Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Laporan Derivatif
Laporan Derivatif
DISUSUN OLEH:
GOLONGAN II
KELOMPOK 7
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
0
PENETAPAN KADAR TEOFILIN DALAM CAMPURAN TEOFILIN DAN
PARASETAMOL DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF
I. TUJUAN
1.1. Membuat spektra masing-masing komponen dalam campuran.
1.2. Menentukan panjang gelombang zero crossing.
1.3. Membuat kurva baku dari larutan standarnya pada panjang gelombang zero
crossing.
1.4. Menetapkan kadar teofilin.
Gambar 1 Gambar 2
Rumus Struktur Parasetamol (Gambar 1). Spektrum Parasetamol (Gambar 2)
(Naldi, 2010).
1
2.2. Teofilin
Teofilin (C6H8N4O2.H2O) memiliki ciri fisik berbentuk serbuk, berwarna
putih, tidak berbau, rasanya pahit, dan stabil di udara. Berat molekul teofilin
198,18 gram/mol. Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.
Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari102,0% C7H8N4O2
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Teofilin sukar larut dalam air,tetapi
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida;
agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Depkes RI, 1995).
Absorbansi teofilin pada max 270 nm dalam larutan asam adalah sebesar 536 a
sedangkan dalam larutan alkali atau basa absoransinya sebesar 650 a pada max
275 nm (Moffat et al, 2005).
Gambar 3 Gambar 4
Rumus struktur Teofilin (Gambar 3) (Pratiwi, 2011). Spektrum Ultraviolet
Teofilin (Gambar 4) (Moffat et al.,2005).
2.3. Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri (Basset, 1994). Komponen utama dari spektofotometer yaitu :
sumber cahaya, pengatur intensitas, monokromator, kuvet, detektor ,dan penguat
(amplifier) (Hastuti, 2007). Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik
analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380- 780 nm) dengan memakai
2
instrumen spektrofotometer. Spektroskopi UV-Vis merupakan metode penting
yang mapan, andal dan akurat (Tipler, 1991).
Keterangan:
dnA dn
x1x c A = serapan ε = daya serap molar ( M-1 cm-1)
d d
c = konsentrasi molar (M) l = tebal sel (cm)
2.5. Metode Zero Crossing
Spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari masing-masing
senyawa/komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua, dan derivat
ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang
berdekatan melawan harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra
derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing komponen, di mana
zero crossing masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang gelombang yang
memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi (Wulandari dkk, 2008). Apabila
suatu campuran zat memiliki memiliki zero crossing lebih dari satu, maka yang
dipilih untuk dijadikan analisis adalah zero crossing :
Serapan senyawa pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada
tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya.
Memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar,
serapannya lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil.
(Hayun dan Yenti, 2006).
2.6. Metode Peak-to-Peak
Spektrum derivatif pertama dibuat dengan memplotkan dA/dλ terhadap
panjang gelombang (λ). Amplitudo diperoleh dari selisih serapan 2 panjang
3
gelombang yang berderet teratur dibagi Δλ, dalam hal ini Δλ adalah 1 nm.
Panjang gelombang peak-to-peak ditentukan dari penggabungan spektrum
derivatif larutan baku teofilin, parasetamol, dan sampel. Dari hasil penggabungan
spektrum derivatif tersebut, dicari daerah panjang gelombang dimana terdapat
spektrum yang saling berhimpitan satu sama lain secara total yang menghasilkan
puncak maksimum dan puncak minimum (Wulandari dkk, 2008).
III. ALAT DAN BAHAN
3.1. Alat
a. Spektrofotometer UV-VIS
b. Kuvet
c. Timbangan analitik
d. Beaker glass
e. Labu ukur 10 mL
f. Pipet ukur 1 mL dan 5 mL
g. Pipet tetes
h. Botol vial
3.2. Bahan
a. Serbuk parasetamol
b. Serbuk teofilin
c. Sampel larutan parasetamol dan teofilin
d. Aquadest
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1.Perhitungan Pembuatan Larutan
4.1.1 Pembuatan Stok Teofilin 1 mg/ml
Diketahui :
C teofilin = 1 mg/ml
Vteofilin yang dibuat = 10 mL
Ditanya : Massa teofilin yang ditimbang …?
Jawab :
massa
C = volume
4
X
1 mg/ml =10 ml
X = 10 mg
Jadi, massa teofilin yang ditimbang adalah 10 mg.
4.1.2 Pembuatan Stok Parasetamol 1 mg/ml
Diketahui :
Cparasetamol = 1 mg/ml
Vparasetamolyang dibuat = 10 mL
Ditanya : Massa parasetamol yang ditimbang …?
Jawab :
massa
C = volume
X
1 mg/ml =10 ml
X = 10 mg
Jadi, massa parasetamol yang ditimbang adalah 10 mg.
4.1.3 Pembuatan Larutan Baku Teofilin100 µg/ml
Diketahui :
Cstok teofilin = 1 mg/ml = 1000 µg/ml
Cteofilin yang dibuat = 100 µg/ml
Vteofilin yang dibuat = 25 mL
Ditanya : Vstok teofilinyang dipipet... ?
Jawab :
5
C parasetamol yang dibuat = 100 µg/ml
V parasetamol yang dibuat = 10 mL
Ditanya : V stok parasetamol yang dipipet... ?
Jawab :
Cstok parasetamol x Vstok parasetamol= Cbaku paracetamol xVbaku paracetamol
Vstok parasetamol = 1 mL
Diketahui :
C baku teofilin = 100 µg/mL
C larutan siap ukur teofilin = 8,1 µg/mL
V larutan siap ukur teofilin = 10 mL
Ditanya :
Volume larutan baku teofilin yang dibutuhkan .... ?
Jawab :
C baku teofilin x V baku teofilin= C larutan siap ukur x V larutan siap ukur
100 µg/mL x V baku teofilin = 8,1 µg/mL x 10 Ml
Vbaku teofilin = 0,81 mL
Jadi, untuk membuat larutan siap ukur teofilin 8,1 µg/mL dipipet
0,81 mL larutan baku teofilin 100 µg/mL.
6
4.1.6 Pembuatan Larutan Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL
Larutan parasetamol yang menghasilkan absorbansi 0,434 dengan
absorptivitas sebesar 668 x 100 mL/g.cm
A = a.b.c (g/mL)
0,434 = 668 x 100 mL/g.cm x 1 cm x c
C = 6,5 x 10-6 g/mL = 6,5 µg/mL
Diketahui :
Ditanya :
Jawab :
µg
4.1.7 Pembuatan Larutan Campuran Teofilin 8,1 /mLdan Parasetamol
6,5 µg/mL
Pembuatan Larutan Campuran paracetamol dan Teofilin dilakukan
dengan mencampurkan Larutan baku paracetamol dan larutan baku
teofilin.
7
Untuk mengetahui volume larutan baku yang dicampurkan, dicari
terlebih dahulu Konsentrasi larutan siap ukur dari paracetamol dan
teofilin dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Larutan Teofilin yang menghasilkan absorbansi 0,434 dengan
absorptivitas sebesar 536 x 100 mL/gr.cm
A = a.b.c(gr/mL)
0,434 = 536 x 100 mL/gr.cm x 1 cm x c
c = 8,1 x 10-6 gr/mL = 8,1 µg/mL
Maka dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 8,1 µg/mL.
Diketahui :
Ditanya :
Jawab :
C baku teofilin x V baku teofilin = C larutan siap ukur x V larutan siap ukur
100 µg/mL x V baku teofilin = 8,1 µg/mL x 10 mL
Vbaku teofilin = 0,81 mL
Jadi, untuk membuat larutan siap ukur teofilin 8,1 µg/mL dipipet
0,81 mL larutan baku teofilin 100µg/mL.
b. Larutan parasetamol yang menghasilkan absorbansi 0,434 dengan
absorptivitas sebesar 668 x 100 mL/g.cm
A = a.b.c (g/mL)
0,434 = 668 x 100 mL/g.cm x 1 cm x c
C = 6,5 x 10-6 g/mL = 6,5 µg/mL
Maka dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 6,5 µg/mL.
8
Diketahui :
Ditanya :
Jawab :
Ditanya :
Volume stok teofilin= ……?
Perhitungan :
a. Larutan seri teofilin konsentrasi 0,75 mg% = 7,5 µg/mL
9
C stok Teofilin x V stok Teofilin =Clarutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin =0,75 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 0,75 mL
b. Larutan seri teofilin konsentrasi 1,25 mg% = 12,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =Clarutan Teofilin x Vlarutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin = 1,25 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 1,25 mL
c. Larutan seri teofilin konsentrasi 1,75 mg% = 17,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =C larutan Teofilin x V larutan Teofilin
10 mg%x V stok Teofilin =1,75 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 1,75 mL
d. Larutan seri teofilin konsentrasi 2,25 mg% = 22,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin = C larutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin = 2,25 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 2,25 mL
e. Larutan seri teofilin konsentrasi 2,75 mg% = 27,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =C larutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin =2,75 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 2,75 mL
f. Larutan seri teofilin konsentrasi 3,25 mg% = 32,5 µg/mL
C stok Teofilin x V stok Teofilin =C larutan Teofilin xV larutan Teofilin
10 mg% x V stok Teofilin =3,25 mg% x 10 mL
V stok Teofilin = 3,25 mL
4.2. Prosedur Kerja
10
hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label Larutan
Stok Teofilin 1 mg/ml.
2. Prosedur Pembuatan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/ml
Ditimbang 1 mg paracetamol dengan timbangan analitik kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan etanol 96% secukupnya sambil
diaduk dengan batang pengaduk hingga larut.larutan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL dan ditambahkan etanol 96% hingga tanda batas labu ukur. Disimpan
dalam botol vial dan diberi label Larutan Stok Paracetamol 1 mg/ml .
3. Prosedur Pembuatan Larutan Baku Teofilin 100 µg/ml
Dipipet 2,5 mL larutan stok teofilin dengan konsentrasi 1mg/mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas 25 mL. Digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Baku Teofilin 100 μg/mL.
4. Prosedur Pembuatan Larutan Baku Paracetamol 100 µg/ml
Dipipet 1 mL larutan stok parasetamol dengan konsentrasi 1 mg/mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas 10 mL. Digojog hingga homogen kemudian dimasukkan ke dalam
botol vial dan diberikan label Larutan Baku Parasetamol 100 μg/mL.
5. Prosedur Pembuatan Larutan Siap Ukur Teofilin 8,1 μg/mL
Dipipet 0,81 mL larutan baku teofilin, dimasukkan dalam labu ukur 10
mL. Ditambahkan akuades hingga tanda batas labu ukur. Digojog hingga
homogen kemudian disimpan dalam botol vial dan diberi label Larutan Siap Ukur
Teofilin.
6. Prosedur Pembuatan Larutan Siap Ukur Paracetamol 6,5 μg/mL
Dipipet 0,65 mL larutan baku teofilin, dimasukkan dalam labu ukur 10
mL. Ditambahkan akuades hingga tanda batas labu ukur. Digojog hingga
homogen kemudian disimpan dalam botol vial dan diberi label Larutan Siap Ukur
Paracetamol.
11
7. Prosedur Pembuatan Larutan Uji Campuran Parasetamol (6,5 μg/mL) dan
Teofilin (0,81 μg/mL)
μg
Dipipet 0,65 mL larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 100 /mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Dipipet 0,81 mL larutan baku teofilin
μg
dengan konsentrasi 100 /mL. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL bersama
dengan larutan parasetamol sebelumnya. Ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas 10 mL. Digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Campuran Parasetamol dan Teofilin.
8. Prosedur Pembuatan Larutan Seri Teofilin Konsentrasi 0,75 mg%; 1,25
mg%; 1,75 mg%; 2,25 mg%; 2,75 mg%; dan 3,25 mg%.
Dipipet sebanyak 0,75 mL; 1,25 mL; 1,75 mL; 2,25 mL; 2,75 mL dan 3,25
mL larutan baku teofilin 100 μg/mL. Dimasukkan masing-masing pada labu ukur
10 mL. Ditambahkan akuades sampai tanda batas 10 mL. Digojog hingga
homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberikan label Larutan Seri
Teofilin sesuai dengan seri konsentrasinya.
9. Pengukuran Serapan Larutan Siap Ukur Parasetamol dan Teofilin
Diatur pada panjang gelombang 200-300 nm.Dimasukkan blanko
(akuades) pada kuvet. Ditekan tombol auto zero (dikalibrasi). Blanko
dibuang.Diukur absorbansi larutan siap ukur parasetamol dan teofilin pada
rentang panjang gelombang 200-300 nm.Diukur serapannya dan dicatat.
10. Pembuatan Spektra Larutan Parasetamol dan Teofilin.
Dibuat spektra masing-masing larutan parasetamol 6,5 μg/mL dan teofilin
15μg/mL. Dibuat spektra dengan rentang panjang gelombang 200-300 nm.
11. Penentuan Zero Crossing Parasetamol
Spektra serapan normal dari parasetamol dan teofilin yang diperoleh,
dibuat spektra derivat pertama sampai derivat kedua dengan nilai parasetamol = 0,
dengan menggambarkan selisih absorbansi dua panjang gelombang terhadap
harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat tersebut
ditentukan panjang gelombang zero crossing parasetamol. Jika terdapat banyak
zero crossing parasetamol, dipilih zero crossing parasetamol dimana nilai derivat
teofilin paling besar.
12
12. Pengukuran Serapan Larutan Seri Teofilin
Diatur pada panjang gelombang zero crossing parasetamol yaitu 222,5 nm.
Dimasukkan blanko (akuades) pada kuvet. Ditekan tombol auto zero (dikalibrasi).
Blanko dibuang. Dimasukkan larutan seri teofilin sesuai seri dan sampel. Diukur
serapannya dan dicatat.
13. Pembuatan Kurva Baku
Dari hasil pengukuran absorbansi larutan seri teofilin ditentukan nilai
derivat kedua masing-masing larutan seri. Dibuat kurva baku dan persamaan linier
sehingga diperoleh persamaan y = bx + a (y = nilai dA/dλ, x = konsentrasi, b =
slope, a = derau).
14. Penetapan Kadar Teofilin
Larutan campuran diukur absorbansinya pada panjang gelombang 222,5
nm. Dari hasil absorbansi tersebut dibuat nilai derivat kedua dari larutan uji. Nilai
dA/dλ spektrum teofilin pada panjang gelombang zero crossing parasetamol
dimasukkan ke dalam persamaan kurva larutan seri teofilin.
V. SKEMA KERJA
SKEMA KERJA
5.1 Pembuatan Larutan Stok Teofilin 1 mg/mL
Ditimbang 10 mg serbuk teofilin dan dimasukkan ke dalam beaker
glass.
13
5.2 Pembuatan Larutan Stok Parasetamol 1 mg/mL
Ditimbang 10 mg serbuk parasetamol dan dimasukkan ke dalam
beaker glass.
14
5.4 Pembuatan Larutan Baku Teofilin 100 µg/mL sebanyak 25 mL
15
5.6 Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL
5.7 Pembuatan Larutan Campuran Parasetamol (6,5 µg/mL) dan Teofilin (8,1
µg/mL)
Dipipet 0,65 mL larutan baku parasetamol dengan konsentrasi
100 µg/mL.
16
5.8 Pembuatan spektrum dari masing-masing larutan parasetamol dan teofilin
b. Larutan Seri II
Dipipet 1,25 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL
17
c. Larutan Seri III
Dipipet 1,75 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL
d. Larutan Seri IV
e. Larutan Seri V
Dipipet 2,75 ml larutan teofilin konsentrasi 100 µg/mL
18
g. Pembuatan Kurva Baku
Kurva baku dibuat dengan mengukur seri kadar larutan baku teofilin
pada panjang gelombang zero crossing parasetamol.
.
3 3
Nilai d A/dλ spektrum dan kadar dibuat dengan persamaan linier
3 3
sehingga diperoleh persamaan y = bx + a (y = nilai d A/dλ , x =
konsentrasi; b = slope; a = derau).
h. . Penetapan Kadar Teofilin
3 3
Nilai d A/dλ spektrum teofilin pada panjang gelombang zero
crossing parasetamol dan dimasukkan ke dalam persamaan kurva
baku teofilin.
19
221 0,303 0,271
224 0,332 0,243
227 0,364 0,219
230 0,389 0,201
233 0,422 0,171
236 0,458 0,137
239 0,476 0,120
242 0,477 0,118
245 0,467 0,127
248 0,454 0,140
251 0,430 0,161
254 0,385 0,201
257 0,311 0,268
260 0,253 0,325
263 0,197 0,380
266 0,160 0,417
269 0,138 0,434
272 0,125 0,437
275 0,114 0,426
278 0,106 0,398
281 0,101 0,347
284 0,087 0,268
287 0,073 0,167
290 0,062 0,090
293 0,048 0,048
296 0,039 0,027
299 0,032 0,018
20
Spektrum Teofilin dan Parasetamol
1.200
1.000
Absorbansi
0.800
0.600
Parasetamol
0.400 Teofilin
0.200
0.000
200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300
λ (nm)
dA A2 -A1
=
dλ λ2 -λ1
Dimisalkan :
dA A287nm -A284 nm
=
dλ 287 nm-284 nm
dA 0,073 - 0,087
=
dλ 3 nm
dA
= -0,00466667 nm-1
dλ
λ2 +λ1
λrata-rata =
2
287 nm + 284 nm
λrata-rata =
2
21
λrata-rata = 285,5 nm
22
297,5 -0,00233333 -0,00300000
dA
( ) = -0,00466667 nm-1 dengan λ2 = 285,5 nm
dλ 2
dA
( ) = -0,00466667 nm-1 dengan λ1 = 282,5 nm
dλ 1
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A 0
2 =
dλ (3 nm)2
d2 A
=0
dλ2
λ2 + λ1
λrata-rata =
2
285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
23
Diperoleh zero crossing parasetamol pada derivat kedua pada panjang
gelombang 284 nm.
24
Gambar 6. Spektrum Derivatif Kedua Teofilin dan Parasetamol
Absorbansi
Konsentrasi Larutan Seri
281 nm 284 nm 287 nm
0,75 mg% 0,332 0,266 0,168
1,25 mg% 0,534 0,418 0,261
1,75 mg% 0,733 0,584 0,367
2,25 mg% 0,861 0,682 0,430
2,75 mg% 1,160 0,910 0,570
3,25 mg% 1,365 1,033 0,639
Untuk memperoleh satu nilai absorbansi, maka dihitung hingga derivat kedua
dari absorbansi larutan seri teofilin.
25
Perhitungan Derivat Kedua
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 0,266 - 0,332
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,066
( ) =
dλ 1 3 nm
dA
( ) = -0,022 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
dA 0,168 - 0,266
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
dA -0,098
( ) =
dλ 2 3 nm
dA
( ) = -0,032666667 nm-1
dλ 2
λ3 + λ2
λ rata-rata2 =
2
26
287 nm + 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A -0,054666667 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
= -0,001185 nm-3
dλ2
λ rata-rata2 + λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 0,418 - 0,534
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,116
( ) =
dλ 1 3 nm
27
dA
( ) = -0,038666667 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
dA 0,261 - 0,418
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
dA -0,157
( ) =
dλ 2 3 nm
dA
( ) = -0,052333333 nm-1
dλ 2
λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2
287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
28
d2 A -0,013666667 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
2 = -0,001519 nm-3
dλ
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 0,584 - 0,733
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,149
( ) =
dλ 1 3 nm
dA
( ) = -0,049666667 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
29
dA 0,367 - 0,584
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
dA -0,217
( ) =
dλ 2 3 nm
dA
( ) = -0,072333333 nm-1
dλ 2
λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2
287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A -0,013666667 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
= -0,002519 nm-3
dλ2
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
30
Derivat Pertama
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 0,682 - 0,861
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,179
( ) =
dλ 1 3 nm
dA
( ) = -0,059666667 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
dA 0,430 - 0,682
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
dA -0,252
( ) =
dλ 2 3 nm
dA
( ) = -0,084 nm-1
dλ 2
λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2
287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
31
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A -0,024333333 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
= -0,002704 nm-3
dλ2
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 0,910 - 1,160
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,250
( ) =
dλ 1 3 nm
dA
( ) = -0,083333333 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
32
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
dA 0,910 - 0,570
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
dA -0,34
( ) =
dλ 2 3 nm
dA
( ) = -0,113333333 nm-1
dλ 2
λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2
287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A -0,03 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
2 = -0,003333 nm-3
dλ
33
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 1,033 - 1,365
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,332
( ) =
dλ 1 3 nm
dA
( ) = -0,110666667 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
dA 0,639 - 1,033
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
dA -0,394
( ) =
dλ 2 3 nm
34
dA
( ) = -0,131333333 nm-1
dλ 2
λ3 -λ2
λ rata-rata2 =
2
287 nm - 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A -0,0206 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
2 = -0,002296 nm-3
dλ
λ rata-rata2 - λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm - 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
35
Bila hasil perhitungan derivat larutan seri ditabulasikan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut.
d2 A
Konsentrasi Larutan
dλ2
0,75 mg% -0,001185
1,25 mg% -0,001519
1,75 mg% -0,002519
2,25 mg% -0,002704
2,75 mg% -0,003333
3,25 mg% -0,002296
-0.0005
-0.0010
-0.0015
-0.0020 Teofilin
y = -0,0006x - 0,001
-0.0030
R² = 0,5722
-0.0035
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Konsentrasi (mg%)
R=√0,5722
R=0,756
36
R tidak memenuhi R ≈ 1, maka hanya digunakan data konsentrasi 0,75 mg%,
2,25 mg%, dan 2,75 mg% sehingga diperoleh kurva sebagai berikut.
y = -0,0011 – 0,0004
R = √0,9979
R = 0,9989
d2 A
y= (derivat kedua absorbansi)
dλ2
37
Tabel 6. Data Absorbansi Campuran dan Sampel
λ (nm)
Jenis Larutan
281 284 287
Campuran 0,449 0,357 0,241
Sampel 0,530 0,422 0,284
Derivat Pertama
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 0,357 - 0,449
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,092
( ) =
dλ 1 3 nm
dA
( ) = -0,0306666667 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
dA 0,241 - 0,357
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
38
dA -0,116
( ) =
dλ 2 3 nm
dA
( ) = -0,038666667 nm-1
dλ 2
λ3 + λ2
λ rata-rata2 =
2
287 nm + 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A -0,008 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
2 = -0,000889 nm-3
dλ
λ rata-rata2 + λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
y = -0,0011x - 0,0004
39
-0,000889 = -0,0011x - 0,0004
-0,0011x = -0,000489
-0,000489
x=
-0,0011
x = 0,4445 mg%
x = 4,445 µg/mL
x
% rendemen = x 100%
kadar teoritis
4,445 µg/mL
% rendemen = x 100%
8,1 µg/mL
% rendemen = 54,876%
b. Sampel
Derivat Pertama
dA A2 -A1
( ) =
dλ 1 λ2 -λ1
dA 0,422 - 0,530
( ) =
dλ 1 284 nm - 281 nm
dA -0,108
( ) =
dλ 1 3 nm
dA
( ) = -0,036 nm-1
dλ 1
λ2 + λ1
λ rata-rata1 =
2
40
284 nm + 281 nm
λ rata-rata1 =
2
λ rata-rata1 = 282,5 nm
dA A3 -A2
( ) =
dλ 2 λ3 -λ2
dA 0,284 - 0,422
( ) =
dλ 2 287 nm - 284 nm
dA -0,138
( ) =
dλ 2 3 nm
dA
( ) = -0,046 nm-1
dλ 2
λ3 + λ2
λ rata-rata2 =
2
287 nm + 284 nm
λ rata-rata2 =
2
λ rata-rata2 = 285,5 nm
Derivat Kedua
dA dA
d2 A ) - ( )
(
dλ 2 dλ 1
2 =
dλ (λ2 -λ1 )2
d2 A -0,01 nm-1
=
dλ2 (3 nm)2
d2 A
2 = -0,001111 nm-3
dλ
41
λ rata-rata2 + λ rata-rata 1
λrata-rata =
2
285,5 nm + 282,5 nm
λrata-rata =
2
λrata-rata = 284 nm
y = -0,0011x - 0,0004
-0,0011x = -0,0007111
-0,0007111
x=
-0,0011
x = 0,6464 mg%
x = 6,464 µg/mL
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar teofilin dalam campuran
teofilin dan parasetamol dengan menggunakan metode spektrofotometri derivatif.
Metode ini digunakan untuk menetapan kadar larutan campuran dua zat yang
spektrum komponen-komponenya sering saling tumpang tindih (overlapping)
seperti spektrum parasetamol dan teofilin yang memiliki serapan maksimum pada
panjang gelombang yang berdekatan. Dalam penentuan kadar dengan metode
spektrofotometri derivatif, kadar sampel diukur pada panjang gelombang zero
crossing.
Penetapan kadar teofilin pada praktikum ini, tidak dilakuan pemisahan
antara teofilin dan parasetamol, sehingga penetapan kadar teofilin digunakan
metode spektrofotometri derivatif. Prinsip dari metode spektrofotometri UV-Vis
42
derivatif dalam penentuan kadar teofilin dalam campuran teofilin dan parasetamol
ini adalah pembuatan spektra derivat dari spektra serapan normal salah satu
konsentrasi parasetamol. Dari spektra derivat parasetamol, dapat diperoleh
panjang gelombang zero crossing parasetamol, dimana pada panjang gelombang
zero crossing ini absorbansi dari paracetamol bernilai 0, sedangkan absorbansi
teofilin lebih dari 0. Apabila pada derivat pertama tidak diperoleh panjang
gelombang zero crossing, maka dilanjutkan dengan pembuatan spektra derivat
kedua. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk meningkatkan
pemecahan puncak yang saling tumpang tindih dari campuran teofilin dan
paracetamol, sehingga teofilin dapat ditetapkan kadarnya tanpa terganggu oleh
serapan paracetamol.
Penentuan absorbansi dari teofilin dan paracetamol didapatkan dari hasil
pengamatan kelompok praktikum penentuan kadar campuran paracetamol dan
teofilin secara simultan. Absorbansi dari masing-masing larutan baku tersebut
dibaca pada rentang panjang gelombang 200 – 300 nm. Pengukuran dilakukan
pada rentang 200-300 nm karena panjang gelombang maksimum paracetamol dan
teofilin terletak pada rentang panjang gelombang tersebut. Absorbansi maksimum
paracetamol terletak pada panjang gelombang 245 nm dalam pelarut asam dan
257 nm dalam pelarut basa sedangkan absorbansi maksimum teofilin terletak pada
panjang gelombang 270 nm dalam pelarut asam dan 275 nm dalam pelarut basa
(Moffat dkk., 2004).
43
kurva normal masing-masing komponen, selanjutnya dibuat spektra derivatif
pertama dari parasetamol untuk menentukan panjang gelombang zero crossing
dari parasetamol. Berdasarkan data derivatif, dapat dibuat grafik dA/dλ
paracetamol dan dA/dλ teofilin terhadap harga rata – rata dua panjang gelombang
yang berdekatan untuk menentukan zero crossing. Dilihat dari kurva spektrum
derivatif pertama tidak diperoleh zero crossing, sehingga dibuat derivatif kedua
untuk memcari nilai zero crossing.
Seri larutan baku teofilin dibuat dengan konsentrasi 0,75 mg%; 1,25 mg%;
1,75 mg%; 2,25 mg%; 2,75 mg%; 3,25 mg% yang selanjutnya dibaca pada
panjang gelombang 281 nm, 284 nm, 287 nm. Seri konsentrasi larutan standar
dibuat bertujuan untuk membuat kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi ini nantinya
digunakan untuk memperoleh persamaan regresi linier y = bx + a yang
dimanfaatkan untuk penetapan kadar sampel. Absorbansi yang terbaca pada
spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa
pada kisaran nilai absorbansi tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah
paling minimal (Gandjar dan Rohman, 2007).
Persamaan linier yang diperoleh berdasarkan data pengamatan adalah y = -
0,0011x – 0,0004. Nilai koefisien regresi linier (R) = 0,9989. Nilai regresi tersebut
telah sesuai dengan hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa nilai regresi
harus mendekati 1 atau lebih besar dari 0,95. Selanjutnya persamaan ini
digunakan untuk menentukan kadar teofilin dalam sampel sehingga didapatkan
kadar teofilin dalam campuran adalah sebesar 4,44 µg/mL dan kadar teofilin
dalam sampel adalah sebesar 6,464 µg/mL.
44
VIII. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
8.1.1. Kurva absorbansi campuran paracetamol dan teofilin pada 200-300
nm sebagai berikut.
1.000
Absorbansi
0.800
0.600
Parasetamol
0.400 Teofilin
0.200
0.000
200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300
λ (nm)
8.2. Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Fatah, A.M. 2008. Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif Untuk Penetapan
Kadar Dekstrometorfan Hidrobromida Dalam Tablet Obat Batuk.
Yogyakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada.
Hayun, H. dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan
Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Tablet Anti Influenza secara
Spektrofotometri Derivatif. Jakarta: Departemen Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Moffat, C. A., M. D. Osselton, and B. Widdop. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons. Great Britain: Pharmaceutical Press.
Naldi, E. 2010. Penetapan Kadar Campuran Ibuprofen dan Parasetamol dalam
Sediaan Tablet secara Volumetri. Medan: Fakultas Farmasi Universitas
Sumatra Utara.
Pratiwi, P. 2011. Optimasi Fase Gerak Metanol-Air dan Laju Alir pada
Penetapan Kadar Campuran Teofilin dan Efedrin HCl dalam Tablet
dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Medan:
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.
Underwood, A.L dan R.A. Day. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Tipler, P. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik .Bandung: Erlangga
Wulandari, M. G. D., Regina, D. Friamitra, dan C. Patramurti. 2008. Penetapan
Kadar Kafein Dalam Campuran Parasetamol, Salisilamida, dan Kafein
46
Secara Spektrofotometri Derivatif. Yogyakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
47