Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Keterangan :
: Laki-laki/Perempuan
: Meninggal
: Garis Pernikahan
: Tinggal serumah
: Pasien
: Garis keturunan
G. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS : Pasien mengatakan Nyeri pada Nyeri akut Agen biologis
abdomen, dengan skala 5 - 6, nyeri
timbul bila pasien belum makan dan
nyeri akan berkurang setelah makan.
Nyeri sering timbul pada pagi hari.
DO : S:36,5 °C N:80 X/mnt TD:140/80
mmHg RR : 20 X/mnt, wajah pasien
terlihat meringis menahan nyeri
DS : -
DO : Terpasang infuse sejak tanggal Resiko infeksi Prosedur invasif
03/01/08, AL 7,8 x 10³/UL, HGB 8,6
g/%
CATATAN PERKEMBANGAN
Disusun oleh :
MITRA ELITA
KP. 02.00112
Menyetujui
Pembimbing Akademik
Anida S.Kep,Ns
LAPORAN INDIVIDU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Disusun oleh :
MITRA ELITA
KP. 02.00112
Menyetujui
Pembimbing Akademik
BAB I
TINJAUAN TEORI VERTIGO
A. Pengertian
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,
system visual dan system somato sensorik ( propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas
harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat
lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang
dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau
rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat
kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari
pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)
Anatomi
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi
yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
Reseptor mekanis divestibulum
Resptor cahaya diretina
Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
2. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
Partofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan
diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa
penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di
samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk
vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan
tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan
muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekvat
sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan
mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat penurunan fungsi
vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi
oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar
penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami
disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin
mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap
penderi penyakit meniere.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada beberapa penyakit namun
pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo
posisional benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar.
Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang
tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan
berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular
perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma
E. Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelamin disentral (batang otak, srebelum atau otak) atau
diperifer (telinga dalam, atau saraf vestibular)
G. Penatalaksanaan
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar penderita VPB. Latihan
ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat
tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo
mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda.
Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai terapi
simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri.
Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang
jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:
4. Defisit pengetahuan ten- Setelah dilakukan penjelasan selama ...x pertemuan, Teaching individual (5606)
tang penyakit, pe-ngetahuan klien tentang pe-nyakit, pengobatan 1. Tentukan kebutuhan pembelajaran klien
pengobatan dan dan pe-rawatan klien meningkat 2. Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman klien tentang vertigo
perawatan klien b.d 3. Kaji tingkat pendidikan
keterbatasan kognitif, ku- NOC : 4. Kaji kesiapan klien dalam mempelajari informasi spesifik
rang paparan atau mudah - Knowledge : Disease process (1803) 5. Atur agar realita tujuan pembelajaran dengan klien saling menguntungkan
lupa - Knowladge : Illness care (1824) 6. Pilih metode / strategi mengajar yang sesuai
7. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
Dengan kriteria : 8. Koreksi adanya kesalahan informasi
- Klien dan keluarga mam-pu menjelaskan 9. Sediakan waktu untuk bertanya pada klien
penger-tian, proses penyakit, penyebab, tanda 10.
dan gejala, efek penyakit, tindakan pencegahan, Teaching : disease process (5602)
pe-ngobatan dan perawatan vertigo 1. Nilai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi vertigo
3. Jelaskan tanda dan gejala vertigo
4. Jelaskan kemungkinan penyebabnya
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin dapat mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang
6. Diskusikan pilihan-pilihan terapi pe-ngobatan dan perawatan
7. Jelaskan alasan rasional dari terapi pengobatan yang direkomendasikan
8. Kaji sumber-sumber pendukung yang memungkinkan
5. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... Monitorang neurologis (2620)
efektif (spesifik: cerebral) x 24 jam diharapkan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
b.d aliran darah arteri Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai de- 2. Monitor tingkat kesadaran klien
terhambat ngan hilang 3. Monitir tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital stabil 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
Batasan Karakteristik : 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan
Nyeri kepala / vertigo 5. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
6. Observasi kondisi fisik klien
Perubahan status
mental
Terapi oksigen (3320)
perubahan respon Bersihkan jalan nafas dari sekret
motorik
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
dis-artria Berikan oksigen sesuai intruksi
Kelumpuhan wa-jah Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
DAFTAR PUSTAKA
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Bpk.P
No. RM : 367671
Umur : 80 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Alamat : Tegal Lembut Giri peni,Wates,Kulon Progo
Pekerjaan : Tani
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : Vertigo
Tanggal Masuk RS : 29/07/2008 Jam 09.55 WIB
Tanggal Pengkajian : 29/07/2008 Jam 10.30 WIB
Sumber Informasi : Pasien, keluarga, rekam medis
Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Tegal Lembut Giri peni,Wates,Kulon Progo
Pekerjaan : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan Pasien: Anak
J. Riwayat Kesehatan
6. Keluhan Utama
Pasien mengatakan pusing seperti berputar-putar, tengkuk terasa kaku, kaki
terasa kaku, mual dan muntah sejak masuk RS 1 kali.
Keterangan :
: Laki-laki/Perempuan
: Meninggal
: Garis Pernikahan
: Tinggal serumah
: Pasien
: Garis keturunan
21. Ekstremitas :
Ekstremitas atas dan bawah simetris, terpasang infus RL 20 tpm pada pada
tangan kanan sejak 11/02/08. tidak ada oedema pada tangan maupun kaki. Akral
hangat.
22. Kulit :
Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, tak ada sianosis.
M. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Sampel Jenis Pemeriksaan Hasil Angka Interpretasi
normal
29/07/08 Serum CREA 1,46 mg/dl 0,60 - 1,30 High
GLU 101 mg/dl 80 - 120 Normal
UREUM 25,4 mg/dl 20,00 – 40,00 Normal
SGPT 17,3 U/L 22 - 40 Low
SGOT 21,7 U/L 18 – 37 Normal
N. Therapy
Tanggal : 29/07/2008
Jenis Obat Dosis Rute
Infus RL 20 tetes/menit IV
Injeksi Vomit (domperidon) 3 x 5mg/8 jam IV
Ranitidin 2 x 50mg/12 jam IV
DS : pasien mengatakan pusing, dan tidak Defisit self care : Kelemahan fisik
kuat ke toilet sendiri toileting, bathing,
DO : pasien makan,minum, mandi feeding
ketoilet, berpindah dibantu keluarga
P: lanjutkan intervensi
- Sediakan
lingkungan yang aman
dan nyaman Mitra
Kamis, 14.20 - Kaji TD, N,RR
31/07/08 - Menyediakan lingkungan
15.00 yang aman bagi pasien Kamis, 31/07/08 jam 19.00
17.00 - Mengukur TD,N,RR S : pasien mengatakan pusing
- Memberikan obat mertigo 6 berkurang
mg dan maganol 500 mg per oral O : KU: membaik TD 140/90
mmHg,
S : 36,5 °C, N 80 X/mnt, RR 20
X/mnt
A : Tujuan tercapai
- tidak terjadi cedera
P: Stop intervensi
Mitra
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Etiologi
Penyebab anemia kemungkinan karena adanya perdarahan, diet yang tidak
mencukupi dan absorbsi yang menurun.
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pasien yaitu kadar hb yang menurun 2.3 gr%
adanya perdarahan di gusi, sariawan, haid yang banyak dan 2kali dalam sebulan,
pasien lemas, wajah pucat, terutama konjungtiva, telapak tangan,
3. Komplikasi
Komplikasi pada pasien adalah gagal jantung, parestisia, kejang.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yaitu memberikan diet TKTP, memberikan diet gizi serat, dan buah –
buahan yang cukup, mengawasi kegiatan anak, memberikan oksigen , memonitor hasil
laborat (Hb dan Ht), memberikan transfusi (setelah kolaborasi dengan dokter)
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul dalam kasus pasien ini adalah PK: Anemia, sindroma
defisit self care (feeding, bathing, toileting, dressing) b.d kelemahan, resiko
infeksi b.d faktor resiko : prosedur infasif. Selama perawatan timbul diagnosa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d faktor biologis kesulitan
menelan dan hipertermi b. d proses penyakit.
6. Evaluasi
Untuk diagnosa PK: Anemia sampai hari ke 4 tujuan tercapai sebagian karena Hb
sudah meningkat dari 2,3gr% ke 7,1 gr%. Dan defisit self care juga tujuan
tercapai sebagian pasien sudah dapat ,makan,minum dan mobilisasi di tempat
tidur secara mandiri, resiko infeksi b.d faktor resiko : prosedur infasif tidak ada
tanda-tanda infeksi. Diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d faktor biologis kesulitan menelan tujuan tercapai sebagian karena diet yang
diberikan hanya habis ¼ porsi. Dan yang terakhir hipertermi b. d proses
penyakit tujuan tercapai karena suhu pasien sudah dalam batas normal.