perhitungan Derivat Kedua

 Larutan Seri Teofilin dengan Konsentrasi 0,75 mg%


Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 0,266 - 0,332
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,066
( ) =
dλ 1 3 nm

dA
( ) = -0,022 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

dA 0,168 - 0,266
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

dA -0,098
( ) =
dλ 2 3 nm

dA
( ) = -0,032666667 nm-1
dλ 2

λ3 + λ2
λ rata-rata2 =
2

26
287 nm + 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,032666667 nm-1 - (-0,022) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A -0,054666667 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
= -0,001185 nm-3
dλ2
λ rata-rata2 + λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

 Larutan Seri Teofilin dengan Konsentrasi 1,25 mg%


Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 0,418 - 0,534
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,116
( ) =
dλ 1 3 nm

27
dA
( ) = -0,038666667 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

dA 0,261 - 0,418
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

dA -0,157
( ) =
dλ 2 3 nm

dA
( ) = -0,052333333 nm-1
dλ 2

λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2

287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,038666667 nm-1 - (-0,052333333) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

28
d2 A -0,013666667 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
2 = -0,001519 nm-3

λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

 Larutan Seri Teofilin dengan Konsentrasi 1,75 mg%


Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 0,584 - 0,733
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,149
( ) =
dλ 1 3 nm

dA
( ) = -0,049666667 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

29
dA 0,367 - 0,584
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

dA -0,217
( ) =
dλ 2 3 nm

dA
( ) = -0,072333333 nm-1
dλ 2

λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2

287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,049666667 nm-1 - (-0,072333333) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A -0,013666667 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
= -0,002519 nm-3
dλ2
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

 Larutan Seri Teofilin dengan Konsentrasi 2,25 mg%

30
Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 0,682 - 0,861
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,179
( ) =
dλ 1 3 nm

dA
( ) = -0,059666667 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

dA 0,430 - 0,682
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

dA -0,252
( ) =
dλ 2 3 nm

dA
( ) = -0,084 nm-1
dλ 2

λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2

287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

31
Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,084 nm-1 - (-0,059666667) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A -0,024333333 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
= -0,002704 nm-3
dλ2
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

 Larutan Seri Teofilin dengan Konsentrasi 2,75 mg%


Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 0,910 - 1,160
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,250
( ) =
dλ 1 3 nm

dA
( ) = -0,083333333 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

32
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

dA 0,910 - 0,570
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

dA -0,34
( ) =
dλ 2 3 nm

dA
( ) = -0,113333333 nm-1
dλ 2

λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2

287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,113333333 nm-1 - (-0,083333333) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A -0,03 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
2 = -0,003333 nm-3

33
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

 Larutan Seri Teofilin dengan Konsentrasi 3,25 mg%


Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 1,033 - 1,365
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,332
( ) =
dλ 1 3 nm

dA
( ) = -0,110666667 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

dA 0,639 - 1,033
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

dA -0,394
( ) =
dλ 2 3 nm

34
dA
( ) = -0,131333333 nm-1
dλ 2

λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2

287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,131333333 nm-1 - (-0,110666667) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A -0,0206 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
2 = -0,002296 nm-3

λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

35
Bila hasil perhitungan derivat larutan seri ditabulasikan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut.

Tabel 5. Data Derivat Kedua dari Larutan Seri

d2 A
Konsentrasi Larutan
dλ2
0,75 mg% -0,001185
1,25 mg% -0,001519
1,75 mg% -0,002519
2,25 mg% -0,002704
2,75 mg% -0,003333
3,25 mg% -0,002296

Kurva Baku Derivat Kedua Teofilin


0.0000

-0.0005

-0.0010

-0.0015

-0.0020 Teofilin

-0.0025 Linear (Teofilin)

y = -0,0006x - 0,001
-0.0030
R² = 0,5722
-0.0035
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Konsentrasi (mg%)

Gambar. Kurva Baku Derivat Kedua Teofilin

Karena R2 = 0,5722 maka :

R=√0,5722

R=0,756

36
R tidak memenuhi R ≈ 1, maka hanya digunakan data konsentrasi 0,75 mg%,
2,25 mg%, dan 2,75 mg% sehingga diperoleh kurva sebagai berikut.

Gambar . Kurva Baku Teofilin (setelah pengubahan)

Diperoleh variabel sebagai berikut.

y = -0,0011 – 0,0004

R = √0,9979

R = 0,9989

d2 A
y= (derivat kedua absorbansi)
dλ2

x = konsentrasi teofilin (mg%)

Setelah memperoleh persamaan regresi dari kurva baku, campuran (teofilin


dan parasetamol) serta sampel diukur absorbansinya pada 281 nm, 284 nm,
dan 287 nm sehingga diperoleh data sebagai berikut.

37
Tabel 6. Data Absorbansi Campuran dan Sampel

λ (nm)
Jenis Larutan
281 284 287
Campuran 0,449 0,357 0,241
Sampel 0,530 0,422 0,284

Perhitungan Konsentrasi Teofilin

a. Campuran Teofilin dan Parasetamol

Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 0,357 - 0,449
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,092
( ) =
dλ 1 3 nm

dA
( ) = -0,0306666667 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

dA 0,241 - 0,357
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

38
dA -0,116
( ) =
dλ 2 3 nm

dA
( ) = -0,038666667 nm-1
dλ 2

λ3 + λ2
λ rata-rata2 =
2

287 nm + 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,038666667 nm-1 - (-0,030666667) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A -0,008 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
2 = -0,000889 nm-3

λ rata-rata2 + λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

Penentuan Konsentrasi Teofilin

y = -0,0011x - 0,0004

39
-0,000889 = -0,0011x - 0,0004

-0,0011x = -0,000889 + 0,0004

-0,0011x = -0,000489

-0,000489
x=
-0,0011

x = 0,4445 mg%

x = 4,445 µg/mL

Kadar teoritis dari teofilin dalam campuran sebesar 8,1 µg/mL

x
% rendemen = x 100%
kadar teoritis

4,445 µg/mL
% rendemen = x 100%
8,1 µg/mL

% rendemen = 54,876%

b. Sampel

Derivat Pertama

dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1

dA 0,422 - 0,530
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm

dA -0,108
( ) =
dλ 1 3 nm

dA
( ) = -0,036 nm-1
dλ 1

λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2

40
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2

λ rata-rata1 = 282,5 nm

dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2

dA 0,284 - 0,422
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm

dA -0,138
( ) =
dλ 2 3 nm

dA
( ) = -0,046 nm-1
dλ 2

λ3 + λ2
λ rata-rata2 =
2

287 nm + 284 nm
λ rata-rata2 =
2

λ rata-rata2 = 285,5 nm

Derivat Kedua

dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2

d2 A -0,036 nm-1 - (-0,046) nm-1


=
dλ2 (285,5 nm - 282,5 nm)2

d2 A -0,01 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2

d2 A
2 = -0,001111 nm-3

41
λ rata-rata2 + λ rata-rata 1
λrata-rata =
2

285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2

λrata-rata = 284 nm

Penentuan Konsentrasi Teofilin

y = -0,0011x - 0,0004

-0,001111 = -0,0011x - 0,0004

-0,0011x = -0,001111 + 0,0004

-0,0011x = -0,0007111

-0,0007111
x=
-0,0011

x = 0,6464 mg%

x = 6,464 µg/mL

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar teofilin dalam campuran
teofilin dan parasetamol dengan menggunakan metode spektrofotometri derivatif.
Metode ini digunakan untuk menetapan kadar larutan campuran dua zat yang
spektrum komponen-komponenya sering saling tumpang tindih (overlapping)
seperti spektrum parasetamol dan teofilin yang memiliki serapan maksimum pada
panjang gelombang yang berdekatan. Dalam penentuan kadar dengan metode
spektrofotometri derivatif, kadar sampel diukur pada panjang gelombang zero
crossing.
Penetapan kadar teofilin pada praktikum ini, tidak dilakuan pemisahan
antara teofilin dan parasetamol, sehingga penetapan kadar teofilin digunakan
metode spektrofotometri derivatif. Prinsip dari metode spektrofotometri UV-Vis

42
derivatif dalam penentuan kadar teofilin dalam campuran teofilin dan parasetamol
ini adalah pembuatan spektra derivat dari spektra serapan normal salah satu
konsentrasi parasetamol. Dari spektra derivat parasetamol, dapat diperoleh
panjang gelombang zero crossing parasetamol, dimana pada panjang gelombang
zero crossing ini absorbansi dari paracetamol bernilai 0, sedangkan absorbansi
teofilin lebih dari 0. Apabila pada derivat pertama tidak diperoleh panjang
gelombang zero crossing, maka dilanjutkan dengan pembuatan spektra derivat
kedua. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk meningkatkan
pemecahan puncak yang saling tumpang tindih dari campuran teofilin dan
paracetamol, sehingga teofilin dapat ditetapkan kadarnya tanpa terganggu oleh
serapan paracetamol.
Penentuan absorbansi dari teofilin dan paracetamol didapatkan dari hasil
pengamatan kelompok praktikum penentuan kadar campuran paracetamol dan
teofilin secara simultan. Absorbansi dari masing-masing larutan baku tersebut
dibaca pada rentang panjang gelombang 200 – 300 nm. Pengukuran dilakukan
pada rentang 200-300 nm karena panjang gelombang maksimum paracetamol dan
teofilin terletak pada rentang panjang gelombang tersebut. Absorbansi maksimum
paracetamol terletak pada panjang gelombang 245 nm dalam pelarut asam dan
257 nm dalam pelarut basa sedangkan absorbansi maksimum teofilin terletak pada
panjang gelombang 270 nm dalam pelarut asam dan 275 nm dalam pelarut basa
(Moffat dkk., 2004).

Hasil nilai absorbansi maksimum untuk paracetamol yang didapat yaitu


pada panjang gelombang 242 nm dengan absorbansi sebesar 0,477. Nilai
absorbansi maksimum teofilin terletak pada panjang gelombang 272 nm dengan
absorbansi sebesar 0,437. Panjang gelombang maksimum dari parasetamol dan
teofilin yang didapatkan pada praktikum berbeda dengan literatur karena kondisi
pengukuran yang berbeda dengan kondisi pengukuran pada literatur.

Selanjutnya dibuat kurva baku masing – masing dari paracetamol serta


teofilin. Tujuan pembuatan dari spektrum ini adalah agar dapat diturunkan
spektrum derivatif dari kurva normal paracetamol dan teofilin. Setelah diperoleh

43
kurva normal masing-masing komponen, selanjutnya dibuat spektra derivatif
pertama dari parasetamol untuk menentukan panjang gelombang zero crossing
dari parasetamol. Berdasarkan data derivatif, dapat dibuat grafik dA/dλ
paracetamol dan dA/dλ teofilin terhadap harga rata – rata dua panjang gelombang
yang berdekatan untuk menentukan  zero crossing. Dilihat dari kurva spektrum
derivatif pertama tidak diperoleh zero crossing, sehingga dibuat derivatif kedua
untuk memcari nilai zero crossing.

Pada derivat II dari absorbansi teofilin dan absorbansi paracetamol. Dibuat


grafik dA2/d2λ teofilin dan paracetamol terhadap harga rata-rata 2 panjang
gelombang. Dari nilai derivat kedua, diperoleh panjang gelombang zero crossing
paracetamol pada panjang gelombang 284. Dari nilai derivat kedua ini dapat
diperoleh tiga panjang gelombang awal yang nantinya akan digunakan untuk
mengukur absorbansi dari seri larutan teofilin. Panjang gelombang yang
digunakan adalah panjang gelombang 281 nm, 284 nm, dan 287 nm.

Seri larutan baku teofilin dibuat dengan konsentrasi 0,75 mg%; 1,25 mg%;
1,75 mg%; 2,25 mg%; 2,75 mg%; 3,25 mg% yang selanjutnya dibaca pada
panjang gelombang 281 nm, 284 nm, 287 nm. Seri konsentrasi larutan standar
dibuat bertujuan untuk membuat kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi ini nantinya
digunakan untuk memperoleh persamaan regresi linier y = bx + a yang
dimanfaatkan untuk penetapan kadar sampel. Absorbansi yang terbaca pada
spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa
pada kisaran nilai absorbansi tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah
paling minimal (Gandjar dan Rohman, 2007).
Persamaan linier yang diperoleh berdasarkan data pengamatan adalah y = -
0,0011x – 0,0004. Nilai koefisien regresi linier (R) = 0,9989. Nilai regresi tersebut
telah sesuai dengan hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa nilai regresi
harus mendekati 1 atau lebih besar dari 0,95. Selanjutnya persamaan ini
digunakan untuk menentukan kadar teofilin dalam sampel sehingga didapatkan
kadar teofilin dalam campuran adalah sebesar 4,44 µg/mL dan kadar teofilin
dalam sampel adalah sebesar 6,464 µg/mL.

44
VIII. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
8.1.1. Kurva absorbansi campuran paracetamol dan teofilin pada 200-300
nm sebagai berikut.

Spektrum Teofilin dan Parasetamol


1.200

1.000
Absorbansi

0.800

0.600
Parasetamol
0.400 Teofilin
0.200

0.000
200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300
λ (nm)

8.1.2. Panjang gelombang Zero-Crossing diperoleh pada panjang


gelombang 284. Sehingga panjang gelombang yang digunakan
untuk mengukur larutan seri teofilin adalah pada 281 nm, 284 nm,
dan 287 nm.
8.1.4. Pada larutan sampel dan campuran diperoleh kadar teofilin masing-
masing adalah 6,464 µg/mL dan 4,44 µg/mL.

8.2. Saran

8.2.1. Diperlukan perhitungan dan pengamatan yang teliti dalam melakukan


spektrofotometri UV-Vis, sehingga diperlukan ketelitian dari
praktikan itu sendiri.

45
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Fatah, A.M. 2008. Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif Untuk Penetapan
Kadar Dekstrometorfan Hidrobromida Dalam Tablet Obat Batuk.
Yogyakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada.
Hayun, H. dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan
Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Tablet Anti Influenza secara
Spektrofotometri Derivatif. Jakarta: Departemen Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Moffat, C. A., M. D. Osselton, and B. Widdop. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons. Great Britain: Pharmaceutical Press.
Naldi, E. 2010. Penetapan Kadar Campuran Ibuprofen dan Parasetamol dalam
Sediaan Tablet secara Volumetri. Medan: Fakultas Farmasi Universitas
Sumatra Utara.
Pratiwi, P. 2011. Optimasi Fase Gerak Metanol-Air dan Laju Alir pada
Penetapan Kadar Campuran Teofilin dan Efedrin HCl dalam Tablet
dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Medan:
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.
Underwood, A.L dan R.A. Day. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Tipler, P. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik .Bandung: Erlangga
Wulandari, M. G. D., Regina, D. Friamitra, dan C. Patramurti. 2008. Penetapan
Kadar Kafein Dalam Campuran Parasetamol, Salisilamida, dan Kafein

46
Secara Spektrofotometri Derivatif. Yogyakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.

47

Vous aimerez peut-être aussi