Vous êtes sur la page 1sur 34

AUDITING

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang


informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
termasuk dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh
seorang yang independen dan kompeten.

Perbedaan Auditing dengan Akuntansi


Akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran
kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan
informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Fungsi akuntansi bagi
badan usaha dan masyarakat adalah menyajikan informasi kuantitatif tertentu yang dapat
digunakan oleh pimpinan entitas ekonomi maupun pihak lainnya untuk mengambil keputusan.
Agar informasi tepat, maka seorang akuntan harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai
prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam penyusunan informasi akuntansi. Disamping itu,
seorang akuntan harus mengembangkan sistem yang dapat menjamin bahwa semua peristiwa
ekonomi yang terjadi dalam organisasinya dapat tercatat dengan mencukupi pada saat yang
tepat dengan biaya yang pantas.
Dalam auditing data akuntansi, yang menjadi pokok adalah menentukan apakah
informasi yang tercatat telah mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi oada periode
akuntansi. Oleh karena itu kriterianya adalah aturan-aturan akuntansi, maka seorang auditor
harus memahami aturan-aturan yang dimaksud dengan baik. Dalam audit laporan keuangan,
aturan-aturan yang dimaksud adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Jenis Audit
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria itu adalah prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Seringkali juga dilakukan audit laporan keuangan yang
disusun berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Contoh : audit tahunan atas laporan
keuangan PT. Astra Internasional.
2. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur
dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.
Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah
saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Contoh :
evaluasi untuk mengetahui apakah pemrosesan gaji pegawai dengan komputer pada
PT. S, berjalan secara efisien dan efektif.
3. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki
otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan swasta, dapat termasuk
penentuan apakah para pelaksana akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan peninjauan tingkat upah untuk menentukan kesesuaian
dengan peraturan upah minimum, atau pemeriksaan surat perjanjian dengan bank atau
kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut telah memenuhi ketentuan
hukum yang berlaku. Contoh : menetapkan jumlah persyaratan-persyaratan bahan
untuk perpanjangan kredit telah dipenuhi.

Jenis Auditor
1. Akuntan Publik Terdaftar, bertanggungjawab atas audit laporan keuangan historis
dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya. Penggunaan istilah
akuntan, dalam pengertian akuntan publik terdaftar, dilindungi undan-undang.
Undang-undangan no. 34 tahun 1954 mengatur penggunaan sebutan akuntan. Untuk
dapat berpraktek sebagai akuntan publik, diperlukan izin dari Departemen Keuangan.
Untuk paling tidak harus dipenuhi persyaratan berikut ini :
a. Persyaratan pendidikan, diperlukan gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari
fakultas ekonomi universitas negeri yang telah mendapatkan persetujuan dari
Panitia Ahli Persamaan Ijazah Akuntan. Setelah lulus ujian sarjananya, yang
bersangkutan harus mendaftarkan diri ke Departemen Keuangan untuk
memperoleh nomor register negara dan sertifikat sebagai akuntan terdaftar.
b. Ujian Negara Akuntansi, sarjana ekonomi dari perguruan tinggi swasta dan
beberapa universitas negeri tertentu, diharuskan untuk mengikuti Ujian Negara
Akuntansi (UNA) untuk memperoleh sebutan akuntan. Ujian diselenggarakan dua
kali setahun, yaitu bulan Mei dan November. Ujian tersebut adalah untuk
tingkatan UNA Dasar dam UNA Profesi.
c. Persyaratan Pengalaman, untuk memperoleh izin sebagai akuntan publik
terdaftar harus memiliki pengalaman kerja sebagai auditor pada kantor akuntan
publik atau BPKP paling sedikit 3 tahun. Sebagian besar tenaga muda yang ingin
menjadi akuntan publik terdaftar memulai kariernya dengan bekerja di kantor
akuntan publik. Seorang akuntan publik harus selalu mengikuti pendidikan
lanjutan dan memenuhi persyaratan perizinan untuk mempertahankan izin praktek.
2. Auditor Pemerintah, di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang
bertanggungjawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaaan atau
keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa Keuangan
(BEPEKA), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) pada departemen-departemen pemerintah. Di
Amerika Serikat sendiri terdapat General Accounting Office (GAO).
3. Auditor Pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen
Keuangan RI, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan
penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksana DJP di
lapangan adalah KPP (Kantor Pelayanan Pajak) dan Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus.
Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu
untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan. Audit
semacam ini sesungguhnya adalah audit ketaatan.
4. Auditor Intern, bekerja disuatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan
manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Bagian
audit dari suatu perusahaan bisa beranggotakan lebih dari seratus orang dan biasanya
bertanggungjawab langsung kepada presiden direktur, direktur eksekutif, atau kepada
komite audit dari dewan atau komisaris. Pada BUMN, auditor intern berada dibawah
SPI (Satuan Pengawasan Intern).

Aspek Ekonomi dari Auditing


Untuk menggambarkan kebutuhan akan auditing, bayangkan keputusan yang harus diambil
pihak bank dalam pemberian kredit. Keputusan ini akan didasarkan pada beberapa faktor
hubungan usaha dengan pihak yang akan diberi pinjaman pada waktu lalu dan kondisi
keuangan pihak tersebut seperti terlihat dalam LK-nya. Jika bank memberikan pinjaman,
mereka akan menetapkan suku bunga yang dibebankan dengan mempertimbangkan 3 faktor :
1. Suku bunga tanpa risiko, suku bunga ini kira-kira sama dengan suku bunga yang
akan diterima bank apabila mereka menanamkan uang dalam sertifikat BI jangka
waktu yang sama.
2. Risiko usaha nasabah, risiko ini menggambarkan kemungkinan peminjam tidak
dapat melunasi pinjaman, karena keadaan ekonomi dan kelancaran usahanya
terhambat oleh hal-hal seperti resesi ekonomi, manajemen yang buruk atau persaingan
yang tak terduga.
3. Risiko informasi, menunjukkan kemungkinan informasi yang digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan tersebut tidak akurat.
Suku bunga tanpa risiko dan risiko usaha nasabah tidak ada hubungannya dengan
proses auditing, tetapi auditing berpengaruh cukup berarti (signifikan) terhadap risiko
informasi. Jika manajer bank yakin bahwa risiko informasi tidak ada, risiko ini tidak lagi
diperhitungkan, oleh karena itu suku bunga yang mereka kenakan pada peminjam dapat
berkurang. Risiko informasi ini tidak dapat dihilangkan sama sekali, namun pengurangan
suku bunga dapat berarti banyak bagi peminjam.

Penyebab Risiko Informasi


1. Hubungan yang tidak dekat dengan antara penerima dan pemberi informasi.
Sulit bagi pengambil keputusan untuk memperoleh informasi mitra usaha secara
langsung. Informasi yang tidak diperoleh langsung dari pihak pertama cenderung tidak
tepat.
2. Sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi.
Perbedaan tujuan antara pemberi dan penerima informasi, memungkinkan sekali
informasi cenderung bias.
3. Data yang berlebihan. Semakin besar perusahaan, volume transaksi semakin tinggi,
sehingga kemungkinan kekeliruan yang terjadi dalam pencatatan pun semakin besar.
4. Transaksi pertukaran yang kompleks. Transaksi usaha berkembang semakin
komplek, sehingga makin sulit untuk dicatat dengan baik. Misal: transaksi tukar
tambah, mencatat dan menggabungkan hasil operasi beberapa anak perusahaan yang
bergerak dalam berbagai industri yang berlainan, memperhitungkan hutang sewa guna
usaha.
Pengurangan Risiko Informasi
1. Verifikasi informasi oleh pihak pemakai. Para pemakai terlibat langsung atau
memeriksa sendiri catatan-catatan yang ada untuk memperoleh kebenaran laporan
yang diperlukannya.Cara ini tidak praktis. Secara ekonomis tidak efisien.
2. Pemakai menanggung risiko informasi bersama-sama dengan manajemen. Jika
pemakai menerima informasi yang tidak benar dan karenanya menanggung kerugian
keuangan, maka mereka berhak untuk menuntut manajemen perusahaan yang
bersangkutan. Kesulitannya: pihak yang merugi seringkali tidak berhasil menerima
penggantian. Jika perusahaan bangkrut sehingga tidak mampu mengembalikan
pinjaman, tentu tidak akan mampu pula memberikan penggantian. Oleh karena itu
pemakai harus mengevaluasi kemungkinan untuk menanggung risiko informasi
dengan pihak manajemen perusahaan.
3. Dilakukan audit atas laporan keuangan. Cara umum memperoleh informasi andal
adalah dengan meminta jasa AP. Informasi yang telah diaudit dianggap lebih
akurat/lebih dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Kantor Akuntan Publik


1. Kantor Akuntan Publik Internasional
Ada enam kantor akuntan publik terbesar di Amerika Serikat yang disebut
sebagai kantor akuntan publik internasional dan mempunyai julukan “The Big Six”.
Masing-masing memiliki kantor disetiap kota-kota besar di Amerika Serikat dan di
banyak kota besaar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. KAP terkecil dari “the
Bug Six” mempunyai pendapatan secara internasional lebih dari 3 milyar dollar dan
pendapatan secara nasional mendekati 1 milyar dolar per tahun. Jumlah karyawan dari
KAP terbesar termasuk staf dan partnernya lebih dari 50.000 secara keseluruhan dan
sebanyak 2.000 di kantor New York saja. Keenam kantor akuntan publik ini
menyelenggarakan audit bagi hampir bagi hampir semua perusahaan raksasa di AS
dan seluruh dunia dan banyak perusahaan lainnya yang lebih kecil.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia “the Big Six” ini diwakili
kepentingannya oleh kantor akuntan publik di Indonesia sendiri. KAP, “the Big Six”
dan mitranya di Indonesia saat ini, disusun menurut abjad adalah sebagai berikut :
The Big Six Mitra Indonesia
Arthur Andersen Prasetio, Utomo & Co
Coopers Lybrand Internasional Siddharta & Siddharta
Delloit Touch Tohmatsu Hans Tuanakotta Mustofa
Ernst Young Internasional Santoso Harsokusumo & Co
KPMG Hanadi Sudjendro & Rekan
Price Waterhouse Internasional Hadi Sutanto & Rekan
2. Kantor Akuntan Publik Nasional
Beberapa KAP lainnya di Amerika Serikat yang dianggap sebagai kantor
akuntan publik berukuran nasional karena memiliki cabang-cabang di seluruh kota
besar di Amerika Serikat. Mereka memiliki hubungan dengan KAP di luar negeri
sehingga memiliki juga potensi internasional. Pada masa belakangan ini emakin
banyak kantor akuntan publik jenis ini yang juga diwakili di Indonesia.
3. Kantor Akuntan Publik Lokal dan Regional
Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia merupakan kantor akuntan publik
lokal atau regional, dan terutama sekali di Pulau Jawa. Banyak diantaranya yang
berafiliasi dengan organisasi kantor akuntan publik internasional dalam kelompok 30
besar untuk bertukar pandangan dan pengalaman mengenai hal-hal seperti teknik
informasi dan pendidikan lanjutan.
4. Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil
Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia mempunyai kurang dari 25 orang
tenaga profesional pada suatu KAP. Mereka memberikan jasa audit dan pelayanan
yang berhubungan dengan badan-badan usaha kecil dan organisasi nirlaba, meskipun
ada diantaranya yang melayani satu dua perusahaan yang go public.

Aktivitas Kantor Akuntan Publik


1. Jasa Atestasi, meliputi semua kegiatan dimana kantor akuntan publik mengeluarkan
laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan asersi tertulis yang dibuat
dan ditanggungjawabi pihak lain. Terdapat tiga jenis atestasi :
a. Audit, bentuk jasa atestasi dimana auditor menerbitkan suatu laporan tertulis yang
berisi pendapat apakah Laporan Keuangan (LK) dalam semua hal yang material
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia.
b. Review, banyak perusahaan non publik yang menerbitkan LK kepada berbagai
pemakai, tetapi tidak bersedia membiayai audit atas LK tsb. Dalam kondisi seperti
ini akuntan publik dapat membantu menyediakan jasa review. Audit dan review
berbeda dalam hal luasnya pemeriksaan dan jaminan keakuratan. Audit
dilaksanakan dengan pemeriksaan skala luas untuk mengumpulkan bahan bukti
memadai dalam rangka memberikan jaminan yang tinggi atas keakuratan LK .
c. Jasa atestasi lainnya, KAP, dewasa ini, mengembangkan jasa-jasa baru, misalnya
atestasi atas LK prospektif (prakiraan dan proyeksi), data statistik atas hasil-hasil
investasi untuk organisasi seperti reksa dana, karakteristik perangkat lunak
komputer.
2. Jasa Perpajakan, KAP (Kantor Akuntan Publik) membantu klien menyusun Surat
Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) untuk PPh, Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dll.
3. Konsultasi Manajemen, KAP membantu klien meningkatkan efektifitas operasinya,
meliputi pemberian rekomendasi dan sejumlah saran mengenai pembenahan system
skuntansi, pemanfaatan instalasi computer, ikut serta menyusun strategi pemasaran,
dll.
4. Jasa Akuntansi dan Pembukuan, banyak perusahaan kecil dengan staf akuntansi
terbatas menyerahkan pembuatan laporan keuangannya kepada KAP, atau melakukan
tugas-tugas pembukuan.

Standar Auditing yang Berlaku Umum (IAI)


Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai
pada suatu pernyatan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli
dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai
dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
selanjutnya dalam praktik audit. Betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam
bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor
bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karene ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian tidak dibenarkan memihak
kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang
dimiliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar ini
menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya
dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan
tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen
untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan
melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara
cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan.

Standar Pekerjaan Lapangan


1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya. Penunjukan secara dini memungkinkan auditor
merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh
pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal laporan posisi keuangan.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan. Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan
sifat, lingkup, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu
program audit secara tertulis (atau set program audit tertulis) untuk setiap audit.
Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan
tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Dalam mengembangkan
program audit, auditor harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur
perencanaan auditnya. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat
menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan
tersebut.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untukl
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Sebagian besar
pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran
keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan
auditor independen; dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti
hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit
sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Relevansi, obejktivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain yang menguatkan
kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti

Standar Pelaporan
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan kekonsistenan, apabila ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dengan penerapan pada periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan bahwa pernyataan yang demikian tidak bisa diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan
tingkat tanggungjawab yang dipikulnya.

Forum Akuntan Pasar Modal


Berikut ini adalah persyaratan yang harus dipenuhi anggota Forum Akuntan Pasar
Modal IAI-KAP (tiga persyaratan pertama juga berlaku bagi kantor akuntan publik yang tidak
menjadi anggota forum) :
1. Ketaatan pada standar pengendalian mutu. Kantor akuntan publik harus mengakui
dan taat pada standar pengendalian mutu yang telah dikemukakan pada bagian
terdahulu.
2. Review sejawat (peer review). Pengendalian mutu serta praktek akuntansi dan
auditing setiap kantor akuntan publik wajib direview secara periodik oleh kantor
akuntan publik lainnya yang memenuhi persyaratan.
3. Pendidikan profesi berkelanjutan. Semua profesional dalam kantor akuntan publik
diwajibkan untuk mengikuti pendidikan profesional dari waktu ke waktu.
4. Rotasi partner. Jika seorang partner audit telah menangani penugasan selama tujuh
tahun berturut-turut, dia harus digantikan oleh seorang partner audit lainnya. Partner
yang digantikan tidak diperkenankan untuk mengerjakan tugas tersebut selama
sekurang-kurangnya dua tahun. Kantor akuntan publik yang sangat kecil bisa
dibebaskan dari persyaratan ini.
5. Review oleh partner lain. Semua audit atas perusahaan publik harus direview oleh
parner lain yang tidak terlibat dalam penugasan tersebut, dan ia harus menyetujui
laporan audit sebelum diterbitkan.
6. Larangan pemberian jasa tertentu. Kantor akuntan publik tidak boleh
melaksanakan konsultasi manajemen tertentu untuk klien audit yang merupakan
perusahaan publik. Jasa-jasa dimaksud mencakup tes psikologi, pengumpulan
pendapat masyarakat, bantuan untuk melaksanakan merjer dan akuisisi perusahaan
dengan mendapatkan komisi, perekrutan tenaga eksekutif, dan jasa-jasa aktuaria pada
perusahaan asuransi.
7. Pelaporan ketidaksepakatan. Auditor harus melaporkan kepada komite audit atau
dewan komisaris dari setiap klien audit mengenai hal-hal utama yang tidak disetujui
oleh manajemen menyangkut akuntansi, pengungkapan, atau auditing.
8. Pelaporan jasa konsultasi manajemen. Auditor harus melaporkan jenis-jenis
konsultasi manajemen yang dilaksanakan untuk klien bersangkutan selama tahun
pemeriksaan, serta jumlah honorarium yang diterima untuk jasa tersebut, kepada
komite audit atau dewan komisaris dari setiap klien.

Berikut ini adalah persyaratan yang harus dipernuhi anggota Forum Akuntan Pasar Modal
IAI-KAP (tiga persyaratan pertama juga berlaku bagi kantor akuntan publik yang tidak
menjadi anggota forum) :
 Ketaatan pada standar pengendalian mutu. KAP harus mengakui dan taat pada standar
pengendalian mutu yang telah dikemukakan terdahulu.
 Review sejawat (peer review). Pengendalian mutu serta praktek akuntansi dan auditing
setiap KAP wajib direview secara periodik oleh KAP lainnya yang memenuhi
persyaratan.
 Pendidikan profesi berkelanjutan. Semua profesional dalam KAP diwajibkan untuk
mengikuti pendidikan profesional dari waktu ke waktu.
 Rotasi partner. Jika seorang patner audit telah menangani penugasan selama 7 tahun
berturut-turut, dia harus digantikan oleh seorang patner audit lainnya. Patner yang
digantikan tidak diperkenankan untuk mengerjakan tugas tersebut selama sekurang-
kurangnya 2 tahun. KAP yang sangat kecil bisa dibebaskan dari persyaratan ini.
 Review oleh partner lain. Semua audit atas perusahaan publik harus direview oleh
patner lain yang terlibat dalam penugasan tersebut, dan ia harus menyetujui laporan
audit sebelum diterbitkan.
 Larangan pemberian atas jasa tertentu. KAP tidak boleh melaksanakan konsultansi
manajemen tertentu untuk klien audit yang merupakan perusahaan publik. Jasa-jasa
dimaksud mencakup tes psikologi, pengumpulan pendapatan masyarakat, bantuan
untuk melaksanakan merjer dan akuisisi perusahaan dengan mendapatkan komisi,
perekrutan tenaga eksekutif, dan jasa-jasa aktuaria pada perusahaan asuransi.
 Pelaporan ketidaksepakatan. Auditor harus melaporkan kepada komite audit atau
dewan komisaris dari setiap klien audit mengenai hal-hal utama yang tidak disetujui
oleh manajemen menyangkut akuntansi, pengungkapan, atau auditing.
 Pelaporan jasa konsultasi manajemen. Auditor harus melaporkan jenis-jenis
konsultansi manajemen yang dilaksanakan untuk klien bersangkutan selama tahun
pemeriksaan, serta jumlah honorarium yang diterima untuk jasa tersebut, kepada
komite audit atau dewan komisaris dari setiap klien.

Akuntan publik harus memperhatikan sejumlah laporan khusus yang disyaratkan oleh
ketentuan Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Laporan terpenting diantaranya :
 Surat pengantar untuk pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum
(forumulir IX. B.1-1). Formulir ini harus diisi dan diserahkan kepada BAPEPAM
apabila suatu perusahaan bermaksud untuk penawaran umum kepada masyarakat.
 Laporan keterbukaan informasi. Laporan ini disampaikan paling lambat akhir hari
kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan
relevan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan
investasi pemodal.
 Laporan tahunan. Laporan ini harus disampaikan setiap tahun dalam waktu 120 hari
setelah penutupan tahun buku. Dalam laporan ini dimuat informasi keuangan yang
lengkap dan reinci, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
 Laporan kuartalan. Laporan kuartalan harus disampaikan oleh semua perusahaan
publik. Laporan ini berisi informasi keuangan tertentu yang disyaratkan oleh
BAPEPAM.
LAPORAN AUDIT

Laporan penting sekali dalam suatu laporan audit atau proses atestasi lainnya karena
laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan
kesimpulan yang diperolehnya. Dari sudut pandang pemakai, laporan dianggap sebagai
produk utama dari proses atestasi.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap
kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Keterkaitan ini tidak selalu
berupa audit laporan keuangan, tetapi dapat pula hanya berupa bantuan untuk menyusun
laporan keuangan. Dalam hal ini, laporan yang dibuat bukanlah laporan audit, melainkan
laporan kompilasi atau laporan review. Laporan audit hanya dibuat jika audit benar-benar
dilaksanakan.
Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit menggunakan bentuk ini.
Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian digunakan bila kondisi berikut terpenuhi :
1. Semua laporan keuangan - neraca, laporan laba rugi, saldo laba, dan laporan arus kas -
sudah tercakup di dalam laporan keuangan.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
3. Bahan bukti cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah melaksanakan
penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa
ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. lni
berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki, dan
bagian-bagian lain laporan keuangan.
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata-kata dalam laporan.

Bagian-bagian dari Laporan Audit Bentuk Baku


1. Judul laporan. Standar auditing mengharuskan pemberian judul pada laporan dan
judul itu harus memuat kata`independen.`Misalnya, judul yang tepat adalah
“laporan`auditor independen” atau “kata independen” dimaksudkan untuk meyakinkan
pemakai bahwa dalam semua aspek penugasan auditing tersebut tidak menyimpang.
2. Alamat yang dituju laporan auditing. Laporan ini biasanya ditujukan kepada
perusahaan bersangkutan, pemegantg saham, atau dewan direksinya. Dalam beberapa
tahun belakangan, makin sering laporan ini ditujukan kepada para pemegang saham
untuk menunjukkan bahwa auditor independen terhadap perusahaan dan dewan
direksi, dan komisarisnya.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama dari laporan ini ditujukan untuk tiga
hal: pertama, paragraf ini merupakan pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan
publik bersangkutan telah melaksanakan suatu audit. Hal ini dimaksudkan untuk
membedakan laporan tersebut dari laporan kompilasi atau penelaahan. Kedua,
paragraf itu mencantumkan laporan keuangan yang diperiksa, termasuk tanggal neraca
dan periode-periode akuntansi untuk laporan rugi-laba dan laporan arus kas. Kata-kata
dalam laporan tersebut harus sama dengan laporan yang digunakan manajemen untuk
laporan keuangan itu. Ketiga, paragraf pendahuluan yang menyatakan bahwa laporan
keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen dan bahwa tanggung jawab
auditor adalah sebatas pada pendapat atas laporan yang diperiksa.
4. Paragraf ruang lingkup. Paragraf ruang lingkup adalah pernyataan faktual mengenai
apa yang dilakukan auditor di dalam auditing. Paragraf ini terlebih dahulu menyatakan
bahwa auditor bersangkutan mengikuti standar auditing yang berlaku umum. Bagian
selanjutnya menerangkan secara singkat mengenai aspek-aspek penting dari suatu
auditing.
Paragraf ruang lingkup menyatakan bahwa auditing dirancang untuk dapat
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang
material. Pernyataan kata material menerangkan bahwa auditor hanya bertanggung
jawab untuk mencari kekeliruan yang signifikan, bukan kekeliruan kecil yang tidak
berpengaruh pada keputusan pemakai laporan. Penggunaan istilah “keyakinan
memadai” menunjukkan bahwa suatu auditing tidak dapat diharapkan untuk
menghilangkan sepenuhnya kemungkinan adanya kekeliruan atau ketidakberesan yang
material di dalam laporan keuangan. Dengan kata lain, auditing memberikan suatu
tingkat keyakinan yang tinggi, tetapi bukan merupakan jaminan.
Bagian lain dari paragraf ruang lingkup membahas mengenai bahan bukti
auditing yang dikumpulkan dan menyatakan bahwa auditor bersangkutan yakin bahwa
bahan bukti yang dikumpulkan mencukupi untuk situasi tersebut guna menyatakan
pendapat yang disajikan. Kata-kata “atas dasar pengujian” menunjukkan bahwa yang
dilakukan adalah uji petik dan bukan setiap transaksi dan setiap jumlah dalam laporan
keuangan tersebut.
5. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan standar memuat kesimpulan
auditor berdasarkan hasil auditing. Bagian ini sangat penting sehingga seringkali
keseluruhan laporan auditing hanya disebut sebagai pendapat auditor. Paragraf
pendapat dengan tegas menyatakan bahwa yang diberikan adalah suatu pendapat dan
bukan suatu pernyataan mutlak atau jaminan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
bahwa kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan profesional.
6. Tandatangan nama nomor register akuntan publik. Nama ini menunjukkan partner
akuntan publik atau auditor yang bertanggung jawab atas auditing yang dilakukan.
Auditor membubuhkan tanda tangannya berikut nomor register negara yang
bersangkutan. Partner itulah yang akan bertanggung jawab secara hukum dan jabatan
atas mutu auditnya menurut standar professional.
7. Tanggal laporan audit. Tanggal yang dipakai di dalam laporan ini adalah tanggal
saat auditor telah menyelesaikan bagian terpenting dari prosedur auditing di lapangan.
Tanggal ini sangat penting karena menunjukkan sampai tanggal berapa setelah tanggal
laporan keuangan, auditor bertanggung jawab atas peninjauan terhadap peristiwa yang
terjadi. Sebagai contoh, jika neraca dibuat per tanggal 31 Desember 1991, dan laporan
audit bertanggal 6 Maret 1992, ini berarti bahwa auditor telah mencari transaksi dan
peristiwa yang belum tercatat yang terjadi sampai tanggal 6 Maret 1992.

Keadaan yang Menyebabkan Penyimpangan dari Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian


Kondisi 1. Pembatasan lingkup audit. Jika auditor tidak berhasil mengumpulkan bukti-
bukti audit yang mencukupi untuk mempertimbangkan apakah laporan keuangan yang
diperiksanya disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia
berarti bahwa ruang lingkup auditnya terbatas. Ada dua penyebab utama, yaitu pembatasan
yang dipaksakan oleh klien dan yang disebabkan oleh keadaan di luar kekuasaan auditor
maupun klien.
Contoh pembatasan oleh klien adalah auditor tidak diperbolehkan melakukan
konfirmasi utang piutang, atau tidak diperbolehkan memeriksa aset-aset tertentu yang dimiliki
oleh klien. Sedangkan contoh pembatasan yang disebabkan oleh keadaan di luar kekuasaan
auditor maupun klien adalah sulit melakukan pemeriksaan fisik aset karena lokasi tidak bisa
dijangkau akibat banjir atau bencana lainnya.
Kondisi 2. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Contoh kondisi ini adalah jika klien tidak bersedia mengubah kebijakan
mencatat nilai aset tetap berdasarkan harga penggantian (replacement cost) dan bukannya
harga historis (historical cost) yang dipersyaratkan oleh prinsip akuntansi yang umum berlaku
di Indonesia. Atau, klien menilai persediaan yang dimilikinya berdasarkan harga jual (selling
price) dan bukannya harga historis atau harga yang terendah antara harga historis dan harga
pasar (cost or market which is lower).
Kondisi 3. Auditor tidak independen. Independensi diatur dalam Pasal 6 Kode Etik
Akuntan Indonesia.

Laporan Audit Selain Laporan Wajar Tanpa Pengecualian


1. Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor merasa
yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang
material atau menyesarkan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan
atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Pernyataan tidak memberikan pendapat. Suatu pernyataan tidak memberikan
pendapat dilakukan jika auditor tidak berhasil untuk meyakinkan dirinya sendiri
bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan secara wajar. Penolakan
pemberian pendapat timbul karena banyak pembatasan ruang lingkup audit, atau
hubungan yang tidak independen antara auditor dan klien.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian dapat
diberikan baik karena adanya pembatasan ruang lingkup auditing atau tidak ditaatinya
standar akuntansi yang berlaku umum.
Pendapat wajar dengan pengecualian hanya dapat digunakan jika auditor yakin
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar. Jika auditor
merasa bahwa kondisi yang dilaporkannya cukup parah, maka pernyataan tidak
memberikan pendapat atau pendapat tidak wajar harus dibuat. Oleh karena itu,
pendapat wajar dengan pengecualian dianggap sebagai bentuk pengungkapan yang
paling lunak di antara semua penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian
Laporan wajar dengan pengecualian dapat menyatakan pengecualian pada
ruang lingkup dan pendapat atau hanya pada pendapat saja. Pengecualian ruang
lingkup dan pendapat hanya dapat dibuat jika auditor tidak berhasil mendapatkan
bahan bukti auditing yang ditentukan oleh standar auditing yang berlaku umum.
Karena itu, bentuk pengecualian ini digunakan jika ruang lingkup auditing auditor
dibatasi oleh klien atau jika keadaan tidak memungkinkan auditor untuk melakukan
audit yang lengkap.
Materialitas
Materialitas adalah faktor penting dalam mempertimbangkan jenis laporan yang tepat
untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Sebagai contoh, jika ada salah saji yang tidak
material dalam laporan keuangan suatu entitas dan pengaruhnya terhadap periode selanjutnya
diperkirakan tidak terlalu berarti, maka dapatlah dikeluarkan suatu laporan wajar tanpa
pengecualian.
Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah :
Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas
salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang
rasional.
Dalam menetapkan definisi ini, digunakan tiga tingkatan materialitas dalam
mempertimbangkan jenis laporan yang dibuat.
1. Jumlahnya tidak material. Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi
cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut
dianggap tidak material. Dalam hal ini pendapat tidak wajar dapat diberikan.
2. Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara
keseluruhan. Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan
keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai, tetap bpi keseluruhan laporan
keuangan tersebut tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna. Jika auditor
menyimpulkan bahwa salah saji tersebut cukup materialtetapi tidak mengganggu
laporan keuangan secara keseluruhan, pendapat yang tepat adalah pendapat wajar
dengan pengecualian (menggungakn “kecuali untuk”)
3. Jumlah sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran
lapora keuangan secara keseluruhan diragukan. Tingkat materialitas tertinggi
terjadi terjadi jika para pemakai dapat membuat keputusan yang salah jika mereka
mengandalakan laporan keuangan secara keseluruhan. Semakin meluas pengaruh salah
saji, kemungkinan untuk menerbitkan pendapat tidak wajar akan lebih besar daripada
pendapat wajar dengan pengecualian.

Tingkat Pengaruh Terhadap Keputusan Jenis Pendapat


Materialitas Pemakai
Tidak Keputusan biasanya tidak Wajarnya tanpa
material terpengaruh pengecualian.
Material Keputusan biasanya terpengaruh Wajar dengan
jika informasi dimaksud penting pengecualian.
terhadap keputusan yang akan
diambil. Laporan keuangan
keseluruhan dianggap disajikan
secara wajar.
Sangat Sebagian besar dari seluruh Pernyataan tidak
material keputusan yang didasarkan pada memberikan pendapat
laporan keuangan sangat atau pendapat tidak
terpengaruh. wajar.

Keputusan Mengenai Materialitas


1. Keputusan materialitas- kaitan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Jika seorang klien tidak menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan
benar laporan audit dapat wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian, atau
tidak wajar, tergantung kepada materialitas dari penyimpangan tersebut. Harus
dipertimbangkan beberapa aspek dari materialitas.
Jumlah Rupiah Dibandingkan Terhadap Tolok Ukur Tertentu. Cara yang paling
lazim untuk mengukur materialitas, jika seorang klien telah menyimpang dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum, adalah dengan membandingkan nilai uang dari
kesalahan di dalam akun-akun yang bersangkutan terhadap tolok ukur tertentu.
Daya Ukur. Nilai uang yang terkandung pada beberapa salah saji tidak dapat diukur
secara akurat. Tingkatan materialitas yang harus dievaluasi auditor dalam situasi
semacam ini bergantung pada pengaruh dari tidak diungkapkannya penjelasan tersebut
untuk membantu keputusan yang dibuat oleh para pemakai laporan keuangan.
Sifat Salah Saji. Salah saji berikut dapat mempengaruhi keputusan pemakaia laporan
keuangan, dan dengan demikian juga akan mempengaruhi pendapat auditor, dengan
cara yang berbeda dari salah saji yang lazim terjadi.
a. Transaksi-transaksi adalah melanggar hukum.
b. Sesuatu pos yang dapat mempengaruhi periode mendatang, meskipun jumlahnya
tidak berarti jika hanya periode sekarang yang diperhitungkan
c. Sesuatu yang menimbulkan akibat “psikis” (sebagai contoh, laba kecil versus
kerugian kecil, atau saldo bank versus cerukan).
d. Sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila dipandang dari segi
kewajiban kntrak (contoh, pelanggaran persyaratan kredit dapat mengakibatkan
dibatalkannya fasilitas kredit tersebut).
2. Keputusan materialitas- kaitan dengan pembatasan lingkup audit. Umumnya
jauh lebih sulit untuk mengevaluasi materialitas dari salah saji yang diakibatkan
adanya pembatasan lingkup audit daripada pelanggaran terhadap akuntansi yang
berlaku umum atau penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum secara tidak
konsisten.

Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan atau Modifikasi
Kata
Berikut ini adalah berbagai penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan
atau modifikasi kata pada laporan wajar tanpa pengecualian :
1. Tidak ada konsistensi. Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk
memperhatikan situasi di mana standar akuntansi tidak dilaksanakan secara konsisten
dalam periode berjalan dihubungkan dengan periode sebelumnya. Standar akuntansi
yang berlaku umum menetapkan bahwa perubahan dalam standar akuntasi, atau
metode aplikasinya standar akuntans yang dipilih dan bahwa sifat dan dampak
perubahan itu diungkapkan secara memadai. Jika perubahan terjadi auditor harus
memodifikasi laporan audit dengan memberikan paragraph penjelasan di bawah
paragraf pendapat yang membahas sifat perubahan tersebut dan menunjukkan kepada
pemakai catatan kaki yang membahas perubahan itu.
2. Ketidakpastian yang material. Umumnya manajemen membuat sejumlah estimasi
dalam menyusun laporan keuangan, termasuk masa manfaat aktiva yang dapat
disusutkan, kemungkinan tertagihnya piutang, dan nilai realisasi persediaan serta
aktiva-aktiva lainnya. Biasanya terdapat cukup banyak bahan bukti untuk mendukung
kelayakan estimasi atas pos-pos ini. Tetapi, ada kalanya auditor menghadapi situasi di
mana kelanjutan suatu masalah tidak dapat diestimasi secara wajar pada saat laporan
itu diterbitkan. Masalah-masalah inilah yang disebut sebagai ketidakpastian.
Contohnya mencakup kemungkinan direalisasinya piutang yang signifikan,
diperolehnya kembali biaya yang ditangguhkan hal bersyarat yang menyangkut pajak,
penghasilan atau perkara hukum. Akuntansi untuk berbagai jenis estimasi dan
ketidakpastian ini dijelaskan dalam Statemenr FASB No. 5 Akuntansi untuk hal
bersyarat.
3. Keraguan atas kelangsungan hidup. Ada juga situasi yang tidak begitu khusus, di
mana kemampuan perusahaan untuk menjaga kelanjutan usaha perlu dipertanyakan S.
AS5 9 (AU 341) menyinggung masalah ini dengan judul “Pertimbangan Pemeriksa
Atas Kemampuan Satuan Usaha Dalam Mempertahankan Hidupnya”. Sebagai contoh,
terdapatnya satu atau dua faktor di bawah ini menimbulkan ketidakpastian mengenai
kelangsungan hidup:
 Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.
 Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh
tempo.
 Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir, atau masalah perburuhan yang tidak biasa.
 Perkara pengadilan, gugatan hukum, atau masalah-masalah serupa yang sudah
terjadi dan dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
Auditor harus mempertimbangkan secara cermat adanya kemungkinan bahwa
klien tidak mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya atau memenuhi
kewajiban-kewajibannya untuk suatu periode yang wajar. Untuk tujuan ini, periode
yang wajar dianggap tidak melebihi satu tahun dari tanggal laporan keuangan yang
sedang diaudit.
Jika auditor menyimpulkan adanya keraguan atas kemampuan perusahaan
mempertahankan kelangsungan hidupnya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelas perlu dibuat.
4. Auditor setuju dengan penyimpangan standar akuntansi yang berlaku. Peraturan
203 dari Kode Etik Profesi AICPA menyatakan bahwa dalam keadaan tidak biasa,
penyimpangan dari standar akuntansi yang ditetapkan oleh badan yang dibentuk oleh
AICPA untuk menetapkan standar akuntansi tidak harus menghasilkan pendapat wajar
dengan pengecualian, atau pernyataan tidak memberikan pendapat. Tetapi untuk
membenarkan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor harus yakin dan harus
menyatakan dalam paragraf-paragraf terpisah dalam laporan auditing, bahwa dalam
keadaan tersebut, hasil yang menyesarkan dapat terjadi jika tetap berpegang pada
standar akuntansi yang berlaku.
5. Penekanan atas suatu hal. Dalam keadaan tertentu mungkin akuntan publik ingin
memberikan penekanan pada hal-hal spesifik mengenai laporan keuangan yang
diperiksanya, meskipun dia bermaksud untuk memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Umumnya, penjelasan terrsebut dipisahkan pada paragraf tersendiri di
tengah-tengah laporan. Berikut ini adalah beberapa penjelasan yang biasanya dianggap
perlu oleh para auditor untuk dinyatakan di dalam laporannya adanyatansaksi yang
siginifikan di antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, peristiwa
penting yang terjadi setelah tanggal neraca, dan penjelasan mengenai masalah
akuntansi yang mempengaruhi daya banding laporan keuangan tahun ini dengan
laporan keuangan tahun sebelumnya.
6. Laporan yang melibatkan auditor lain. Jika akuntan publik menyerahkan sebagian
tanggung jawab auditingnya kepada kantor akuntan publik lain, yang merupakan hal
yang lazim jika kliennya memiliki beberapa perusahaan anak dan divisi yang tersebar
luas. auditor lain tersebut tetap bertanggung jawab atas hasil kerja dan laporannya
dalam menghadapi gugatan hukum atau sanksi BAPEPAM.

Tidak Ada Konsistensi


Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk memperhatikan situasi dimana
prinsip akuntansi tidak dilaksanakan secara konsisten dalam periode berjalan dihubungkan
dengan periode sebelumnya.Prinsip akuntansi yang berlaku umum menetapkan bahwa
perubahan dalam prinsip akuntansi atau metode aplikasinya merupakan hal yang dapat
diterima dan bahwa sifat dan dampak perubahan itu diungkapkan secara memadai.
Konsistensi versus daya banding. Auditor dapat membedakan antara perubahan yang
mempengaruhi konsistensi dan dapat mempengaruhi daya banding tetapi tidak mempengaruhi
konsistensi.Contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan oleh karena
itu,membutuhkan paragraph penjelasan jika jumlahnya material :
1. Perubahan prinsip akuntansi,seperti perubahan dari FIFO menjadi LIFO dalam
penilaian persediaan.
2. Perubahan entitas pelaporan,misalnya dimasukkannya suatu perusahaan anak yang
baru di dalam laporan keuangan konsilidasi.
3. Koreksi kekeliruan yang menyangkut prinsip akuntansi,yaitu mengganti penggunaan
prinsip akuntansi yang tidak lazim dengan lazim,termasuk koreksi terhadap kekeliruan
yang diakibatkannya.

Perubahan yang mempengaruhi daya banding tetapi tidak mempengaruhi konsistensi


dan karenanya tidak perlu disebutkan di dalam laporan audit,antara lain sebagai berikut :
1. Perubahan estimasi,misalnya penurunan masa manfaat aktiva untuk tujuan perhitungan
penyusutan.
2. Koreksi kekeliruan yang melibatkan prinsip akuntansi,seperti kesalahan matematis
pembukuan pada tahun sebelumnya.
3. Variasi format dan cara penyajian informasi keuangan.
4. Perubahan disebabkan oleh berbagai transaksi atau peristiwa yang tidak lazim, seperti
program baru dalam kegiatan riset dan pengembangan atau penjualan perusahaan anak.

Ketidakpastian yang Material


Jika terdapat ketidakpastian yang material,terlebih dahulu auditor harus mengevaluasi
apakah sudah ada pengungkapan fakta relevan secara memadai di dalam laporan keuangan,
termasuk catatan kaki. Bahkan jika pengungkapan catatan kaki memadai, auditor diminta
untuk menambahkan paragraf penjelasan pada laporan audit untuk ketidakpastian yang
material dalam kondisi-kondisi berikut ini :
1. Ketidakpastian tersebut mungkin sekali menjadi kenyataan (probable) dan material,
atau
2. Ketidakpastian itu cukup mungkin menjadi kenyataan (reasonably possible) dan
a) Jumlahnya material dan kemungkinannya cukup besar atau
b) Jumlahnya sangat material.

Keraguan atas Kelangsungan Hidup


Ada juga situasi yang tidak begitu spesifik, dimana kemapuan perusahaan untuk menjaga
kelanutan usaha perlu dipernyatakan. PSA30 (SA 341) menyinggung masalah ini dengan
judul “Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Satuan Usaha Dalam Mempertahankan
Kelangsungan Hidupnya”. Sebagai contoh, terdapatnya satu atau dua faktor di bawah ini
menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup :
1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja,
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo
dalam jangka pendek,
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti
gempa bumi dan banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa, serta
4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sering terjadi yang
dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.

Laporan yang Melibatkan Auditor Lain


Jika akuntan publik menyerahkan sebagian tanggungjawab auditnya kepada kantor
akuntan publik lain, yang merupakan hal yang lazim jika kliennya memiliki beberapa
perusahaan anak dan divisi yang tersebar luas, kantor akuntan publik prinsipal (utama)
mempunyai tiga pilihan. Hanya pilihan yang kedua merupakan laporan wajar tanpa
pengecualian dengan modifikasi kata.
1. Tidak membuat referensi dalam laporan audit.
2. Membuat referensi dalam laporan audit (laporan dengan modifikasi perkataan)
3. Memberikan pendapat wajar dengan pengecualian.

Lebih Dari Satu Kondisi yang Mengakibatkan Penyimpangan atau Modifikasi


Terhadap Laporan Audit Bentuk Baku
1. Auditor tidak independen dan auditor mengetahui bahwa perusahaan tidak mengikuti
prinsip akuntansi yang berlaku.
2. Terdapat pembatasan lingkup audit dan auditor mengetahui adanya suatu kewajiban
kontinjen yang menyangkut tuntunan hukum yang dapat mengakibatkan kebangkrutan
bila perusahaan kalah dalam perkara tersebut.
3. Suatu penugasan review telah dilaksanakan dan review menyatakan bahwa laporan
keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4. Keraguan akan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usaha, dan informasi
mengenai sebab-sebab ketidakpastian itu tidak diungkapkan secara memadai di dalam
catatan kaki.
5. Terdapat penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam
penyajian laporan keuangan, dan prinsip akuntansi lain telah diterapkan dengan basis
yang tidak konsisten dengan tahun sebelumnya.

Kepastian Negatif
Adalah tidak layak untuk menyertakan dalam laporan audit suatu komentar tambahan
yang bertolakbelakang dengan pendapat auditor. Misalnya disisipkan komentar “Tetapi,
sejauh ini kami tidak melihat sesuatu yang dapat menimbulkan keraguan kami mengenai
kewajaran penyajian ini”, sebagai bagian dari pernyataan tidak memberikan pendapat adalah
tidak layak, dan merupakan pelanggaran terhadap standar pelaporan. Pernyataan seperti ini
yang disebut sebagai kepastian negatif (negative assurance), akan membingungkan pembaca
mengenai hakekat pemeriksaan auditor dan kadar tanggungjawab yang disandangnya.
ETIKA PROFESI

Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral dan nilai. Masing-
masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat diungkapkan secara eksplisit.
Para filsuf, organisasi-organisasi keagamaan dan kelompok lain mempunyai berbagai cara
mengungkapkan perangkat prinsip moral atau nilai. Sebagai contoh, perangkat prinsip moral
atau nilai mencakup hukum dan peraturan, doktrin gereja, etika bisnis untuk kelompok
profesional seperti akuntan publik, dan etika untuk anggota suatu organisasi.

Kebutuhan Akan Etika


Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara
teratur. Adalah dapat dibantah jika dikatakan bahwa etika merupakan perekat bagi seluruh
masyarakat. Bayangkan, sebagai contoh, apa yang akan terjadi jika kita tidak dapat
mempercayai seseorang yang kita harapkan bertindak jujur. Jika orang tua, gutu, majikan,
pembantu, dan teman terus menerus berbohong, akan menjdi tidak mungkin untuk mencapai
komunikasi yang efektif.
Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara
nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Sebagai contoh, hukum tentang
mengendarai mobil dalam keadaan mabuk sebenarnya berkaitan dengan tanggungjawab
anggota masyarakat terhadap orang lain. Begitu pula, jika perusahaan menjual produk rusak
sesungguhnya dapat dituntut melalui prosedur hukum, jika mau.

Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika: standar etika
seseorang berbeda dari masyarakat secara keseluruhan, atau seseorang memutuskan untuk
bertindak semaunya. Dalam berbagai situasi, kedua alasan tersebut bisa terjadi.
1. Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum. Contoh ekstrim dari
orang-orang yang perilakunya menyimpang dari standar etika umum adalah para
pengedar obat terlarang, perampok bank, dan pencuri. Orang-orang tersebut tidak
merasa menyesal ketika mereka di hukum akibat melakukan perbuatan tersebut,
karena memang standar etika mereka berbeda dengan etika masyarakat umum.
2. Seseorang memilih bertindak semaunya. Contoh: Si A menemukan koper di
bandara yang berisi dokumen-dokumen penting dan uang. Si A kemudian mengambil
uangnya dan membuang kopernya. Ia menceritakan keberuntungannya kepada sanak
saudaranya. Norma perilaku A berbeda dengan masyarakat umum. Adapun Si B
mengalami hal yang serupa dengan Si A, namun ia memberi reaksi yang berbeda. Si B
mengambil uangnya dan meninggalkan kopernya. Si B tidak menceritakan hal tersebut
kepada siapapun dan menghabiskan uang itu sendiri. Mungkin saja Si B melanggar
standar etikanya sendiri, tetapi ia pikir uang itu terlalu berharga untuk dilewatkan
begitu saja. Ia bertindak mementingkan dirinya sendiri.

Etika Dalam Bisnis


Banyak perusahaan yang telah menetapkan kode etik formalnya sendiri untuk
pedoman perilaku manajemen dan pegawainya. Kode etik ini akan memaksa setiap pegawai
untuk bertindak beretika dan sebagai pedoman berperilaku beretika.
Adapun di tahun 1930, Rotary International mengembangkan kode etik yang masih
digunakan jutaan kalangan bisnis. Kode etik itu menggunakan empat pertanyaan yang
disebut Four-Way Test (Empat cara Uji) atas perilaku beretika dari setiap masalah etika
bisnis:
1. Apakah itu merupakan kebenaran (truth)?
2. Apakah itu adil untuk semua pihak yang berkepentingan?
3. Akankah itu menambah goodwill dan hubungan yang lebih baik?
4. Akankah itu menguntungkan semua pihak yang berkepentingan?

Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai perilaku
yang pantas harus dibuat. Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan
tugasnya. Bernegosiasi dengan auditan jelas merupakan dilema etika. Ada beberapa alternatif
pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari cara yang merupakan
rasionalisasi perilaku tidak beretika. Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya
digunakan bagi perilaku tidak beretika :
1. Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat
diterima.
2. Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku
legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan pemikiran
ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan seseorang.
3. Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada
evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan hukuman
(konsekuensi) pada temuan tersebut.
Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk
memecahkan dilema etika :
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema
etika
4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema
etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.

Prinsip - prinsip Etika :


1. Tanggungjawab. Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional,
anggota harus menjalankan pertimbangan moral dan profesional secara sensitif.
2. Kepentingan Masyarakat. Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk
bertindak sedemikian rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas. Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawab profesinal dengan ras integritas tertinggi.
4. Objektivitas dan Independensi. Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab
profesional.Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi
dalam faktadan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya.
5. Keseksamaan. Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan
teknis profesi terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan
kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi
kemampuan anggota yang bersangkutan.
6. Lingkup dan Sifat Jasa. Seorang anggota dalam praktik publik harus mengikuti
prinsip-prinsip kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang lingkup an sifat
jasa yang diberikan.

Upaya Memelihara Independensi


1. Kewajiban hukum. Hukuman dijatuhkan pengadilan jika seorang akuntan publik
tidak independen dapat berat akibatnya, termasuk tindakan kriminal
2. Peraturan 101, interpretasi dan ketentuannya. Peraturan 101 di Amerika Serikat,
interpretasi dan ketntuan yang ada membatasi para akuntan publik dalam hal
hubungan keuangan dan bisnisnya dengan klien.
3. Standar auditing yang berlaku umum. Standar umum yang kedua mengharuskan
auditor untuk mempertahankan sikap mental independen untuk semua hal yang
berkaitan dengan penugasan.
4. Standar pengendalian mutu IAI (dan AICPA di Amerika Serikat). Salah satu
standar pengendalian mutu masyarakat kantor akuntan publik untuk menetapkan
kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan yang cukup bahwa semua
pegawainya independen.
5. Pendivisian perusahaan. Di Amerika Serikat, bagi kantor akuntan publik yang
bergabung dengan Divisi Praktik SEC dari AICPA, terdapat beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi berkaitan dengan independensi. Pelaporan ketidaksetujuan antara
auditor dan klien, penggantian partner, pembatasan jasa manajemen, dan review
sejawat wajib dilaksanakan guna mempertinggi impendensi.
6. Komite Audit. Komite audit adalah sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan
klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan
independensinya dari manajemen. Umumnya komite audit terdiri dari tiga atau lima
kadang tujuh orang yang tidak merupakan bagian dari manajemen perusahaan.
7. Komunikasi dengan auditor pendahulu. PSA 16 (SA 315) mensyaratkan auditor
pengganti untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu dalam memutuskan apakah
akan menerima suatu penguasa atau tidak.
8. Menjajagi pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi. Manajemen dan yang
mewakili manajemen, seperti bankir investasi, seringkali meminta nasehat akuntan
lain mengenai penerapan prinsip akuntansi. Walaupun konsultasi dengan akuntan lain
merupakan praktik yang wajar, hal itu dapat menjurus pada hilangnya independensi
dalam situasi tertentu.
9. Pengesahan auditor oleh pemegang saham. Pada saat ini semakin banyak
perusahaan meminta para pemegang sahamnya untuk mengesahkan pemilihan sebuah
kantor akuntan publik baru atau meneruskan yang sudah ada.
10. Kesimpulan. Tanpa mengabaikan peraturan yang dinyatakan dalam kode etik, penting
bagi akuntan publik untuk mempertahankanh hubungan yang tidak memihak degan
manajemen dan pihak-pihak lainnya yang terkena pengaruh dari penampilan
pertanggungjawaban akuntan publi yang bersangkutan.
Standar-standar Teknis
Di Amerika Serikat terdapat aturan-aturan perilaku bagi anggota AICPA yang berkaitan
dengan standar teknis, yaitu Peraturan 201 sampai dengan 203.
Peraturan 201 - Standar Umum. Setiap anggota harus menaati standar-standar berikut dan
setiap interprestasinya yang dibuat oleh lembaga-lembaga yang ditunjuk oleh dewan sebagai
berikut :
1. Kompetensi professional, hanya melaksanakan jasa-jasa professional yang dirasa
mampu diselesaikan oleh pegawai atau kantor akuntan publiknya dengan kompetensi
professional.
2. Kemahiran professional, mempergunakan kemahiran profesi dengan seksama dalam
melaksanakan jasa professional.
3. Perencanaan dan pengawasan, merencanakan dengan cermat dan mengawasi
pelaksanaan jasa professional.
4. Data relevan yang mencukupi, mendapatkan data relevan yang mencukupi guna
mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau member rekomendasi
dalam kaitan dengan jasa professional yang dilakukan.
Peraturan 202 - Ketaatan pada Standar. Seorang anggota yang melaksakan audit, review,
kompilasi, bantuan manajemen, perpajakan atau jasa professional lainnya harus taat pada
stadar yang dikeluarkan oleh lembaga- lembaga yang ditetapkan oleh Dewan.
Peraturan 203 - Prinsip akuntasi. Seorang anggota tidak dibenarkan :
1. Menyatakan pendapat atau menyetujui bahwa laporan keuangan atau data keuangan
keuangan lainya dari suatu usaha yang di auditnya disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang belaku umum.
2. Menyatakan bahwa dia tidak mengetahui setiap modifikasi yang material yang telah
dilakukan pada setiap laporan dan data dalam rangka memenuhi prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum, jika laporan atau data demikian menyimpang dari
prinsip akuntansi yang telah di tetapkan oleh badan perumus yang ditunjuk oleh
dewan menyusun prinsip yang mempunyai dampak material keseluruhan atau data.
Di Indonesia terdapat dalam aturan bab II kecakapan professional, pasal 2 dan pasal 3
yang berbunyi sebagai berikut :
1. a) Seorang anggota harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis dan
professional yang relevan.
b) Jika seorang anggota memperkejakan staf atau ahli lainya untuk pelaksanaan
tugasnya , ia harus menjelaskan kepada mereka, keterikatan akuntan kepada etika. Dan
ia tetap bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut secara keseluruhan. Ia juga
berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan kode etik, jika ia memilih ahli lain untuk
member saran atau bila merekomendasikan ahli lain kepada kliennya.
2. Setiap anggota harus meningkatkan kecakapan profesionalnya, agar mampu
memberikan mamfaat optimum dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Setiap anggota harus menolak setiap penugasan yang tidak akan dapat diselesaikanya.
Peraturan 301 - Informasi Rahasia Klien, seorang anggota dalam praktik publik tidak
dibenarkan mengungkapkan semua rahasia klien tanpa ijin dari klien. Terdapat 4
pengecualian terhadap informasi rahasia klien, menurut arens and loebbecke (1996: 93)
adalah :
1. Membebaskan seorang anggota dari kewajiban profesionalnya menuurut peraturan
202 dan 203.
2. Untuk menghindarkan dengan cara apapun kewajiban anggota tersebut untuk mentaati
permintaan atau panggilan pengadilan sah yang berlaku.
3. Menghalangi peninjauan atas praktik profesional anggota menurut wewenang AICPA
atau masyarakat akuntan publik negara bagian, atau
4. Menghindarkan seorang anggota dari pernyataan keberatan atau menjawab semua
pertanyaan yang diajukan penyidik yang diakui atau lembaga disiplin.
Kode etik akuntan Indonesia pasal 4 menyebutkan bahwa “Setiap anggota harus
menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam tugasnya, dan tidak boleh terlibat dalam
pengungkapan dan pemamfaatan informasai tersebut, tanpa seijin pihak yang memberi tugas,
kecuali jika hal itu dikehendaki oleh norma profesi, hukum atas negara”.
Pernyataan Etika Profesi No. 3 : Pengungkapan Informasi Rahasia Klien, menyatakan :
a. Yang dimaksud dengan dikehendaki oleh standar profesi, hukum atau negara adalah :
 Kewajiban anggota dalam mematuhi panggilan sidang atau tuntutan pengadilan.
 Setiap anggota tidak boleh menghalangi atau menghindari pelaksanaan review dari
anggota lainnya yang berwenang atau ditunjuk oleh IAI dan instansi lainnya yang
mempunyai otoritas untuk itu.
 Setiap anggota tidak boleh menghindari atau menghalangi penyelidikan Dewan
Pertimbangan Profesi terhadap ketuhanan-ketuhanan yang ada.
b. Anggota Dewan Pertimbangan Profesi atau Reviewer tidak boleh memanfaatkan atau
mengungkapkan informasi klien kacuali atas tuntutan hukum atau pengadilan.
c. Anggota yang mereview sehubungan dengan pembelian, penjualan atau merger dari
seluruh atau bagian sebuah perusahaan harus melakukan pencegahan yang
diperlukan (appropiate precautions). Contoh : membuat Written Confidentially
Agreement (perjanjian tertulis untuk merahasiakan informasi yang diterima).
d. Auditor boleh mengungkapkan nama-nama pemberi tugas kepada pihak lain tanpa
meminta ijin dari pemberi tugas, kecuali bila pengungkapan nama tersebut
mengungkapkan rahasia informasi atas pemberi tugas. Contoh: Pengungkapan nama
pemberi tugas yang sedang mengalami kesulitan keuangan.
e. Anggota yang menjadi auditor independen tidak boleh memberikan inside
information kepada pihak lain mengenai pemberi tugas yang go public.
f. Auditor terdahulu harus bersedia memperlihatkan audit working papers sebelumnya
kepada auditor pengganti, berdasarkan permintaan pemberi tugas.
g. Auditor independen dapat menggunakan jasa tenaga ahli lainnya, namun harus
melakukan pencegahan untuk menjamin tidak adanya informasi rahasia pemberi tugas
terungkap dalam menggunakan tenaga ahli lainnya tersebut.
h. Auditor independen yang menarik diri dari penugasannya karena menemukan
pelanggaran terhadap undang-undang dan peraturan pemerintah harus memperhatikan
aspek hukum atas status dan kewajibannya bial auditor penggantinya ingin
mengetahui alasan penarikan diri auditor independen tersebut. Auditor independen
tersebut juga dapat menganjurkan pada auditor independen penggantinya untuk
meminta ijin kepada pemberi tugas untuk dapat mendiskusikan segala masalah yang
ada pada pemberi tugas secara bebas antara auditor independen sebelumnya dengan
penggantinya.

Peraturan 501 - Tindakan tercela. Seorang anggiat tidak akan melakukan tindakan
yang mendatangkan aib bagi profesinya.

Peraturan 502 Kode Perilaku AICPA berbunyi sebagai berikut :


Etika profesi No. 4
a. Contoh-contoh iklan dan bentuk-bentuk palsu, menipu atau menyesatkan antara
lain :
1. Seorang akuntan public memberikan janji-janji muluk.
2. Menggambarkan seolah-olah dapat mempengaruhi keputusan pejabat pengadilan,
instansi pengatur atau badan/instansi lain yang serupa.
3. Membuat pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
4. Membuat perbandingan dengan akuntan public lainnya yang tidak didasarkan pada
fakta yang dapat diverifikasi.
5. Membuat pernyataan bahwa jasa professional spesifik sedang/akan diberikan
dengan upah tertentu yang bias naik & calon kliennya tidak diberitahu
kemungkinan ini.
6. Membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau salah
menafsirkannya.
7. Akuntan publik tidak diperbolehkan menawarkan jasanya secara tertulis kepada
calon klien, kecuali atas permintaan calon klien yang bersangkutan.
b. Contoh-contoh iklan yang diperbolehkan yang sifatnya pemberitahuan antara
lain :
1. Pemberitahuan pindah alamat,telepon,fax dan telex.
2. Merekrut pegawai dan staf baik u/ kantornya sendiri maupun langganannya.
3. Memasang iklan untuk penjualan perusahaan atau asset langganan akuntan public
dalam kapsitas profesinya yang bertindak sebagai likuidator.
4. Memasang iklan untuk seminar dan penataran bagi masyarakat umum, kecuali
yang diselenggarakan secara gratis.
5. Pemberian kartu ucapan kepada klien kantor akuntan publik.
c. Contoh penawaran jasa secara tertulis yang tidak diperkenankan anatara lain ,
penyebaran kartu nama yang mencantumkan jasa yang tidak ada hubungannya dengan
profesi.
TANGGUNGJAWAB DAN TUJUAN AUDIT

Ada tiga tingkat pertanggungjawaban yang dimiliki auditor dalam menemukan dan
melaporkan tindakan melanggar hukum.
1. Pengumpulan bahan bukti jika tidak ada alasan yang dapat dipercaya tentang
terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung.
2. Pengumpulan bahan bukti dan tindakan-tindakan lain apabila ada alasan yang dapat
dipercaya tentang terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung.
3. Tindakan pada saat auditor mengetahui terjadi unsur pelanggaran hukum.

PSA 07 (SA 326) menggolongkan lima kategori pernyataan yang luas :


1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian. Berhubungan dengan apakah aktiva
atau uang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah
terjadi selama periode tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa
sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu
pula, manajemen mambuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi
menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain
(misalnya piutang) dengan pelanggan.
2. Asersi mengenai kelengkapan. Berhubungan dengan apakah semua transaksi dan
akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di
dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian
barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula,
manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua
kewajiban entitas.
3. Asersi mengenai hak dan kewajiban. Berhubungan dengan apakah aktiva
merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha
(lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas
kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa usaha yang
bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.
4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi asersi. Berhubungan dengan apakah
komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan
dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan
pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode
akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa
piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang
dapat direalisasikan.
5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan. Berhubungan dengan apakah
komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-
kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikain pula, manajemen mambuat asersi
bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi
diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

Enam tujuan audit umum berkait-transaksi dibahas berikut ini.


1. Eksistensi - transaksi yang tercatat memang eksis.
2. Kelengkapan - transaksi yang ada telah dicatat.
3. Akurasi - transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar.
4. Klasifikasi - transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat.
5. Saat pencatatan - transaksi dicatat pada tanggal yang benar.
6. Posting pengikhtisaran.

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai sembilan tujuan audit umum berkait saldo.
Dalam pembahasan, akan ada acuan ke skedul pendukung, yang mengacu ke kertas kerja yang
disiapkan klien seperti daftar piutang usaha yang baru saja disebut.
1. Eksistensi - angka-angka yang dicantumkan memang eksis.
2. Eksistensi - angka-angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya.
3. Akurasi - jumlah yang ada disajikan pada jumlah yang benar.
4. Klasifikasi - angka-angka yang dimasukkan di daftar klien telah diklasifikasikan
dengan tepat.
5. Pisah batas - transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat dalam
periode yang tepat.
6. Kecocokan rincian-rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar
tambahan, dijumlah kebawah benar dalam saldo akun, dan sesuai dengan jumlah
dalam buku besar.
7. Nilai realisasi - aset dinyatakan dalam jumlah yang diestimasi dapat direalisasi.
8. Hak dan Kewajiban - Kewajiban harus menjadi milik suatu entitas berkaitan dengan
hutang, sedangkan hak selalu dikaitkan dengan aktiva.
9. Penyajian dan Pengungkapan - saldo perkiraan dan persyaratan pengungkapan yang
berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan.

Vous aimerez peut-être aussi