Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
Untuk dapat meningkatkan pelayanan pada transportasi darat khususnya
jalan raya yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum (Obras Publico Timor
Leste), telah banyak melakukan berbagai usaha dan evaluasi guna dengan cara
memperbaiki dan membangun prasarana baru.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini kondisi jembatan
merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan atau
menghubungkan jalan melalui suatu rintangan, Jembatan sungai Nunudere
merupakan sarana penghubung jalur lalu-lintas antara Sub-Distrito Baguia
dengan Sub-Distrito Uatucarbau, sudah beberapa tahun di sungai tersebut tidak
ada Jembatan dan tidak dapat melayani masyarakat dan kendaraan setempat
pada musim hujan ketika terjadi banjir sehingga sangat mengakibatkan
ketidaklancaran jalur lalu-lintas yang di pergunakan, sehingga dapat membawa
dampak negatif yang cukup besar untuk roda perekonomian bagi kehidupan
masyarakat.
2
1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan
1.2.1. Maksud Penulisan
Untuk mewujudkan secara nyata penerapan mata kuliah Teknik Sipil secara
terpadu, terencana, ilmiah dan sistematis.
Mengembangkan kreativitas dan kemampuan gagasan untuk perencanaan
komponen struktur jembatan.
Merencanakan gelagar Jembatan di Mota Nunudere, pada ruas jalan Baguia -
Uatucarbau, dengann umur rencana 50 tahun dimana bagian atas struktur
jembatan berdasarkan standar yang diberlakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum bidang Jalan dan Jembatan.
3
1.3. Perumusan masalah dan ruang lingkup Pembahasan.
1.3.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran serta yang diuraikan pada latar belakang, maka penulis
ingin merumuskan masalahnya bagaimana bisa menganalisa gelagar jembatan
beton bertulang di mota nunudere yang sudah beberapa tahun sungai tersebut
tidak ada jembatan.
a. Perhitungan trotoar.
4
1.4. Flow chart/ diagram aliran perencanaan jembatan
Start
Study lapangan
- pengukuran bentang
Pengumpulan - Data perencanaan
data
Study kepustakaan
Preliminari
Perencanaan elemen
bangunan atas
Analisa pembebanan
finis
5
1.5. Data dan Informasi
Dalam penulisan ini, metode penulisan berdasarkan atas :
6
1.5.3. Peta topografi
Lokasi : Di Sub-Distrito Baguia, Mota Nunudere, Distritu Baucau
Baguia
Uatucarbau
Nunudere Bridge
7
1.5.4. Foto Digital
8
1.5.5. Data Hidrolik.
9
1.5.7. Literatur/ kepustakaan
metode ini di gunakan untuk mendapatkan acuan dari buku-buku refrensi.
BAB I PENDAHULUAN
10
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi ; pengertian umum jembatan beton,istilah bagian
jembatan,fungsi dan jenis jembatan, kekuatan beton dan
tulangan,keruntuhan lentur, system perencanaan, tinjauan
teknik, beban struktur jembatan, pengaruh temperature, beban
gempa,perhitungan momen tumpuan dalam dan tumpuan luar,
rencana struktur pelat lantai,kombinasi beban dan rancangan
tulangan sengkang.
BAB IV PENUTUP
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Umum
12
1. Lantai kendaraan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang ada pada kedua samping
jalur lalu-lintas. Trotoar ini berfungsi sebagai jalur pejalan kaki dari beton
tumbuk. Kerb terdapat pada tepi-tepi lantai kendaran untuk bisa menahan satu
beban horizontal kearah melintang jembatan sebasar 500 kg/m2 yang bekerja
pada puncak kerb yang bersangkutan atau pada tinggi 25 cm. tiang sandaran
pada setiap tepi trotoar harus diperhitungkan untuk dapat menahan beban
horizontal sebesar 100 kg/m2 yang bekerja pada tinggi 90 cm diatas lantai
trotoir.
3. Gelagar.
Gelagar jembatan di bagi menjadi dua yaitu gelagar diafragma dan gelagar
memanjang. Gelagar diafragma merupakan gelagar dengan arah melintang
13
yang berfungsi untuk mengikat perkakuan antara gelagar-gelagar
memanjang.dan gelagar memanjang ini merupakan tumpuan pelat lantai
kendaraan dalam arah memanjang.
4. Perletakan andas.
b. Landasan
Bagian bawah bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya – gaya reaksi
bangunan atas ke bangunan bawah.
c. Bangunan Bawah
Berfungsi untuk menerima beban dari bangunan atas. Bagian bawah jembatan
terdiri dari:
Merupakan tumpuan dari gelagar jembatan pada bagian ujung beton atau
muatan yang di berikan pada abutment bagian atas. Beban jembatan di
limpahkan ke pondasi bawahnya yang kemudian di teruskan ke tanah.
2. Pondasi
14
Selain di tentukan oleh faktor teknis, sistem dan konstruksi pondasi juga di
pilih yang ekonomis dan biaya pembuatan serta pemeliharaannya mudah tanpa
mengurangi kekokohan bangunan konstruksi secara keseluruhan.
3. Pilar
d. Oprit
e. Bangunan Pengaman
Abutment
Bangunan
Bawah
Pondasi
15
2.3. Fungsi dan Jenis Jembatan
2.3.1. Fungsi Jembatan
Secara umum fungsi jembatan jenis apapun sama yaitu bangunan yang
menghubungkan secara fisik untuk keperluan pelayanan transportasi dari
tempat ujung ke ujung lainnya yang terhalang oleh kondisi alam atau bangunan
lain. Secara fisik fungsi jembatan menghubungkan dua tempat yang terhalang
oleh kedua kondisi yaitu :
16
Jembatan beton biasa (conventional), dapat melayani bentang yang terbatas
dan tidak terlalu panjang. Dengan ukuran 5 – 10 m
Jembatan prestressed dapat melayani bentang yang lebih panjang secara lebih
layak. Karena system stressing yang menimbulkan momen sekunder yang
berlayanan.dengan ukuran 15 – 35 m dan 40 – 50 m
Jembatan lengkung dapat melayani bentang yang lebih panjang di banding
dengan jembatan lurus karena dapat memanfaatkan kekuatan beton yaitu kuat
tekan.dengan ukuran 30 – 70 m
Jembatan cable-stay atau jembatan gantung, dapat melayani
jembatan(antarpilar) yang sangat panjang karena merupakan kelipatan dari
jarak kabel yang ada.dengan ukuran 100 – 600 m
Karena sifat utama pada beton adalah sangat kuat jika menerima beban
tekan, maka mutu beton pada umunya hanya di tinjau pada kuat tekan tersebut.
Sifat yang lain misalnya kuat tarik, ( modulus elastisitas beton ) dapat di
korelasikan terhadap kuat tekan beton. Menurut peraturan beton di Indonesia.(
PBI- 1971 di perbaiki dengan SKSNI-T-15-1991-03 dan SNI 03-2847-2002),
Kuat tekan beton di beri notasi fc’, yaitu kuat tekan silinder beton yang di
syaratkan pada waktu berumur 28 hari. Mutu beton di bedakan atas 3 (tiga)
macam menurut kuat tekannya, yaitu:
Mutu beton dengan fc’ kurang dari 10 Mpa, di gunakan untuk beton non
struktur. Misalnya kolom praktis, balok praktis.
Mutu beton dengan fc’ antara 10 Mpa sampai 20 Mpa di gunakan untuk beton
struktur misalnya balok, kolom, maupun pondasi.
17
Mutu beton dengan fc’ sebesar 20 Mpa ke atas di gunakan untuk struktur beton
tahan gempa.1Untuk pengujian kuat tekan beton, benda uji berupa
Di mana :
c’ = ∆L / Lo
Dimana
sumber : H.Ali Asroni, 2010, Balok dan Pelat beton bertulang, Graha Ilmu,Yogyakarta, Hal 15 dan16
18
Gambar 2.4.1.1. Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton
1. Pada saat beban tekan mencapai 0,3 fc’- 0,4 fc’, prilaku tegangan regangan
beton pada dasarnya masih linear. Retak-retak lekatan ( bond crack ) yang
sebelum pembebanan sudah terbentuk, akan tetap stabil dan tidak berubah
selama tegangan tekan yang bekerja masih di bawah 0,3 fc’ ( fc’ merupakan
kekuatan batas tekan beton )2
2. Pada saat beban tekan melebihi 0,3 fc’-0,4 fc’, retak-retak lekatan mulai
terbentuk. Pada saat ini, mulai terjadi deviasi pada hubungan tegangan
regangan dari kondisi linear.
3. Pada saat beban tekan mencapai 0,75 fc’-0,90 fc’, retak-retak lekatan tersebut
merambat ke mortar sehingga terbentuk pola retak yang kontinu.Pada kondisi
ini hubungan tegangan regangan beton semakin menyimpang dari kondisi
linear.
Gambar di atas juga menunjukan, bahwa pada saat beton akan runtuh(
kuat tekan beton telah mencapai puncak fc’ ), maka tegangan beton turun (
menjadi 0,85 fc’ ) sedangkan regangan tekan tetap naik sampai mencapai batas
19
retak ( cu sebesar 0,003).kedua angka ini, ( tegangan 0,85 fc’ dan regangan
batas cu = 0,003 ) sangat penting bagi perencanaan struktur beton bertulang.
Prilaku beton pada saat di beri di berikan beban aksial tarik agak
sedikit berbeda dengan perilakunya pada saat di berikan beban tekan.
Hubungan antara tegangan dan regangan tarik beton umunya bersifat liniear
sampai terjadinya retak yang yang biasanya langsung di ikuti oleh keruntuhan
beton, seperti pada gambar :
Kuat tarik beton ( fct ) jauh lebih kecil daripada kuat tekannya, yaitu fct 10%
fc’. Hubungan antara kuat tarik langsung ( fcr ) terhadap kuat tekan beton fc’ di
nyatakan dengan rumus
20
modulos elastisitas beton Ec merupakan tangens dari sudut a tersebut. Menurut
pasal 10.5 SNI 03-2847-2002,Modulus elastisitas beton Ec dapat di tentukan
berat beton normal Wc dan kuat tekan beton fc, dengan rumus :
= √
21
ukuran diameter nominal tulangan ulir yang umunya tersedia di pasaran dapat di lihat
pada table berikut :
Yang di sebut dengan diameter nominal tulangan ulir adalah ukuran diameter
dari tulangan ulir tersebut yang di samakan dengan diameter tulangan polos
dengan syarat kedua tulangan (ulir dan polos )mempunyai berat per satuan
panjang sama.
Meskipun baja tulangan juga mempunyai sifat tahan terhadap beban tekan,
tetapi karena harganya cukup mahal, maka baja tulangan ini hanya di
utamakan untuk menahan beban tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan
beban tekan yang bekerja cukup di tahan oleh betonnya.
22
Hubungan antara tegangan dan regangan tarik baja tulangan di
lukiskan pada gambar berikut:
Gambar 2.4.2b. Hubungan antara tegangan dan regangan tarik baja tulangan
Sumber : H.Ali Asroni, 2010, Balok dan Pelat beton bertulang, Graha Ilmu,Yogyakarta, Hal 20
23
Gambar. 2.4.3. Distribusi tegangan dan regangan pada balok
Sumber : H.Ali Asroni, 2010, Balok dan Pelat beton bertulang, Graha Ilmu,Yogyakarta, Hal 20
Dari gambar 2.4.4 jarak antara garis netral dengan sayap (c) sama
dengan a dibagi β1 dan dicek apakah kurang dari tebal sayap, apabila kurang
dari tebal sayap artinya penampang T dapat dihitung sebagai balok persegi.
Dengan rumus sebagai berikut:
24
atau
Garis netral memotong sayap apabila gaya tekan sayap lebih dari gaya
tarik baja tulangan (Cc > Ts), dengan demikian gelagar T dihitung sebagai
balok persegi. Dimana Cc dan Ts dihitung dengan rumus:
Jadi momen nominal dan kapasitas momen dapat dihitung dengan rumus:
…………………………………....... (2.4.2.1)
25
Keterangan :
Jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok lentur tergantung pada
sifat.
sifat penampang balok, keruntuhan ini dapat di bedakan menjadi menjadi tiga
jenis antara lain sebagai berikut :
26
melampaui regangan batas 0,003 tetapi regangan tulangan baja belum
melampaui leleh atau
Karena beton memiliki sifat yang kuat dalam menahan beban tekan
tetapi getas, maka keruntuhan beton seperti ini di sebut keruntuhan tekan atau
keruntuhan getas (brittle failure ) . pada balok yang mengalami keruntuhan
getas, pada saat beton mulai hancur, baja tulangannya masih kuat.(belum leleh).
Sehingga lendutan pada balok relative tetap.( tidak bertambah ). Tetapi jika di
atas balok di tambah beban yang besar, maka baja tulangan akan meleleh dan
dapat terjadi keruntuhan secara mendadak, tampa ada peringatan terlebih
dahulu. Keadaan seperti ini sangat berbahaya bagi kepentingan kelangsungan
hidup manusia, sehingga system perencanaan beton bertulang yang dapat
mengakibatkan over-rainforced tidak di perbolehkan.
Karena beton dan baja tulangan mengalami kerusakan pada saat yang
sama, maka kekuatan beton dan baja tulangan dapat di manfaatkan sepenuhnya,
sehingga material beton dan baja tersebut menjadi hemat.
27
2.5.3. keruntuhan tarik ( ductile failure)5
28
2.6.2. struktur jembatan indonesia menurut Peraturan Bina Marga No 12/1970
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat sendiri
jembatan termasuk segala unsur tambahan yang dianggap merupakan satu
kesatuan.
29
ditentukan dengan tepat, maka Perencana harus memilih-milih harga tersebut
untuk mendapatkan keadaan yang paling kritis. Faktor beban yang digunakan
sesuai dengan yang tercantum dalam standar ini dan tidak boleh diubah.
Menghitung gaya lintang dan momen lentur akibat beban sendiri dengan
persamaan sebagai berikut :
Rumus :
…………………………………………...(2.7.1.1a).
…………………………………………(2.7.1.1b).
Keterangan :
30
dan besarnya dapat berubah selama umur jembatan. Dalam hal tertentu harga
KMA yang telah berkurang boleh digunakan dengan persetujuan Instansi yang
berwenang. Hal ini bisa dilakukan apabila instansi tersebut mengawasi beban
mati tambahan sehingga tidak dilampaui selama umur jembatan.
…………………………………………...(2.7.1.2a).
…………………………………………(2.7.1.2b).
Keterangan :
31
2.7.2. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-
kendaraan bergerak/lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja
pada jembatan. Beban hidup pada jembatan yang harus ditinjau dinyatakan
dalam dua macam, yaitu beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk
lantai kendaraan dan beban “D” yang merupakan beban jalur untuk gelagar.
Seluruh beban hidup, arah vertikal dan horisontal, akibat aksi kendaraan pada
jembatan termasuk hubungannya dengan pengaruh dinamis, tetapi tidak
termasuk akibat tumbukan.
Jumlah untuk lantai kendaraan dengan lebar 5,50 meter atau lebih
ditentukan menurut standar R-SNI T-02-2005.
32
Gambar 2.7.2.1a. Grafik Beban Terbagi Rata
Panjang yang dibebani L adalah panjang total beban terbagi rata (BTR)
yang bekerja pada jembatan. Beban terbagi rata mungkin harus dipecah
menjadi panjang-panjang tertentu untuk mendapatkan pengaruh maksimum
pada jembatan.
33
Posisi beban UDL dan KEL pada saat menghitung beban kekuatan gelagar
memikul beban geser dan momen seperti gambar beriku
Beban “D” garis (KEL) dalam peraturan yang digunakan sebesar 49 kN/m
tetapi dalam perencanaan jembatan ini intensitas beban p diambil 44 kN/m. Dalam
perhitungan beban KEL dapat dijumlahkan dengan Beban UDL dan beban KEL harus
dikalikan dengan Faktor DLA (dynamic Load Allowance).
34
Dari gambar 2.7.2.1c. faktor DLA untuk beban garis dapat di tentukan
dengan tiga alternative bahwa:
………………………………………….( 2.7.2.11 ).
…………………………………..( 2.7.2.12 ).
Dengan;
………………………………………………………….( 2.7.2.13 )
……………………………………………( 2.7.2.14 )
Keterangan;
35
merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara
dua as tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan
pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan. Berat beban truk maksimum
adalah 500 kN
Terlepas dari panjang jembatan atau susunan bentang, hanya ada satu
kendaraan truk "T"yang bisa ditempatkan pada satu lajur lalu lintas rencana.
Seperti pada gambar 2.7.2.2a. untuk menganalisis beban maka kendaraan truk
“T” harus ditempatkan ditengah – tengah lajur lalu lintas rencana. Lajur lalu
lintas bisa ditempatkan di mana saja pada lajur jembatan.
36
digunakan pada pembebanan truk “T” atau gaya rem pada arah memanjang
jembatan.
………………………………………………..(2.7.2.21)
…….……………………………………….(2.7.2.22)
Dengan;
.………………………………………………...(2.7.2.23)
Keterangan;
Gaya rem adalah suatu beban aksial yang terjadi oleh berhentinya secara
mendadak suatu kendaraan yang sedang bergerak. Bekerjanya gaya-gaya di
arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi, harus ditinjau untuk
kedua jurusan lalu lintas. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem
sebesar 5% dari beban lajur D yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas,
tanpa dikalikan dengan faktor beban dinamis dan dalam satu jurusan.
37
Gaya rem dianggap bekerja horinzontal dalam arah sumbu jembatan
dengan titik tangkap setinggi 1,8 meter di atas permukaan lantai kendaraan.
Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang bentang melebihi 30 meter ,
digunakan rumus q = 8 kPa.
Gaya rem, TTB = 250 + 2.5*(Lt - 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m
38
…………………………………………………..………...(2.7.2.31)
…….…………………………………………………(2.7.2.32)
Dengan;
.………………………………………………………( 2.7.2.33)
………………………………………………(2.7.2.34)
…………………………………………………(2.7.2.35)
Keterangan;
Beban angin adalah suatu beban yang diakibatkan oleh kecepatan tiupan
angin terhadap jembatan dan kendaraan. Beban angin ini dapat dikategorikan
juga sebagai beban hidup.
39
2.7.3.1. Angin Yang Meniup Bidang Samping Jembatan
TEW1 = 0.0006*Cw*(Vw)2*Ab kN
Tipe Jembatan CW
Bangunan atas masif: (1), (2)
b/d = 1.0 2.1 (3)
b/d = 2.0 1.5 (3)
b/d ³ 6.0 1.25 (3)
Bangunan atas rangka 1,2
CATATAN (1) b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran
d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang
masif
CATATAN (2) Untuk harga antara dari b / d bisa di interpolasi linier
40
2.7.3.2.Angin Yang Meniup Kendaraan
TEW2 = 0.0012*Cw*(Vw)2
dengan, Cw = 1,20
Dalam perhitungan gaya lintang dan momen akibat beban angin yang
bekerja digunakan rumus sebagai berikut;
…………………………………………(2.7.6.1a)
………………………………………..(2.7.6.1b)
Dengan;
..................................................................(2.7.6.1c)
Keterangan ;
41
2.8. Pengaruh Temperatur
Tmax = 40 °C
Tmin = 15 °C.
42
Bahan Koefisien Perpanjangan Modulus Elastisitas
Akibat Suhu MPa
Baja 12 x 10-6 per oC 200.000
Beton:
Kuat tekan < 30 MPa 10 x 10-6 per oC 25.000
Kuat tekan > 30 MPa 11 x 10-6 per oC 34.000
Aluminium 24 x 10-6 per oC 70.000
Tabel 2.8b. Sifat bahan rata – rata akibat pengaruh temperature
………………...……………………………(2.8.1 )
……………………………………….(2.8.2)
………………………………………….………..(2.8.3)
……………………………………………….(2.8.4)
……………………………………………(2.8.5)
Keterangan;
43
2.9. Beban Gempa
Beban gempa adalah suatu beban yang terjadi oleh adanya perpindahan
atau pergeseran tanah yang disebabkan oleh gaya horizontal.
0.20
Koefisien geser dasar, C
Tanah Keras
0.15
Tanah Sedang
Tanah Lunak
0.10
0.05
0.00
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
Waktu Getar, T (detik)
Gambar 2.9b. Grafik hubungan waktu getar dengan koefisien dasar di Zona gempa 5 (lima)
44
Koefisien geser dasar (c) ditentukan dengan menggunakan grafik
hubungan waktu getar bangunan (T) dan (C) yang besarnya waktu getar
bangunan ( T )dapat dihitung dengan rumus :
√ …………Second
45
Gambar 2.9.d Grafik hubungan waktu getar dengan koefisien dasar di Zona gempa 5 (lima)
46
Tabel 2.9.e. Faktor tipe bangunan
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah (tekanan tanah dinamis)
dihitung dengan menggunakan faktor harga dari sifat bahan. Koefisien geser dasar C
diberikan dalam Tabel 2.9.e dan faktor kepentingan I diberikan dalam Tabel 2.9.c.
Faktor tipe struktur S untuk perhitungan kh harus diambil sama dengan 1,0. Pengaruh
dari percepatan tanah arah vertikal bisa diabaikan.
47
Gaya Lintang dan Momen akibat Pengaruh Gempa
√ ……………………………………………………………..(2.7.1.3)
…………………………………………………….…(2.7.1.4)
………………………………………………….(2.7.1.5)
…………………………………………………..(2.7.1.6)
Keterangan :
…………………………………………………..(2.7.1.7)
……………………………………………...(2.7.1.8)
……………………………………………..(2.7.1.9)
48
Keterangan :
Dalam menentukan kapasitas momen akhir pelat lantai jembatan ini terlihat
merata. Hal ini karena pelat lantai menyatu dengan balok efektif tertentu.
49
Momen akibat beban truck (TT): Koefisien :
Momen maksimum pada slab dihitung berdasarkan metode one way slab.
Koefisien momen lapangan dan momen tumpuan untuk bentang menerus dengan
beban merata dan terpusat adalah sebagai berikut:
Q : M = K * Q * S2
P:M=K*P*S
Keterangan :
Q = Beban merata
P =Beban terpusat
K = Koefisien momen
S = Panjang slab
50
2.11. Rencana Struktur Pelat Lantai Beton
Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu : struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban
yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang plat
ini relative sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar
bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal,
sehingga pada bangunan gedung plat ini brfungsi sebagai diafragma/unsur
pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok
portal.
Aksi – aksi tersebut adalah beban mati atau berat sendiri (MS), beban
mati tambahan (MA), Beban “D” (TD), beban rem (TB), beban angin (EW),
pengaruh suhu (ET), dan beban gempa (EQ). Dalam perencanaan jembatan ini
akan dikombinasikan untuk memperoleh gaya lintang rencana (shear force
design) dan momen akhir (momen ultimate).
51
dengan hal ini dibuat peraturan yang merekomendasikan untuk mereduksi
beban pada kombinasi pembebanan tertentu.
52
sekaligus bekerja bersamaan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh nilai
maksimum yang akan diambil sebagai gaya lintang rencana (VU) dan momen
rencana (MU).
√
…………………………………..(2.9.2.1)
Apabila Vu > * Vc , maka balok perlu tulangan geser dengan jarak sengkang
S= ……………………………………( 2.9.2.2 )
53
Apabila Vu < * Vc , maka dipasang tulangan geser minimum dengan jarak
sengkang
S= ……………………………………( 2.9.2.3 )
………………………………………(2.9.2.4)
√ ……………………… …(2.9.2.5)
Keterangan:
54
Perhitungan gaya lintang dan momen;
…………………………………………..(2.9.5.1)
……………………………………….(2.9.5.2)
Keterangan;
…………………………………….(2.9.5.3)
……………………………………………..(2.9.5.4)
……………………………………….(2.9.5.5)
Keterangan;
55
2.15. Rancangan Baja Tulangan Lentur
Akibat pembebanan tetap yang dialami oleh balok maka balok akan
menahan lentur yang disebabkan oleh momen lentur. Lentur balok merupakan
akibat adanya regangan yang timbul oleh beban luar. Apabila pembebanan
bertambah, maka balok mengalami deformasi dan regangan tambahan yang
dapat mengakibatkan timbulnya retak lentur di sepanjang bentang balok.
β1 = 0,85 – 0,008 (fc’ – 30 ) untuk fc’ > 30 MPa tetapi β1 tidak boleh diambil
kurang dari 0,65.
56
- Aksial tekan
……………………………………………..(2.9.1.1)
….. (2.9.1.2)
………………………......(2.9.1.3)
( √( ))…………………...(2.9.1.4)
………………………………………………..(2.9.1.5)
Keterangan :
57
2.16. Lendutan balok
1. √
2.
3.
4. √
5.
6. ∑ ∑
7.
8. ( ) [ ( ) ]
58
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan
netral dikenal sebagai kurva elastic dari balok. Gambar 2.9.3 menunjukan
bahwa setelah balok terdistribusi beban merata terjadi deformasi. Deformasi ini
disebut dengan lendutan balok, lendutan ini dapat dihitung dengan rumus:
< L/240
Lendutan yang terjadi pada balok akan stabil apabila nilai lendutannya
lebih kecil dari L/240 (panjang bentang dibagi 240).
( Sumber ; RSNI T – 02 – 2005 Standar pembebanan jembatan Indonesia (mulai dari beban struktur – sampai lendutan
balok) )
59
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. umum.
Pada proses desain beban-beban yang bekerja telah diketahui, dan yang
akan ditentukan adalah elemen-elemen struktur agar mempunyai kekuatan yang
cukup. Kadang dalam menentukan ukuran elemen-elemen struktur tersebut,
perencanaan dihadapkan pada masalah desain struktur dengan dimensi yang
besar berarti tidak ekonomis dan dimensi yang kecil berarti tidak aman. Oleh
karena itu diinginkan adalah desain yang “tepat” yang artinya hasil struktur
tersebut ekonomis dan kokoh.
60
3.2. Gambar tampak memanjang
61
d. Balok diafragma
Material : beton bertulang
Lebar diafragma Wd (b) : 0,30 m
Tinggi diafragma (h) : 0,50 m
Jumlah balok dalam (n) : 16 batang
Jarak antara diafragma : 4.3 m
e. Spesifikasi bahan
Beton
Kuat tekan fc’ : 30 Mpa
Berat Jenis beton(γbeton) : 2400 kg/m3
Baja tulangan fy : 400 Mpa
62
Momen pada pada tiang railing,
MTP = HTP * y = 1.43 * 1 = 1.43 kNm
Momen ultimit rencana,
Mu = KTP * MTP = 2 * 1.43 = 2.86 kNm
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = KTP * HTP = 2 * 1.43 = 2.86 kN
a. Tulangan Lentur
[ ]
[ ]
63
Tebal efektif tiang sandaran , d = h - d' = 200 – 20 = 180 mm
Lebar tiang sandaran b = 150 mm
Momen nominal rencana, Mn = Mu / = 2.86 /0.8 = 3.575 kNm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn * 106 / ( b * d2 ) = 3.575 * 106/( 150 * 180 2 ) = 0.736
[ √ ] [ √ ]
64
b. Tulangan Geser
Apabila Vu > * Vc , maka balok perlu tulangan geser dengan jarak sengkang
S=
S=
Vc = √ √
Vc = 0.6 * 14.7888 kN
Dari hasi menunjukan bahwa Vu < * Vc ( 2.86 < 14.7888 ) perlu tulangan geser
minimum.
S= = 452.16 mm
65
Gambar 3.3.1.2. Pemasangan tulangan sandaran
Rumus :
Perhitungan untuk Volume ( V = P x L x T )
Perhitungan untuk berat ( P x L x T ) x berat isi bahan
Perhitungan untuk momen ( M ) = Lengan momen x berat
Menhitung lengan momen tergantun model gambar
Perhitungan No 4 dan 6 lihat pada gambar di bawah
6
Lengan momen = 1 / 2 *( 0.64 ) = 0.32 m
66
Gambar 3.3.2.1. penampan melintang berat sendiri kantilever
67
3.3.2.2. Beban hidup pada pedestrian
Beban hidup pada pedestrian per meter lebar tegak lurus bidang gambar di atas
dicantumkan pada tabel di bawah ini.
68
Momen akibat beban hidup pedestrian : MTP = 504.4 kgm
Momen ultimit rencana slab trotoar :
[ ]
[ ]
69
Momen nominal rencana, Mn = Mu / = 15.124 /0.8 = 18.905 kNm
Faktor tahanan momen, Rn = Mn * 106 / ( b * d2 )
[ √ ] [ √ ]=
S= = 328.098 mm
70
Diameter tulangan yang digunakan, D 13 mm
S= = 721.99 mm
71
Berat beton bertulang, wc = 2400 Kg/m3
Berat sendiri, QMS = b * h * wc = 1 * 0.2 * 2400 = 480 Kg/m
Jadi berat sendiri QMS adalah 480 kg/m atau 4.8 KN/m
Beban Mati tambahan pada Slab adalah ( QMA ) = 130 Kg/m atau = 1.3 KN/m
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban T) yang
besarnya, T = 100 kN
72
Gambar 3.4.1.3. Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk
Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat
angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :
dengan,
73
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan
tinggi 2.00 m di atas lantai jembatan. h = 2.00 m
74
Koefisien momen lapangan dan momen tumpuan untuk bentang menerus dengan
beban merata, terpusat, dan perbedaan temperatur adalah sebagai berikut :
Momen tumpuan,
Momen lapangan,
75
Momen akibat beban mati tambahan (MA) :
Momen tumpuan,
Momen lapangan,
Momen tumpuan,
Momen lapangan,
Momen tumpuan,
Momen lapangan,
76
3.4.1.6. kombinasi Momen Ultimit
a. Momen Slab
No Jenis beban Daya Faktor M Tumpuan M Lapangan
Layan Ultimit KN/m KN/m
1 Berat sendiri ( KMS ) 1 1.3 0.9 0.4504
2 Beban mati tambahan ( KMA ) 1 2 0.3045 0.158
3 Beban truck “T” ( KTT ) 1 2 32.802 29.547
4 Beban angin ( KEW ) 1 1.2 0.2362 0.213
Tabel 3.4.1.6,a. Momen slab
b. Kombinasi-1
Faktor MTumpuan MLapangan Mu Tumpuan MuLapangan
No Jenis Beban Beban KN/m KN/m KN/m KN/m
1 Berat sendiri ( KMS ) 1.3 0.9 0.4504 1.17 0.58552
2 Beban mati tambahan ( KMA ) 2 0.3045 0.158 0.609 0.316
3 Beban truck “T” ( KTT ) 2 32.802 29.547 65.604 59.094
4 Beban angin ( KEW ) 1 0.2362 0.213 0.2362 0.213
Total Momen Ultimit Slab Mu 67.6192 60.20852
Tabel 3.4.1.6,b. kombinasi-1 momen slab
c. Kombinasi-2
Faktor MTumpuan MLapangan Mu Tumpuan MuLapangan
No Jenis Beban Beban KN/m KN/m KN/m KN/m
1 Berat sendiri ( KMS ) 1.3 0.9 0.4504 1.17 0.58552
2 Beban mati tambahan ( KMA ) 2 0.3045 0.158 0.609 0.316
3 Beban truck “T” ( KTT ) 1 32.802 29.547 32.802 29.547
4 Beban angin ( KEW ) 1.2 0.2362 0.213 0.28344 0.2556
Total Momen Ultimit Slab Mu 34.86444 30.70412
Tabel 3.4.1.6,b. kombinasi-2 momen slab
Dari hasil kombinasi diatas menghasilkan momen ultimit maximum ( Mu ) = 67.6192 KN/m
77
3.4.2. Pembesian Slab
3.4.2.1. Tulangan Lentur Negatif
[ ]
[ ]
78
Rasio tulangan diperlukan
[ √ ] [ √ ] =
S= = 159.49 mm
S= = 210.58 mm
79
Digunakan tulangan, D 13 – 200 mm
[ ]
[ ]
80
Rn < Rmax (OK)
[ √ ] [ √ ]
S= = 176.66 mm
81
Jarak tulangan yang diperlukan,
S= = 233.26 mm
82
Beban roda truk pada slab, PTT = 140. kN = 140000 N
Tebal pelat jembatan h = 0.20 m = 200 mm
Lebar pelat jembatan b’ = 1 m = 1000 mm
Tebal efektif plat, d = h – d’=200 – 20 = 180 mm
b = 0.50 m = 500 mm
a = 0.30 m = 300 mm
83
3.4.4. Kontrol Lendutan Slab
n = Es / Ec = 200000/25742.96 = 7.77
Icr = 1/3 * b * c3 + n * As * ( d - c )2
= 0.0003 m4
84
yt = h / 2 = 0.2/2 = 0.1 m
Momen retak :
Mcr = fr * Ig / yt
Ma 30.1554
Tabel 3.4.4.1. Momen akibat beban mati dan hidup ( Ma ) pada slab
= 0.000524 m4
MS = 5/384*QMS*L4 / ( Ec*Ie)
85
Lendutan akibat beban mati tambahan (MA)
MA = 5/384*QMA*L4 / ( Ec*Ie)
86
3.5. Perhitungan Gelagar
3.5.1. Beban Pada Balok Diafragma
3.5.1.1. berat sendiri ( MS )
Lebar, bd = 0.30 m
Tinggi, hd = 0.50 m
Panjang bentang balok diafragma, S = 1.5 m
Beban berat pada diafragma adalah ( QMs ) = 1080 Kg/m atau = 10.8 KN/m
87
Gaya geser dan momen akibat berat sendiri,
Beban berat pada diafragma adalah ( QMA ) = 195 Kg/m atau = 1.95 KN/m
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban T) yang
besarnya, T = 100 kN
88
3.5.1.4. Kombinasi beban Ultimit
No Jenis Faktor beban Gaya V Momen M Vu Mu
KN KNm KN KNm
1 Berat sendiri ( MS ) 1.3 8.1 2.025 10.53 2.6325
2 Beban tambahan ( MA ) 2 1.4625 0.365625 2.925 0.7313
3 Beban truck TT 2 70 26.25 140 52.5
Total gaya geser dan momen ultimit 153.455 55.864
Tabel 3.5.1.4. kombinasi gaya geser dan momen ultimit diafragma
a. Tulangan lentur
89
[ ]
[ ]
[ √ ] [ √ ]
90
Digunakan tulangan, 2 D 22
b. Tulangan Geser
S=
S=
Vc = √ √
Vc = 0.6 * 75.5856 kN
Dari hasi menunjukan bahwa Vu < * Vc (153.455 > 75.5856 ) perlu tulangan geser
91
Gaya geser yang dipikul tulangan geser,
Vs = = 129.782 kN
Vsmax = √ = √ = 251.952 kN
S= = 222.59 mm
92
3.5.2. Perhitungan Gelagar
3.5.2.1 Berat Sendiri (MS)
Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang
dipikulnya dan bersifat tetap. Beban
93
Beban berat sendiri pada gelagar
No Jenis Lebar Tebal Berat Beban
(m) (m) ( Kg/m3 ) ( Kg/m )
1 Pelat lantai 1.5 0.2 2400 720
2 Gelagar 0.45 0.9 2400 972
3 Diafragma Qd 98.182
QMs 1790.182
Tabel 3.5.2.1. Perhitungan berat sendiri gelagar ( QMs )
Beban berat pada gelagar adalah ( QMs ) = 1790.182 Kg/m atau = 17.90182 KN/m
Gaya geser dan momen pada T-Gelagar akibat berat sendiri (MS) :
94
3.5.2.2. Beban Mati Tambahan (MA)
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat seluruh bahan
yang menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-
struktural, dan mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan dianalisis
harus mampu memikul beban tambahan seperti :
2) Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik,
Beban mati tambahan pada Gelagar adalah (QMA ) = 195 Kg/m atau = 1.95 KN/m
95
Gaya geser dan momen pada T-Gelagar akibat berat sendiri (MA) :
Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly
Distributed Load ), UDL dan beban garis (Knife Edge Load ), KEL seperti pd
Gambar 1. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yg besarnya tergantung pd panjang
bentang L yg dibebani lalu-lintas seperti Gambar 2 atau dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
96
Gambar 3.5.2.3.a. Beban lajur "D"
97
Jarak antara Gelagar , S = 1.5 m
Untuk panjang bentang, L = 13.2 maka, DLA = 0.4
Beban lajur pada Gelagar, QTD = q * s = 8 *1.5 = 12 kN
PTD = (1 + DLA) * p * s = (1 + 0.4 )*44* 1.5 = 92.4 kN
Gaya geser dan momen pada T-Gelagar akibat beban lajur "D" :
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban T) yang
besarnya, T = 100 kN.
98
a = 5.00 m
b = 5.00 m
Panjang bentang Gelagar, L = 13.2 m
Gaya geser dan momen pada T-Gelagar akibat beban truk "T" :
Gaya geser dan momen yang terjadi akibat pembebanan lalu-lintas, diambil yang
memberikan pengaruh terbesar terhadap T-Gelagar di antara beban "D" dan beban
"T".
99
3.5.2.4. Gaya Rem (TB)
Gaya rem, HTB = 250 + 2.5*(Lt - 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m
Gaya rem juga dapat diperhitungkan sebesar 5% beban lajur "D" tanpa faktor beban
dinamis.
100
Gaya rem, TTB = 5 % beban lajur "D" tanpa faktor beban dinamis,
PTD = p * s = 44 * 1.5 = 66 kN
Gaya geser dan momen maksimum pada balok akibat gaya rem :
Gaya angin tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat beban
angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan dihitung dengan rumus :
101
dengan, koefisien seret Cw = 1.2
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan
tinggi 2.00 m di atas lantai jembatan. h = 2.00 m
Gaya geser dan momen pada Gelagar akibat pengaruh temperatur, diperhitungkan
terhadap gaya yang timbul akibat pergerakan temperatur (temperatur movement) pada
tumpuan (elastomeric bearing) dengan perbedaan temperatur sebesar : T = 20 ºC
102
Koefisien muai panjang untuk beton, = 0,00001 / ºC
Panjang bentang Gelagar, L = 13.2 m
Shear stiffness of elastomeric bearing, k = 15000 kN/m
Temperatur movement, = * T * L = 0.00001 * 20 * 13.2 = 0.00264 m
Gaya akibat temperatur movement, FET = k * = 39.6 kN
Gaya geser dan momen pada Girder akibat pengaruh temperatur (ET) :
Gaya gempa vertikal pada gelagar dihitung dengan menggunakan percepatan vertikal
ke bawah minimal sebesar 0.10 * g ( g = percepatan gravitasi ) atau dapat diambil
50% koefisien gempa horisontal statik ekivalen. Koefisien beban gempa horisontal
Kh = C * S
Keterangan
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi
103
Tanah setempat.
T = 2 * * √[ Wt / ( g * KP ) ]
Keterangan
Wt = Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan :
Wt = PMS + PMA
104
Berat total,
Wt = ( QMS + QMA ) * L = (17.90182 + 1.95 ) 13.2 = 262.044 kN
Dimensi gelagar , b = 0.45 m h = 0.9 m
Momen inersia penampang Gelagar ,
Waktu getar, T
= 0.27 detik
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton beton bertulang, maka
faktor tipe struktur dihitung dengan rumus,
Keterangan :
F = faktor perangkaan,
105
Faktor tipe struktur, S = 1.0 * F = 1.0 * 1.225 = 1.225
Koefisien beban gempa horisontal, Kh = C * S = 0.12 * 1.225 = 0.147
Koefisien beban gempa vertikal, Kv = 50%*Kh = 50% * 0.147 = 0.1 = 0.10
Diambil koefisien gempa vertikal, Kv = 0.1
Gaya gempa vertikal, TEQ = Kv * Wt = 0.1 * 262.044 = 29.2044 kN
106
b. kombinasi momen ultimit
Kombinasi momen ultimit Komb-1 Komb-2 Komb-3
Faktor Momen Mu Mu Mu
No Jenis beban
beban (KNm) (KNm) (KNm) (KNm)
1 Berat sendiri ( MS ) 1.3 389.902 506.8726 506.8726 506.8726
2 Beban mati tambahan ( MA ) 2 42.471 84.942 84.942 84.942
3 Beban lalulintas ( TD/TT ) 2 602.002 1204.0036 1204.004 1204.0036
4 Gaya rem ( TB ) 2 57.5 115 115
5 Beban angina ( EW ) 1.2 21.9542 26.345088
6 Pengaruh temperature ( ET ) 1.2 17.82 21.384
7 Beban gempa ( EQ ) 1 48.1774 48.1774
1937.2 1932.20 1844
Tabel 2.5.2.8b. Kombinasi momen ultimit pada gelagar
107
3.5.2.9. Pembesian Gelagar
a. Tulangan Lentur
12 * ts = 2400 mm
[ ]
[ ]
108
Tinggi efektif T-Gelagar, d = h - d' = 900 – 100 = 800 mm
Momen nominal rencana, Mn = Mu / = 1937.2 /0.8 = 2421.5 kNm
Faktor tahanan momen, Rn = Mn * 106 / ( beff * d2 )
[ √ ] [ √ ]
Digunakan tulangan, 10 D 32
109
tebal selimut beton td’ = 40 mm
Diameter sengkan yang digunakan Ds = 12 mm
jumlah tulangan tiap baris nt = 5 batang
jarak bersih antar tulangan
X = ( b - nt * D - 2 * td’ - 2 * ds) / (nt - 1)
= ( 450 – 5 * 32 - 2* 40 – 2 * 12 )/ ( 5 - 1 ) = 46.5 mm
Untuk menjamin agar Girder bersifat daktail, maka tulangan tekan diambil 30%
tulangan tarik, sehingga :
Digunakan tulangan, 3 D 32
b. Tulangan Geser
S= =………….
110
Apabila Vu > * Vc , maka balok perlu tulangan geser dengan jarak
sengkang
S= =……………
Vc = √ √
Vc = 0.6 * 211.9686 kN
Dari hasi menunjukan bahwa Vu > * Vc (599.3 > 211.9686 ) perlu tulangan geser
Vs = = 645.552 kN
Vsmax = √ = √ = 706.562 kN
S= = 120.473 mm
111
Verifikasi jarak sengkang Vs < Vmax maka S = ½ x 860 = 430 mm > S = 120
.473 mm O k
Digunakan sengkang, D 12 – 120 mm dan 200 mm
Pada badan girder dipasang tulangan susut minimal dengan rasio tulangan,
sh = 0.001
Luas tulangan susut, Ash = sh b * d = 0.001 * 450 * 800 = 360 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D 12 mm
2 2
Luas satu tulangan Ash1 = 1 / 4 * 3.14 * 12 = 113.04 mm
Jumlah tulangan susut yang diperlukan,
Digunakan tulangan, n = Ash / Ash1
= 360/113.04 = 3.18 dibulatkan 4 batang
Jumlah tulangan susut yang digunakan 3 D 12
112
3.6. Kontrol momen dan lendutan gelagar
3.6.1. Kontrol Momen Ultimit gelagar
= 84.062 mm
113
Jarak garis netral,
c=a/ = 84.062 / 0.85 = 98.90 mm
Regangan pada baja tulangan tarik,
Momen nominal,
( )
( ) KNm
114
Modulus keruntuhan lentur beton,
n = Es / Ec = 200000/25742.9602 = 7.77
Icr = 1/3 * b * c3 + n * As * ( d - c )2
= 0.028 m4
yt = h / 2 = 0.9/2 = 0.45 m
Momen retak :
Mcr = fr * Ig / yt
115
Momen akibat beban mati dan beban hidup (MD+L)
No Jenis beban Momen KNm
MD + L 1091.8748
Tabel 3.6.2. Momen akibat beban mati dan beban hidup
= 0.028 m4
116
3.6.2.3. Lendutan akibat beban lajur "D" (TD)
*0.028)
Beban akibat transfer beban angin pada kendaraan, QEW = 1.008 kN/m
Lendutan akibat beban angin (EW) :
EW = 5/384*QEW*L4 / ( Ec*Ie)
117
Lendutan akibat pengaruh temperatur (ET) :
EQ = 5/384*QEQ*L4 / ( Ec*Ie)
118
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan dan mencoba mengemukakan
saran – saran .
4.1. KESIMPULAN
119
5. Dari besarnya momen dan gaya lintang rencana yang diperoleh dari
perhitungan maka dimensi tulangan beton untuk tiang sandaran tulangan
pokok 4 10 dan sengkang 6 – 450 mm, slab trotoar tulangan memanjang
16 – 300 mm dan tulangan melintang 13 – 700 mm, slab lantai lalulintas
tulangan memanjang mm dan tulangan melintang 16 – 150
mm, pada balok melintang ( diafragma ) tulangan pokok 4 22 dan 2 batang
tulangan tekan 2 batang tulangan tarik dengan tulangan sengkang
mm. gelagar induk sebanyak 32 dan 3 batang tulangan tekan, 10
batan tulangan tarik selain itu pada badan gelagar dipasang tulangan susut
dengan 12 - 200 mm dan tulangan sengkang mm dan 200 mm
6. Lendutan yang terjadi pada slab lantai dan balok akibat setiap aksi yang
terkait dikombinasikan untuk memperoleh lendutan maksimum rencana pada
tabel dibawah ini .
120
b. Lendutan maksimum pada balok
Lendutan maksimum max = L/240 0.055 0.055 0.055
No Jenis beban Komb-1 Komb-2 Komb-3
(m) (m) (m)
1 Berat sendiri ( MS ) 0.00982 0.00982 0.00982
2 Beban mati tambahan ( MA ) 0.0011 0.0011 0.0011
3 Beban lajur “D” (TD) 0.0127 0.0127 0.0127
4 Gaya rem ( TB ) 0.0018 0.0018
5 Beban angin ( EW ) 0.0006
6 Pengaruh temperature ( ET ) 0.00028
7 Beban gempa ( EQ ) 0.0012
Lendutan total ( kombinasi) 0.02602 0.0257 0.02362
< 0.055 < 0.055 < 0.055
OK OK OK
Tabel 3.6.2.8. kombinasi Kontrol lendutan gelagar
4.2. SARAN
1. Studi kelayakan yang teliti sehingga di peroleh data-data yang akurat sesuai
dengan kondisi di lapangan. Hasil studi ini sangat di perlukan dalam
perencanaan.
2. Perencanaan jembatan beton bertulang diupayakan untuk menghasilkan
kekokohan minimum dengan desain optimum. Hal ini berarti bahwa yang
diinginkan adalah struktur itu harus kokoh dan murah. Hal yang biasanya
121
menjadi permasalahan adalah pekerjaan di lapangan dimana jarang melakukan
pengawasan, maka dalam proses konstruksinya selalu terjadi ketidakselarasan
sehingga kemungkinan struktur hasilnya tidak sesuai dengan perencanaan.
122
DAFTAR PUSTAKA
123