Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Maharani Inka R.N. STIFAR
Dewi Ayu Puspitasari W. UMP
Ufy Ulfyathul Laely UII
Subjek
Pasien : Bapak KH
Umur : 76 th
Pekerjaan : Wiraswasta
BB/TB :-
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Alasan Assesment : Keinginan untuk memastikan penyakit
Alergi :-
Efek samping :-
Kebiasaan : merokok (-); alkohol (-); kopi (-); diet (-); olahraga (-).
1. DIAGNOSIS
a. Prehipertensi
Berdasarkan JNC 8, tekanan darah pasien termasuk dalam kategori prehipertensi
yaitu 120 – 139/ 80-89 mmHg (Paul A. James, 2013).
b. Diabetes
Berdasarkan pemeriksaan glukosa arah puasa pasien 629 mg/dl melebihi nilai
normal yaitu 70 – 130 mg/dl. Pasien juga mengkonsumsi obat antidiabetes oral dan
injeksi insulin (Binfar, 2011).
c. Gout (Asam urat)
Berdasarkan pemeriksaan nilai asam urat pasien 9,4 mg/dl, melebihi rentang nilai
normal asam urat 3,6-8,5 mg/dl (Binfar, 2011).
2. PATOFISIOLOGIS
2.1. Gout (Asam Urat)
a. Faktor Risiko
Berikut ini merupakan faktor risiko Gout :
Umur
Laki-laki
Hiperurisemia
Sejarah keluarga
Genetik
Hipertensi
Obesitas
Konsumsi alkohol
Fungsi ginjal menurun
Trauma
Berdasarkan hal tersebut pasien memiliki 3 faktor risiko meningkatnya asam
urat dalam darah yaitu usia lanjut,laki-laki dan penderita hipertensi (Binfar, 2006a).
2.2.Hipertensi
a. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah :
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress
psikososial dan lain-lain.
Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
Asupan natrium (garam) berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron
Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide
natriuretik
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus
vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vascular
Berubahnya transpor ion dalam sel
b. Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 8 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun)
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
kunjungan klinis (Binfar, 2006b; Paul A. James, 2013).
c. Patofisiologi hipertensi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi
jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.Banyak faktor
2.3.Diabetes Mellitus
a. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus adalah :
Obesitas
Mungkin kegemukan ini adalah factor resiko yang paling penting
untuk diperhatikan. Sebab lonjakan angka kejadian diabetes tipe 2 sangat
terkait dengan obesitas. Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah
mereka yang kelewatan gemuk. Maka makin banyak jaringan lemak, jaringan
tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak
tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut.
Keturunan
Diabetes tipe 2 lebih banyak terkait dengan factor riwayat keluarga atau
keturunan ketimbang diabetes tipe 1. Pada diabetes tipe 1 kemungkinan orang
terkena diabetes hanya 3-5% bila orangtua atau saudaranya pengidap diabetes.
Namun jika penderita diabetes tipe 1 memiliki saudara kembar satu telur maka
kemungkinannya adalah 30-40%. Pada diabetes tipe 2, bila saudara kembar
identik kemungkinan terkena diabetes adalah 90%. Bila salah satu orangtua
terkena dibetes kemungkinannya 40% sedangkan jika ke-2 orangtua terkena
diabetes kemungkinan menderita diabetes menjadi lebih dari 50%.
Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika, Hispanik dan
orang Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe
2. Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut adalah pemburu dan petani dan
biasanya bertubuh kurus, namun sekarang makan lebih banyak dan gerak
badannya berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes dan
hipertensi.
Metabolic syndrome
Orang yang menderita metabolic syndrome adalah mereka yang punya
kelainan seperti :
b. Klasifikasi DM
Berikut ini merupakan stage Diabetes Melitus (PERKENI, 2015).
4. DRP
a) DRP ada indikasi tanpa terapi : Gout (Asam urat)
Berdasarkan hasil pemeriksaan nilai asam urat pasien 9,4 mg/dl, melebihi rentang
nilai normal asam urat 3,6 - 8,5 mg/dl (Binfar, 2011).
b) DRP obat tanpa indikasi : Nonemi
Nonemi dengan komposisi Ferro Sulfat dan merupakan obat penambah darah.
Berdasrkan data pemeriksaan laboratorium pasien memiliki nilai Hb normal.
c) DRP efek samping :
Furosemid :
Aktual : hiperurisemia (40 %)
Potensial : hipokalemia (14 – 60%) (“Lasix (furosemide) dosing,
indications, interactions, adverse effects, and more,” 2017)
d) DRP interaksi obat : interaksi insulin dan antidiabetes oral dapat meningkatkan
efek penurunan kadar glukosa (sinergis) (“Multi-Drug Interaction Checker,”
2017).
5. PLAN
a. Plan Terapi
Gout :
Pemberian terapi untuk mengatasi gout : alopurinol
Alopurinol adalah drug of choice untuk menurunkan urat dalam serum.
Alopurinol bekerja menghambat pembentukan asam urat. Dosis dapat digunakan untuk
pengatasan gout, hiperurisemia yaitu Oral : dosis awal : 100 mg/hari dan dilakukan
pemantauan kadar asam urat. Dosis pemeliharaan (ringan): 100 – 300 mg/hari,
sedang – berat : sampai 600 mg/ hari. Dosis maksimum : 900 mg/hari. Pada pemberian
dosis diatas 300 mg/hari diberikan dalam dosis terbagi. NSAID dapat ditambahkan
sebagai pengatasan untuk nyeri dan swelling (pembengkakkan).
Hipertensi :
Furosemid dihentikan dan penggantian pilihan terapi untuk hipertensi menjadi
Irbesartan. Karena penggunaan furosemid dapat menyebabkan hiperurisemia. (“Lasix
(furosemide) dosing, indications, interactions, adverse effects, and more,” 2017).
Irbesartan merupakan antihipertensi yang dapat menurunkan risiko hiperurisemia pada
pasien penderita hipertensi dan diabetes mellitus (Nakamura, 2014).
b. Plan Monitoring
Monitoring kadar asam urat
Monitoring serum kreatinin
Monitoring tekanan darah
Monitoring kadar glukosa darah
Monitoring kadar kalium
6. INFORMASI OBAT
Furosemid
Komposisi: Furosemide
Indikasi: Hipertensi
Dosis: 1xsehari 1 tablet sore hari
Pemberian Obat: Diberikan sebelum atau sesudah makan.
Efek Samping: Sering buang air kecil, Lemas.
Keterangan Harus rutin mengkonsumsi obat hipertensi sesuai dosis dan
waktunya sehingga dapat menurunkan tekanan darah pada pasien.
Sebaiknya obat tidak diminum malam hari karena dapat
mengganggu waktu tidur pasien karena furosemide memilik efek
sering buang air kecil.
Nonemi
Komposisi: 9 unsur pokok pembentuk darah yaitu zat besi organik (Ferrous
fumarate) dikombinasikan dengan Copper sulfate, Cobalt sulfate,
Manganese sulfate, Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin C, Folic acid,
Calcium Hydrogen Phosphate)
Indikasi: Suplemen penambah darah
Dosis: 1-2x sehari 1 tablet
Pemberian Obat: Diberikan sebelum atau setelah makan.
Efek Samping: Mual dan muntah
Keterangan Setelah minum obat ini, feses akan berwarna hitam.
Ambroksol
Komposisi: Ambroksol
Indikasi: Mengencerkan dahak agar lebih mudah dikeluarkan melalui batuk
sehingga melegakan saluran pernapasan.
Dosis: 1x sehari 1 tablet
Pemberian Obat: Diberikan setelah makan.
Efek Samping Mual dan muntah
Keterangan Tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama, hanya digunakan
untuk mengatasi batuk
Irbesartan
Komposisi: Irbesartan
Indikasi: Hipertensi
Dosis: 1xsehari 1 tablet
Pemberian Obat: Diberikan sebelum atau sesudah makan.
Efek Samping: Peningkatan kadar kalium
Keterangan Harus rutin mengkonsumsi obat hipertensi sesuai dosis dan
waktunya sehingga dapat menurunkan tekanan darah pada pasien.
Allopurinol
Komposisi: Allopurinol
Indikasi: Gout (asam urat)
Dosis: 1xsehari 1 tablet
Pemberian Obat: Diberikan sesudah makan.
Efek Samping: Mual dan muntah
Keterangan Setelah mengkonsumsi obat ini harus minum air putih yang banyak
Insulin
Insulin digunakan untuk menurunkan gula darah. Obat ini harus dikonsumsi secara teratur
(tepat dosis dan waktu) untuk mencegah meningkatnya kadar gula. Insulin digunakan dengan
menggunakan insulin pen (disuntikkan pada bagian tubuh yang memiliki banyak lemak). Obat
ini memiliki efek samping yaitu hipoglikemia, sehingga penggunaannya harus sesuai dengan
dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Cara Penggunaan Insulin Pen
1 : Persiapkan insulin pen, lepaskan penutup insulin pen
6 : Suntikkan insulin
a. Genggam pen dengan 4 jari, latekkan ibu jari pada tombol dosis.
b. Cubit bagian kulit yang akan disuntik.
c. Segera suntikkan jarum pada sudut 90 derajat. Lepaskan cubitan.
d. Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai
berhenti (klep dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum di tempat
selama 5-10 detik untuk membantu mencegah insulin dari keluar dari
tempat injeksi. Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang terlihat memar atau
tetesan darah, tetapi itu tidak berbahaya. Bisa di usap dengan tissue atau
kapas, tetapi jangan di pijat pada daerah bekas suntikan.
Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen. Tempatkan
jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong). Buang ke
tempat sampah jangan dibuang ditempat pendaurulang sampah.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Rheumatology, 2012. 2012 American College of Rheumatology
Guidelines for Management of Gout. Part 1: Systematic Nonpharmacologic and
Pharmacologic Therapeutic Approaches to Hyperuricemia. Arthritis Care Res. 64,
1431–1446.
American Diabetes Association, 2017. Standars of Medical Care in Diabetes 2017. Diabetes
Care 40, Supplement 1.
Binfar, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Binfar, 2006a. Pharmaceutical care untuk penyakit Arthritis Rematik. Departemen Kesahatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Binfar, 2006b. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Joseph T. DiPiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, 2011. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach Eighth Edition. The McGraw-Hill Companies, New York.
Lasix (furosemide) dosing, indications, interactions, adverse effects, and more [WWW
Document], 2017. URL http://reference.medscape.com/drug/lasix-furosemide-342423
(accessed 8.23.17).
Multi-Drug Interaction Checker [WWW Document], 2017. URL
http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker (accessed 4.24.17).
Nakamura, M., 2014. Effects of irbesartan on serum uric acid levels in patients with
hypertension and diabetes. Dove Press 6, 79–86.
Paul A. James, 2013. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood
Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint
National Committee (JNC 8). JAMA 1–10.
PERKENI, 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB
PERKENI).