Vous êtes sur la page 1sur 2

KASUS PEMERIKSAAN PAJAK

Kasus Penyelewengan oleh Bakrie Group

Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan dugaan penggelapan pajak yang dilakukan
oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ke Direktorat Jendral (Dirjen) Pajak. ICW menemukan
selisih pajak lebih rendah dari US$ 1,060 Miliar dalam laporan keuangan salah satu
perusahaan Bakrie Group.

Beberapa perusahaan Bakrie Group melakukan tindakan pengurangan dalam pembayaran


pajak. Kasus ini berawal ketika Direktorat Jendral Pajak menemukan kekurangan
pembayaran pajak tiga perusahaan Bakrie Group pada tahun 2007 senilai Rp 2,1 triliun.
Jumlah ini merupakan rekor kasus pajak di Indonesia. Kasus pajak terbesar sebelumnya
berasal dari penyimpangan pajak PT Asian Agri Group senilai Rp 1,3 Triliun.

Kantor Pajak menemukan kekurangan pembayaran pajak oleh tiga perusahaan Bakrie Group
senilai Rp 2,1 Triliun dengan rincian : PT Kaltim Prima Coal (KPC) kurang Rp 1,5 triliun ,
PT Bumi Resources kurang RP 376 Miliar, PT Arutmin Indonesia Rp 300 Miliar.

Kasus Pajak tiga perusahaan Bakrie Group menjadi heboh ketika Gayus, tersangka kasus
dugaan penggelapan pajak. Memberikan keterangan di persidangan pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, 28 September lalu, Gayus mengaku menerima dana US$ 3 juta dari Group
Bakrie untuk mengurusi perkara pajak tiga perusahaan kelompok usaha itu.

Masing-masing untuk mengurus surat banding ketetapan pajak untuk PT Bumi Resources
Tbk, surat ketetapan pajak untuk PT Kaltim Prima Coal dan pemutihan pajak PT Arutmin.
Gayus memerinci, untuk KPC dia dibayar US$ 500ribu, PT Bumi US$ 500ribu dan Arutmin
US$ 2juta. Menurut Gayus mengaku pekerjaan itu diterima dari Alief Kuncoro melalui
adiknya yang bernama Imam Cahyo Maliki. Dua nama terakhir menurut Gayus masing-
masing mendapat bayaran US$ 500ribu. Gayus juga menyebut meminta bantuan atasannya
Maruli Pandopotan Manurung, dengan imbalan US$ 1,5 juta.

Pengakuan Gayus menerima bayaran dari Grup Bakrie itu adalah pengakuan yang kesekian
kalinya. Pada 3 Juni 2010, Kabareskrim Komjen Ito Sumardi mengatakan, berdasarkan hasil
penyidikan, Gayus mengaku menerima bayaran dari tiga perusahaan Group Bakrie. Lalu di
persidangan Haposan, 3 Agustus lalu, Gayus kembali mengakui ada pembayaran dari
perusahaan-perusahaan Bakrie Group.

Penyelesaian Kasus

Jika permasalahan penunggakan Group bakrie ini ingin dihentikan dan dapat terselesaikan
dengan cepat, Group Bakrie harus membayar kewajiban 400% dari total hutangnya atau aset
disita. Setelah melunasi tunggakan pajak tersebut, masih ada prosedur lain yang harus
ditempuh Group Bakrie, mereka harus mengajukan permohonan ke Menkeu kemudian dari
menkeu ke Kejaksaan Agung untuk meminta penghentian penyidikan. Sesuai dengan
peraturan Mentri Keuangan (PMK) N0.130/PMK.03/2009 tentang Tata Cara Penghentian
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan untuk kepentingan penerimaan Negara.

Kesimpulan

Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan Bakrie Group telah melakukan tindakan
molor pajak. Yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Tindakan Bakrie Group ini
telah melanggar pasal 39 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan atau terindikasi tak
melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan secara benar. Kasus ini juga menunjukkan bahwa
sistem perpajak di Indonesia belum berjalan semestinya. Masih banyak kasus-kasus
penyelewengan pajak yang terjadi baik yang sudah ketahuan maupun tidak. Dan banyak dari
kasus-kasus tersebut yang tidak di tindaklanjuti. Sebagai warga negara yang baik kita harus
memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Seharusnya pemerintah mengusahakan agar tidak terjadi penyelewengan pajak
melalui peraturan pajak yang berlaku, serta menindaklanjuti pelanggaran terkait perpajakan
yang dilakukan oleh wajib pajak.

Vous aimerez peut-être aussi