Vous êtes sur la page 1sur 45

 Skip to navigation

 Lewat menuju konten utama


 Skip to primary sidebar
 Skip to secondary sidebar
 Skip to footer

infobidannia
Just another WordPress.com site

 Beranda
 About
 Tentang Kami

Facebook Pengumpan RSS


← RUANG LINGKUP PRAKTIK BIDAN
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI →

KLASIFIKASI ABORTUS
Mei 28

Posted by sitimaulidaniah

Pekanbaru(infobidannia), Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang


berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram (Manuaba
:2007)

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur
kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008).

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun buatan, sebelum
janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain
perkataan abortus adalah terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari
500 gr (Handono, 2009).

KLASIFIKASI ABORTUS
Sarwono (2008) membagi abortus menjadi beberapa klasifikasi yaitu

1.Abortus spontan

Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, maka
abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(Miscarriage)

2. Abortus imminens (keguguran mengancam)

 Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam utSkip to navigation
 Lewat menuju konten utama
 Skip to primary sidebar
 Skip to secondary sidebar
 Skip to footer

infobidannia
Just another WordPress.com site

 Beranda
 About
 Tentang Kami

Facebook Pengumpan RSS


← RUANG LINGKUP PRAKTIK BIDAN
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI →

KLASIFIKASI ABORTUS
Mei 28

Posted by sitimaulidaniah

Pekanbaru(infobidannia), Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang


berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram (Manuaba
:2007)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur
kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008).

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun buatan, sebelum
janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain
perkataan abortus adalah terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari
500 gr (Handono, 2009).

KLASIFIKASI ABORTUS

Sarwono (2008) membagi abortus menjadi beberapa klasifikasi yaitu

1.Abortus spontan

Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, maka
abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(Miscarriage)

2. Abortus imminens (keguguran mengancam)

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

3. Abortus incipiene (keguguran berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.

1. Abortus incomplet (keguguran tidak lengkap) Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau kadangkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
2. Abortus complet (keguguran lengkap) Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh
hasil konsepsi telah di keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan dengan lengkap.
3. Abortus infeksiosa dan Abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik
adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran
darah atau peritoneum.

Ditemukan pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.

1. Missed abortion (retensi janin mati)


Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di dalam kavum uteri
tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.

2. Abortus habitualis

Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturutturut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28
minggu.

3. Abortus provokatus

Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu
hidup.

Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a. Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)

Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus kriminalis

Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.

c. Unsafe Abortion

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai
cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan
jiwa pasien.

ETIOLOGI ABORTUS

Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah (Mochtar, 2002):

1. Faktor maternal

a. Kelainan genetalia ibu Misalnya pada ibu yang menderita:

1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).

2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.


3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen,
endometritis, dan mioma submukosa.

4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).

5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis

b. Penyakit-penyakit ibu

Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun sekarang berbagai
penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan perkembangan diperkirakan berperan dalam
abortus. Misalnya pada:

1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti


pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian
fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus.

2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.

3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.

4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,


kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.

c. Antagonis rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi
anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

1. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

Misalnya, sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga
karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument, benda,
dan obat-obatan

2. Gangguan sirkulasi plasenta

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali
plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

3. Usia ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35
tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom, dan penyakit
kronis (Manuaba, 1998).

2. Faktor janin

Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan.
Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum
yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena
plasenta yang abnormal.

Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang
disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah
lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).

3. Faktor paternal

Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus. Yang jelas,
translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas
kromosom pada sperma berhubungan dengan abortus (Carrel, 2003). Penyakit ayah: umur lanjut,
penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan
(alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis (Muchtar, 2002).

PATOLOGI ABORTUS

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan di
sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena
vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak
terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban
pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk.
Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.

PENCEGAHAN

Yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita berusia 30 atau 40 tahun
yang merencanakan untuk hamil harus konsultasikan diri dulu ke dokter. Bagaimanapun, berikan
konsentrasi penuh mengenai kehamilan di atas usia 35 tahun, diantaranya:
1. Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter sebelum pasti untuk kehamilan
tersebut. Kondisi kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat diketahui melalui langkah
ini.
2. Konsumsi multivitamin yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap hari sebelum
hamil dan selama bulan pertama kehamilan untuk membantu mencegah gangguan pada
saluran tuba.
3. Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi, termasuk makanan yang
mengandung asam folat, seperti sereal, produk dari padi, sayuran hijau daun, buah jeruk,
dan kacang-kacangan.
4. Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak terlalu kurus atau terlalu
gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.
5. Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang mengetahui bahwa si
ibu sedang hamil (Saleh, 2003).

KOMPLIKASI ABORTUS

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah .

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang
awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis
umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat (syok
endoseptik).

5. Gagal ginjal akut


Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan
hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai dengan
kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi
hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah
menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik
menjadi berat (Cunningham, 2005).

MISSED ABORTION

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di dalam kavum uteri
tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian
menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang,
mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan
menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan.

Hasil konsepsi pada missed abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. janin telah mati lama
disebut missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak
seperti daging.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin
mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang diserap.
Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus papiraseus.
Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak dikeluarkan dari uterus yaitu
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna
kemerahmerahan (Sarwono, 2008).

PENATALAKSANAAN MISSED ABORTION

1. Pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan evakuasi langsung dengan
dilakukan dilatasi dan kuratase bila serviks memungkinkan
2. Pada usia kehamilan 12-20 mg dengan serviks kaku dilakukan induksi terlebih dahulu
untuk mematangkan kanalis servikakis dengan memberikan infus oksitosin dimulai dosis
10 unit dalam 500cc dekstrose 5% tetesan 20 tetes/menit
3. Bila tak berhasil, klien diistirahatkan 1 hari kemudian ulangi induksi mAksimal 3x
4. Beri antibiotika dan uterotonika

Iklan
Report this ad
Report this ad

Share this:
 Twitter
 Facebook2

Terkait

MACAM-MACAM ABORTUS DAN CARA PENANGANANNYAdalam "Kebidanan"

KEHAMILAN GANDAdalam "Kebidanan"

PLASENTA PREVIAdalam "Kebidanan"

About sitimaulidaniah
we thanks for share for everyone whos care about midwifery
View all posts by sitimaulidaniah »

Posted on 28 Mei 2011, in Kebidanan. Bookmark the permalink. 2 Komentar.

← RUANG LINGKUP PRAKTIK BIDAN


KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI →

 Tinggalkan komentar
 Comments 2

1. nur islamiati | 19 April 2012 pukul 02:57

makasih tulisannya sangat membantu..

o sitimaulidaniah | 28 April 2012 pukul 10:55

terimakasih kembali nur islamiati….sering2 berkunjung kesini yah….

Tinggalkan Balasan
 Asmaul Husna
 Visitor / Pengunjung

 Pesan Untuk Kita



o Komentar Terbaru
o Popular Posts
o Arsip
o Tag
o Kategori

o sitimaulidaniahsaya juga senang....mudah2an kita isa saling mendukung ya.

o sitimaulidaniahsalam kenal juga ma padmita...boleh, dengan senang hati


mba...

o PadmitaSalam kenal dari Padmita HoB, mbak Nia... Artikel jamu nya sangat
menarik lho... Izin ngeshare artik
o PadmitaSenang sekali menemukan blog infobidannia, mohon izin share dan
copas info info dan tips menariknya

o setiyawati (@wataysetiyawati)semoga makin banyak bidan-bidan yang dapat


menghasilkan tulisan/karya ilmiah yg nantinya bermanfaat

o Click for more information regarding getting rid of bed bugsMy spouse and
I stumbled over here different page and thought I might as well check things out. I
li

o astritrmksh informsnya.kmrn saya jg hbs abortus n kuretase,alhamdulillah


skrg hml lg.mdh2an lncr amin

o Rini Withflowersmakasih informasi,,,,,in sngt bermnafaat buat z....


 Ikuti Blog melalui surat elektromik

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima
pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Bergabunglah dengan 29 pengikut lainnya

Iklan
Report this ad

 Digital Clock
 Kalender
 PILIHAN KATEGORI
o Info Cantik Wanita
o Kebidanan
o Keperawatan
o Kesehatan Umum
 Gizi
 Meta
o Daftar
o Masuk
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com
 LIKE IT

Blog di WordPress.com.
rus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

3. Abortus incipiene (keguguran berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.

1. Abortus incomplet (keguguran tidak lengkap) Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau kadangkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
2. Abortus complet (keguguran lengkap) Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh
hasil konsepsi telah di keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan dengan lengkap.
3. Abortus infeksiosa dan Abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik
adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran
darah atau peritoneum.

Ditemukan pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.

1. Missed abortion (retensi janin mati)

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di dalam kavum uteri
tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.

2. Abortus habitualis

Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturutturut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28
minggu.

3. Abortus provokatus

Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu
hidup.

Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a. Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)


Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus kriminalis

Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.

c. Unsafe Abortion

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai
cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan
jiwa pasien.

ETIOLOGI ABORTUS

Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah (Mochtar, 2002):

1. Faktor maternal

a. Kelainan genetalia ibu Misalnya pada ibu yang menderita:

1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).

2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.

3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum


yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen,
endometritis, dan mioma submukosa.

4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).

5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis

b. Penyakit-penyakit ibu

Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun sekarang berbagai
penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan perkembangan diperkirakan berperan dalam
abortus. Misalnya pada:

1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti


pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian
fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus.
2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.

3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.

4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,


kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.

c. Antagonis rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi
anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

1. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

Misalnya, sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga
karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument, benda,
dan obat-obatan

2. Gangguan sirkulasi plasenta

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali
plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

3. Usia ibu

Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35
tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom, dan penyakit
kronis (Manuaba, 1998).

2. Faktor janin

Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan.
Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum
yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena
plasenta yang abnormal.

Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang
disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah
lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).

3. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus. Yang jelas,
translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas
kromosom pada sperma berhubungan dengan abortus (Carrel, 2003). Penyakit ayah: umur lanjut,
penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan
(alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis (Muchtar, 2002).

PATOLOGI ABORTUS

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan di
sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena
vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak
terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban
pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk.
Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.

PENCEGAHAN

Yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita berusia 30 atau 40 tahun
yang merencanakan untuk hamil harus konsultasikan diri dulu ke dokter. Bagaimanapun, berikan
konsentrasi penuh mengenai kehamilan di atas usia 35 tahun, diantaranya:

1. Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter sebelum pasti untuk kehamilan


tersebut. Kondisi kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat diketahui melalui langkah
ini.
2. Konsumsi multivitamin yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap hari sebelum
hamil dan selama bulan pertama kehamilan untuk membantu mencegah gangguan pada
saluran tuba.
3. Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi, termasuk makanan yang
mengandung asam folat, seperti sereal, produk dari padi, sayuran hijau daun, buah jeruk,
dan kacang-kacangan.
4. Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak terlalu kurus atau terlalu
gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.
5. Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang mengetahui bahwa si
ibu sedang hamil (Saleh, 2003).

KOMPLIKASI ABORTUS

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah .

1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang
awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis
umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat (syok
endoseptik).

5. Gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan
hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai dengan
kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi
hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah
menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik
menjadi berat (Cunningham, 2005).

MISSED ABORTION

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di dalam kavum uteri
tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian
menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang,
mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan
menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
Hasil konsepsi pada missed abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. janin telah mati lama
disebut missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak
seperti daging.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin
mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang diserap.
Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus papiraseus.
Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak dikeluarkan dari uterus yaitu
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna
kemerahmerahan (Sarwono, 2008).

PENATALAKSANAAN MISSED ABORTION

1. Pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan evakuasi langsung dengan
dilakukan dilatasi dan kuratase bila serviks memungkinkan
2. Pada usia kehamilan 12-20 mg dengan serviks kaku dilakukan induksi terlebih dahulu
untuk mematangkan kanalis servikakis dengan memberikan infus oksitosin dimulai dosis
10 unit dalam 500cc dekstrose 5% tetesan 20 tetes/menit
3. Bila tak berhasil, klien diistirahatkan 1 hari kemudian ulangi induksi mAksimal 3x
4. Beri antibiotika dan uterotonika

Iklan
Report this ad
Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook2

Terkait

MACAM-MACAM ABORTUS DAN CARA PENANGANANNYAdalam "Kebidanan"

KEHAMILAN GANDAdalam "Kebidanan"

PLASENTA PREVIAdalam "Kebidanan"

About sitimaulidaniah
we thanks for share for everyone whos care about midwifery
View all posts by sitimaulidaniah »

Posted on 28 Mei 2011, in Kebidanan. Bookmark the permalink. 2 Komentar.

← RUANG LINGKUP PRAKTIK BIDAN


KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI →

 Tinggalkan komentar
 Comments 2

1. nur islamiati | 19 April 2012 pukul 02:57

makasih tulisannya sangat membantu..

o sitimaulidaniah | 28 April 2012 pukul 10:55

terimakasih kembali nur islamiati….sering2 berkunjung kesini yah….

Tinggalkan Balasan

 Asmaul Husna
 Visitor / Pengunjung
 Pesan Untuk Kita

o Komentar Terbaru
o Popular Posts
o Arsip
o Tag
o Kategori

o sitimaulidaniahsaya juga senang....mudah2an kita isa saling mendukung ya.

o sitimaulidaniahsalam kenal juga ma padmita...boleh, dengan senang hati


mba...

o PadmitaSalam kenal dari Padmita HoB, mbak Nia... Artikel jamu nya sangat
menarik lho... Izin ngeshare artik

o PadmitaSenang sekali menemukan blog infobidannia, mohon izin share dan


copas info info dan tips menariknya

o setiyawati (@wataysetiyawati)semoga makin banyak bidan-bidan yang dapat


menghasilkan tulisan/karya ilmiah yg nantinya bermanfaat

o Click for more information regarding getting rid of bed bugsMy spouse and
I stumbled over here different page and thought I might as well check things out. I
li
o astritrmksh informsnya.kmrn saya jg hbs abortus n kuretase,alhamdulillah
skrg hml lg.mdh2an lncr amin

o Rini Withflowersmakasih informasi,,,,,in sngt bermnafaat buat z....


 Ikuti Blog melalui surat elektromik

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima
pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Bergabunglah dengan 29 pengikut lainnya

Iklan
Report this ad

 Digital Clock
 Kalender
 PILIHAN KATEGORI
o Info Cantik Wanita
o Kebidanan
o Keperawatan
o Kesehatan Umum
 Gizi
 Meta
o Daftar
o Masuk
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com
 LIKE IT

Blog di WordPress.com.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Ny. D


DENGAN KASUS ABORTUS
SMK KESEHATAN ‘AZZA WA JALLA
BANDAR LAMPUNG

LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS
A. DEINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin
kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo,
2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah
berakhirnya kehamilan yang ditandai dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu

B. ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan
monosomi X, lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat
radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan alcohol
b. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV
c. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks
dan retroversion uterus
d. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
(Mitayani, 2009)

C. MANIFESTASI KLINIS
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas
dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
a. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
c. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
Sedangkan secara khusus, tanda dan gejala abortus Inkomplit adalah:
a. Perdarahan yang banyak atau sedikit serta memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
e. Serviks masih membuka
f. Kadang-kadang teraba jaringan di dalamnya

Menurut Mansjoer, 2001


a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.

D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau
tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali
kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula
thyroidea.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

F. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu
villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya
kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed
aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-
benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak
gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)

G. KLASIFIKASI
1. Abortus Imminens (abortus mengancam/threatened abortion)
 Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium
uteri eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih baik didalam uterus
 Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
 Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
 Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
 Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
 Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut
jantung janin dengan gerakan janin
 Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan
dengan alat Doppler atau laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena
mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan.

Tanda dan Gejala Abortus Imminiens, meliputi:


 Perdarahan sedikit/bercak
 Kadang disertai rasa mules/kontraksi.
 Periksa dalam belum ada pembukaan.
 Palpasi: tinggi fundus uteri sesui usia kehamilan.
 Hasil test kehamilan (+)/positif.
2. Abortus Insipiens (disebut juga sebagai abortus sedang berlangsung/ inevitable abortion)
 Proses abortus yang sedang berlangsung dan tindak dapat lagi dicegah, ditandai dengan
terbukanya ostium uteri eksternum, selain perdarahan (Achadiat, 2004)
 Abortus yang sedang berlasung dan tidak dapat dipertahankan lagi kehamilannya, yang dapat
berkembang menjadi abortun inkomplit/ komplit.
 Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri. Kondisi ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit/komplit. (Saefuidin AB, 2006)
 Perdarahan pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri di daerah perut bawah dan panggul,
serviks mulai mebuka dan hasil konsepsinya menjulur kenanalis serviks. (Moegni, 1987)
Tanda dan gejala:
 Perdarahan banyak disertai bekuan
 Mulas hebat (kontraksi makin lama makin dan makin sering)
 Ostium uteri sternum mulai terbuka (serviks terbuka)
 Pada palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan

3. Abortus Inkomplit
 Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2002)
 Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri
melai kanalis servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
 Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
 Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
 Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
 Ostium uteri sternum atau serviks terbuka
 Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah
menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
 Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok

4. Abortus Komplit
 Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat,
2004)
 Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri (Saefudin AB, dkk, 2006)

Tanda dan gejala:


 Perdarahan banyak
 Mulas sedikit atau tidak (kontraksi uterus)
 Osteo uteri telah menutup
 Uterus sudah mengecil ada keluar jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus
 Diagnosis komplit ditegakan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya

5. Missed Abortions
 Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat
dihindari (James L. Lindsey, MD, 2007)
 Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut
bertahan dalam uterus selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
 Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau
retensi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari
kehamilan (Pilliter, 2002)
 Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga
8 minggu atau lebih (Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
 Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai
kehamilan menghilang
 Denyut jantung janin tidak terdengar
 Mulas sedikit
 Ada keluaran dari vagina
 Uterus tidak membesar tetapi mengecil
 Mammae agak mengendor/payudara mengecil
 Amenorhoe berlangsung terus
 Tes kehamilan negative
 Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia
kehamilan
 Biasanya terjadi pembekuan darah

6. Abortus Infeksius dan Abortus Septik


 Abortus infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang
diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit.
 Abortus septic adalah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien
telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septic
ini cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat, 2004)
 Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi
genitalia, sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat menyebabkan
perdarahan hebat.
 Abortus septic adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic
syok bacterial dan gagal ginjal akut.
 Abortus infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
 Abortus septic adalah keadaan yang lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum, sehingga dijumpai
adanya tanda peritornitis umum atau sepsis dan disertai dengan syok.
Tanda dan gejala:
 Kanalis servikalis terbuka
 Ada perdarahan
 Demam
 Takikardia
 Perdarahan berbau
 Uterus membesar dan lembek
 Nyeri tekan
 Leukositosis

7. Abortus Habitualis/Recurent Abortion


 Abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004)
 Abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut, penyebab tersering karena
factor hormonal. Istilah abortus habitualis masih digunakan untuk menjelaskan pola abortus yang
terjadi.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe
abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.Komplikasi dapat berupa
perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian tranfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas,
mungkin pula terjadi pada kandungan kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadi perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk
selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperelunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan
pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe
abortus).

4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai
riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun laboratorik.Apabila
abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua juga penting untuk diperhatikan.Bila terjadi
pada trimester pertama maka banyak fakor yang harus dicari sesua kemungkinan etiologi dan
mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor
penyebab lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya
tumor mioma uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan
tersebut meliputi:
 Riwayat penyakit dahulu:
a. Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah
penyebab mekanis yangn menonjol.
b. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
c. Infeksi ginekologi dan obstetri.
d. Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome” (thrombosis, fenomena
autoimun, false positive test untuk sifilis).
e. Factor genetic antara suami istri (consanguinity)
f. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang
berkaitan dengan kejadian abortus atau pun partus prematurus yang kemudian meninggal.
g. Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.

 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik secara umum
b. Pemeriksaan ginekologi
c. Pemeriksaan laboratorium:
1. Kariotik darah tepi kedua orangtua
2. Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
3. Biopsy endometrium pada fase luteal
4. Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
5. Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
6. Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
7. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks (myocoplasma,
ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan.
2. Penatalaksanaan Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu
dengan riwayat abortus berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio
internal uterine yang baik perlu diberikan pada ibu hamil.Kenali kemungkinan terjadinya anti
fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan
kelangsungan kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk
monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai
kehamilan ini tidak mengalami abortus.Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung
janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil konsepsi
tersebut.
Pemeriksaan serum á-fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu.
Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air
ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang
sesuai.Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan
anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi
imunologi.Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga.
Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif
harus dikerjakan secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan
endokrin, infeksi, factor imunologi, antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau
imunomodulator perlu diberikan secara berurutan.Hasil ini merupakan suatu pekerjaan yang
berat dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


FORMAT PENGKAJIAN Ny. D

Tanggal Masuk : 28 Juni 2015


Tanggal Pengkajian : 29 Juni 2015
Jam : 09.00 wib
Tempat : BPM Nurhasanah

A. BIODATA
1. Identitas Ibu
Nama Inisial : Ny. D
Usia : 27 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung
DX. : Abortus

2. Identitas Suami
Nama Inisial : Tn. S
Usia : 28 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluarkan darah mengatakan
perutnya terasa mulas dan sakit

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian


bawah dan pinggang
3. Riwayat Kesehatan Yang Lain : Pasien mengatakan tidak ada penyakit yang
diderita oleh pasien
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan keluarga nya tidak
punya penyakit keturunan dan menular
5. Riwayat Perkawinan : Pasien mengatakan dalam perkawinan nya
tidak ada penyakit lain
6. Riwayat Menstruasi : pasien mengatakan haid terakhir pada bulan
April lalu
7. Riwayat Persalinan Yang Lain : Pasien mengatakan bahwa ia mempunyai
anak 1 laki-laki berumur 6,8 th dilahirkan
dengan normal dan sehat
8. Pola Kebiasaan
a. Pola Nutrisi : Pasien mengatakan sebelum hamil ia makan
dengan teratur yaitu 3x1 hari sedangkan
sesudah hamil ia mengatakan nafsu makan
mulai menurun yaitu 1x1 hari
b. Pola Eliminasi : Pasien mengatakan pola eliminasi nya baik
BAK : 5x1 hari
BAB : 1x1 hari
c. Pola Istirahat dan Tidur : Pasien mengatakan istirahat nya cukup
terpenuhi dan tidur nya nyenyak
d. Pola Kebersihan Diri : Pasien mengatakan bahwa ia tinggal di
kawasan penduduk yang kebersihan nya
cukup
baik
e. Pola Aktivitas : Pasien mengatakan jika dirumah ia melakukan
tugas rumah seperti bersih-bersih rumah,
mencuci pakaian dan lainnya
9. Riwayat Sosial : Pasien mengatakan bahwa ia mudah
berinteraksi dan dapat mengenali orang-orang
disekitarnya
10. Riwayat Spiritual : Pasien selalu melaksanakan kewajibannya
sebagai umat muslim dapat menerima dengan
lapang dada ia menganggap bahwa ini yang
terbaik untuknya

C. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan Umum
Kesadaran : CM (Composmentis)
b. TTV
TD : 100/70
N : 70 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 36,5 0C
BB :68 kg
c. Anak Ke- :G2P1A1
d. Gerakan Janin : (-)
e. Head Toe To
1. Kepala : mesochepal
2. Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
3. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, bersih dan
tidak bau
4. Hidung : simetris, jalan nafas lancar
5. Tenggorokan : tidak ada gangguan menelan
6. Dada : payudara tidak mengeluarkan ASI
7. Abdomen : tidak ada pembesaran vena abdomen, nyeri tekan pada
Abdomen
8. Genetalia : keluar lendir darah, warna merah, tidak adatidak ada
hemoroid
9. Muskuloskeletal : gerakan normal, tidak ada gangguan, tidak ada
edema, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm.

D. LABORATORIUM
A. Pemeriksaan Hematologi
- Darah Rutin : tidak ada
- WBC : tidak ada
- HGB : tidak ada
B. Foto Abdomen : USG

E. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Pasien mengatakan nyeri pada Kontraksi pada otot Nyeri akut
Perut bagian bawah dan pada rahim
pinggang
DO : - Pasien tampak meringis
- Posisi untuk mengurangi
nyeri
- TD : 100/70
2. DS : Perdarahan Defisit Volume
Pasien mengatakan sejak minggu Cairan
sore keluar darah cair dan
menggumpal
DO :
- - Konjungtiva anemis
- - Pasien tampak pucat
- - Pasien lemah
3. DS : Kelemahan, Gangguan
Pasien mengatakan badannya terasa Penurunan Aktivitas
lemas Sirkulasi
DO : - lemah
- TD : 100/70

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi pada otot rahim
2. Defisit Volue Cairan berhubungan dengan Perdarahan
3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi

G. RENCANA KEPERAWATAN
No. Dx. Kep. Tujuan NOC NIC Rasional
(Nanda) (intervensi) (implementasi)
1. Nyeri akut Klien dapat 1. Kaji kondisi nyeri yang 1. Mengkaji kondisi nyeri 1. Pengukuran nilai
berhubungan beradaptasi dialami klien yang dialami klien ambang nyeri dapat
dengan dengan nyeri 2. Terangkan nyeri yang 2. Menerangkan nyeri yang dilakukan dengan skala
kontraksi pada yang dialami diderita klien dan diderita klien dan maupun dsekripsi.
otot rahim penyebabnya penyebabnya 2. Meningkat kan koping
3. Kolaborasi pemberian 3. Mengolaborasi pemberian klien dalam melakukan
analgetika analgetika guidance mengatasi nyeri
3. Mengurangi onset
terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan
pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik
2. Defisit Volue Tidak terjadi 1. Kaji kondisi status 1. Mengkaji status kondisi 1. Pengeluaran cairan
Cairan devisit volume hemodinamika hemodinamika pervaginal sebagai akibat
berhubungan cairan, 2. Ukur pengeluaran harian 2. Mengukur pengeluaran abortus memiliki
dengan seimbang 3. Berikan sejumlah cairan harian karekteristik bervariasi
Perdarahan antara intake pengganti harian 3. Memberikan sejumlah 2. Jumlah cairan ditentukan
dan output 4. Evaluasi status cairan pengganti harian dari jumlah kebutuhan
baik jumlah hemodinamika 4. Mengevaluasi status harian ditambah dengan
maupun hemodinamika jumlah cairan yang hilang
kualitas. pervaginal
3. Tranfusi mungkin
diperlukan pada kondisi
perdarahan massif
4. Penilaian dapat dilakukan
secara harian melalui
pemeriksaan fisik
3. Gangguan kllien dapat 1. Kaji tingkat kemampuan 1. mengkaji tingkat 1. Mungkin klien tidak
Aktivitas melakukan klien untuk beraktivitas kemampuan klien untuk mengalami perubahan
berhubungan aktivitas tanpa2. Kaji pengaruh aktivitas beraktivitas berarti, tetapi perdarahan
dengan adanya terhadap kondisi 2. mengkaji pengaruh masif perlu diwaspadai
kelemahan, komplikasi uterus/kandung aktivitas terhadap kondisi untuk menccegah kondisi
penurunan 3. Bantu klien untuk uterus/kandung klien lebih buruk
sirkulasi memenuhi kebutuhan 3. membantu klien untuk 2. Aktivitas merangsang
aktivitas sehari-hari memenuhi kebutuhan peningkatan vaskularisasi
4. Bantu klien untuk aktivitas sehari-hari dan pulsasi organ
melakukan tindakan sesuai4. membantu klien untuk reproduksi
dengan melakukan tindakan sesuai 3. Mengistiratkan klilen
kemampuan/kondisi klien dengan secara optimal
5. Evaluasi perkembangan kemampuan/kondisi klien4. Mengoptimalkan kondisi
kemampuan klien 5. mengevaluasi klien, pada abortus
melakukan aktivitas perkembangan kemampua imminens, istirahat
n klien melakukan mutlak sangat diperlukan
aktivitas 5. Menilai kondisi umum
klien

E. CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx. Kep. Tanggal Waktu Evaluasi


1. Nyeri akut berhubungan 29 Juni 2015 09.55 wib S : Pasien
dengan kontraksi pada otot mengatakan
rahim nyeri nya mulai
menghilang
O:
- pasien
terlihat sudah
tidak
meringis lagi
- TD : 110/80
A : belum
sepenuhnya
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
2. Defisit Volume Cairan 29 Juni 2015 12 45 wib S:-
berhubungan dengan O:
Perdarahan - Darah sudah
tidak keluar
lagi
- Pasien sudah
mulai terlihat
segar dan
tidak pucat
A : masalah
teratasi
P : hentikan
intervensi
3. Gangguan Aktivitas 29 Juni 2015 13.30 wib S:-
berhubungan dengan O:
kelemahan, penurunan - Pasien sudah
sirkulasi terlihat lebih
segar dan
tidak lemah
lagi
- TD : 110/80
A : maslah
teratasi
P : hentikan
intervensi

Diposting oleh Ayu Andriyani di 02.15


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Ayu Andriyani
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2015 (6
2. Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering,
serviks terbuka.

Penatalaksanaan :

· Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin

· Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.

· Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai
terjadi abortus komplit.

· Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.

3. Abortus Inkomplit

Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
keluar.
Penatalaksanaan :

· Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
· Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2
mg intramuskular

· Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.

· Berikan antibiotik untuk mencegah infeks

4. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi
sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar
jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.

Penatalaksanaan :

· Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari

· Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah

· Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

· Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

5. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4
minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan.

Penatalaksaan :

· Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum
lalu dengan kuret tajam
· Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau
ketika mengeluarkan konsepsi

· Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar
kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

· Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus


oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.

· Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik
larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

6. Abortus Septik

Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau
awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit

· Penanggulangan infeksi :

a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam


ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol,
ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.

· Tingkatkan asupan cairan

· Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah


· Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila
terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

7. Abortus terapeutik

Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi
kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya,
misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban
perkosaan (masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang
berat.

Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada
pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :

Di rumah sakit :

· Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi

· Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g

· Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan

· Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan

· Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit

· Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin

· Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi


silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.

· Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber
infeksi
· Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya
ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan
darah menurun dan sesak nafas

PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE

2. Tentukan dulu, janin mati


atau hidup. Jika
memungkinkan,periksa dengan USG

3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin
sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah
kematian janin.

C. DIAGNOSTIK

1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain,
cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /
ginekologi.

2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.

3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum
buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !

4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari
sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium ?
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)

6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus.
Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan
MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa.
Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.

D. TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS

Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi),
jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.

1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.

2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan
jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.

3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.

4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret

Pertimbangan

Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin


(misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma
minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi
kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit
trofoblastik gestasional ganas / PTG).
Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh
Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas
berhubungan dengan terjadinya abortus.

Penatalaksanaan pasca abortus


Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan
kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan
pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.

2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin untuk
itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang mempunyai
kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia
diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).

4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.

5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.

B. Saran

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun didalam


kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya
dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta :
2002

K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003

Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.

Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan Pustaka

Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI
Diposting oleh kebidanan di 17.52
Label: abortus

1 komentar:

aluh hayati mengatakan...

makalahnya bagusss.....!!!!
mbak kuliah dmna???????

25 Juni 2012 05.48

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2008 (3)
o ▼ Mei (3)
 Mahasiswi
 abortus
 atoniauteri

Mengenai Saya
kebidanan
Lihat profil lengkapku

Vous aimerez peut-être aussi