Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Jenis Audit
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria itu adalah prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Seringkali juga dilakukan audit laporan keuangan yang
disusun berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Contoh : audit tahunan atas laporan
keuangan PT. Astra Internasional.
2. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur
dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.
Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah
saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Contoh :
evaluasi untuk mengetahui apakah pemrosesan gaji pegawai dengan komputer pada
PT. S, berjalan secara efisien dan efektif.
3. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki
otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan swasta, dapat termasuk
penentuan apakah para pelaksana akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan peninjauan tingkat upah untuk menentukan kesesuaian
dengan peraturan upah minimum, atau pemeriksaan surat perjanjian dengan bank atau
kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut telah memenuhi ketentuan
hukum yang berlaku. Contoh : menetapkan jumlah persyaratan-persyaratan bahan
untuk perpanjangan kredit telah dipenuhi.
Jenis Auditor
1. Akuntan Publik Terdaftar, bertanggungjawab atas audit laporan keuangan historis
dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya. Penggunaan istilah
akuntan, dalam pengertian akuntan publik terdaftar, dilindungi undan-undang.
Undang-undangan no. 34 tahun 1954 mengatur penggunaan sebutan akuntan. Untuk
dapat berpraktek sebagai akuntan publik, diperlukan izin dari Departemen Keuangan.
Untuk paling tidak harus dipenuhi persyaratan berikut ini :
a. Persyaratan pendidikan, diperlukan gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari
fakultas ekonomi universitas negeri yang telah mendapatkan persetujuan dari
Panitia Ahli Persamaan Ijazah Akuntan. Setelah lulus ujian sarjananya, yang
bersangkutan harus mendaftarkan diri ke Departemen Keuangan untuk
memperoleh nomor register negara dan sertifikat sebagai akuntan terdaftar.
b. Ujian Negara Akuntansi, sarjana ekonomi dari perguruan tinggi swasta dan
beberapa universitas negeri tertentu, diharuskan untuk mengikuti Ujian Negara
Akuntansi (UNA) untuk memperoleh sebutan akuntan. Ujian diselenggarakan dua
kali setahun, yaitu bulan Mei dan November. Ujian tersebut adalah untuk
tingkatan UNA Dasar dam UNA Profesi.
c. Persyaratan Pengalaman, untuk memperoleh izin sebagai akuntan publik
terdaftar harus memiliki pengalaman kerja sebagai auditor pada kantor akuntan
publik atau BPKP paling sedikit 3 tahun. Sebagian besar tenaga muda yang ingin
menjadi akuntan publik terdaftar memulai kariernya dengan bekerja di kantor
akuntan publik. Seorang akuntan publik harus selalu mengikuti pendidikan
lanjutan dan memenuhi persyaratan perizinan untuk mempertahankan izin praktek.
2. Auditor Pemerintah, di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang
bertanggungjawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaaan atau
keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa Keuangan
(BEPEKA), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) pada departemen-departemen pemerintah. Di
Amerika Serikat sendiri terdapat General Accounting Office (GAO).
3. Auditor Pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen
Keuangan RI, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan
penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksana DJP di
lapangan adalah KPP (Kantor Pelayanan Pajak) dan Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus.
Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu
untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan. Audit
semacam ini sesungguhnya adalah audit ketaatan.
4. Auditor Intern, bekerja disuatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan
manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Bagian
audit dari suatu perusahaan bisa beranggotakan lebih dari seratus orang dan biasanya
bertanggungjawab langsung kepada presiden direktur, direktur eksekutif, atau kepada
komite audit dari dewan atau komisaris. Pada BUMN, auditor intern berada dibawah
SPI (Satuan Pengawasan Intern).
Standar Pelaporan
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan kekonsistenan, apabila ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dengan penerapan pada periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan bahwa pernyataan yang demikian tidak bisa diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan
tingkat tanggungjawab yang dipikulnya.
Berikut ini adalah persyaratan yang harus dipernuhi anggota Forum Akuntan Pasar Modal
IAI-KAP (tiga persyaratan pertama juga berlaku bagi kantor akuntan publik yang tidak
menjadi anggota forum) :
Ketaatan pada standar pengendalian mutu. KAP harus mengakui dan taat pada standar
pengendalian mutu yang telah dikemukakan terdahulu.
Review sejawat (peer review). Pengendalian mutu serta praktek akuntansi dan auditing
setiap KAP wajib direview secara periodik oleh KAP lainnya yang memenuhi
persyaratan.
Pendidikan profesi berkelanjutan. Semua profesional dalam KAP diwajibkan untuk
mengikuti pendidikan profesional dari waktu ke waktu.
Rotasi partner. Jika seorang patner audit telah menangani penugasan selama 7 tahun
berturut-turut, dia harus digantikan oleh seorang patner audit lainnya. Patner yang
digantikan tidak diperkenankan untuk mengerjakan tugas tersebut selama sekurang-
kurangnya 2 tahun. KAP yang sangat kecil bisa dibebaskan dari persyaratan ini.
Review oleh partner lain. Semua audit atas perusahaan publik harus direview oleh
patner lain yang terlibat dalam penugasan tersebut, dan ia harus menyetujui laporan
audit sebelum diterbitkan.
Larangan pemberian atas jasa tertentu. KAP tidak boleh melaksanakan konsultansi
manajemen tertentu untuk klien audit yang merupakan perusahaan publik. Jasa-jasa
dimaksud mencakup tes psikologi, pengumpulan pendapatan masyarakat, bantuan
untuk melaksanakan merjer dan akuisisi perusahaan dengan mendapatkan komisi,
perekrutan tenaga eksekutif, dan jasa-jasa aktuaria pada perusahaan asuransi.
Pelaporan ketidaksepakatan. Auditor harus melaporkan kepada komite audit atau
dewan komisaris dari setiap klien audit mengenai hal-hal utama yang tidak disetujui
oleh manajemen menyangkut akuntansi, pengungkapan, atau auditing.
Pelaporan jasa konsultasi manajemen. Auditor harus melaporkan jenis-jenis
konsultansi manajemen yang dilaksanakan untuk klien bersangkutan selama tahun
pemeriksaan, serta jumlah honorarium yang diterima untuk jasa tersebut, kepada
komite audit atau dewan komisaris dari setiap klien.
Akuntan publik harus memperhatikan sejumlah laporan khusus yang disyaratkan oleh
ketentuan Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Laporan terpenting diantaranya :
Surat pengantar untuk pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum
(forumulir IX. B.1-1). Formulir ini harus diisi dan diserahkan kepada BAPEPAM
apabila suatu perusahaan bermaksud untuk penawaran umum kepada masyarakat.
Laporan keterbukaan informasi. Laporan ini disampaikan paling lambat akhir hari
kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan
relevan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan
investasi pemodal.
Laporan tahunan. Laporan ini harus disampaikan setiap tahun dalam waktu 120 hari
setelah penutupan tahun buku. Dalam laporan ini dimuat informasi keuangan yang
lengkap dan reinci, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
Laporan kuartalan. Laporan kuartalan harus disampaikan oleh semua perusahaan
publik. Laporan ini berisi informasi keuangan tertentu yang disyaratkan oleh
BAPEPAM.
LAPORAN AUDIT
Laporan penting sekali dalam suatu laporan audit atau proses atestasi lainnya karena
laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan
kesimpulan yang diperolehnya. Dari sudut pandang pemakai, laporan dianggap sebagai
produk utama dari proses atestasi.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap
kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Keterkaitan ini tidak selalu
berupa audit laporan keuangan, tetapi dapat pula hanya berupa bantuan untuk menyusun
laporan keuangan. Dalam hal ini, laporan yang dibuat bukanlah laporan audit, melainkan
laporan kompilasi atau laporan review. Laporan audit hanya dibuat jika audit benar-benar
dilaksanakan.
Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit menggunakan bentuk ini.
Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian digunakan bila kondisi berikut terpenuhi :
1. Semua laporan keuangan - neraca, laporan laba rugi, saldo laba, dan laporan arus kas -
sudah tercakup di dalam laporan keuangan.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
3. Bahan bukti cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah melaksanakan
penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa
ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. lni
berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki, dan
bagian-bagian lain laporan keuangan.
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata-kata dalam laporan.
Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan atau Modifikasi
Kata
Berikut ini adalah berbagai penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan
atau modifikasi kata pada laporan wajar tanpa pengecualian :
1. Tidak ada konsistensi. Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk
memperhatikan situasi di mana standar akuntansi tidak dilaksanakan secara konsisten
dalam periode berjalan dihubungkan dengan periode sebelumnya. Standar akuntansi
yang berlaku umum menetapkan bahwa perubahan dalam standar akuntasi, atau
metode aplikasinya standar akuntans yang dipilih dan bahwa sifat dan dampak
perubahan itu diungkapkan secara memadai. Jika perubahan terjadi auditor harus
memodifikasi laporan audit dengan memberikan paragraph penjelasan di bawah
paragraf pendapat yang membahas sifat perubahan tersebut dan menunjukkan kepada
pemakai catatan kaki yang membahas perubahan itu.
2. Ketidakpastian yang material. Umumnya manajemen membuat sejumlah estimasi
dalam menyusun laporan keuangan, termasuk masa manfaat aktiva yang dapat
disusutkan, kemungkinan tertagihnya piutang, dan nilai realisasi persediaan serta
aktiva-aktiva lainnya. Biasanya terdapat cukup banyak bahan bukti untuk mendukung
kelayakan estimasi atas pos-pos ini. Tetapi, ada kalanya auditor menghadapi situasi di
mana kelanjutan suatu masalah tidak dapat diestimasi secara wajar pada saat laporan
itu diterbitkan. Masalah-masalah inilah yang disebut sebagai ketidakpastian.
Contohnya mencakup kemungkinan direalisasinya piutang yang signifikan,
diperolehnya kembali biaya yang ditangguhkan hal bersyarat yang menyangkut pajak,
penghasilan atau perkara hukum. Akuntansi untuk berbagai jenis estimasi dan
ketidakpastian ini dijelaskan dalam Statemenr FASB No. 5 Akuntansi untuk hal
bersyarat.
3. Keraguan atas kelangsungan hidup. Ada juga situasi yang tidak begitu khusus, di
mana kemampuan perusahaan untuk menjaga kelanjutan usaha perlu dipertanyakan S.
AS5 9 (AU 341) menyinggung masalah ini dengan judul “Pertimbangan Pemeriksa
Atas Kemampuan Satuan Usaha Dalam Mempertahankan Hidupnya”. Sebagai contoh,
terdapatnya satu atau dua faktor di bawah ini menimbulkan ketidakpastian mengenai
kelangsungan hidup:
Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh
tempo.
Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir, atau masalah perburuhan yang tidak biasa.
Perkara pengadilan, gugatan hukum, atau masalah-masalah serupa yang sudah
terjadi dan dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
Auditor harus mempertimbangkan secara cermat adanya kemungkinan bahwa
klien tidak mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya atau memenuhi
kewajiban-kewajibannya untuk suatu periode yang wajar. Untuk tujuan ini, periode
yang wajar dianggap tidak melebihi satu tahun dari tanggal laporan keuangan yang
sedang diaudit.
Jika auditor menyimpulkan adanya keraguan atas kemampuan perusahaan
mempertahankan kelangsungan hidupnya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelas perlu dibuat.
4. Auditor setuju dengan penyimpangan standar akuntansi yang berlaku. Peraturan
203 dari Kode Etik Profesi AICPA menyatakan bahwa dalam keadaan tidak biasa,
penyimpangan dari standar akuntansi yang ditetapkan oleh badan yang dibentuk oleh
AICPA untuk menetapkan standar akuntansi tidak harus menghasilkan pendapat wajar
dengan pengecualian, atau pernyataan tidak memberikan pendapat. Tetapi untuk
membenarkan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor harus yakin dan harus
menyatakan dalam paragraf-paragraf terpisah dalam laporan auditing, bahwa dalam
keadaan tersebut, hasil yang menyesarkan dapat terjadi jika tetap berpegang pada
standar akuntansi yang berlaku.
5. Penekanan atas suatu hal. Dalam keadaan tertentu mungkin akuntan publik ingin
memberikan penekanan pada hal-hal spesifik mengenai laporan keuangan yang
diperiksanya, meskipun dia bermaksud untuk memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Umumnya, penjelasan terrsebut dipisahkan pada paragraf tersendiri di
tengah-tengah laporan. Berikut ini adalah beberapa penjelasan yang biasanya dianggap
perlu oleh para auditor untuk dinyatakan di dalam laporannya adanyatansaksi yang
siginifikan di antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, peristiwa
penting yang terjadi setelah tanggal neraca, dan penjelasan mengenai masalah
akuntansi yang mempengaruhi daya banding laporan keuangan tahun ini dengan
laporan keuangan tahun sebelumnya.
6. Laporan yang melibatkan auditor lain. Jika akuntan publik menyerahkan sebagian
tanggung jawab auditingnya kepada kantor akuntan publik lain, yang merupakan hal
yang lazim jika kliennya memiliki beberapa perusahaan anak dan divisi yang tersebar
luas. auditor lain tersebut tetap bertanggung jawab atas hasil kerja dan laporannya
dalam menghadapi gugatan hukum atau sanksi BAPEPAM.
Kepastian Negatif
Adalah tidak layak untuk menyertakan dalam laporan audit suatu komentar tambahan
yang bertolakbelakang dengan pendapat auditor. Misalnya disisipkan komentar “Tetapi,
sejauh ini kami tidak melihat sesuatu yang dapat menimbulkan keraguan kami mengenai
kewajaran penyajian ini”, sebagai bagian dari pernyataan tidak memberikan pendapat adalah
tidak layak, dan merupakan pelanggaran terhadap standar pelaporan. Pernyataan seperti ini
yang disebut sebagai kepastian negatif (negative assurance), akan membingungkan pembaca
mengenai hakekat pemeriksaan auditor dan kadar tanggungjawab yang disandangnya.
ETIKA PROFESI
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral dan nilai. Masing-
masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat diungkapkan secara eksplisit.
Para filsuf, organisasi-organisasi keagamaan dan kelompok lain mempunyai berbagai cara
mengungkapkan perangkat prinsip moral atau nilai. Sebagai contoh, perangkat prinsip moral
atau nilai mencakup hukum dan peraturan, doktrin gereja, etika bisnis untuk kelompok
profesional seperti akuntan publik, dan etika untuk anggota suatu organisasi.
Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika: standar etika
seseorang berbeda dari masyarakat secara keseluruhan, atau seseorang memutuskan untuk
bertindak semaunya. Dalam berbagai situasi, kedua alasan tersebut bisa terjadi.
1. Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum. Contoh ekstrim dari
orang-orang yang perilakunya menyimpang dari standar etika umum adalah para
pengedar obat terlarang, perampok bank, dan pencuri. Orang-orang tersebut tidak
merasa menyesal ketika mereka di hukum akibat melakukan perbuatan tersebut,
karena memang standar etika mereka berbeda dengan etika masyarakat umum.
2. Seseorang memilih bertindak semaunya. Contoh: Si A menemukan koper di
bandara yang berisi dokumen-dokumen penting dan uang. Si A kemudian mengambil
uangnya dan membuang kopernya. Ia menceritakan keberuntungannya kepada sanak
saudaranya. Norma perilaku A berbeda dengan masyarakat umum. Adapun Si B
mengalami hal yang serupa dengan Si A, namun ia memberi reaksi yang berbeda. Si B
mengambil uangnya dan meninggalkan kopernya. Si B tidak menceritakan hal tersebut
kepada siapapun dan menghabiskan uang itu sendiri. Mungkin saja Si B melanggar
standar etikanya sendiri, tetapi ia pikir uang itu terlalu berharga untuk dilewatkan
begitu saja. Ia bertindak mementingkan dirinya sendiri.
Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai perilaku
yang pantas harus dibuat. Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan
tugasnya. Bernegosiasi dengan auditan jelas merupakan dilema etika. Ada beberapa alternatif
pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari cara yang merupakan
rasionalisasi perilaku tidak beretika. Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya
digunakan bagi perilaku tidak beretika :
1. Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat
diterima.
2. Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku
legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan pemikiran
ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan seseorang.
3. Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada
evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan hukuman
(konsekuensi) pada temuan tersebut.
Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk
memecahkan dilema etika :
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema
etika
4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema
etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.
Peraturan 501 - Tindakan tercela. Seorang anggiat tidak akan melakukan tindakan
yang mendatangkan aib bagi profesinya.
Ada tiga tingkat pertanggungjawaban yang dimiliki auditor dalam menemukan dan
melaporkan tindakan melanggar hukum.
1. Pengumpulan bahan bukti jika tidak ada alasan yang dapat dipercaya tentang
terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung.
2. Pengumpulan bahan bukti dan tindakan-tindakan lain apabila ada alasan yang dapat
dipercaya tentang terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung.
3. Tindakan pada saat auditor mengetahui terjadi unsur pelanggaran hukum.
Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai sembilan tujuan audit umum berkait saldo.
Dalam pembahasan, akan ada acuan ke skedul pendukung, yang mengacu ke kertas kerja yang
disiapkan klien seperti daftar piutang usaha yang baru saja disebut.
1. Eksistensi - angka-angka yang dicantumkan memang eksis.
2. Eksistensi - angka-angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya.
3. Akurasi - jumlah yang ada disajikan pada jumlah yang benar.
4. Klasifikasi - angka-angka yang dimasukkan di daftar klien telah diklasifikasikan
dengan tepat.
5. Pisah batas - transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat dalam
periode yang tepat.
6. Kecocokan rincian-rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar
tambahan, dijumlah kebawah benar dalam saldo akun, dan sesuai dengan jumlah
dalam buku besar.
7. Nilai realisasi - aset dinyatakan dalam jumlah yang diestimasi dapat direalisasi.
8. Hak dan Kewajiban - Kewajiban harus menjadi milik suatu entitas berkaitan dengan
hutang, sedangkan hak selalu dikaitkan dengan aktiva.
9. Penyajian dan Pengungkapan - saldo perkiraan dan persyaratan pengungkapan yang
berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan.