Vous êtes sur la page 1sur 5

Edema

Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh. (Beberapa ahli juga memasukkan dalam definisi itu penimpunan cairan
berlebihan di dalam sel). Jika edema mengumpul dalam rongga, biasanya dinamakan efusi,
misalnya efusi pericardium, efusi pleura. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum biasanya
diberi nama asites. Edema umum yang masif sering disebut sebagai anasarka. Hidrops dan dropsi
adalah dua istilah yang dulu dipakai untuk menyatakan edema.

Etiologi dan Patogenesis

Timbulnya edema dapat diterangkan dengan mempertimbangkan berbagai gaya yang


normal mengatur pertukaran cairan melalui dinding pembuluh. Faktor-faktor lokal mencakup
tekanan hidrostatik dalam mikrosirkulasi dan permeabilitas dinding pembuluh. Kenaikan tekanan
hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk ke dalam ruang interstisial tubuh. Karena alasan
yang sederhana ini, kongesti dan edema cenderung terjadi bersama-sama. Seperti yang sudah
diterangkan dalam pembicaraan peradangan, maka kenaikan local permeabilitas dinding pembuluh
terhadap protein memungkinkan molekul-molekul besar ini lolos dari pembuluh, dan secara
osmotik cairan akan menyertainya. Karena itu, edema adalah bagian yang menyolok dari reaksi
peradangan akut. Penyebab lokal lain dari pembentukan edema adalah obstruksi saluran limfe,
yang normal bertanggung jawab atas pengaliran cairan interstisial. Jika saluran ini tersumbat
karena alasan apapun, maka jalan keluar cairan yang penting ini hilang, mengakibatkan
penimbunan cairan, yang disebut sebagai limfedema. Limfedema terlihat pada berbagai
peradangan yang mengenai pembuluh limfe, mungkin paling sering dijumpai di rumah sakit
setelah bagian dari terapi kanker. Contoh khas jenis edema ini adalah pembengkakan pada
ekstremitas atas yang kadang-kadang terlihat setelah mastektomi radikal.

Faktor-faktor sistemik dapat juga mempermudah pembentukan edema. Karena


keseimbangan cairan bergantung pada sifat-sifat osmotik protein serum, maka keadaan yang
disertai oleh penurunan konsentrasi protein ini dapat mengakibatkan edema. Pada sindrom
nefrotik, sejumlah besar protein hilang dalam urin, dan penderita menjadi hipoproteinemia dan
edema. Hipoproteinemia dari penyakit hati lanjut juga dapat mempermudah pembentukan edema.
Dalam keadaan kelaparan edema masif sering menyertai hipoproteinemia nutrisional.

Transudat dan eksudat

Jika cairan tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena bertambahnya permeabilitas
pembuluh terhadap protein, maka penimbunan ini disebut eksudat. Jadi, edema peradangan
merupakan eksudat. Jika cairan tertimbun dalam jaringan atau ruangan karena alasan-alasan lain
dan bukan akibat dari perubahan permeabilitas pembuluh, maka penimbunan ini disebut
transudate. Kegagalan jantung adalah merupakan penyebab utama pembentukan transudat.
Kadang-kadang secara klinis penting untuk menentukan apakah penimbunan cairan tertentu itu
merupakan transudat atau eksudat. Eksudat karena sifatnya cederung mengandung lebih banyak
protein daripada transudat dan karena itu, cenderung mempunyai berat jenis yang lebih besar.
Selain itu, protein eksudat sering mengandung fibrinogen, yang akan mengendap sebagai fibrin,
sehingga dapat menyebabkan pembekuan cairan eksudat. Transudat umumnya tidak membeku.
Akhirnya, eksudat biasanya mengandung leukosit sebagai bagian dari proses peradangan,
sedangkan transudat cenderung tidak banyak mengandung sel.

Morfologi edema

Morfologi edema secara sederhana menyangkut pembengkakan bagian yang terkena


karena terlalu banyak cairan yang terkandung dalam interstisial. Pembengkakan umumnya bersifat
lunak dan sebenarnya dapat digerakkan, kecuali jika cairan sebagian besar berada intraselular. Ciri
yang terakhir ini digunakan secara klinis dalam menentukan diagnosis derajat edema yang tidak
jelas. Walaupun mata kaki yang bengkak masif mudah didiagnosis dengan inspeksi, tetapi
mungkin saja edema ringan yang tidak dapat terlihat mata. Pada keadaan ini tekanan ringan ibu
jari pada sisi mata kaki akan memindahkan sedikit cairan edema untuk sementara, dan jika ibu jari
dilepaskan akan terlihat lekukan pada jaringan yang berlangsung selama beberapa saat. Keadaan
ini disebut pitting edema. Mobilitas cairan edema yang sama di dalam jaringan interstisial
bertanggung jawab atas efek postural tertentu. Kadang-kadang, waktu dimasukkan ke dalam
rumah sakit untuk pertama kalinya, penderita menderita edema mata kaki yang dapat dilihat, sebab
selama penderita masih berjalan edema akan bergerak menurut gravitasi sehingga terkumpul pada
ekstremitas bawah. Namun, jika penderita sudah berada di tempat tidur untuk beberapa hari, di
mana ekstremitas bawah tidak lagi berada pada posisi terendah, dan sebagai gantinya dapat terlihat
edema di sekitar sacrum.

Akibat dari edema

Edema terutama penting sebagai petunjuk untuk megetahui ada sesuatu yang salah. Dengan
kata lain, mata kaki yang membengkak itu tidak membahayakan, mungkin hanya tidak indah
dipandang, tetapi keadaan ini dapat menjadi indikator akan adanya kehilangan protein atau payah
jantung kongestif. Pada tempat tertentu edema itu sendiri sangat penting. Edema paru-paru bila
hebat, seperti pada payah jantung kiri, merupakan keadaan darurat medis akut. Jika cukup banyak
ruangan udara di dalam paru-paru terisi cairan edema, maka secara harfiah penderita itu akan mati
tenggelam. Edema paru-paru yang masif dapat mematikan dalam beberapa menit. Derajat edema
paru-paru yang lebih ringan yang dapat ditoleransi ventilasinya dapat membahayakan penderita
yang harus terlentang di tempat tidur. Pada keadaan ini cairan dapat terkumpul di posterior basis
paru-paru dan berperan sebagai fokus timbulnya pneumonia bakteri, yang kadang-kadang disebut
sebagai pneumonia hipostatik. Edema juga membahayakan nyawa jika mengenai otak. Keadaan
ini diakibatkan karena tengkorak merupakan suatu ruangan tertutup tanpa ruangan cadangan.
Waktu terjadi edema otak, otak membengkak dan tertekan pada tulang pembatas tengkorak. Pada
beberapa segi, pada kasus yang berat, peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan aliran
darah dalam otak dan mengakibatkan kematian.

Pendarahan

Pendarahan adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskular, disertai penimbunan dalam
jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh. Untuk menyatakan berbagai
keadaan pendarahan digunakan istilah-istilah deskriptif khusus. Penimbunan darah pada jaringan
disebut hematoma. Jika darah masuk ke dalam berbagai ruang dalam tubuh, maka dinamakan
menurut ruangnya, misalnya hemoperikardium, hemotoraks (pendarahan ke dalam ruang pleura),
hemoperitoneum, hematosalping (pendarahan ke dalam tuba fallopii). Titik-titik pendarahan yang
dapat dilihat pada permukaan organ disebut patekie. Bercak pendarahan yang lebih besar disebut
ekimosis dan keadaan yang ditandai oleh bercak-bercak pendarahan yang tersebar luas disebut
purpura.

Etiologi pendarahan

Penyebab pendarahan yang paling sering dijumpai adalah hilangnya integritas dinding
pembuluh darah, yang memungkinkan darah keluar. Keadaan ini paling sering disebabkan oleh
trauma eksternal seperti yang pernah kita alami pada cedera yang disertai memar. Perubahan warna
pada memar disebabkan oleh darah yang terkumpul dalam interstisial jaringan yang terkena
trauma. Dinding pembuluh darah dapat pecah sebagai akibat penyakit maupun trauma.

Sejumlah mekanisme terdapat dalam tubuh untuk melawan pendarahan. Salah satu
mekanisme hemostasis melibatkan trombosit darah yang dibuat darah sumsum tulang dan
bersirkulasi dalam darah dengan jumlah yang besar. Trombosit bekerja langsung menyumbat
kebocoran kecil dalam pembuluh dengan mengadakan agregasi di daerah itu dan menghambat
alirannya. Trombosit juga mengakibatkan hemostasis dengan mencetuskan mekanisme
pembekuan darah. “Tulang punggung” dari bekuan darah adalah fibrin, fibrin ini diendapkan dari
prekursornya yang beredar bersama sirkulasi, fibrinogen. Pengendapan fibrin diatur oleh sejumlah
faktor pembekuan yang diaktifkan dalam keadaan tertentu.

Pendarahan mungkin disebabkan oleh kelainan mekanisme hemostatis ini. Misalnya,


pendarahan yang menyertai trombositopenia, defisiensi jumlah trombosit dalam sirkulasi.
Trombositopenia dapat timbul karena pengrusakan atau penekanan sumsum tulang, (misalnya,
oleh keganasan atau beberapa obat) dengan akibat kegagalan pembentukan trombosit.
Trombositopenia juga dapat terjadi jika trombosit yang bersirkulasi dihancurkan dengan cepat,
seperti yang terjadi pada beberapa penyakit tertentu. Jika jumlah trombosit dalam darah perifer
turun sampai dibawah batas tertentu, penderita mulai mengalami pendarahan “spontan”, yang
berarti bahwa trauma akibat gerakan normal mengakibatkan pendarahan yang luas. Defisiensi
semacam ini dapat herediter (misalnya, hemophilia), tetapi dapat juga karena didapat. Faktor-
faktor tersebut dalam darah dapat turun dengan cepat. Sebaliknya, pada keadaan tertentu
pembekuan darah yang berlebihan dapat mengakibatkan defisiensi trombosit dan/ atau faktor-
faktor pembekuan yang bersifat di dapat. Biasanya hal ini menyangkut pembentukan banyak sekali
bekuan-bekuan kecil diseluruh tubuh, yang dinamakan DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation), dan keadaan defisiensi yang diperoleh kadang-kadang disebut dengan istilah umum,
koagulopati konsumtif.

Vous aimerez peut-être aussi