Vous êtes sur la page 1sur 17

Laporan kasus

KATARAK SENILIS MATUR

Oleh :

Harima Gumanty

NIM. 1508437921

PEMBIMBING :
dr. R. Handoko Pratomo, Sp.M

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu indra yang penting untuk melihat dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa mata, manusia akan mengalami kesulitan
dalam beraktifitas. Salah satu penyakit mata yang banyak didapatkan pada
masyarakat adalah katarak. Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat keduanya. Lensa katarak memberi ciri edema lensa, perubahan protein,
nekrosis, dan gangguan kontinuitas serabut lensa.1

Lensa berasal dari ektoderm permukaan, Lensa berbentuk lempeng cakram


bikonveks. Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam
kapsul lensa, Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga akan
terjadi pemadatan serat lensa di bagian sentral sehingga membentuk nukleus lensa.2

Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti
berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.1

Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak


kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile yang
terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang berusia
diatas 50 tahun Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis katarak yang
paling sering terjadi. Katarak senile dapat dibagi kedalam 4 stadium yaitu insipient,
imatur, matur, dan hipermatur.1,2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi lensa
Lensa berasal dari ektoderm permukaan. Lensa terletak di belakang iris dan
terdiri dari zat tembus cahaya yang berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
menipis pada saat akomodasi.2
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks. Lensa dibentuk oleh sel epitel
lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan
membentuk serat lensa terus menerus sehingga akan terjadi pemadatan serat lensa di
bagian sentral sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan
serat lensa yang paling pertama dibentuk.2,3
Korteks merupakan bagian setelah nukleus lensa yang lebih muda. Korteks
yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut korteks anterior, sedangkan yang
terletak disebelah belakang disebut korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa. Zonula zinn terdapat pada bagian
perifer kapsul lensa yang berfungsi untuk menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.6
Secara fisiologik lensa bersifat lentur karena memegang peranan penting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai
media penglihatan dan terdapat di tempatnya.1

2
Berikut ini adalah gambaran dari anatomi lensa:

Gambar 1. Anatomi lensa


(Sumber : Ilyas S, Ilmu penyakit mata. Ed 5.)

2. Katarak Senilis
2.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang terjadi karena hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Kekeruhan lensa biasanya terjadi pada
kedua mata dan progresif dalam waktu yang lama. Katarak senilis adalah kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, umumnya usia di atas 50 tahun Katarak
merupakan penyebab kebutaan kedua didunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta
kebutaan yang ada.1,4

2.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti,diduga
multifaktorial, diantaranya antara lain:1,4
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek
buruk terhadap serabut-serabut lensa.
- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
- Gangguan metabolisme umum

3
2.3 Klasifikasi
Katarak senilis secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,imatur,
matur, hipermatur. 1
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak
yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini
pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat
keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan,
mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada
pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test, maka akan terlihat bayangan iris
pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+)
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi
yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi
melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi
mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul

4
yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di
korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudo positif. Cairan / protein lensa yang keluar dari
lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap
sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma
karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang
dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.

Perbedaan stadium katarak tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:1
Tabel 2.1 Stadium Katarak Senilis

2.4 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara
daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari
kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal
sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang
terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-
protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif
index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan
pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan

5
lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin
dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.5
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya
akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi
dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang
akan menyebabkan penurunan transparasi lensa.
Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan
permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi
air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk
oksidasi dan penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide
memiliki peran penting pada proses pembentukan katarak.6

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin kabur. Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh
penglihatan jauh yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik,
sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata (“secondsight”).
Terjadinya miopia ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada
stadium insipient.7
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pemeriksa awam sampai
menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Katarak
pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan
oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp. Fundus okuli menjadi semakin sulit
dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus
hilang.7

2.5 Diagnosis

Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan

6
untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan
perkembangan katarak.
a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan
ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika
pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat
mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang
mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula
c. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa.
Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan).
 Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus
diperiksa hati-hati
 Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil
 Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa
sebab subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata
sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur
d. Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas
bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat
menilai gangguan penglihatan.1

2.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan definitif
untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah
yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi. Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga

7
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang
lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder
dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan
ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

8
- Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat.5,6,8

2.8 Komplikasi 5,6,10


- Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.

- Komplikasi dini pasca operatif


 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean
syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering)
 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.

9
 Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
- Komplikasi lambat pasca operatif
 Ablasio retina
 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
 Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

2.9 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.4

10
RAHASIA

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. NS Pekerjaan :Pensiunan TNI


Umur : 68 tahun Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Pemeriksaan : 18/05/2017
Alamat : Pekanbaru

3.1 ANAMNESIS

Keluhan Utama
Penglihatan buram pada mata kanan dan kiri

Riwayat penyakitsekarang
+ 6 bulan yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri kabur
seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan
kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah setelah membaca.
Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun
jauh. Pasien juga mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-), nyeri (-), cekot-
cekot (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air mata (-), melihat ganda (-),
melihat pelangi disekitar sumber cahaya (-).

Riwayat penyakit dahulu


Penglihatan kabur sebelumnya (-). Trauma mata (-). Operasi mata sebelumnya (-).
Riwayat darah tinggi dan diabetes melitus (-).

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat darah tinggi, kencing manis dan jantung (-).

Riwayat sosial ekonomi dan kebiasaan


Pekerjaan sebagai pensiunan TNI. Kebiasaan memijat mata ke tukang pijat (-).

11
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 21 x/menit

STATUS OFTALMOLOGI

OD OS
Visus Tanpa
1/300 0,5/60
Koreksi
Visus Dengan
Tidak dikoreksi Tidak dikoreksi
Koreksi
Posisi Bola
Mata
(Ortoforia)
Gerakan Bola
Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Mata
Tidak dilakukan pengukuran, Tekanan Bola Tidak dilakukan pengukuran,
normal dengan palpasi Mata normal dengan palpasi
Tidak ditemukan kelainan Palpebra Tidak ditemukan kelainan
Tidak ditemukan kelainan Konjungtiva Tidak ditemukan kelainan
Jernih, erosi (-) Kornea Jernih, erosi (-)
Injeksi silier (-) Sklera Injeksi silier (-)
Dalam COA Dalam

Bulat, sentral, reguler, Ø 3 mm,


Bulat, sentral, reguler, Ø 3 mm,
Iris/Pupil refleks cahaya langsung (+), refleks
refleks cahaya langsung (+),refleks
cahaya tidak langsung (+) (lambat)
cahaya tidak langsung (+)(lambat)
Keruh, iris shadow (-) Lensa Keruh, iris shadow (-)
Funduskopi:
Refleks (-) Refleks Refleks (-)
Tidak dapat dinilai Vitreus Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai Papil Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai Retina Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai Makula Tidak dapat dinilai

12
Gambar 3.1. Mata kanan Gambar 3.2. Mata kiri

Gambar

Lensa Keruh Lensa Keruh

KESIMPULAN/RESUME :

Laki-laki usia 68 tahun datang dengan keluhan mata kanan dan kiri kabur
seperti berkabut sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan semakin lama dirasakan semakin
kabur. Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah
setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat
melihat dekat maupun jauh. Pasien juga mengeluh silau jika melihat cahaya. Pada
pemeriksaan mata kanan didapatkan visus 1/300, COA dalam, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+), lensa keruh, refleks fundus (-). Pada pemeriksaan
mata kiri didapatkan visus 0,5/60, COA dalam. refleks fundus (-).

13
3.3 DIAGNOSA KERJA

OD OS

Katarak Senilis Matur OD Katarak Senilis Matur OS

3.4 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan katarak yaitu : phakoemulsifikasi dan pemasangan Intra Ocular


Lens (IOL)

3.5 PROGNOSIS
OD
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

OS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

3.6 EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur
disebabkan katarak pada kedua lensa mata,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi
dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis
tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan.

14
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi
peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakarta FKUI; 2011. 204-21
2. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000.
Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika. 169-80
3. James C. Bobrow, et al. Lens And Cataract. On: American Academy of
Ophtalmology. (2011-2012). P53-60

4. Faradilla N. Glaukoma dan Katarak Senilis [KTI]. Fakultas Kedokteran


Universitas Riau. Pekanbaru. 2009;1–7.

5. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak


Senilis.http://alfinzone.wordpress.com/2010/12/05/patologi-dan-
penatalaksanaan-pada-katarak-senilis-2/. 22-5
6. Olver J, Cassidy L. Opthalmology at A Glance. Hongkong : SNP Best-set
Typesetter Limited. 2005. p36-9.

7. The Royal College of Ophthalmologists. Commissioning guide: glaucoma


(long version). London: NICE; 2015. 37-9
8. Khaw T, Shah P, Elkington AR. ABC of Eyes 4th Edition. London: BMJ
Publishing Group; 2005. 52-59.
9. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0199.
10. Mamta Singha - All About Senile Cataracts
http://www.empowher.com/cataract/content/all-about-senile
cataracts?page=0,1

16

Vous aimerez peut-être aussi