Vous êtes sur la page 1sur 12

6

MAKALAH KIMIA KOLOID

“Absorpsi Fisika dalam Koloid”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. SONI AFRIANSYAH (RSA1C115003)


2. ROBI (RSA1C115015)
3. SRI WAHYUNINGSIH (RSA1C115020)
4. NOVANI KURNIATY (RSA1C115021)
5. ROSTALINDA RUMAPEA (RSA1C115022)
6. WAHYU HIDAYANI (RSA1C115027)
7. NITA SARI (RSA1C115031)

DOSEN PENGAMPU :

NAZZARUDIN, S.Si.M.SiPh.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILM PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
7
KATA PENGANTAR

Pujidansyukur kami panjatkankepadaTuhan Yang MahaEsa,


atasselesainyamakalah yang berjudul “AbsorpsiFisikadalam Kimia
Koloid”.PenulismengucapkanterimakasihkepadaBapakNazzarudin,
S.Si.M.SiPh.Dselakudosen Kimia Koloidyang telahmembimbingpenulis agar
dapatmenyelesaikanmakalahini.

AdapunTujuandaripenyusunanmakalahiniyaitugunamemenuhitugasmatakuliahKi
mia
Koloid.Semogamakalahinidapatmenambahpengetahuandanpengalamanbagiparapembaca.

Penulismenyadarisepenuhnya,
dalampenulisanmakalahinimasihjauhdarisempurnakarenaketerbatasankemampuan yang
penulismilikidalammenemukanreferensi yang
berkaitanKerangkaTeoritisdanperumusanhipotesis.Dengansegalakerendahanhati,
penulismenantikankritikdan saran yang membangunataspenulisanmakalahini agar
dapatmemberikanmanfaatkhususnyabagipenulissendiriumumnyakepadaseluruhpembacam
akalahini.

Jambi, 10 Mei 2018

Penulis

DAFTAR ISI
8

KATA PENGANTAR………………………………………………………..…….....i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…….ii

BAB I. PEDAHULUAN
1.1 LatarBelakang………………………………………...……………………....1
1.2 RumusanMasalah……………………………………………………………..3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………4
1.4 Manfaat……………………………………………………………………......4

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 KerangkaTeoritis………………………………………….………………….5
2.1.1 PengertianKerangkaTeoritis………………………...……………….7
2.1.2 Komponen-komponenpenyusunKerangkaTeoritis……...…………..7
2.1.3 Tahp-tahapKerangkaTeoritis…………………………………….…..12
2.2 Hipotesis…………………………………………………………….………...16
2.2.1 PengertianHipotesis……………………………..………….………...17
2.2.2 ManfaatHipotesis…………………………………………….……….18
2.2.3 KarakteristikHipotesis…………………………………….………….19
2.2.4 Jenis-jenisHipotesis…………………………………….…………….20
2.2.5 Cara MerumuskanHipotesis………………………….………………21
2.2.6 Cara MengujiHipotesis……………………………….……………....22
2.2.7 KesalahanPengujianHipotesis……………………….…………........23

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..18
3.2 Saran…………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA
9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat
yangdiserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat
terjadi antara : zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair atau gas dan
zat cair.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya bahan yang
mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu
proses maka ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi
terjadi pada tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai
adsorpsi.(Giyatmi,2008:101).
Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair
mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi.
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam
adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan (Sukardjo,
2002:190).
Adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van Der Wall yang ada pada permukaan
adsorben, panas adsorpsinya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben
biasanya lebih kecil dari satu molekul. Adsorpsi secara fisik terjadi karena adanya
perbedaan energi atau gaya tarik menarik elektrik (gaya Van der Waals) sehingga
molekul-molekul adsorbat secara fisik terikat pada molekul adsorben. Jenis adsorpsi ini
umumnya adalah lapisan ganda (multi layer) dalam hal ini tiap lapisan molekul terbentuk
di atas lapisan-lapisan yang proporsional dengan konsentrasi kontaminan. Adsorpsi fisik
ini bersifat dapat balik (reversible)
10

yang berarti atom-atom atau ion-ion yang terikat dapat dilepaskan kembali dengan

bantuan pelarut tertentu yang sesuai dengan sifat ion yang diikat (Rumidatul, 2006).

1.2 RumusanMasalah

1.3 TujuanPenulisan
11
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Adsorbsi

Adsorpsi adalah salah satu dari sifat koloid yang merupakan proses penyerapan suatu

partikel zat baik berupa ion, atom, atau molekul pada permukaan zat lain. Adsorpsi terjadi

karena adanya gaya tarik yang tidak seimbang pada partikel zat yang berada pada permukaan

absorben.

Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu substansi pada permukaan zat padat.

Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik antarasubstansi terserap dan

penyerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi dalam solid disebut adsorbat sedangkan

solid tersebut adalah adsorben.

Padaproses adsorpsi, molekul adsorbat bergerak melalui bulk fasa gas menuju permukaan

padatan dan berdifusi pada permukaan pori padatan adsorben.Proses adsorpsi hanya terjadi

pada permukaan, tidak masuk dalam fasa bulk/ruah. Proses adsorpsi terutama terjadi pada

mikropori (pori-pori kecil),sedangkan tempat transfer adsorbat dari permukaan luar ke

permukaan mikropori ialah makropori.Ilustrasi proses adsorpsi pada adsorben karbon aktif

dapat dilihat

pada Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1. Proses Adsorpsi pada Karbon Aktif : Transfer Molekul Adsorbat ke

Adsorben (Manocha, 2003)

Dalam sistem koloid, partikel-partikel fase terdispersi tersebar merata dalam medium

pendispersinya sebagai molekul-molekul yang sangat halus. Setiap partikel-pertikel koloid


12
mempunyei permukaan yang berbatasan dengan mediumnya. Permukaan partikel ini

mempunyai kemampuan adsorpsi sangat besar.

Apabila partikel koloid mengadsorpsi ion-ion yang ada di dalam medium pendispersi,

maka partikel-partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Adsorpsi mengakibatkan partikel-

partikel koloid menjadi bermuatan sejenis. Oleh karena itu, partikel-partikel koloid saling

berjauhan sehingga tidak terjadi penggumpalan. Hal inilah yang membuat kolid stabil.

Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam. Yang

pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding) antara

molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat

eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Yang kedua, adsorpsi fisika (physical

adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van der Waals dan yang ketiga

disebut ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.

Sifat adsorpsi koloid dimanfaatkan untuk proses-proses berikut :

1. Proses pewarnaan pada industri tekstil dengan larutan basa.

2. Proses pemisahan mineral logam dari bijihnya pada industri logam.

3. Penjernihan air tebu pada proses pembuatan gula pasir, menggunakan tanah diatome atau

arang tulang.

4. Proses penyembuhan sakit perut karena bakteri patogen, menggunakan norit atau serbuk

karbon.

5. Penjernihan air dengan karbon aktif pada proses pengolahan air minum yang dapat

mengadsorpsi warna, rasa dan warna.

6. Adsorpsi racun-racun berwujud gas dengan arang halus pada penggunaan masker gas.

2.2. Jenis-jenis Adsorpsi


13
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorpsi

dibedakan menjadi 2 jenis yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.

• Adsorpsi Fisika

Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya Van

der Waals. Pada adsorpsi fisika, gaya tarik-menarik antara molekul fluida deengan molekul pada

permukaan padatan (intermolekular) lebih kecil dari pada gaya tarik-menarik antar molekul

fluida tersebut sehingga gaya tarik-menarik antara adsorbat dengan permukaan adsorben

relatif lemah. Pada adsorpsi fisika, adsorbat tidak terikat kuat dengan permukaan adsorben

sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke permukaan lainnya dan

pada permukaan yang ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat

lainnya.Keseimbangan antara permukaan padatan dengan molekul fluida biasanya cepat

tercapai dan bersifat reversible. Adsorpsi fisika memiliki kegunaan dalam hal penentuan luas

permukaan dan ukuran pori (Murti, 2008).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Adsorbsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorbsi (Prawira, 2008) adalah sebagai

berikut:

1. Agitation (Pengadukan)

Tingkat adsorbsi dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori, tergantung pada

tingkat pengadukan pada sistem.

2. Karakteristik Adsorban (Karbon Aktif)

Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting karbon aktif sesuai

dengan fungsinya sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorbsi;

tingkat adsorbsi naik dengan adanya penurunan ukuran partikel. Oleh karena itu adsorbsi
14
menggunakan karbon PAC (Powdered Acivated Carbon) lebih cepat dibandingkan dengan

menggunakan karbon GAC (Granular Acivated Carbon). Kapasitas total adsorbsi karbon

tergantung pada luas permukaannya. Ukuran partikel karbon tidak mempengaruhi luas

permukaanya. Oleh sebab itu GAC atau PAC dengan berat yang sama memiliki kapasitas

adsorbsi yang sama.

3. Kelarutan Adsorbat

Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga

lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.

4. Ukuran Molekul Adsorbat

Tingkat adsorbsi pada aliphatic, aldehyde, atau alkohol biasanya naik diikuti dengan

kenaikan ukuran molekul. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa gaya tarik antara

karbon dan molekul akan semakin besar ketika ukuran molekul semakin mendekati ukuran

pori karbon. Tingkat adsorbsi tertinggi terjadi jika pori karbon cukup besar untuk dilewati

oleh molekul.

5. pH (Derajat Keasaman)

Asam organik lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbsi basa organik

efektif pada pH tinggi.

6. Temperatur

Tingkat adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun diikuti dengan

penurunan temperatur.

Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah

(weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya adalah klor).

Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi kuat (strong)

terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur benzene

(C6H6).
15

2.4 2.3.3 Proses Aktivasi

Aktivasi adalah perubahan secara fisik diamna luas permukaan dari karbon
meningkat dengan tajam dikarenakan terjadinya penghilangan senyawa tar dan senyawa sisa-
sisa pengarangan. Daya serap karbon aktif akan semakin kuat bersamaan dengan
meningkatnya konsentrasi dari aktivator yang ditambahkan.Hal ini memberikan pengaruh
yang kuat untuk mengikat senyawa-senyawa tar keluar melewati mikro pori-pori dari karbon
aktif sehingga permukaan dari karbon aktif tersebut akan semakin luas yang mengakibatkan
semakin besar pula daya serap karbon aktif tersebut (Taufik, 2001). Tujuan dilakukannya
proses aktivasi adalah untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorpsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat dihilangkan pada
proses karbonisasi.
Proses aktivasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang
digunakan. Yang dimaksud dengan aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul – molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik
fisika maupun kimia,yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap
daya adsorpsi. Metode aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif adalah:

1. Aktivasi fisika

Aktivasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan
bantuan panas, uap dan CO2. Umumnya arang dipanaskan

didalam tanur pada temperatur 800-900°C. Oksidasi dengan udara pada temperatur rendah
merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Sedangkan pemanasan
dengan uap atau CO2 pada temperatur tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih
mudah dikontrol dan paling umum digunakan.
Beberapa bahan baku lebih mudah untuk diaktivasi jika diklorinasi terlebih dahulu.
Selanjutnya dikarbonisasi untuk menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya
diaktivasi dengan uap. Juga memungkinkan untuk memperlakukan arang kayu dengan uap
belerang pada temperatur 500°C dan kemudian desulfurisasi dengan H2 untuk mendapatkan
arang dengan aktivitas tinggi. Dalam beberapa bahan barang yang diaktivasi dengan
percampuran bahan kimia, diberikan aktivasi kedua dengan uap untuk memberikan sifat
fisika tertentu.
Dengan bertambah lamanya destilasi serta bertambah tingginya temperatur destilasi,
mengakibatkan jumlah arang yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan destilasi dan daya
serap makin besar. Meskipun dengan semakin bertambahnya temperatur destilasi, daya serap
arang aktif semakin baik, masih diperlukan pembatasan temperatur yaitu tidak melebihi
10000C, karena banyak terbentuk abu sehingga menutupi pori-pori yang berfungsi untuk
mengadsorbsi. Sebagai akibatnya daya serap arang aktif akan menurun. Selanjutnya
16
campuran arang dan aktivator dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu. Hasil yang
diperoleh,diuji daya serapnya terhadap larutan Iodium.

Pada aktivasi fisika, terjadi pengurangan massa karbon dalam jumlah yang besar karena
adanya pembentukan struktur karbon. Namun, pada aktivasi fisika seringkali terjadi
kelebihan oksidasi eksternal sewaktu gas pengoksidasi berdifusi pada karbon sehingga terjadi
pengurangan ukuran adsorben. Selain itu, reaksi sulit untuk dikontrol.

Pada aktivasi secara fisika, karbon dipanaskan pada suhu sekitar 800-1000oC dan dialirkan
gas pengoksida seperti uap air air, oksigen/CO2. Gas pengoksida akan bereaksi dengan
karbon dan melepaskan karbon monoksida dan hidrogen untuk gas pengoksida berupa uap
air. Senyawa-senyawa produk samping pun akan terlepas pada proses ini sehingga akan
memperluas pori dan meningkatkan daya adsorpsi. Klasifikasi karbon dengan uap air dan
CO2 terjadi melalui reaksi bersifat endotermis berikut ini (Marsh, 2006).
C + H2O → CO + H2 ( 117 kj/mol)
C + CO2 → 2 CO ( 159 kj / mol )
Sedangkan aktivasi fisika dengan oksigen melalui reaksi bersifat eksotermis berikut ini :
C + O2 → CO2 ( -406 kj / mol )
Pada aktivasi fisika terjadi pengurangan massa karbon dalam jumlah yang besar karena
adanya pembentukan struktur karbon. Namun pada aktivasi fisika seringkali terjadi kelebihan
oksida eksternal sewaktu gas pengoksida berdifusi pada karbon sehingga terjadi pengurangan
ukuran adsorben. Selain itu, reaksi sulit dikontrol (Shofa, 2012).
17

BAB III

KESIMPULAN

Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses yang
terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk
suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida
terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.

Vous aimerez peut-être aussi