Vous êtes sur la page 1sur 7

Hari pahlawan.

Hari ini diperingati sebagai hari pahlawan mengenang peristiwa 10 November


1945 dimana terjadi peristiwa heroik untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang
memakan ribuan korban dari pejuang rakyat. Peringatan tadi pagi dilakukan dengan membunyikan
klakson selama 30 detik, dilanjutkan dengan mengheningkan cipta selama 10 menit pada pukul
09.05 pagi. Secara pribadi, saya akan melakukan olahraga sepeda menyusuri perkampungan
penduduk sekitar camp atau kerennya disebut blusukan (meskipun nggak nyambung banget
dengan tema hari pahlawan sih).

Pada rangkaian tulisan kali ini, saya ingin memperkenalkan desa Muara Badak yang mencatatkan
sejarah perkembangan LNG di Indonesia. Pada bagian pertama saya akan memulainya dari
pusatnya, yaitu desa Gas Alam, Muara Badak.

Asal muasal desa Muara Badak sendiri bukan desa yang berdiri oleh penduduk asli Kalimantan,
melainkan dari pulau seberang, Sulawesi Tenggara. Kalimantan Timur memang berbatasan
langsung dengan Selat Makassar. Kalimantan Timur saat itu berada di bawah naungan kerajaan
islam tertua di Indonesia, Kerajaan Kutai Kartanegara. Ada banyak versi mengenai asal-usul desa
ini yang pernah saya dengar dari sesama pekerja, namun terdapat tiga versi cerita asal muasal desa
ini. Selengkapnya bisa melihat ke sumber berikut.

http://diafragmabadak.blogspot.com/2012/08/sejarah-muara-badak.html

Yang menjadi kesamaan dalam ketiga cerita tersebut adalah asal muasal nama Muara Badak.
Meskipun mengandung nama badak, namun asal kata badak bukan berasal dari nama hewan
bercula berkulit tebal itu, namun berasal dari tanaman tampura badak yang dulu terdapat di sekitar
sini. Memakai nama muara karena daerah ini memang menjadi bagian dari anak-anak sungai dari
Sungai Mahakam, sungai terpanjang di Indonesia, yang bermuara ke Selat Makassar.

Dari ketiga cerita tersebut, bisa ditarik kesamaan bahwa sekitar tahun 1800-an penjelajah Bugis
(atau suku lainnya dari Sulawesi Selatan) datang menghadap Sultan Kerajaan Kutai Kartanegara
di Tenggarong dan meminta restu atas sebidang tanah di daerah Muara yang kaya. Di tanah
tersebut banyak tumbuh tanaman tampura badak, sehingga daerah tersebut pun akhirnya
dinamakan Muara Badak.

Lalu pada sekitar masa penjajahan Belanda, sudah dilakukan eksplorasi besar-besaran di daerah
ini dan beberapa tempat potensial penghasil minyak di Indonesia. Pada tahun 1968, berbekal data
eksplorasi dari pemerintah Hindia Belanda, Pertamina yang saat itu masih memiliki fungsi regulasi
(saat ini dipecah menjadi SKK Migas di bawah Kementrian ESDM), memberi kontrak bagi hasil
kepada HUFFCO, perusahaan perminyakan dari Houston, Texas, untuk mengelola sebuah area
seluas 631,000 hektar di daerah delta Sungai Mahakam, tepatnya di daerah cekungan Kutai, yang
kini dikenal sebagai blok Sanga-Sanga. Saat itu gas bukan komoditi yang dicari, melainkan
minyak. Namun hasil dari eksplorasi pertama di daerah Badak, yang ditemukan adalah gas alam
dengan jumlah yang sangat besar. Daerah ini dinamakan Badak-1 yang merupakan asal-usul
Lapangan Badak. Lokasi lainnya yang memiliki potensi yang sama adalah di Arun, Aceh Utara.
Sayangnya, saat itu gas alam belum memiliki nilai jual ekonomis seperti minyak bumi. Lokasinya
yang terpencil dan pasar yang belum jelas, menyebabkan sumber kekayaan alam ini hampir saja
ditinggalkan. Namun atas usulan dari Direktur Utama Pertamina saat itu, Dr. Ibnu Sutowo, gas
alam itu akan diolah menjadi gas alam cair. Industri gas alam cair pun saat itu belum booming di
dunia, karena baru muncul sekitar 4-5 tahun sebelumnya. Akhirnya usulan ini disetujui oleh
Presiden RI saat itu, yaitu Soeharto.

Berbekal kepercayaan diri yang mantap, Pertamina didukung oleh HUFFCO dan mitra usahanya,
berhasil membuat kontrak penjualan gas alam cair pada 3 Desember 1973 untuk lima Industri dan
pembangkit listrik di Jepang untuk kurun waktu 20 tahun yang dikenal sebagai kontrak 1973.
Enam bulan berikutnya, yaitu Juni 1974, berdiri kilang pengolahan gas alam cair di pantai Bontang
untuk memenuhi kontrak tersebut yang dinamakan PT. Badak. Nama PT. Badak dipilih untuk
mengabadikan nama lokasi sumur pertama yang menjadi tonggak sejarah berdirinya kilang ini.

Berkat keberadaan kekayaan alam ini, HUFFCO mulai merekrut penduduk lokal untuk menjadi
pekerjanya, sehingga penduduk yang sebelumnya adalah petani dan nelayan menjadi lebih
makmur. Seiring dengan bertumbuhnya fasilitas dan roda ekonomi di daerah Lapangan Badak,
daerah ini mulai menjadi daya tarik penduduk sekitar untuk tinggal di sekitarnya. Desa yang
dibentuk pertama kali dan terdekat dengan fasilitas camp HUFFCO Lapangan Badak diberi nama
Desa Gas Alam. Di desa ini terdapat dua tugu yang menjadi simbolik kejayaan gas alam di daerah
ini. Saat ini dibangun tugu baru di simpang 6, yaitu persimpangan yang menjadi pintu masuk utama
menuju Lapangan Badak.

Tahun-tahun berikutnya, kegemilangan gas alam ini berlanjut dengan ditemukannya lapangan-
lapangan lainnya, yaitu Nilam, Lempake, Semberah, Mutiara, Pamaguan, Beras, Lailawi, dll.
Selain itu, di dekat area konsesi migas Blok Sanga-Sanga, ditemukan lagi blok baru, yaitu blok
Mahakam yang terkenal hingga kini. Blok tersebut dioperasikan oleh perusahan Prancis, Total
Indonesie. Pada masa kini, potensi blok Sanga-Sanga sudah tidak sebesar dahulu. HUFFCO
mengalihkan hak operasinya ke VICO yang sampai saat ini beroperasi. Sumber daya gas alam
yang mulai menurun produksinya, menyebabkan eksplorasi bergeser ke area lepas pantai. Mulai
muncul lapangan-lapangan baru di lepas pantai, seperti Gendalo-Gehem, dan lain-lain.

Siapa sangka, daerah yang dahulu hanya muara tepian yang menjadi kampung nelayan Bugis kini
menjadi kota-kota Besar yang kita kenal sebagai Bontang, Samarinda, dan Balikpapan. Bahkan
disebut-sebut sebagai Kabupaten terkaya di Indonesia.

Sumber : dari obrolan2 di warung-warung, blog komunitas fotografi Muara Badak yang disebutkan
di atas, laporan KP (nama pengarangnya dirahasiakan, karena umumnya bagian ini copy paste,
wkwkwk), dan penalaran penulis sendiri.
Disclaimer : kalau ada bagian di dalam ulasan ini yang kurang tepat, silakan dikomentari
dengan melampirkan sumber yang valid. Jika terbukti valid, saya dengan senang hati merevisi
perbaikan tersebut.
Tipikal perkampungan Muara Badak, rumah Panggung di atas rawa-rawa
Ketua TP PKK Hj Asih Qurnia Ghufron
Lakukan Monitoring di Kec Muara Badak
Uncategorized

April 14, 2014

by Hendrik PKK
Tampak Hj Asih Qurnia Ghufron melihat langsung cara penggorengan ampalng ikan bandeng

TENGGARONG,-Ketua TP PKK Kabupaten Kutai Kartanegara Hj Asih Qurnia Ghufron


bersama Kelompok Kerja (Pokja) II yang membidangi pendidikan dan ketrampilan, bidang
pengembangan kehidupan berkoperasi, di Ketuai Hj Hamidah Erwin mengadakan kunjungan
kerja di kecamatan Muara Badak, tepatnya di Desa Gas Alam,Rabu (19/3).

Kunjungan dalam rangka monitoring pembinaan UP2K di Kecamatan Muara Badak, dimana
Kecamatan Muara Badak nantinya akan mewakili Kab Kukar untuk mengikuti lomba UP2K
pada Peringatan Puncak Hari Kesatuan Gerak (HGK) PKK tahun 2014 Yang akan dilaksanakan
di Kota Samarinda. Dalam kunjungan tersebut Ketua TP PKK Hj Asih Ghufron bersama Ketua
Pokja II Hj Hamidah melihat langsung kesentra pengrajin pembuatan ampalng dari ikan
bandeng.
penyerahan bantuan diberikan Ketua TP PKK Kukar Hj Asih Qurnia Ghufron kepada Ketua
PKK Kec Muara Badak

Dalam arahannya Hj Asih Ghufron mengatakan,tujuan monitoring ini untuk memberikan


motivasi kepada UP2K yang ada di Kec Muara Badak, dimana di Desa Gas Alam berhasil
memproduksi cemilan amplang yang terbuat dari ikan bandeng, yang hasil produksinya sudah
bisa dinikmati sampai keluar dari Muara Badak seperti Samarinda, Balikpapan dan Tenggarong
sendiri.

Mudah – mudahan UP2K di sini pembinaannya lebih bagus lagi didalam memproduksi hasil
produksinya, seperti cara pengemasannya atau tulisannya yang kurang lengkap yang bisa
mengurangi minat para konsumen untuk membeli,
“ Dimana UP2K kedepannya bisa lebih meningkatkan kulaitas sehingga membantu masyarakat
disini untuk bisa lebih meningkatkan kesejahteraan sehingga menjadi masyarakat yang mandiri
dan sejahtera sesuai dengan program – program pokok PKK, “harap Asih.

Dalam kesempatan itu Ketua TP PKK Kab Kukar menyerahkan dan memberikan bantuan
kepada ketua PKK Kecamatan Muara Badak, untuk pembinaan UP2K…/// hmp -3 ///

Vous aimerez peut-être aussi