Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Pendidikan Ners
Tahun 2017/2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan
dan pemahaman dalam mata kuliah KMB 3, materi yang kami bahas mengenai Osteoma
Osteoid. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa
STIKES. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Bisepta Prayogi M.Kep.,Ns selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah KMB 3. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005 ,ditemukan bahwa - dari 1 orang Indonesia berisiko
menderita kerapuhan tulang.
1.2 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah
“soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini
tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena
pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
2.2 ETIOLOGI
1. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan
vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di
dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi
lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan
tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi
dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
2. Resiko
a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memproses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
6
b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan
meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Dan Gangguan
tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis
yang disertai disproteinemia kronik.
c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian
obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
d. Gangguan malabsorbsi.
e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus
halus proksimal dan penyakit ileum.
f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan
kerja enzim-enzim oksidase hati.
2.3 KLASIFIKASI
2.5 PATIFISIOLOGI
7
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu
absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium
dan fosfat tidak dapat dimasukkan ketempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan
kegagalan mineralisasi,terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat defisiensi vitamin D. Rakitis
menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di lempeng pertumbuhan atau epifisis sehingga
pertumbuhan terhambat. Rakitis jarang dijumpai di Amerikan Serikat, tetapi mungkin
ditemukan pada keluarga yangsangat miskin atau yang berada di daerah-daerah pinggiran.
Malabsorbsi kalsium dalam makanan pada para pengidap penyakit crohn sindrom malabsorbsi
atau fibrosis kistik dapat menyebabkan osteomalasia atau rakhiti
8
PATHWAY
Gangguan Gastrointestinal
Asidosis
Pembentukan Vitamin D
Terganggu
Transport kalsium ke
tulang terganggu
Deminorelisasi tulang
Oteomalasia
9
2.6 KOMPLIKASI
Penderita osteomalasia lebih mungkin untuk mengalami patah tulang, terutama di tulang
rusuk, tulang belakang dan kaki. Namun, osteomalasia pada anak dan dewasa dapat
menimbulkan komplikasi yang berbeda, seperti:
Pada Anak-anak :
1. Pertumbuhan tulangnya terhambat, sehingga menjadi terlambat untuk bisa duduk,
merangkak, dan berjalan.
2. Berat tubuhnya akan membengkokkan lutut, tulang, serta persendian lainnya. Hal ini
menyebabkan kaki melengkung ke dalam menyerupai huruf O, dada busung, dan lutut
menyerupai huruf X.
Pada Orang Dewasa
kelemahan tulang membuat tulang menjadi lunak dan menjadi pendek, sehingga
penderita akan berkurang tinggi badannya. Tulang tengkorak yang memendek,
sehingga mengubah bentuk tulang toraks (bagian antara kepala dan perut). Hal ini
membuat pasien terlihat seperti bungkuk.
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapatdisuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan
1.600 IU setiap 4-6 bulan.
10
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengkonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak
konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja
lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan
teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah di sarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi
makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Berjemur
dibawah sinar matahari pagi antara pukul 7-9 pagi dan sore pada pikul 16-17.
11
BAB III
KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Data biografi
Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan
lain-lain yang dianggap perlu.
Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan
gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya
atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem
lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pada klien dengan gangguan
muskuloskeletas meliputi :
a. Nyeri
b. Kekuatan sendi
c. Bengkak
d. Deformitas dan imobilitas
e. Perubahan sensori
3. Riwayat kesehatan dahulu
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang adanya efek langsung atau
tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan
tulang rawan, riwayat artiritis dan osteomielitis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang
perlu diidentifikasi misalnya: penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi
penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll.
5. Riwayat Diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan
stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi instabilitas ligamen,
khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-
12
hari konsumsi vitamin A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk
menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Pemeriksaan fisik
Pengkajian Skeletal Tubuh
Hal-hal yang perlu dikaji pada skeletal tubuh, yaitu :
1. Adanya deformitas dan ketidak sejajaran yang dapat disebebkan oleh penyakit
sendi.
2. Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor tulang.
3. Pemendekan ekstermitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar secara
anatomis.
4. Angulasi abnormal pada tulang panajng, gerakan pada titik bukan sendi, teraba
krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang.
5. Pemeriklsaan TTV klien.
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju klien dilepas untuk melihat seluruh
punggung, bokong, dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior, dan lateral.
Dengan berdiri di belakang klien, perlihatkan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista
iliaka. Lipatan bokong normal simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan
tulang belakang diperiksa dalam posisi klien berdiri tegak dan membungkuk kedepan.
13
Pengkajian Sistem Persendian
Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat
akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien
menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan. Misalnya, otot bisep yang diuji
dengan meminta klien meluruskan lengan sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan
melawan tahanan yang diberikan oleh perawat.Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat
dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau
tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.
14
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri
2. Resiko cedera
3.3 INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri Pemberian Analgesik
Dipertahankan pada : 4 Aktivitas-aktivitas :
Tentukan lokasi,
Ditingkatkan ke : 3
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
Indikator:
sebelum mengobati
Mengenali kapan nyeri pasien.
terjadi. Cek perintah
Mengambarkan factor pengobatan meliputi
penyebab. obat, dosis, dan
Mengunakan jurnal frekuensi obat analgesic
harian untuk memonitor yang diresepkan.
gejala dari waktu Cek adanya riwayat
kewaktu. alergi obat.
Mengunakan tindakan Evaluasi kemampuan
pencegahan. pasien untuk berperan
Menggunakan tindakan serta dalam pemilihan
pengurangan nyeri analgesic, rute dan dosis
tampa analgesic. dan keterlibatan pasien,
Menggunakan sesuai kebutuhan.
analgesic yang Pilih analgesic atau
direkomendasikan. kombinasi analgesic
Melaporkan perubahan yang sesuai ketika lebih
gejala nyeri pada dari satu diberikan.
professional kesehatan. Tentukan analgesic
sebelumnya, rute
15
Melaporkan gejala yang pemberian, dan dosis
tidak terkontrol pada untuk mencapai hasil
profesional kesehatan. pengurangan nyeri yang
Menggunakan optimal.
sumberdaya yang Berikan kebutuhan
tersedia. kenyamanan dan
Mengenali apa yang aktivitas lain yang dapat
terkait dengan gejala membantu relaksasi
nyeri. untuk memfasilitasi
Melaporkan nyeri yang penurunan nyeri.
terkontrol. Berikan analgesik
sesuai waktu paruhnya,
terutama pada nyeri
yang berat.
Susun harapan yang
positif mengenai
keefektifan analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien.
Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos yang
dimiliki pasien dan
anggota keluarga yang
mungkin keliru tentang
analgesik.
Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping.
Lakukan tindakan –
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
16
(misalnys, kontipasi
dan iritasi lambung).
(NIC HAL. 247)
2. Gangguan mobilitas Pergerakan Terapi latihan : Mobilitas Sendi
fisik Dipertahankan pada : 3 Aktivitas :
Ditingkatkan ke : 4 Tentukan batas pergerakan
Indikator : sendi dan efeknya terhadap
Keseimbangan fungsi sendi.
Koordinasi Kolaborasikan dengan ahli
Cara berjalan terapi fisik dalam
Gerakan sendi mengembangkan dan
Kinerja pengaturan tubuh menerapkan sebuah
17
BAB IV
4.1 Kasus
Tn.N berusia 46 tahun datang ke RS De La Salle Manado diantar oleh istri. Ia mengatakan
sejak 6 bulan lalu mengalami nyeri pada tulang, otot-ototnya terasa lemah, dan cara berjalannya
yang biasanya normal kini mulai bebek atau pincang. Sebelumnya ia pernah ke dokter dan
dokter memberikan obat kemudian sembuh dan sakitnya berulang kembali ketika obat tersebut
habis. Klien juga mengatakan dahulu Ia pernah mengalami gagal ginjal kronik dan gangguan
hati. Ia juga mengatakan orang tuanya pernah mengalami osteomalasia. Klien mengatakan
tidak mengetahui tentang penyakit yang ia derita. Ketika datang kerumah sakit klien tampak
lemah, meringis dan tidak nyaman. Cara berjalan klien tampak pincang atau tidak normal. Hasil
pemeriksaan TTV menunjukan TD: 140/90mmhg, Suhu: 37°C Nadi:110x/m Respirasi: 26x/m.
Pengumpulan data
a. Biodata
1) Nama : Tn. N
2) Usia : 46 tahun
5) Pekerjaan : Swasta
6) Agama : Kristen
b. Riwayat Kesehatan
18
3) Riwayat Kesehatan yang Lalu
c. Keadaan umum
Tanda-tanda Vital
1. kesadaran : composmentis
2. TD : 140/90 mmHg
3. Suhu : 37°C
4. Nadi : 110x/m
5. Pernapasan :26x/m
Data Subyektif
Data Obyektif
Observasi
19
c. Kebersihan kulit : kulit kering dan kotor
d. Higiene rongga mulut : mulut kotor, terdapat lendir
e. Kebersihan genetalia : tidak terkaji
f. Tanda/scar vaksinasi : cacar
B. Kajian Nutrisi Metabolik
Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit makan 2 kali sehari,
selera makan baik, porsi makan dihabiskan.
b. Keadaan sejak sakit : sejak sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien
tidak dapat mengunyah makanan yang keras. Porsi makan tidak dihabiskan.
Data Obyektif
a. Observasi
Makanan pasien tidak dihabiskan
b. Pemeriksaan fisik
- Hidrasi kulit : kulit pasien kering
- Palpebrae : tampak berwarna hitam, gelap
- Konjungtiva : anemis
- Sclera : An ikterik
- Hidung : bersih, tidak ada secret
- Rongga mulut : bersih
- Gusi : warna merah muda tidak ada luka, bibir dan mukosa kering
- Gigi : kuning dan tidak terdapat caries, klien tidak menggunakan gigi palsu
- Kesulitan mengunyah yang keras : (baik)
- Lidah : lembab, ukuran simetris
- Makan : bantuan keluarga
- Mandi : bantuan keluarga
- Berpakaian : bantuan keluarga
- Kerapihan : bantuan keluarga
- BAB : sendiri
- BAK sendiri
- Morbiditas ditempat tidur : bantuan orang
- Ambulasi : bantuan keluarga
- Postur tubuh : tidak lurus
20
- Gaya berjalan : seperti bebek
- Uji kekuatan otot : (skala 0-5) = 3
c. Pemeriksaan diagnostic
Pada foto X-ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata.
Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri pada
ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum
kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi
urine calsium dan creatinin lamban.
bergerak ↓
tusuk ↓
S : 1-10 = 5 ↓
menit ↓
21
HR : 110 x/menit
RR : 24 x/menit
22
4.3 Intervensi
23
professional sesuai ketika lebih
kesehatan. dari satu diberikan.
Melaporkan gejala Tentukan analgesic
yang tidak sebelumnya, rute
terkontrol pada pemberian, dan
profesional dosis untuk
kesehatan. mencapai hasil
Menggunakan pengurangan nyeri
sumberdaya yang yang optimal.
tersedia. Berikan kebutuhan
Mengenali apa kenyamanan dan
yang terkait aktivitas lain yang
dengan gejala dapat membantu
nyeri. relaksasi untuk
Melaporkan nyeri memfasilitasi
yang terkontrol. penurunan nyeri.
Berikan analgesik
sesuai waktu
paruhnya, terutama
pada nyeri yang
berat.
Susun harapan yang
positif mengenai
keefektifan
analgesik untuk
mengoptimalkan
respon pasien.
Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos
yang dimiliki
pasien dan anggota
keluarga yang
24
mungkin keliru
tentang analgesik.
Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping.
Lakukan tindakan –
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnys, kontipasi
dan iritasi
lambung).
(NIC HAL. 247)
2. Gangguan mobilitas Pergerakan Terapi latihan : Mobilitas
fisik Dipertahankan pada : 3 Sendi
Ditingkatkan ke : 4 Aktivitas :
Indikator : Tentukan batas
Keseimbangan pergerakan sendi dan
Koordinasi efeknya terhadap
Cara berjalan fungsi sendi.
Gerakan sendi Kolaborasikan dengan
Kinerja pengaturan ahli terapi fisik dalam
tubuh mengembangkan dan
25
Bantu untuk
melakukan pergerakan
sendi yang ritmis dan
teratur sesuai kadar
nyeri yang bias
ditoleransi, ketahanan
dan pergerakan sendi.
Tentukan
perkembangan
terhadap pencapaian
tujuan.
Sediakan petunjuk
tertulis untuk
melakukan latihan.
(NIC HAL.440)
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas
skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang
dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit) ( Smeltzer. 2001: 2339 ).
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.
Penyakit malabsorbsi, gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan
terjadinya osteomalasia,
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan kelemahan.
Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian
nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan
menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha. Kemajuan penyakit, kaki terjadi
bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan,
pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis). Dan banyak tanda
dan gejala lainnya.
5.2 Saran
Dengan dibuatnya Asuhan Keperawatan Osteoma Osteoid ini, diharapkan nantinya
akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan
dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami tumor tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Demikian
penulisan makalah ini bias bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28