Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Hirschsprung Bedah Anak 2
Hirschsprung Bedah Anak 2
system saraf sell ganglion pada myenteric dan plexus submucosa dari
usus bagian distal. Sell ini bertanggung jawab untuk peristaltic dari usus.
Pasien dengan hirschsprung’s disease akan terjadi obstuksi fungsional
pada daerah aganglionis. Hampir sebagian besar kasus, daerah
aganglionis terdapat pada daerah rectum atau rectosigmoid. Terdapat 5%-
10 % kasus terjadi pada seluruh kolon atau sebagian dari usus. Kejadian
berbanding 1 dari 5000 kelahiran bayi.
Pada pemeriksaan radiologi didapati seperti pada kaus obstruksi usus bayi
baru lahir. Jarang dijumpai adanya transisi udara di daerah colon. Dan
sangat jarang ditemukan free air pada foto polos abdomen yang
menandakan adanya kebocoran dari proximal usus oleh penyakit HD.
Adanya keterlambatan diagnosa dapat menyebabkan terjadinya perforasi
sponta dari usus ataupun colon pada neonates dan berakhir dengan anka
kematian yang tinggi. Perforasi sering terjadi pada bayi dengan long
segment aganglion.
Hasil yang didapat dari contras enema adanya daerah sempit, distal usus
yang spastic dengan dilatasi proximal. Zona transisi merupakan kunci
utama untuk menegakkan HD secara radiologi (contras enema). Daerah
rectosigmoid merupakan daerah paling sering diddapati zona transisi.
Walaupun zona transisi ini bias didapati pada daerah manapun pada
colon.
Pada beberapa kasus, contras enema tidak dapat memberikan hasil yang
baik untuk mendiagnosa HD. Dilaporkan keakuratan contras enema
menegakkan diagnose HD, 76% oleh Swenson dkk, Lister 87 %, dan Klein
dkk 92%. Gambaran false-positive dilaporkan oleh Taxman dkk ,29%. Dan
fals-negative 20%. Zona transisi bisa tidak dijumpai pada pasien dengan
short segment dan total colonic aganglionic
Rectal Biopsi
Differential Diagnosis
CORAN
Managemen Preoprasi
Bowel Management
Pada pasien dengan incontinesia feses tindakan irigasi ini memberikan hasil
yang baik. Pasien dengan HD kemungkinan akan mengalami enterocolitis
sebelum atau sesudah dilakukan tindakan operasi. Hal ini disebabkan
dysmoliti colon yang menyebabkan feses tidak bergerak, sehingga bakteri
berkembang biak dan menyebabkan terjadinya diare. Trans anal irigasi
membuat feses yang statis untuk dikeluarkan. Irigasi dilakukan dengan
menggunakan normal saline 10-20 ml /kgbb.
Irigasi kolon adalah cara untuk mengevakuasi feses dengan cara irigasi air
melalui anus. Dibutuhkan waktu rata-rata dua hari untuk kotoran untuk
mencapai dubur lagi setelah efisien mengosongkan rektum dan distal colon
(Christensen et al., 2003). Pada pasien dengan Fecal Inkontinesia, metode
mencegah kebocoran antara washouts. Evakuasi reguler rectosigmoid dapat
mengurangi waktu seluruh usus besar pada pasien dengan konstipasi
(Bazzocchi et al., 2006). Retrogard kolon irigasi digunakan dalam gangguan
disfungsi usus. Dalam lebih dari 50% pasien dengan sklerosis, Penghanyutan
kolon mundur ditingkatkan sembelit dan Fecal Inkontinesia (Preziosi et al.,
2012). Fecal Inkontinesia yang dihasilkan dari reseksi anterior rendah dari
dubur sulit untuk mengobati karena asal bisa disebabkan berbagai faktor
(Ratto et al, 2005). Retrograde kolon Irigasi adalah pengobatan non-invasif
dengan efek samping ringan, dan sangat cocok untuk mengobati pasien
dengan FI setelah reseksi anterior rendah dari dubur (Koch et al., 2009).
Enema kontinensia kateter, memiliki balon mengembang ketika enema
dimasukkan ke dalam. Mengempis balon dan menghapus kateter
memungkinkan usus kosong (Shandling et al., 1987).