Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein, penurunan
albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein
Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas dan prognosis anak
dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak,
kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan. Sindrom nefrotik jarang menyerang
anak dibawah usia 1 tahun. Sindrom nefrotik perubahan minimal ( SNPM ) menacakup 60 – 90 %
dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50
% menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe
sindrom nefrotik berada pada kelompok umur 2 – 6 tahun sebanyak 25 pasien (54,3%), dan
terbanyak pada laki-laki dengan jumlah 29 pasien dengan rasio 1,71 : 1. Insiden sindrom nefrotik
pada anak di Hongkong dilaporkan 2 - 4 kasus per 100.000 anak per tahun ( Chiu and Yap, 2005
). Insiden sindrom nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2
- 4 kasus baru per 100.000 anak per tahun. Di negara berkembang, insidennya lebih tinggi.
Dilaporkan, insiden sindrom nefrotik pada anak di Indonesia adalah 6 kasus per 100.000 anak per
tahun. (Tika Putri, http://one.indoskripsi.com ) Dengan adanya insiden ini, diharapkan perawat
lebih mengenali tentang penyakit nefrotik dan mengaplikasikan rencana keperawatan terhadap
pasien nefrotik.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-hal:
Proteinuria masif> 3,5 gr/hr, Hipoalbuminemia, Edema, Hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat
kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomelurus dan menyebabkan peningkatan
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein, penurunan
albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan
panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih
rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas
ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang
berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna
bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol
ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2
atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula hanya terdapat
tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus,
tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus
koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2
juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat
yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
1. Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus
akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan
tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula
filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR
2. Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam
a) Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu ±
60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein,
asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl,
Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang
b) Loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu
c) Tubulus distalis
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan
d) Duktus koligentis
Mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif kalium dilakukan pada duktus koligen
2.1.3 Etiologi
a. Glomerulonefritis
2. Sekunder, akibat infeksi, penggunaan obat, dan penyakitsistemik lain, seperti berikut ini.
a. Dibetes militus
c. Amyloidosis
2.1.4 Patofisiologi
Glomeruli adalah bagian dari ginjal yang berfungsi untuk menyaring darah. Pada nefrotik
inflamasi dan hialinisasi sehingga hilangnya plasma protein, terutama albumin ke dalam urine.
Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus
mempertahankannya. Jika albumin terus menerus hilang maka akan terjadi hipoalbuminemia.
generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler ke dalam ruang cairan ekstraseluler.
reabsorbsi natrium (Na) dan air sehingga mengalami peningkatan dan akhirnya menambah
volume intravaskuler.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis LDL ( Low Density Lipoprotein)
dalam hati dan peningkatan kosentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Adanya hiperlipidemia
juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin ( lipiduria ). (Toto Suharyanto,
2009).
Menurunya respon immun karena sel immun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
1. Tanda paling umum adalah peningkatan cairan di dalam tubuh, diantaranya adalah:
menurunnya tekanan perfusi renal yang mengaktifkan sistem renin angiotensin yang akan
3. Beberapa pasien mungkin mengalami dimana urin berbusa, akibat penumpukan tekanan
4. Hematuri
5. Oliguri (tidak umum terjadi pada nefrotik sindrom), terjadi karena penurunan volume cairan
6. Malaise
7. Sakit kepala
8. Mual, anoreksia
9. Irritabilitas
10. Keletihan
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan sampel urin menunjukkan adanya proteinuri (adanya protein di dalam urin).
b) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin, yang berguna untuk mengetahui fungsi ginjal
2. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan apabila penyebabnya belum diketahui secara jelas, yaitu:
2.1.7 Komplikasi
1. Trombosis vena, akibat kehilangan anti-thrombin 3, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
immunoglobulin.
3. Gagal ginjal akut akibat hipovolemia. Disamping terjadinya penumpukan cairan di dalam jaringan,
4. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk kedalam paru-paru yang
A. Suportif
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung menggunakan rumus
LFG (ml/menit/1,73m2)=
LFG
Derajat Penjelasan
(ml/mn/1.73m2)
d. Pemberian transfusi albumin secara umum tidak dipergunakan Karena efek kehilangan hanya
bersifat sementara.
B. Tindakan khusus
7. Antibiotik profilaktik spektrum luas untuk menurunkan resiko infeksi sampai anak mendapat
8. Irigasi mata/krim oftalmik untuk mengatasi iritasi mata pada edema yang berat
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
1. Identitas :
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi
pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya bengkak pada wajah atau kaki.
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan hal berikut: Kaji berapa
lama keluhan adanya perubahan urine output, kaji onset keluhan bengkak pada wajah dan kaki
apakah disertai dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah, kaji adanya anoreksia pada klien,
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu mengkaji apakah klien pernah
menderita penyakit edema, apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya. Penting dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
Adanya kelemahan fisik, wajah, dan kaki yang bengkak akan memberikan dampak rasa
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya compos
a. Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi
abdomen
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.
c. Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d. Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e. Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat,
hernia umbilikalis, prolaps anii.
f. Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g. Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h. Sistem endokrin
Dalam batas normal
i. Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
1. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.
b. Pemeriksaan Mata
c Pemeriksaan Hidung
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering,
pucat.
F. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.
G. Pemeriksaan Jantung
H. Pemeriksaan Paru
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan
ekspansi paru sama atau tidak.
I . Pemeriksaan Abdomen
J . Pemeriksaan Genitalia
K . Pemeriksaan Ektstrimitas
Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit, dan tangan.
7. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama albumin. Keadaan ini
Tujuan terapi adalah menceah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan menurunkan resiko
komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut, meliputi hal-hal
berikut
a. Tirah baring
b. Diuretik
e. Terapi cairan. Jika klien dirawat dirumah sakt , maka intake dan output diukur secara cermat dan
dicatat. Cairan diberikan untk mengatasi kehilangan cairan dan berat badan harian.
A. Analisa Data
B. Diagnosa
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
(anoreksia).
c. Resiko kehilangan volume cairan intravaskuler berhubungan dengan kehilangan protein, cairan
dan edema.
Hari/
Dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Tgl
1 Setelah dilakukan tindakana. Pantau asupan dana. Pemantauan
selama 3x24 jam diharapkan haluaran cairan membantu
Kelebihan volume cairan setiap pergantian
terkontrol dengan Kriteria menentukan status
Hasil: b. Timbang berat badan cairan pasien.
a. Pasien tidak menunjukan tiap hari b. Penimbangan
tanda-tanda akumulasi cairan. berat badan harian
b. Pasien mendapatkan volume adalah
cairan yang tepat. pengawasan status
cairan terbaik.
Peningkatan berat
badan lebih dari
0,5 kg/hari diduga
ada retensi cairan.
c. Suatu diet rendah
natrium dapat
c. Programkan pasien mencegah retensi
pada diet rendah cairan
natrium selama fase
edema
d. Edema terjadi
d. Kaji kulit, wajah, terutama pada
area tergantung jaringan yang
untuk edema. tergantung pada
Evaluasi derajat tubuh.
edema (pada skala +1
sampai +4).
e. Awasi pemerikasaan e. Mengkaji
laboratorium, berlanjutnya dan
contoh: BUN, penanganan
kreatinin, natrium, disfungsi/gagal
kalium, Hb/ht, foto ginjal. Meskipun
dada kedua nilai
mungkin
meningkat,
kreatinin adalah
indikator yang
lebih baik untuk
fungsi ginjal
karena tidak
dipengaruhi oleh
hidrasi, diet, dan
katabolisme
jaringan.
f. Diberikan dini
f. Berikan obat sesuai pada fase
indikasi Diuretik, oliguria untuk me
contoh furosemid ngubah ke fase
(lasix), mannitol (Os- nonoliguria, untu
mitol; k melebarkan
lumen tubular
dari
debris, menurunk
an hiperkalimea,
dan meningkatkan
volume urine
adekuat
2 Setelah dilakukan tindakana. Kaji / catata. Membantu dan
selama 3x24 jam diharapkan pemasukan diet. mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi terpenuhi defisiensii dan
dengan Kriteria hasil: Klien kebutuhan diet.
dapat Mempertahankan beratb. Timbang BB tiapb. Perubahan
badan yang diharapkan hari. kelebihan 0,5 kg
dapat
menunjukkan
perpindahan
keseimbangan
cairan.
c. Tawarkan perawatanc. Meningkatkan
mulut sebelum dan nafsu makan
sesudah makan .
d. Berikan makanan
sedikit tapi sering. d. meminimalkan
anoreksia dan
mual sehubungan
dengan status
uremik
e. Berikan diet tinggi
protein dan rendahe. Memenuhi
garam. kebutuhan
protein, yang
hilang bersama
urine.
f. Berikan makananf. Pasien cenderung
yang disukai dan mengonsumsi
menarik lebih banyak porsi
makan jika ia
diberi beberapa
makanan
kesukanannya.
g. Indikator
kebutuhan nutrisi,
g. Awasi pemeriksaan pembatasan, dan
laboratorium, efektivitas terapi.
contoh: BUN,
albumin serum,
transferin, natrium,
dan kalium.
3 Setelah dilakukan tindakana. Awasi TTV a. Hipotensi
selama 3x24 jam diharapkan ortostatik dan
Resiko kehilangan cairan tidak takikardi indikasi
terjadi dengan Kriteria hipovolemia.
Hasil: Tidak ditemukannya b. Membantu
atau tanda-b. Kaji masukan dan memperkirakan
tandanya kehilangan cairan haluaran cairan. kebutuhan
intravaskuler seperti: Hitung kehilangan penggantian
a. Masukan dan keluaran tak kasat mata. cairan.
seimbang c. Membran mukosa
b. Tanda vital yang stabil c. Kaji membran kering, turgor
c. Elektrolit dalam batas normal mukosa mulut dan kulit buruk, dan
d. Hidrasi adekuat yang elastisitas turgor kulit penurunan nadi
ditunjukkan dengan turgor kulit dalah indikator
yang normal dehidrasi
d. penggantian
d. Berikan cairan sesuai cairan tergantung
indikasi ; misalnya dari berapa
albumin banyaknya cairan
yang hilang atau
dikeluarkan.
e. Pemberian cairan
parenteral
diperlukan,
dengan tujuan
e. Berikan cairan mempertahankan
parenteral sesuai n hidrasi yang
dengan petunjuk adekuat.
f. Mengkaji untuk
penanganan medis
berikutnya
f. Awasi pemerikasaan
laboratorium,
contoh protein
(albumin)
4 Setelah dilakukan tindakan a. Berikan motivasi a. Deteksi dini
selama 3x24 jam diharapkan pada keluarga untuk terhadap
Rasa cemas berkurang setelah ikut secara aktif perkembangan
mendapat penjelasan dengan dalam kegiatan klien.
kriteria: Klien mengungkapkan perawatan klien.
sudah tidak takut terhadap b. Jelaskan pada klien
tindakan perawatan, klien setiap tindakan yang b. Peran serta
tampak tenang, klien akan dilakukan. keluarga secara
kooperatif. aktif dapat
c. Observasi tingkat mengurangi rasa
kecemasan klien dan cemas klien.
respon klien c. Penjelasan yang
terhadap tindakan memadai
yang telah dilakukan memungkinkan
klien kooperatif
terhadap tindakan
yang akan
dilakukan.
2.2.4 Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik diharapkan
sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan teratasi
4. Penurunan kecemasan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Skenario
An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan keluhan badan
anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata. Ibunya
mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab
berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada kedua kaki, sejak
4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit. Mual muntah (-), batuk pilek(-) dan sesak
nafas (-). Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An. A. Keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, pada pemeriksaan TTV didapatkan nadi
112x/menit, RR : 44x/menit, suhu : 36,70C, dan tekanan darah 130/80mmHg. BB= 42kg, PB
136cm. pada pemeriksaan lab darah rutin diperoleh HB : 10,9 g/dl, WBC : 5.900, trombosit :
398.00, Ht : 33%, kolesterol total 479 gr/dl, protein total 2,4 g/dl, albumin: 1,0 g/dl, globulin : 1,46
g/dl, Ureum : 31mg/dl,. Pasien anoreksia (+), oedem priorbita (+), hipoalbuminemia (+) dan pada
ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II. Pada pemeriksaan urin lengkap diperoleh warna
: kuning, kejernihan :agak keruh, berat jenis : 1,005, pH 5,5, glukosa (-), bilirubin (-),darah (+2),
protein (+3) , urobilonogen (+1), leukosit (+1). Th/ medikamentosa yg diberikan furosemid
2x30gr.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan keluhan badan
anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata.
b) Riwayat penyakit sekarang
Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab, namun
sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada kedua
kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit. Pada saat dikaji terlihat terdapat
luka borok pada kulit An. A. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, pada pemeriksaan TTV didapatkan nadi 112x/menit, RR : 44x/menit, suhu : 36,70C, dan
tekanan darah 130/80mmHg. Pasien anoreksia (+), oedem priorbita (+), hipoalbuminemia (+) dan
pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat penyakit keluarga
3. Pola fungsional
No Pola fungsional Hasil pasien
2 Pola Aktivitas/latihan -
4 Pola Eliminasi sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit,
Pada pemeriksaan urin lengkap diperoleh warna : kuning,
kejernihan :agak keruh, berat jenis : 1,005, pH 5,5, glukosa
(-), bilirubin (-),darah (+2), protein (+3) , urobilonogen (+1),
leukosit (+1).
5 Pola Nyeri/kenyamanan -
6 Pola Pernapasan RR : 44x/menit.
7 Pola Keamanan -
8 Pola Istirahat-tidur -
9 Penyuluhan / -
Pembelajaran
4. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
b) Tb : 136 cm
c) BB : 42 kg
d) Tanda-tanda Vital
Tanda- Nilai Normal Nilai Ketera Abnormalitas
Tanda Pasien ngan
Vital pd
pasien
TD Bayi: 70-90/50 mmHg 130/80 normal Meningkat: apabila terjadi
mmHg Penyakit ginjal, ketidakstabilan
Anak : 80-100/60
mmHg aorta, kelainan hormonal, dan
arteri yang menyempit,
Remaja : 90-110/66
Keadaan emosi yang tak
mmHg
menentu
Dewasa muda: 110- Penurunan: apabila terjadi
140/60-90 mmHg perubahan hormon, pelebaran
pembuluh darah, efek samping
Dewasa tua : 130-
obat, anemia, hati & endokrin
150/80-90 mmHg
bermasalah, Dehidrasi,
Pendarahan, Otot jantung
lemah, Detak jantung tidak
normal, kehamilan, kurang
nutrisi, dan
Suhu 36,50C -37,50C 36,70C normal Meningkat: apabila terjadi
demam (infeksi bakteri atau virus
seperti influenza, pilek, HIV,
malaria, gastroenteritis; berbagai
radang kulit seperti borok, jerawat,
abses; penyakit-penyakit
imunologi seperti lupus
eritematosus, sarkoidosis;
kerusakan jaringan yang dapat
terjadi pada pembedahan,
hemolisis, perdarahan serebral;
obat-obatan baik secara langsung
seperti obat-obat progesteron,
kemoterapi atau sebagai efek
samping obat seperti obat
antibiotik, atau akibat penghentian
obat seperti pada orang yang
ketagihan heroin; kanker seperti
penyakit hodgkin; penyakit
metabolik seperti gout, forforia;
serta proses tromboemboli seperti
emboli paru dan trombosis vena
dalam (DVT).
Bayi baru
lahir: 12-
24gr/dL
Trombosit Pria: 398.00 Normal Menurun: apabila terjadi demam berdarah, perdarahan dan
Trombosit hambatan perm- bekuan darah, adanya infeksi, anemia aplastik,
: 150.000 leukimia, mielofibrosis, immunologic thrombocitopenia perpura
– 440.000 (ITP).
(150.000 –
Meningkat: kelainan pada sumsum tulang dan DNA sebagai
400.000)
pemberi perintah, infeksi akut, perdarahan, hemolisis, kanker,
mm3
spelenektomi, dan penyakit sel darah seperti leukemia serta TBC
Wanita:
kronik.
Trombosit
: 150.000
– 400.000
mm3
WBC pria: 5.900 tdk normal Peningkatan : menunjukkan adanya proses infeksi atau radang
4.000- (terjadi akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang
11.000 penurunan selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis,
) tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-
wanita:
obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika
5.000-
terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin.
10.000
Penurunan : dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus,
anak:
malaria, alkoholik, obat-obatan, terutama asetaminofen
9.000-
(parasetamol), kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika
12.000
(penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti
infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).
Ht Wanita: 33% Normal Penurunan: terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan
37 – 45 % darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada
kecelakaan), anemia, leukemia, gagal ginjal kronik, malnutrisi,
Pria: 40 –
kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkus peptikum
50 %
(penyakit tukak lambung).
Anak: 33
Peningkatan: Ht terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia
-38%
(komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar.
globulin 2.0 - 3.5 1,46 Tdk Meningkat: Infeksi kronis (Tuberculosis, Adrenal cortical
g/dL g/dl normal hypofunction , disfungsi hati, Collagen Vascular Disease
(terjadi (Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus, Scleroderma), Gejala
penurunan Hipersensitivitas, Dehidrasi, Gangguan respirasi, Hemolisis,
) Cryoglobulinemia, Alcoholism, Leukimia
Menurun: Malnutrisi dan malabsorbsi Gangguan produksi
protein, Penyakit Liver, Diare, Ketidakseimbangan hormone
sehingga merusak jaringan, Proteinuria, Kehamilan.
Ureum 20-40 mg 31mg/d Normal Peningkatan kadar ureum disebut uremia: gagal ginjal,
l penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan
darah, dan dehidrasi, peningkatan katabolisme protein seperti pada
perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan
penyerapannya sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke
dalam jaringan lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia
(pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka bakar,
demam, obstruksi saluran kemih di bagian bawah ureter, kandung
kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin, obat-obatan
(nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat,
furosemid, triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis
besar), gentamisin, kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin,
vankomisin).
B. Data Fokus
Data subjektif Data objektif
1. datang dibawa ibunya kerumah sakit 1. Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok
dengan keluhan badan anaknya bengkak- pada kulit An. A.
bengkak di seluruh badan terutama 2. nadi 112x/menit,
dibagian wajah dan mata. 3. RR : 44x/menit,
2. Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat 4. tekanan darah 130/80mmHg
bangun tidur pagi hari mata anaknya 5. kolesterol total 479 gr/dl,
sembab, namun sembab berkurang di sore 6. wbc 5.900
hari, sembab juga menyebar dibagian perut 7. Protein total 2,4 g/dl,
dan esoknya pada kedua kaki, 8. Albumin: 1,0 g/dl,
3. sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah 9. globulin : 1,46 g/dl,
tua dan sedikit. 10. Pasien anoreksia (+),
11. oedem priorbita (+),
12. hipoalbuminemia (+)
13. pada ektstremitas pitting edema
(+) dengan derajat II.
14. darah (+2),
15. protein (+3) ,
16. urobilonogen (+1),
17. leukosit (+1).
C. Analisa data
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
· Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An.
A.
· oedem priorbita (+)
· pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
Ds: kerusakan resiko infeksi
jaringan
Do:
· Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An.
A.
· Wbc 5.900
D. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d Kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permeabilitas
sekunder
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-hal:
keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomelurus dan menyebabkan
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi
Etiologi nefrotik sindrom dibagi menjadi 3, yaitu primer (Glomerulonefritis dan nefrotik
sindrom perubahan minimal), sekunder (Diabetes Mellitus, Sistema Lupus Erimatosis, dan
peningkatan cairan di dalam tubuh. Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul
adalah kelebihan volume cairan berhubungan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang kami buat
ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca sekalian.