Vous êtes sur la page 1sur 6

1.

Aspek Fisiologi
Sel Darah Putih dan Resistensi terhadap Infeksi
Tubuh terus menerus terpapar bakteri, virus, jamur, dan parasit. Banyak aen
ini mampu menyebabkan penyakit serius bila menyerang jaringan-jaringan yang
lebih dalam. Selain itu, kita secara intermiten terpapar bakteri dan virus lain yang
sangat virulen di samping yang normalnya terdapat dalam tubuh kita dan dapat
menyebabkan penyakit mematikan seperti pneumonia, infeksi streptokokus, dan
demam tifoid.
Untungnya badan kita mempunyai sistem khusus untuk melawan berbagai
agen toksik dan infeksi. Ia terdiri dari sel darah putih (juga disebut leukosit) sistem
magrofag jaringan (sering tapi secara salah dinamai sistem retikuloendotel) dan
jaringan limfosit. Jaringan-jaringan ini untuk mencegah infeksi, mempunyai dua
fungsi.
1. Menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
2. Membentuk antibodi dan limfosit yang disensitifkan, salah satu atau
keduanya akan menghancurkan penyerang.
Jenis-jenis Sel Darah Putih
Terdapat enam jenis sel darah putih yang normal terdapat dalam darah.
Mereka adalah neurotrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, monosit,
limfosit dan sel plasma. Selain itu, terdapat trombosit dalam jumlah besar yang
merupakan fragmen jenis ke tujuh dari sel darah putihyang ditemukan dalam sum-
sum tulang, megakariosit. Tiga jenis sel polimorfonuklear mempunyai penampilan
granular yang dinamakan granulosit, atau dalam terminologi klinik mereka sering
dinamakan “polys”.
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap invasi organisme dengan
memakannya _ yaitu dengan proses fagositosis. Salah satu fungsi limfosit adalah
melihat ke organisme penyerang spesifik dan menghancurkannya; ini adalah bagian
dalam sistem kekebalan. Akhirnya, fungsi trombosit adalah untuk mengaktifkan
mekanisme pembekuan darah. (50-51)
Alergi
Salah satu efek samping yang penting dari kekebalan dalam keadaan
tertentu adalah timbulnya alergi. Paling sedikit terdapat tiga jenis alergi, dua di
antaranya dapat terjadi pada setiap orang, dan yang ketiga hanya terjadi pada orang
yang mempunyai kecenderungan alergi spesifik.
ALERGI-ALERGI YANG TERDAPAT PADA ORANG NORMAL
Alergi reaksi tertunda. Jenis alergi ini sering menyebabkan erupsi kulit
akibat respons terhadap obat-obatan atau zat kimia tertentu, khususnya beberapa
kosmetik dan zat kimia rumah tangga, tempat kulit seseorang sering terpapar.
Contoh lain dari alergi seperti ini adalah erupsi kulit yang disebabkan oleh “ivy”
beracun.
Alergi yang disebabkan oleh Reaksi Antara Antibodi dan Antigen. Bila
seseorang terstimulasi kuat terhadap suatu antigen dan telah membentuk antibodi
dalam titer sangat tinggi, lalu pemaparan orang ini yang secara tiba-tiba ke antigen
yang sama dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan reaksi jaringan yang
berat. Kompleks antigen-antibodi yang terbentuk mengalami presipitasi, dan
sebagian dari endapan ini berupa granula dalam dinding-dinding pembuluh darah
kecil. Granula ini juga mengaktifkan sistem komplemen, mengakibatkan
pengeluaran banyak enzim proteolitik. Akibat dari kedua efek ini adalah
peradangan berat dan destruktif pembuluh-pembuluh darah kecil.
Salah satu manifestasi dari reaksi jenis ini adalah serum penyakit. Serum
yang disuntikkan pada orang dapat menyebabkan pembentukan antibogi IgG. Bila
hal ini mulai terjadi, mereka beraksi dengan protein dari serum yang disuntikkan
dan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang menyebar di seluruh tubuh.
Untungnya reaksi ini terjadi perlahan-lahan dalam beberapa hari setelah terbentuk
antibodi, dan biasanya tidak mematikan, dan pada keadaan lain dapat menyebabkan
peradangan dan edema yang tersebar di seluruh tubuh disertai timbulnya sindroma
mirip syok sirkulasi.(64)
ALERGI-ALERGI PADA PENDERITA YANG “ALERGI”
Beberapa orang mempunyai kecenderungan alergi. Fenomena ini secara genetik
diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya, dan ditandai dengan adanya
antibodi IgE dalam jumlah besar. Antibodi ini dinamakan reagin atau “sensitizing
antibody” untuk membedakannya dari antibodi IgE yang lebih sering ditemukan.
Di antara berbagai jenis reaksi-reaksi golongan ini adalah:
Anafilaksis. Bila alergen spesifik disuntikkan langsung ke dalam sirkulasi
ia dapat bereaksi dengan basofil yang tersebar luas dalam tubuh dan mast sel yang
terletak tepat di luar pembuluh-pembuluh darah kecil. Oleh karena itu, reaksi jenis
ini terjadi di sembarang tempat. Histamin yang dilepaskan ke dalam sirkulasi
menyebabkan vasodilatasi perifer yang luas serta peningkatan permeabilitas kapiler
dan kehilangan plasma yang nyata dari sirkulasi. Sering orang yang menderita
reaksi ini mati karena syok sirkulasi dalam beberapa menit kecuali bila diobati
dengan norepinefrin untuk melawan efek histamin.
Urtikaria. Urtikaria akibat dari antigen yang masuk daerah kulit tertentu
dan menyebabkan reaksi anafilaktoid terlokalisasi. Histamin yang dilepaskan
secara lokal menyebabkan (a) vasodilatasi yang menyebabkan ‘red flare’ segera dan
(b) peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan pembekakan kulit dalam
beberapa menit. Pembekakan ini sering dinamakan ‘hives”. Pemberian obat-obat
anti histamin pada orang sebelum terpapar akan mencegah timbulnya ‘hives’.
Hay Fever. Pada Bay Ever, reaksi alergen-reagin terjadi dalam hidung.
Histamin dikeluarkan akibat respons ini menyebabkan vasodilatasi vaskular lokal
dengan akibat peningkatan tekanan kapiler. Dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Kedua efek ini menyebabkan perembesan cairan dengan
cepat ke dalam jaringan hidung, dan sel yang membatasi hidung membengkak dan
bersekresi. Sekali lagi, pemakaian anti histamin dapat mencegah reaksi
pembengkakan ini.
Asma. Pada asma, reaksi alergen-reagin terjadi dalam bronkiolus paru-paru.
Di sini, hasil paling merusak yang dikeluarkan dari sel mast tampaknya merupakan
zat anafilaksis bereaksi lambat yang menyebabkan spasme otot polos bronkiolus.
Akibatnya, orang mengalami kesukaran bernafas. Sayangnya pemberian
antihistamin mempunyai efek kecil pada perjalanan asma, karena histamin
tampaknya bukan merupakan faktor utama yang menimbulkan reaksi asmatik. (64-
65)
Sistem Limfatik
Sistem limfatik merupakan suatu jalur tambahan tempat cairan dapat mengalir dari
ruang interstisial ke dalam darah. Hal yang terpenting, sistem limfatik dapat
mengangkut protein dan zat-zat berpartikel besar keluar darah. Pengembalian
protein ke dalam darah dari ruang interstisial ini merupakan fungsi penting dan
tanpa adanya fungsi tersebut, Kita akan meninggal dalam 24 jam.

Saluran Limfe Tubuh


Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfe khusus yang
mengalirkan kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa
pengecualian antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, endomisium
otot, dan tulang. Namun bahkan jaringan tersebut mempunyai pembuluh interstisial
kecil yang disebut saluran pralimfatik yang dapat dialiri oleh cairan interstisial;
pada akhirnya cairan ini mengalir ke dalam pembuluh limfe atau, pada otak,
mengalir ke dalam cairan serebrospinal dan kemudian langsung kembali ke dalam
darah.
Pada dasarnya seluruh pembuluh limfe dari bagian bawah tubuh pada
akhirnya akan bermuara ke duktus torasikus,yang selanjutnya bermuara ke dalam
sistem darah vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena
subsklavia kiri.
Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian daerah toraks
juga memasuki duktus torasikus sebelum bermuara ke vena.
Cairan limfe dari sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan, dan bagian
kanan toraks memasuki duktus limfatikus kanan (jauh lebih kecil dari pada duktus
torasikus), yang akan bermuara ke dalam sistem darah vena pada pertemuan antara
vena subklavia kanan vena jugularis interna. (hal 199)

Pembentukan Cairan Limfe


Cairan limfe berasal dari cairan interstisial yang mengalir ke dalam system
limfatik. Oleh karena itu, cairan limfe yang memasuki pembuluh limfe terminal
mempunyai komposisi yang hampir sama dengan komposisi cairan interstisial.
Konsentrasi protein dalam ciran interstitsial di sebagian besar jaringan rata-
rata sekitar 2 g /dl, dan konsentrasi protein cairan limfe yang mengalir dari jaringan
tersebut mendekati nilai ini. Sebaliknya, cairan limfe yang dibentuk di hati
mempunyai konsentrasi protein setinggi 6 g/dl, dan cairan limfe yang dibentuk di
usus memiliki konsentrasi protein setinggi 3 sampai 4 g/dl. Karena kurang lebih
dua pertiga dari seluruh cairan limfa normalnya berasal dari hati dan usus, cairan
limfe duktus torasikus, yang merupakan campuran cairan limfe dari seluruh tubuh,
biasanya mempunyai konsentrasi protein 3 sampai 5 g/dl.
Sistem limfatik juga merupakan salah satu jalur utama untuk absorpsi zat
nutrisi dari saluran cerna, terutama untuk absorpsi hampir semua lemak tubuh.
Setelah menyantap makanan berlemak, cairan limfe di dalam duktus torasikus
kadang-kadang mengandung 1 sampai 2 persen lemak. Akhirnya, bahkan partikel-
partikel besar seperti bakteri, dapat memasuki saluran limfe di antara sel-sel endotel
kapiler limfe dan dengan cara tersebut, masuk ke cairan limfe. Ketika cairan limfe
melewati kelenjar limfe, partikel-partikel ini hampir seluruhnya akan dikeluarkan
dan dihancurkan.

Kecepatan Aliran Limfe.


Cairan limfe mengalir kira-kira 100 mililiter per jam, malalui duktus
torasikus pada orang yang sedang beristirahat, dan kira-kira 20 mililiter lainnya tiap
jam mengalir ke dalam sirkulasi melalui saluran yang lain, sehingga membuat
perkiraan total aliran limfe sekitar 120 ml/jam, atau 2 sampai 3 liter per hari.

Pemompaan Yang Disebabkan Oleh Kopresi Intermiten Eksternal Pada


Sistem Limfatik.
Selain pemompaan yang disebabkan oleh kontraksi intrinsic dari dinding
pembuluh limfe, faktor luar yang secara interniten menekan pembuluh limfa juga
dapat menyebabkan pemompa. Faktor-faktor tersebut adalah:
 Kontraksi otot rangka di sekitar saluran limfe
 Pergerakan bagian-bagian tubuh
 Pulsasi arteri yang berdekatan dengan saluran limfe
 Penekanan jaringan oleh benda-benda di luar tubuh
Pompa limfe menjadi sangat aktif selama berolahraga, yang sering
meningkatkan aliran limfe 10 sampai 30 kali lipat. Sebaliknya, dalam keadaan
istirahat, aliran limfe menjadi sangat lambat, hampir tak ada sama sekali. (hal 200-
201)

Peran Sistem Limfatik dalam Mengatur Konsentrasi Protein Cairan


Interstisial, Volume Cairan Interstisial, dan Tekanan Cairan Interstisial.
Sistem limfatik berfungsi sebagai mekanisme untuk kelebihan aliran
(”overflow mechanism”) untuk mengembalikan kelebihan protein dan kelebihan
volume cairan ke sirulasi dari rung jaringan. System limfatik juga memiliki peran
sentral dalam mengatur (1) konsentrasi protein dalam cairan interstisial, (2) volume
cairan interstisial, dan (3) tekana cairan intersdtisial.
Pertama, hanya sejumlah kecil protein yang bocor, jika ada, yang kembali
ke sirkulasi melalui ujung-ujung vena dari kapiler darah. Oleh karena itu, protein-
protein ini cenderung berakumulasi di cairan interstisial, hal ini kemudian akan
meningkatkan tekanan osmotik koloid interstisial.
Kedua, peningkatan tekanan osmotik koloid dalam cairan interstisial akan
menggeser keseimbangan daya pada membran kapiler darah dalam membantu
fillatrasi cairan ke dalam interstisium. Oleh karena itu, cairan bertukat tempat secara
osmosis keluar melalui dinding kapiler masuk ke dalam interstisium akibat protein,
sehingga meningkatkan volume cairan interstisial dan tekanan cairan interstisial.
Ketiga, peningkatan tekanan cairan interstisial akan sangat meningkatkan
kecepatan aliran limfe. Hal tersebut kemudian membawa keluar keluar kelebihan
volume cairan interstisial dan kelebihan protein yang telah terakumulasi dalam
ruang interstisial.
Begitu konsentrasi protein cairan interstisial mencapai nilai tertentu dan
menyebabkan peningkatan yang sebanding dalam volume cairan interstisial dan
tekanan cairan interstisial, pengembalian protein dan cairan melalui sistem limfatik
menjadi cukup besar untuk menyimbangi secara tepat kecepatan bocornya protein
dan cairan ke dalam intestisium dari kapiler darah. (hal 202)

Vous aimerez peut-être aussi