Vous êtes sur la page 1sur 42

Banyak Anak Banyak Rejeki

STEP 1

1. TFR : rata-rata jumlah anak yang dilahirkan pada seorang


wanita selama produksi diteliti per 1000 penduduk
2. CPR : contraceptive prevalence rate (angka yang menunjukan
berapa banyak pasangan usia subur yang sedang memakai
kontrasepsi pada saat pencacahan disbanding dengan jumlah
PUS)
3. Fertilitas : kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan
kelahiran hidup

STEP 2

1. Apa yang mempengaruhi perubahan angka CPR ?


2. Apa saja faktor yang bisa mempengaruhi fertilitas ?
Faktor Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
fertilitas penduduk :
 Faktor Demografi, antara lain :
o Struktur umur
o Struktur perkawinan
o Umur kawin pertama
o Paritas
o Disrupsi perkawinan
o Proporsi yang kawin
 Faktor Non Demografi, antara lain :
o Keadaan ekonomi penduduk
o Tingkat pendidikan
o Perbaikan status perempuan
o Urbanisasi dan industrialisasi
(http://ekypradhana.wordpress.com/2010/11/06/isd1-
pertumbuhan-penduduk-dan-faktor-yang-
mempengaruhi/)
 Ø Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
1. Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
2. Sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
3. Pernikahan usia dini (usia muda).
4. Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya,
jika dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi
keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan berusaha
untuk mempunyai anak laki-laki.
5. Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi
keluarga yang belum memiliki anak akan berupaya bagaimana
supaya memiliki anak.
 Ø Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1. Adanya program Keluarga Berencana (KB).
2. Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
3. Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan
anak bagi PNS.
4. Adanya UU perkawinan yang membatasi dan mengatur usia
pernikahan.
5. Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan
dan karir.
6. Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak.
(http://anasunni.wordpress.com/2012/12/10/kependusu
kan/)

3. Apakah tujuan dan manfaat dari penggunaan KB ?


 Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana
dalam Repe- lita I adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya
pelaksanaan keluarga beren- cana diharapkan angka
kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan
perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan
kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehi- dupan
dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih me-
ningkat.
 1. Penerangan dan motivasi

Penerangan dan motivasi keluarga berencana dalam Repe- lita


I terutama ditujukan untuk memberikan penerangan se-luas-
luasnya kepada masyarakat tentang terdapatnya kemungkinan
bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan keluarga.
Hal ini dilakukan baik melalui Penerangan umum, penerangan
kelompok, penyuluhan wawan-muka, maupun melalui pendidik-
an kependudukan.

Penerangan umum.

Penerangan yang bersifat umum dilakukan terutama melalui


surat-surat kabar, majalah, kantor berita, siaran radio, TVRI,
lagu-lagu populer keluarga berencana, pembuatan film cerita
dan dokumenter tentang keluarga berencana, penerbitan-pener-
bitan, spanduk-spanduk, papan bergambar, stempel pos pada
surat-surat, perangko keluarga berencana dan lambang kelu-
arga berencana pada mata uang logam.

Penerangan kelompok.

Penerangan kelompok terutama dilakukan melalui bantuan yang


diberikan kepada seminar/raker/pertemuan berbagai kelompok
masyarakat serta mengirimkan tenaga-tenaga pene- rangan
untuk melakukan pendekatan terhadap berbagai kelom-pok
khusus masyarakat di daerah-daerah tertentu. Da1am rangka ini
telah dilakukan pendekatan terhadap golongan-golongan
"berpengaruh" dalam masyarakat yang diharapkan tidak hanya
akan menjadi penghubung dan penyebar gagasan keluarga
berencana, akan tetapi diharapkan menjadi "orang contoh"
dalam pelaksanaan keluarga berencana. Untuk itu selama
Repelita I telah dilakukan pendekatan secara khusus terhadap
pemimpin-pemimpin masyarakat, alim ulama, organi-sasi
karyawan swasta dan pemerintah, organisasi pemuda, pe-lajar,
cendekiawan, kalangan Angkatan Bersenjata, usahawan dan
lain sebagainya.

Penyuluhan wawan-muka.

549
Perhatian yang telah timbul dari kalangan masyarakat terhadap
program keluarga berencana segera membutuhkan penggarapan
yang lebih bersifat perorangan agar kesadaran
yang telah berkembang tersebut dapat tumbuh menjadi tin-
dakan melaksanakan keluarga berencana. Hal ini dilakukan
melalui penyuluhan wawan-muka baik berupa pendekatan
secara langsung kepada calon akseptor maupun kepada mereka
yang telah menjadi akseptor. Dengan demikian diharapkan
jumlah akseptor baru terus bertambah dan bersamaan dengan
itu kelangsungan akseptor yang telah ada dapat terus diper-
tahankan. Kegiatan penyuluhan wawan-muka tersebut untuk
sebagian besar dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB). Oleh karena itu selama Repelita I jumlah
tenaga PLKB terus ditingkatkan. Dalam tahun 1969/70 dan
tahun 1970/71 belum terdapat tenaga PLKB yang terorganisir.
Sejak tahun 1971/72 telah tercatat 1.930 orang tenaga PLKB,
kemudian dalam tahun 1972/73 terdapat tambahan 3.774 orang
dan kemudian dalam tahun 1973/74 tercatat PLKB baru sejum-
lah 5.969 orang (Tabel XII — 1).

TABEL XII — 1

TAMBAHAN JUMLAH SETIAP TAHUN PERSONALIA


PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA
(PLKB) DI JAWA DAN BALI

1969/70 1973/74
R E P I I
1969/70 1970/71 1 1 1 J
E
9 T
9 9 U
1. PLKB — 1 3 5 1
7 7 7 M

2. PIMPINAN — .2L .7A .1 12
1 2 3 L
— 90 71 9. ..
3. PENGAWAS — /6 /1 / A
26
33 75 62 1H

4. KOORDINA- 74 720 721 497
KELOMPOK — 0 4 90 24
2 38 142 73

TOR — 2 0
d. Pendidikan kependudukan. 5
— —
550
Pendidikan kependudukan ditujukan untuk mengembangkan
pengertian tentang hubungan rasionil antara perkembangan
jumlah penduduk (manusia) dan perkembangan sumber-sumber
kehidupan yang terdapat di sekitarnya. Kegiatan ini dilakukan
baik melalui pendidikan di dalam sekolah maupun pendidikan
di luar sekolah.

Pelaksanaan kegiatan pendidikan kependudukan secara ter-


organisir mulai dilaksanakan sejak tahun 1971/72. Langkah ini
dirintis melalui seminar dan loka karya untuk mendapatkan
pengarahan dan cara pendekatan yang tepat untuk masyara-
kat Indonesia. Selama masa Repelita I telah dapat diselesaikan
penyusunan bahan-bahan pelajaran pendidikan kependudukan
dan telah dapat dirumuskan 26 bahan pelajaran dari 26 judul.

2. Pelayanan medis keluarga berencana.

Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan


keluarga berencana segera membutuhkan tersedianya sarana
pelayanan agar mereka mendapatkan kesempatan sebaik-baik-
nya untuk melaksanakan keluarga berencana. Sarana utama
untuk melayani pelaksanaan keluarga berencana adalah terse-
dianya klinik-klinik keluarga berencana yang dengan mudah
dapat dicapai oleh masyarakat banyak.

Di samping memberikan pelayanan untuk pelaksanaan keluarga


berencana, klinik-klinik tersebut sekaligus memberikan
pelayanan pula untuk meningkatkan kesehatan, khususnya bagi
ibu dan anak. Dalam rangka kegiatan ini tercakup pula kegiat-
an untuk perbaikan gizi. Dengan demikian klinik-klinik
keluarga berencana pada hakekatnya sekaligus merupakan
sarana utama pula bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
pada umumnya.

Klinik keluarga berencana pada dasarnya adalah Badan


Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) yang memberikan pela-
551
yanan keluarga berencana dan pada umumnya diintegrasikan
ke dalam Puskesmas. Penyelenggaraan klinik tersebut dilaku-
kan oleh unit-unit pelaksana seperti Departemen Kesehatan,
Angkatan Bersenjata, Muhammadiyah, Dewan Gereja Indone-
sia, perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya. Jumlah klinik
keluarga berencana terus berkembang selama Repelita I. Apa-
bila dalam tahun 1969/70 hanya terdapat 727 klinik keluarga
berencana maka pada tahun terakhir Repelita I (1973/74)
jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2.235 buah (Tabel
XII-2).

TABEL XII — 2

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA


MENURUT STATUS DI JAWA DAN BALI

1969/70 — 1973/74

R E P E T
L A
19 1
1969/70 1970/71 1I 72 9
1 Dep. Kes. 1. 1
9 I
/7 7
2 —
. ABRI — 1 15
78 1.
3 Instansi Pemerin- 7 3 3
— lain
.tahan — — 4.4 8641 84
.4. Swasta 11 15 /1
— 8
5
4/ 732
— TOTAL — 0 2 76
727*) 6 28
75 48
1.465*) 14 2. .
Catatan: *) Belum ada perincian menurut 2 status.
. 13 2
Perkembangan jumlah klinik tersebut membutuhkan 8 7penam- 3
bahan tenaga yang dapat melayani masyarakat 6 dengan sebaik- 5
baiknya. Dalam rangka ini jumlah tenaga dokter 1 yang melayani
keluarga berencana (Jawa-Bali) telah bertambah jumlahnya
dari 421 orang dalam tahun 1969/70 menjadi 1.186 orang dalam
tahun terakhir Repelita I (1973/74). Demikian pula halnya de-
ngan tenaga bidan yang melayani keluarga berencana. Dalam
tahun 1969/70 baru tercatat 855 orang bidan yang melayani
klinik keluarga berencana. Namun pada tahun terakhir Repe-
lita I (1973/74) untuk daerah Jawa dan Bali telah tercatat 2.241

552
orang tenaga bidan pada klinik keluarga berencana. Peningkat-
an jumlah tenaga yang melayani klinik keluarga berencana
tersebut juga berlaku bagi tenaga pembantu bidan dan tenaga
administrasi (Tabel XII — 3) .
GRAFIK XII - I

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA DI JAWA-


DAN BALI

1969/70 - 1973/74

553
TABEL XII — 3
JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BEREN-
CANA MENURUT KATEGORI DI JAWA DAN BALI
1969/70— 1973/74

Personalia R E L A
P I
Klinik 1
E I T
9
1969/70
1. Dokter 4 7 7
2. Bidan 2
8 51
1. 19 28 11
3. Pembantu 1
5 5
569 1
.9 /
8
1 .29
Bidan 5
2 6387 7
31. 11.7
4. Tenaga * 167
3 81.23
Administrasi )4 2080/ .071 .71
Catatan : 27 258/ .17 6.94/
*) Dalam tahun 1969/70 pekerjaan 1 administrasi 7 klinik 64 1957
dirangkap oleh pembantu bidan. 52 43 794
6 0
Bagi daerah yang agak terpencil sehingga penduduknya tidak
dapat dicapai oleh klinik keluarga berencana, pelayanan dila-
kukan oleh Team Medis Keliling Keluarga Berencana. Selama
masa Repelita I telah dikembangkan 89 buah Team Medis Ke-
liling Keluarga Berencana yang tersebar di daerah Jawa dan
Bali.

Sementara itu kepada ibu yang baru melahirkan di rumah sakit,


atau klinik bersalin, dilakukan "pendekatan khusus".
Pendekatan ini dimaksudkan agar ibu yang baru melahirkan
tersebut dapat memperoleh pelayanan langsung pada waktu-
nya. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 1969 meliputi 6 buah
klinik di Jakarta dan Bandung. Sejak tahun 1971 kegiatan ini
diperluas ke daerah lainnya di Jawa, Bali dan Sumatera sehing-
ga seluruhnya meliputi 26 buah rumah sakit.

554
Kecuali itu terhadap ibu-ibu yang melahirkan di luar rumah
sakit (klinik bersalin), misalnya melahirkan di rumah sendiri,
dilakukan pula "pendekatan khusus", sehingga ibu yang ber-
555
sangkutan langsung memperoleh pelayanan keluarga beren-
cana pada waktunya. Konsep pelaksanaan kegiatan pelayanan
keluarga berencana sesudah melahirkan di luar rumah sakit
tersebut telah diselesaikan perumusannya pada akhir Repelita
I (1973/74).

3. Pendidikan dan latihan keluarga berencana.

Kegiatan pendidikan dan latihan keluarga berencana selama


masa Repelita I terutama meliputi usaha-usaha dalam lapangan
sebagai berikut:

Pengembangan sarana pusat-pusat latihan (termasuk peralatan


pengajar).

Pengembangan tenaga-tenaga pelatih keluarga berencana.

Penyediaan buku pedoman.

Pembakuan kurikulum latihan keluarga berencana.

Pembinaan sistim latihan.

Integrasi kurikulum keluarga berencana pada universitas dan


berbagai lembaga pendidikan lainnya.

Kegiatan latihan untuk keluarga berencana selama Repelita I


meliputi pelbagai jenis tenaga, antara lain dokter, bidan, pera-
wat, petugas lapangan keluarga berencana, pekerja sosial, pe-
tugas penerangan, dukun dan pelbagai jenis tenaga lainnya.
Selama masa Repelita I telah berhasil diberikan latihan kelu-
arga berencana bagi 40.752 orang yang terdiri dari para petu-
gas dari berbagai lapangan (Tabel XII — 4).

4. Logistik.
Kegiatan di lapangan logistik keluarga berencana merupakan
kegiatan penunjang dalam pelbagai bidang yang amat mem-
pengaruhi berhasilnya pelaksanaan program keluarga beren-
cana secara keseluruhan. Hal ini meliputi penyediaan alat kon-
trasepsi, fasilitas kerja, sarana angkutan dan lain sebagainya.

556
TABEL XII — 4

JUMLAH TENAGA-TENAGA YANG MENDAPAT LATIHAN


KELUARGA BERENCANA
1969/70 — 1973/74

KATEGORI REPELITA I
TENAGA
K.B. 1 1 1 1972/73 1973/74
1. Dokter KB 9
2 9
4 9
2 JUMLAH
2 2 1
2. 6
5 7
3
6 7
5 7
1 4
1 .4
Bidan KB
Bidan/Pembant 1
9
1
8 2
0
4
1 3
1
4
8 3
.2 4
.9 1.4
u 7
/5 9
/4 ./8 .2 .6 168
3.kelompok,
P.L.K B 2 3
2
3
7
5
1
2
4
.09
Pengawas 7 7 7
. 19 .0 .
Pimpin 0 48 78 53
0 1 2
0 6 3 1
an
dan
dan Pelaporan. 2 4 3
4 1 2
3 58
4 8 4
Koordinator
6. Dukun 1 2 . 61 . .31
5.rencana
Petugas 2 6 4
Keluarga Be- 6
3
— 1
— 0
2
— 2
7
0 3
1
— 270
Penerangan
(PLKB). 3 . 1
8 8. 81 .4.
7.
Jumlah: Lain- —
1 —
2 9 1 162 41
7 2
5 9 9
4. Petugas
lain petugas*) . .3 . 7 0 01
Catatan: Pencat
K B. = Keluarga Berencana 6 6
5 6
1 5 . . .7
atan 5 5
P L KB 6 1 0
= Petugas Lapangan Keluarga Berencana 0 0 7
1 4 5 3 1 2
*) Meliputi: Perawat, Petugas Sosial, Petugas Logistik,2 4 6
Administrator Pusat dan Daerah, Petugas Penelitian dan Pelatih.

Keadaan penyediaan obat/alat kontrasepsi pada tahun-tahun pertama


Repelita I dirasakan sangat kurang. Selama masa Repelita I berbagai
langkah telah diambil agar alat .kontrasepsi dapat tersedia pada
tempat dan waktu yang tepat. Dalam rangka memantapkan
penyediaan alat kontrasepsi tersebut, pada akhir Repelita I telah
dapat dicatat kemajuan-kemajuan sebagai berikut:
Produksi I.U.D. telah mulai dilakukan di Indonesia (sejak akhir
1973/74).

Penyediaan pil telah mulai disediakan melalui dana dalam negeri


(sejak tahun 1973/74) sedangkan sebelumnya pada umumnya
bersumber dari bantuan luar negeri.

557
c. Kegiatan swasta dalam lapangan produksi alat
kontrasepsi telah mulai berkembang (misalnya kondom).

Dalam hubungan ini, penyediaan alat kontrasepsi selama


masa Repelita I dapat dilihat pada Tabel XII — 5.

TABEL XII—5

PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI

PADA KLINIK-KLINIK KELUARGA BERENCANA


1969/70 — 1973/74

(dalam ribuan)

REPELIT I
A
19 19 19 19 1
69/ 70/ 71/ 72/ 9
1. 1.1
70 1.0
71 2.5
72 9.0
73 17
PM 00 00 00 00 53
2. I U 98 23 25 43 4./
D 6,5 7 6 07
3. 25 10 2
04
KON — — 9
DO 0
Catatan :
M
Semua angka-angka dalam Tabel XII — 5 adalah angka yang
sudah diperbaiki.

Di samping penyediaan alat kontrasepsi, selama masa Repe-


lita I telah dapat disediakan pula sarana angkutan (kenda-
raan) untuk para petugas/pelayanan keluarga berencana.
Demikian pula telah disediakan peralatan medis untuk klinik
keluarga berencana, serta peralatan untuk pusat-pusat latihan
keluarga berencana.

5. Pencatatan dan pelaporan.

Pada tahun-tahun pertama Repelita I sistim pencatatan dan


pelaporan, khususnya untuk klinik keluarga berencana masih
belum seragam. Hal ini dirasakan mengganggu kelancaran pe-

558
laksanaan sistim pencatatan dan pelaporan dan sekaligus juga
menghambat langkah-langkah untuk menilai kemajuan pelak-
sanaan program.

Sejak awal tahun 1971/72 telah dilaksanakan satu sistim


pencatatan dan pelaporan (serta dokumentasi) yang berlaku
seragam secara nasional. Tujuan utama pembinaan sistim, pen-
catatan dan pelaporan ini adalah untuk menyediakan data
tentang jalannya pelaksanaan program secara teratur dan terus
menerus. Proses pelaporan ini diusahakan berjalan secepat
mungkin sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan dan penentuan kebijaksanaan secara tepat dan cepat.

Dalam rangka penyeragaman sistim pencatatan dan pela- poran


tersebut telah dilakukan langkah-langkah sebagai ber- ikut :

Pendaftaran klinik keluarga berencana.

Penggunaan kartu dan formulir yang seragam secara nasional.

Penggunaan sistim laporan yang seragam secara nasional.

d. Mempercepat proses pelaporan balik.

e. Identifikasi ciri-ciri akseptor secara terus menerus.

6. Penelitian dan penilaian.

Kegiatan penelitian dan penilaian selama Repelita I teruta-


ma ditujukan untuk :

Mengadakan pembinaan para tenaga peneliti (dan staf) baik


di pusat maupun di daerah.
Mengadakan koordinasi pelaksanaan penelitian dan peni-laian
untuk menunjang pelaksanaan keluarga berencana.

Untuk mengadakan pembinaan penelitian keluarga beren- cana


selama masa Repelita I telah dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :

559
Inventarisasi Lembaga-lembaga Penelitian yang bergerak di
bidang penelitian yang ada hubungannya dengan keluar- ga
berencana (sosial, psikologi, anthropologi dan lain sebagainya).

Inventarisasi lembaga penelitian yang bergerak di lapangan


keluarga berencana yang terdapat pada universitas/ perguruan
tinggi.

Latihan bagi petugas penelitian keluarga berencana (di da- lam


maupun di luar negeri).

Sementara itu telah dilakukan penelitian-penelitian yang secara


garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Penelitian data dasar :

Penelitian fertilitas dan mortalitas.

Penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan praktek keluarga


berencana.

Pencatatan data pokok tentang kelahiran dan kematian.

Identifikasi faktor-faktor yang mendorong dan menghambat


pelaksanaan keluarga berencana.

b. Penelitian dalam rangka follow up:

Penelitian tentang kebenaran pelaporan jumlah akseptor.

Penelitian kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.

Penelitian tingkah laku akseptor setelah menerima alat


kontrasepsi.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu metode keluarga
berencana.

c. Penelitian dalam rangka penilaian program:

(1) Penelitian kemampuan Petugas Lapangan Keluarga


Berencana.

560
Penilaian alat mass media untuk keluarga berencana.

Penilaian hasi1 1atihan yang telah dilakukan.

Penelitian tentang efisiensi dan efektifitas pembiayaan.

7. Perkembangan jumlah dan ciri khas akseptor.

Dalam tahun pertama Repelita I (1969/70) jumlah akseptor


baru mencapai jumlah 53,1 ribu orang. Jumlah ini terus
mening-kat setiap tahun. Pada tahun terakhir Repelita I
(1973/74) jumlah akseptor mencapai jumlah 1.369,1 ribu
orang (Tabel XII — 6). Dengan demikian jumlah akseptor
baru selama Re- pelita I (jumlah kumulatif) adalah 3.201,6
ribu orang. Jumlah ini telah melampaui perkiraan jumlah
akseptor baru selama Repelita I, yang semula diperkirakan
akan berjumlah 3.000.000 orang.

TABEL XII — 6

JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI


MENURUT METHODE KONTRASEPSI
DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973/74
(dalam ribuan)

R E P E L I T
1 A I 1
1. Pil 9
1 19
79, 1
2 16 89
6
4 70/
8 9
8 09 57
2. IUD. 2
.9 76,
71 2
7
1, 37 273
9
/
6 4 1
1/
8 8,2 9,/
3. 9 24, 2 9 2
,7 2,
7 0/ 37
La . 9 4, 1 1
0 7
2 ,7 ,1
in-lain
Jumlah 5 13 9
5 1, 18
411234 - (36). 3 27
3 1,1 1 .6 .,
4
, 9, 0 32
1 4 7 6
8 9
Catatan: Angka-angka dibulatkan.

Sementara itu pencatatan-pencatatan yang dilakukan mange-


nai akseptor baru keluarga berencana dalam tiga tahun terakhir

561
GRAFIK XII — 3
JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI MENURUT
METHODE KONTRASEPSI DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973174
(dalam ribuan )
562
Repelita I (1971/72, 1972/73, 1973/74) menunjukkan beberapa
gambaran yang menarik. Ternyata misalnya bahwa kelompok
umur yang lebih muda dari para akseptor baru persentasenya
terus menaik (Tabel XII — 7) . Kenyataan ini cukup
menggem-

TABEL XII — 7
PERSENTASE AKSEPTOR BARU
MENURUT KELOMPOK UMUR DI JAWA DAN BALI

Kelompok 1972/19 1973/


73 *) 1974
Umur
1 1971/1972
— *) .
3,15 4,64 5,22
*)
52
(Tahun) —
19 16,93 19,44 22,00
2 — 26,57 28,73 28,84
03 24
— 23,08 26,39 25,00
35 29
— 15,42 16,55 15,10
40 34.
— 3,85 3,77 3,60
45 —
39 10,70 0,47 0,22
0 44
5
Catatan: Ke
ata
s
*) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang
bersangkutan.

birakan, oleh karena ternyata bahwa pelaksanaan keluarga be-


rencana makin mencakup kalangan penduduk yang relatif
masih memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
melahirkan.

Demikian pula nampak bahwa persentase turut sertanya para


akseptor baru dari kalangan petani makin bertambah mening-
kat (Tabel XII — 8) . Gambaran ini memberikan harapan
bahwa pelaksanaan keluarga berencana lambat laun makin
menjadi milik dari kalangan sebahagian besar masyarakat
terutama yang berada di daerah pedesaan.
Perkembangan lainnya yang menarik pula adalah, bahwa
"saluran penghubung" dari mana akseptor baru memperoleh
keterangan tentang keluarga berencana juga mengalami peru-
bahan. Jika pada tahun 1971/72 untuk sebagian besar para
akseptor memperoleh keterangan tentang keluarga berencana
dari para petugas kesehatan, maka pada tahun 1973/74 untuk

563
TABEL XII — 8

PERSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUT


PEKERJAAN SUAMI DI JAWA DAN BALI

PEKERJAAN SUAMI 197 197 1


1/7 2/7 9
AKSEPTOR 2 *) 3 *) 7
Pegawai Negeri 1t,1 8,7 8,
3/
1 0 37
Pegawai Swasta 5,8 4,2 54,
4
2 7 4*)
ABM 5,7 2,9 2,
6
7 7 6
Pedagang 5,8 3,9 3,
3
2 3 6
Petani 58, 70, 7
4
72 82 0,
Pekerja lepas 8,5 8,4 9,
6
7 6 5
Tidak bekerja, dan lain- 1,2 0,8 0,
8
1
lain 1 6 7
Catatan: *) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun0
yang bersangkutan.

sebagian besar keterangan tentang keluarga berencana diper-


oleh dari pada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (Tabel
XII — 9). Dengan demikian maka peranan para PLKB menjadi
lebih kentara dan oleh karenanya perlu lebih ditingkatkan pem-
binaannya untuk waktu selanjutnya.

Data-data tentang ciri khas para akseptor tersebut tidak hanya


bermanfaat untuk lebih meningkatkan usaha mendapat- kan

564
akseptor baru akan tetapi juga untuk menjaga kelangsung- an
daripada para akseptor yang telah ada..
TABEL XII — 9

PERSENTASE JUMLAH AKSEPTOR MENURUT


"SALURAN PENGHUBUNG" KEARAH
PELAKSANAAN KELUARGA BERENCANA

DATANG ATAS 19 197 19


PETUNJUK 71/ 2/7 73
Teman/Suami/Famili 6,9
72 3,0
3 2,
/7
Akseptor lain 5
*)
3,2 3*)
1,2 02
4
0,
Petugas Kesehatan 48,
6 23,
3 12
*)
67
PLKB 33,
09 40,
54 56
,9
Dukun 3,0
08 2,8
57 1,
,7
7
Lain-lain 0,6
1 5,0
1 5,
13
5
Tak dikenal 4,9
4 23,
9 20
88
Catatan : 8 73 ,5
8
*) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang
bersangkutan.

565

4. Bagaimana cara mengendalikan tingginya tingkat fertilitas ?


5. Apa saja indicator dari fertilitas ?

1. Angka Kelahiran Tahunan (current fertility).


- Jumlah Kelahiran
- Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
- Angka Kelahiran Menurut Umur
- Angka fertilitas Total
2. Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
- Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born(CEB)
- Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL)
- Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).
3. Paritas
4. Keluarga Berencana:
- Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
- Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need)
(http://www.datastatistik-
indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=300&Itemid=300&limit=1
&limitstart=10)

6. Bagaimana cara mengukur fertilitas ?

1. Pengukuran Fertilitas Tahunan


Pengukuran kelahiran bayi pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah
penduduk yang mempunyai risiko untuk melahirkan pada tahun tersebut.
2. Tingkat Ukuran Fertilitas Tahunan :
a. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
Adalah banyaknya kelahiran hidup pada satu tahun tertentu tiap 1000 penduduk.
b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Adalah jumlah kelahiran hidup per.1000 wanita usia reproduksi (usia 14-49th atau
15-44th) pada tahun tertentu
c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)
Adalah perhitungan tingkat fertilitas perempuan pada tiap kelompok umur dan tahun
tertentu.
d. Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility
Rates Rates)
Adalah perhitungan fertilitas menurut urutan kelahiran bayi bayioleh oleh wanita
pada umur dan tahun tertentu.
(http://viviaryanti.blogspot.com/2011/11/bab-2.html)
Bentuk-bentuk pengukuran dan perhitungan fertilitas :
1. Crude Birth Rate ( CBR ) atau Angka Kelahiran Kasar
CBR diperoleh dengan cara membandingkan jumlah kelahiran selama satu tahun ( B ) dengan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun ( P ) dikalikan K (konstan) dimana k biasanya 1.000
atau 100
CBR = x k
B : jumlah kelahiran selama 1 tahun
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K : bilangan konstan, biasanya 1000
Contoh :
Soal : Penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 2011 = 200 juta, sedang jumlah kelahiran
selama tahun 2011 = 8 juta.Berapa CBR-nya ?
Jawab : CBR = x 1000 = 40
Artinya tiap 1.000 penduduk selama satu tahun melahirkan 40 bayi.Perhitungan ini dikatakan
kasar,karena pada penyebut (penduduk) dimasukan semua penduduk, laki-laki, perempuan, anak-
anak dan orang lanjut usia, yang sebenarnya tidak melahirkan bayi.
Kebaikan dari cara ini adalah perhitungannya sederhana, sedang kelemahannnya adalah tidak
benar-benar mencerminkan angka fertilitas sebab penduduk itu termasuk anak-anak, orang tua,
laki-laki perempuan dan sebagainya, dimana tidak seluruh penduduk melahirkan.
2. General Fertility Rate ( GFR ) atau Angka Kelahiran Umum
General Fertility Rate adalah jumlah kelahiran hidup perseribu wanita usia usia 15-49
tahun pada tahun tertentu.Secara matematis dapat ditulis :
CBR = x k
B : jumlah kelahiran selama 1 tahun
P : jumlah penduduk wanita umur 15-49 th pada pertengahan tahun
K : bilangan konstan, biasanya 1000
Contoh Soal : Penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 2011 sebesar 200 juta,penduduk
wanita umur 15-49 tahun sebesar 60 juta sedang jumlah kelahiran selama tahun 2011 = 8
juta.Berapa GFR-nya ?
Jawab : GFR =
Artinya tiap 1.000 wanita umur 15 – 49 tahun selama satu tahun melahirkan 133,34
bayi.Kelemahan perhitungan ini adalah walaupun sudah dikelompokkan pada wanita usia 15 – 49
tahun, tetapi tidak dikelompokkan pada tiap kelompok umur tersendiri karena yang muda dan
yang tua memiliki angka fertilitas yang berbeda.Sedang kebaikannya, perhitungan ini, lebih
cermat dari pada CBR, sebab penduduk hanya wanita yang berumur 15 – 49 tahun atau wanita
subur.
3. Age Specific Fertility Rate ( ASFR )
Age Specific Fertility Rate adalah perhitungan Angka fertilitas perempuan pada tiap
kelompok umur dan tahun tertentu.Pengukuran ini mengelompokkan wanita umur 15 –
49 tahun, menjadi kelompok yang lebih kecil, misalnya interval 5 tahunan beserta
mencatat jumlah kelahiran yang terjadi pada tiap interval kelas tersebut, selama satu
tahun.
ASFR = x k
Ket :
Bi : jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i pada tahun tertentu
Pif : jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i pada pertengahan tahun
k : bilangan konstan, biasanya 1.000
Contoh ASFR Canada tahun 1962.[3]
Contoh perhitungan :
ASFR 15 – 19 =
ASFR20-24 = dsb
4. Age Spesific Marital Fertility Rate ( ASMFR )
Age Spesific Marital Fertility Rate adalah pengukuran ini membandingkan jumlah kelahiran
dalam satu tahun,pada kelompok umur wanita yang lebih kecil, dengan jumlah wanita yang
kawin pada kelompok umur yang lebih kecil dan sama kelompoknya dalam satu tahun dikalikan
konstan.
Rumus : ASMFR =
Ket :
Bi : jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i pada tahun tertentu
Pif : jumlah penduduk perempuan yang kawin pada kelompok umur i pada pertengahan tahun
k : bilangan konstan, biasanya 1.000
1. Total Fertility Rate ( TFR )
Total Fertility Rate adalah banyaknya anak yang dipunyai oleh 1.000 wanita apabila mereka telah
berhasil melalui masa chieldbearing ( telah melahirkan ).
Cara perhitungannya : Hasil besarnya ASFR dijumlah kemudian dikalikan dengan besarnya kelas
interval ( misal : 5 tahun ) mendapat TFR.
Rumus TFR15-49 = 5
Contoh : Dari contoh AFR tersebut diatas, maka TFR = = 3,8
(http://anasunni.wordpress.com/2012/12/10/kependusukan/)

7. Mengapa pemerintah daerah tidak mendukung program KB dari pemerintah pusat? Kendala?
8. Mengapa angaka jumlah kelahiran di Indonesia masih sangat tinggi? Apa dampaknya?
9. Efek dari bom kependudukan ?

1. Peningkatan Kebutuhan Manusia yang Terus Bertambah

Semula kehidupan manusia di bumi dikuasai oleh alam, namun dengan munculnya etika
Barat lahirlah sistem nilai yang hakikatnya memandang bahwa manusialah yang menguasai
dan menjadi pusat (antroposentris). Dalam sistem nilai seperti ini lahirlah anggapan bahwa
apa yang di bumi ini segala-galanya adalah untuk manusia
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatan ber bagai kebutuhan, mulai dari
pangan, sandang, maupun permukiman. Dibutuh kan juga sumber daya alam lainnya seperti
tanah, air, energi, mineral, dan lainnya yang diambil dari persediaan sumber daya alam di
bumi.

Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan untuk kepentingan manusia menyebabkan
menipisnya perse diaan sumber daya alam, bahkan sisa-sisa pengelolaan berbagai barang
akhirnya menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia. Beberapa contoh mengenai
terjadinya bencana lingkungan akibat pencemaran dan lainnya adalah sebagai berikut.

a. Terjadinya erosi dan banjir di berbagai bagian bumi.


b. Terganggunya udara di kota London dan Los Angeles karena udara tercemar oleh asap
berbagai industri sehingga mengganggu kesehatan penduduk.
c. Malapetaka yang terjadi di Ethiopia (Afrika) 1980, yakni kegagalan panen akibat
kekeringan yang menyebabkan kelaparan dan kematian, berawal dari pertumbuhan
penduduk yang tinggi, penggundulan hutan, erosi tanah yang meluas, dan kurangnya
dukungan terhadap program pertanian.
d. Pencemaran limbah industri dan rumah tangga me nyebabkan pencemaran air tanah dan air
permukaan. Hujan asam di berbagai kota termasuk di DKI Jakarta me nyebabkan timbulnya
berbagai penyakit, kerusak an, dan kematian tanaman pertanian serta kerusakan hutan.
e. Pencemaran yang disebabkan karena kecelakaan, mi salnya bocornya pabrik pestisida di
Bhopal (India) dan kecelakaan pusat listrik tenaga nuklir di Cher nobyl (Rusia) telah
menimbulkan banyak kerugian.

2. Dalam Pembangunan Harus Diperhitungkan Keterbatasan Lingkungan Ekologis

Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi lingkung an hidup antara lain sebagai berikut.
a. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup. Akan terlihat perbedaan
lingkungan hidup pa da daerah bukit tandus, dengan daerah yang tertutup rimbun oleh
tumbuhan.
b. Hubungan atau integrasi antarunsur dalam ling kungan hidup. Integrasi di sini tidak hanya
menyang kut komponen biofisik saja melainkan menyangkut pula hubungan sosial karena
unsur-unsur lingkung an hidup memiliki sifat dinamis.
c. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Misalnya: di dalam ruangan tertentu orang
merokok, tentu akan menyebabkan ruanganmenjadi pengap.
d. Faktor-faktor nonmaterial, antara lain kondisi suhu, cahaya, dan kebisingan

Pembangunan yang dilakukan oleh setiap negara ternyata dapat meningkatkan kesejahteraan
penduduknya. Sejalan dengan itu eksploitasi sumber daya alam semakin meningkat.
Akibatnya persediaan sumber daya alam makin terkuras dan pencemaran lingkungan
semakin meningkat. Hal ini terjadi tidak hanya pada nega ra maju, tetapi juga terjadi pada
Negara berkembang, termasuk Indonesia. Negara maju masih meneruskan pola hidupnya
yang mewah dan boros. Jumlah industri, ken daraan bermotor, dan konsumsi energi terus
meningkat dalam memenuhi kebutuhan kehidupan mereka. Sementara negara berkembang
berusaha keluar dari kemiskinannya melalui peningkatan pembangunan. Untuk itu,
eksploitasi sumber daya alam dilakukan, baik untuk kebutuhan dalam negeri, maupun untuk
ekspor. Eksploitasi sumber daya alam yang terus-menerus dan kurangnya kesadaran terhadap
lingkungan menyebabkan bencana lingkungan yang terjadi di berbagai bagian bumi makin
beragam.

Keberadaan industri dalam bentuk pabrik-pabrik atau teknologi lainnya pada dasarnya
muncul karena tersedianya unsur alam yang memerlukan proses lebih lanjut sehingga
memiliki nilai tambah. Unsur lingkungan alam inilah yang disebut bahan baku atau bahan
mentah, atau mungkin bahan setengah jadi.

Industrialisasi baik itu industri besar, menengah, kecil, dan rumah tangga adalah proses
pengolahan bahan mentah atau bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. Luaran
atau hasil yang berupa barang jadi itu menjadi jelas kegunaan dan harganya menjadi
meningkat. Usaha inilah yang menjadikan diperoleh keuntungan yang besar.

Usaha industrialisasi ini, membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga memerlukan
seleksi kemampuan. Dalam penyerapan tenaga kerja ini sangat penting bagi penduduk.
Industrialisasi ini terjadi karena adanya persediaan bahan mentah yang belum jelas nilainya
kemudian diolah atau diproses menggunakan mesin pabrik atau peralatan lainnya.

Berbagai gangguan lingkungan yang mengancam kehidupan tersebut menarik perhatian para
ahli. The Club of Rome dalam penelitiannya berhasil menemukan adanya lima faktor yang
saling berkaitan dan berkembang secara eksponensial yang menyebabkan rusaknya
lingkungan. Kelima factor tersebut adalah pertumbuhan penduduk, peningkatan produksi
pertanian, pengembangan industri, pencemaran lingkungan, dan konsumsi sumbersumber
alam yang tidak dapat diperbarui makin meningkat. Bila kelima faktor tersebut tidak
diperhatikan, tidak dikelola dengan baik, dan tidak segera diatasi permasalahan yang timbul
maka diperkirakan pada tahun 2100 mendatang manusia akan dihadapkan dengan
kehancuran bumi tempat tinggalnya. Hal tersebut akan diawali dengan munculnya berbagai
bencana yang mengganggu kehidupan manusia.

3. Studi Amdal Sangat Diperlukan

Proyek pembangunan apapun bentuknya diharapkan mempunyai dampak positif bagi negara.
Bagi negara tentunya berupa keuntungan berupa pemasukan pajak, atau menambah
peningkatan ekonomi yang lain.

Bagi manusia adalah diperolehnya keuntungan ekonomis ataupun psikologis akibat


kehadiran pembangunan sumber daya buatan tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana
proyek itu akan memberi dampak positif, dalam arti memberikan keuntungan yang lebih
banyak dibandingkan dengan negatifnya maka diperlukan studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL). Studi ini dimaksudkan untuk meneliti sejauh mana keuntungan yang
akan diperoleh bagi masyarakat dan dampak negatif apakah yang mungkin ditimbulkannya.
Misalnya bila pembangunan itu menghasilkan limbah, limbah tersebut dapat membahayakan
lingkungan atau tidak. Artinya apakah limbah itu akan mencemari air, tanah, atau udara di
sekitarnya.
Studi AMDAL ini penting untuk disetujui atau tidaknya proyek bangunan tersebut. Bila
keuntungannya sangat besar dan sedikit dampak negatifnya, artinya dampak negatif itu dapat
ditekan sekecil-kecilnya maka proyek itu kemungkinan besar dapat disetujui untuk
diwujudkan. Bila sekitarnya membahayakan maka kemungkinan ditolak.

4. Memberi Contoh Jaringan Interaksi Unsur-Unsur Lingkungan

a. Interaksi dan Rentetan Permasalahan yang Rumit

Dunia dewasa ini menghadapi suatu rentetan perma salahan yang sangat rumit, seperti
penyediaan pangan dunia, pengangguran, hambatan dalam pengembangan industri,
pengadaan energi dan bahan baku, pengem bangan sumber daya alam, kesempatan
pendidikan, per kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terkendali,
keserakahan perusahaan multinasional dalam mencari kekayaan alam, dan akhir-akhir ini
permasalah an pencemaran lingkungan hidup

Keseluruhan permasalahan tersebut saling berkaitan dan apabila direnungkan lebih dalam,
pada hakikatnya bersumber pada rangkaian dari lima permasalahan pokok, yaitu:

1) Pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam yang semakin terbatas.


2) Dinamika kependudukan, di mana sejak abad 18, grafik kenaikan penduduk dunia sangat
tajam.
3) Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata.
4) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang apa bila tidak dilandasi oleh moral,
akan me ngancam kese rasian kehidupan di dunia.
5) Lingkungan hidup yang semakin jelek.

Apabila pena nganan permasalahan pokok dunia tidak tepat, akan saling berbenturan dan
pada akhirnya akan bermuara pada perselisihan, permusuhan, perebutan, dan terjadi
kerusakan lingkungan hidup. Keterkaitan antara keempat faktor ini dan keterkaitannya
dengan ling kungan hidup semakin erat sehingga setiap permasalahan harus dilihat secara
utuh sebagai satu kesatuan dan sebagai permasalahan bersama.

b. Interaksi Kehidupan Ekonomi Sosial dan Budaya yang Menimbulkan Masalah


Penduduk dan Lingkungan

Tingginya kebutuhan jumlah barang dan jasa memerlukan lebih banyak sumber daya alam
sebagai salah satu faktor produksi dalam industri pengolahan. Jadi, dengan meningkatnya
jumlah penduduk maka secara ekonomis barang dan jasa harus disediakan dalam jumlah
banyak. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup suatu
bangsa, tetapi peningkatan produksi barang dan jasa yang dilakukan tersebut ternyata
menuntut lebih banyak persediaan sumber daya alam yang bersangkutan. Akibatnya, sumber
daya alam semakin menipis, bahkan pencemaran lingkungan juga sangat meningkat sejalan
dengan laju pertumbuhan ekonomi

pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan hal-hal berikut.


1) Ketersediaan barang dan jasa meningkat sejalan de ngan pertumbuhanpenduduk dan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2) Pemanfaatan sumber daya alam untuk memacu pertumbuhan ekonomimenyebabkan
menipisnya sumber daya alam dan terjadinyapencemaran ling kungan.

Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup menyebabkan manusia timbul


rasa aman, tenteram, dan percaya diri, tetapi kemampuan seseorangatau kelompok
masyarakat untuk berkembang tidak selalu samasehingga produktivitasnya juga berbeda.
Perbedaan kemampuandalam mengolah sumber daya alam menyebabkan pendapatan
nasionalberbeda-beda, akibatnya kemakmuran bangsa berbeda-beda pula.
(http://ssbelajar.blogspot.com/2012/04/dampak-kependudukan.html)

10. Apa saja macam 11 prioritas pembangunan ?


11. Apa saja masalah yang dapat mempengaruhi pengukuran fertilitas?
12. Sumber data untuk mendapatkan informasi tentang fertilitas ?

Vous aimerez peut-être aussi