Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
“Asuhan Keperawatan dengan Penyakit dapat Dicegah dengan Imunisasi pada Klien
Anak dan Dewasa: CAMPAK”
Fasilitator:
Disusun Oleh:
Kelompok 4 Kelas A2 2015
Dinda Salmahella 131511133039
Rizka Maudy Julianti 131511133051
Umi Nafiatul Hasanah 131511133053
Nensi Nur Asipah 131511133055
Ika Septiana Arum P. D. 131511133065
Rahmadanti Nur Fadilla 131511133074
Rifki Fauzi Maulida 131511133126
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Penyakit dapat Dicegah dengan Imunisasi: CAMPAK”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Imun dan
Hematologi II di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak mengalami
kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari
Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Selanjutnya
ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku fasilitator mata kuliah Keperawatan Imun
dan Hematologi II Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga;
2. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah, penulis merasa masih ada kekurangan baik pada penulisan
maupun isi materi makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan campak?
1.2.2 Apa penyebab terjadinya campak?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi terjadinya campak?
1.2.4 Apa manifestasi klinik dari campak?
1.2.5 Apa sajakah pencegahan yang dapat digunakan pada klien dengan campak?
1.2.6 Apa sajakah pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada klien dengan
campak?
1.2.7 Apa sajakah terapi yang bisa diterapkan pada klien dengan campak?
1.2.8 Bagaimana prosedur asuhan keperawatan pada klien dengan campak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dari asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan
ganggaun sistem pencernaan yaitu sialadenitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami definisi campak.
2. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami etiologi campak.
3. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami patofisiologi dari campak.
4. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami manifestasi klinis pada klien
dengan campak.
5. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami pencegahan yang dapat dilakukan
pada klien dengan campak.
6. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada klien dengan campak.
7. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami terapi apa saja yang dapat
diterapkan pada klien dengan campak.
8. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami prosedur penyusunan asuhan
keperawatan campak pada klien.
2
1.4 Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Campak/Morbili/Rubeola merupakan penyakit infeksi akut menular yang banyak
menyerang anak-anak dan disebabkan oleh genus morbilivirus dan famili paramixovirus.
Karateristik penyakit campak pada umumnya adalah demam dengan suhu >38ºC, rash
atau ruam, batuk, pilek, dan konjungtivitis. Cara penularannya melalui droplet atau
kontak langsung dengan sekresi hidung, tenggorokan atau konjungtiva orang yang
terinfeksi (WHO, 2007).
Campak dalam bahasa Jerman yang disebut dengan masern, dalam bahasa Islandia
dikenal dengan mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit
infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi,
dan stadium konvalensi (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).
Penyakit campak sering disebut sebagai morbili, measles, atau rubeola merupakan
penyakit infeksi virus yang sangat menular, umumnya mengenai anak – anak yang
ditandai dengan demam, ruam (hampir seluruh tubuh), batuk, pilek, konjungtivitis, dan
sakit tenggorokan. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada komplikasi yang
lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah virus
masuk ke dalam tubuh. (Ahmad Muhlisin, 2015).
Menurut Halim, 2016, Campak merupakan salah satu penyakit infeksius yang
biasa terjadi pada anak-anak dan dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari
sebelum muncul ruam) sampai kurang lebih 4 hari setelah munculnya ruam. Campak
timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak.
4
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa, campak adalah
suatu penyakit inveksi virus, dimana banyak menyerang anak-anak dan menular melalui
droplet. Penyakit ini memiliki 3 stadium terkait proses timbulnya gejala yaitu stadium
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Gejala yang biasa ditimbulkan meliputi
demam, bauk, pilek, ruam diseluruh tubuh, dan konjungtivitis. Seseorang yang pernah
terserang campak akan memiliki imunitas seumur hidupnya (Depkes, 2008).
2.2 Etiologi
Campak disebabkan oleh Measlesvirus (RNA virus), genus Morbillivirus, famili
Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan virus gondongan (mumps),
virus parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial
Virus) (Halim, 2016). Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai
RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid.
5
2.3 Patofisiologi
Campak disebabkan oleh measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae yang terdapat dalam droplet penderita. Perjalanan klinis di awali dari
masuknya virus melalui nassal melekat di sel-sel ephitel nassal (saluran pernapasan atas)
maupun konjungtiva. Natural killer cells dan sel T sitotoksik akan menghambat replikasi
virus sebagai pertahanan awal tubuh. Virus bereplikasi dan menyebar ke kelenjar lympha
regional bersama makrofag, sehingga terjadi viremia primer. Hal ini menyebabkan
terjadinya gangguan sintesa imunoglobulin. Pada infeksi akut primer, respon sel T dan sei
B dapat dideteksi pada keenam protein virus campak, sehingga Ig M dan Ig G terbentuk.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, virus menyebar dan bereplikasi dalam monosit pada
sistem retikuloendotelial (limpa, timus, hati, kulit, dan kelenjar limfe). Virus menginfeksi
kembali sistem retikuloendotelial hingga terjadi nekrosis pada sel retikuloendotelial dan
menimbulkan viremia sekunder. Kemudian, virus masuk ke dalam aliran darah dan
menginfeksi sel endhotelium pembuluh darah, ephitelium saluran napas dan saluran
cerna, sel organ tubuh lainnya, serta sel-sel otak (Halim, 2016).
Setelah masa inkubasi virus selama 10 – 11 hari, dalam 24 jam kemudian
munculah gejala demam, coryza/pilek, conjungtivitis, dan batuk sebagai gejala periode
prodomal. Semua gejala di atas makin hari makin memberat dan mencapai puncaknya
pada periode erupsi. Periode erupsi terjadi saat mulai muncul ruam erythro
makulopapuler dengan perjalanan dan penyebaran yang khas pada hari ke-4 sakit dan
bercak putih di mukosa pipi dengan eksudat serosa (Koplik's spot). Periode kovalen
ditandai dengan meluasnya ruam pada seluruh tubuh disertai turunnya temperature tubuh
secara lisis. Timbulnya ruam akibat reaksi hipersensitivitas host pada virus campak. Hal
ini berarti bahwa timbulnya ruam ini lebih ke arah imunitas seluler. Antibodi spesifik
akhirnya dapat dideteksi dan limfosit efektor dapat ditemukan pada lesi kulit dan mukosa
yang menimbulkan pembersihan virus dan terjadinya penyembuhan. Imunitas yang
didapatkan sesudah infeksi alamiah biasanya tetap ada seumur hidup (Regina, 2008).
6
7
2.4 Manifestasi Klinis (Chandak, dkk., 2012).
Gejala yang biasanya ditunjukkan pada klien dengan campak meliputi :
1. Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari).
2. Stadium Prodromal, berlangsung kirakira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan
demam yang dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain demam, dapat timbul gejala
berupa malaise, coryza (peradangan akut membrane mukosa rongga hidung),
konjungtivitis (mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai
gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain.
Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia).
Tanda patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots yang
muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam.Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil
berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya
bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan
biasanya luput saat pemeriksaan klinis.
3. Stadium Eksantem
Timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas
rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas
atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari.
Demam umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah munculnya
ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan
adanya komplikasi.
4. Stadium Penyembuhan (Konvalesens)
Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya.
Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang
dalam 7-10 hari.
2.6 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR
(Measles,Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014,
vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan
pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu
vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6
tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan. Imunisasi ini tidak
dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefsiensi primer, pasien tuberkulosis yang
8
tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka
panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa
imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi
campak. Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca
vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke 5-6
sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5%
resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 4
hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan gangguan sistem saraf pusat, seperti
ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi.
Risiko kedua efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan
1 di antara 1.000.000 dosis vaksin. Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada
penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun berupa malaise, demam, atau ruam 1
minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari.8 Vaksinasi MMR dapat
menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen campak.14 Kurang lebih
5-15% anak akan mengalami demam >39,40C setelah imunisasi MMR.6,8,14 Reaksi
demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-2
hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak,
ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada <1/1.000.000 dosis.
Pencegahan yang dilakukan meliputi :
1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan
dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena
penyakit campak, yaitu :
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi
sampai jangka waktu 4-5 tahun.
3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
9
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini
mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan
ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas
penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik
atau darah.
b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk
sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada
ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan
pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari
keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien
dengan risiko tinggi lainnya.
c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya
diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi
terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,
ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.
4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier
yaitu:
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun
secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas
merek
2.8 Terapi
Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:
a. Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena
demam.
b. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan
adanya komplikasi.
c. Suplemen nutrisi
d. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
e. Anti konvulsi apabila terjadi kejang
f. Anti piretik bila demam, yaitu non-aspirin misal acetaminophen.
g. Pemberian vitamin A
Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang
terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan mortalitas.
Dosis 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi
sehubungan dengan defisiensi vitamin A
h. antivirus
Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan
secara in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan
penderita dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini masih
dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.
i. pengobatan komplikasi
11
BAB III
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas klien meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal MRS, diagnosa masuk, dan
nama wali (klien anak).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan campak yaitu demam terus menerus berlangsung 2-
4 hari. Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema di
belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) di palatum durum dan
palatum mole.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anamnesa adanya demam terus menerus berlangsung 2-4 hari, batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, fotofobia, diare dan ruam kulit. Adanya nafsu
makan menurun, lemah dan lesu. Pada anak yang terinfeksi virus campak
biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas,
batuk, konjungtivis, koriza, bercak koplik, dan enantema serta upaya yang telah
dilakukan untuk mengatasinya.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak langsung
dengan penderita campak.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, dan
kemungkinan penularan penyakit akibat kontak langsung droplet antar anggota
keluarga.
6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan, misalnya: BCG, POLIO, DPT, MR,
MRR, dan campak.
12
7. Pola Nutrisi
Pada klien dengan campak biasanya dinding posterior faring menjadi hiperemis
dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokan. Kajia adanya penurunan
nafsu makan akibat adanya mual dan muntah.
8. Pola aktivitas sehari-hari
Klien biasanya mengalami malaise, adanya ruam di seluruh tubuh dapat
mengakibatkan klien malu pada kondisi tubuhnya saat ini.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Status kesehatan umum meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan,
berat badan, dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan Leher
1) Rambut
Warna, distribusi, dan kebersihan rambut.
2) Wajah
Wajah bengkak, serta ruam menyebar ke seluruh wajah.
3) Mata
Terdapat konjungtivitis, selanjutknya gejala tersebut tertutup oleh
peradangan konjungtiva yang berat bersamaan dengan edema palpebra
dan krunkia, lakrimalis meningkat dan fotofobia.
4) Hidung
Terdapat coryza (pilek). Tanda pertama berupa bersin-bersin yang diikuti
dengan gejala hidung buntu, dan sekret mukopurulen yang lebih berat
pada puncak stadium erupsi.
5) Mulut
Timbul enantema (titik merah) di palatum durum dan palatum mole.
Ditemukannya spesifik enantema koplik’s spot pada mukosa pipi di
depan molar
6) Telinga
Eritema timbul di belakang telinga, sepanjang rambut, dan bagian
belakang bawah.
7) Leher
Eritema di bagian atas lateral tengkuk. Ruam mulai timbul pada bagian
samping atas leher, perbatasan rambut di kepala dan meluas ke dahi. Lesi
13
pada leher yang cenderung bergabung, pembesaran kelenjar getah bening
di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.
c. Toraks
1) Inspeksi
Bentuk dada, adakah batuk, sekret pada nasofaring, perdarahan pada
hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis
menyerupai influenza.
2) Auskultasi
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
d. Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk perut, warna kulit, dan ruam pada kulit.
2) Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan apabila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
3) Auskultasi
Suara bising usus.
e. Kulit
1) Inspeksi
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik, dan ruam pada kulit.
2) Palpasi
Turgor kulit menurun
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Adanya leukopenia dan limfositosis pada hapusan darah tepi
2) Sputum, sekresi nasal, sedimen urin, dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cell yang khas
3) Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition dan
complement fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik
dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-3
minggu kemudian.
b. Pemeriksaan Neurologis
1) Pemeriksaan GCS
2) Rangsangan Meningeal
14
3.1.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015)
1. Hipertermia b.d penyakit (00006, Domain: 11: Keamanan/Perlindungan, Kelas
6: Termoregulasi)
2. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan turgor kulit (00047, Domain 11:
Keamanan/Perlindungan, Kelas 2: Cedera Fisik)
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d
ketidakmampuan makan (00002, Domain 2: Nutrisi, Kelas 1: Makan)
4. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit (00214, Domain 12:
Kenyamanan, Kelas 3: Kenyamanan Sosial)
15
diastolik (5) sesuai kebutuhan
3. Manajemen Diri: b. Monitor tekanan
Penyakit Akut (3100) darah, nadi dan
a. Monitor tanda dan respirasi, sesuai
gejal penyakit (5) kebutuhan
b. Monitor tanda dan c. Monitor suhu dan
gejala komplikasi warna kulit
(5) 3. Monitor Tanda-Tanda
c. Patuhi pengobatan Vital (6680)
yang a. Monitor tekanan
direkomendasikan darah, nadi, suhu,
(5) dan status
pernapasan dengan
tepat.
b. Monitor dan
laporkan tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
c. Monitor warna kulit,
suhu, dan
kelembaban
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Pengobatan
kulit b.d gangguan turgor keperawatan selama 2x24 (2380)
kulit (00047, Domain 11: jam bintik-bintik merah a. Tentukan obat apa
Keamanan/Perlindungan, pada kulit berkurang dan yang diperlukan, dan
Kelas 2: Cedera Fisik) turgor kulit membaik kelola menurut resep
dengan kriteria hasil: dokter
1. Integritas: JaringanKulit b. Tentukan
& Membran kemampuan pasien
Mukosa(1101) untuk mengobati diri
a. Elastisitas (5) sendiri dengan cara
b. Tekstur (5) yang tepat
c. Lesi pada kulit (5) c. Monitor pasien
16
d. Eritema (5) mengenai efek
2. Termoregulasi (0800) terapeutik obat
a. Peningkatan suhu 2. Manajemen
kulit (5) cairan/elektrolit (2080)
b. Hipertermia (5) a. Timbang berat badan
c. Perubahan warna harian dan pantau
kulit (5) gejala
b. Berikan cairan, yang
sesuai
c. Jaga pencatatan
intake/asupan dan
out[ut yang akurat
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nutrisi
Nutrisi: Kurang dari keperawatan selama 3x24 (1100)
Kebutuhan Tubuh b.d jam status nutrisi normal a. Tentukan status gizi
ketidakmampuan makan dan klien mampu memakan pasien dan
(00002, Domain 2: makanan dengan kriteria kemampuan [pasien]
Nutrisi, Kelas 1: Makan) hasil: untuk memenuhi
1. Status Nutrisi (1004) kebutuhan gizi
a. Asupan gizi (5) b. Tentukan jumlah
b. Asupan makanan kalori dan jenis
(5) nutrisi yang
2. Nafsu Makan (1014) dibutuhkan untuk
a. Hasrat/keinginan persyaratan gizi
untuk makan (5) c. Beri obat-obatan
b. Merasakan sebelum makan
makanan (5) (misalnya,
3. Tingkat Nyeri (2102) penghilang rasa
a. Nyeri yang sakit) jika diperlukan
dilaporkan (5) 2. Manajemen Gangguan
b. Kehilangan nafsu Makan (1030)
makan (5) a. Monitor tandantanda
c. Mual (5) fisiologis (tanda-
17
tanda vital,
elektrolit) jika
diperlukan
b. Monitor
intake/asupan cairan
secara tepat
c. Monitor asupan
kalori makanan
harian
3. Manajemen Saluran
Cerna (0430)
a. Monitor bising usus
4. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Pengurangan Kecemasan
b.d gejala terkait keperawatan selama 2x24 (5820)
penyakit (00214, Domain jam, perasaan tidak a. Gunakan pendekatan
12: Kenyamanan, Kelas nyaman klien berkurang yang tenang dan
3: Kenyamanan Sosial) dengan kriteria hasil: meyakinkan
1. Status Kenyamanan b. Berikan informasi
(2008) faktual terkait
a. Kesejahteraan fisik diagnosis, perawatan,
(5) dan prognosis
b. Kontrol terhadap c. Dorong keluarga
gejala (5) untuk mendampingi
c. Dukungan sosial klien dengan cara
dari keluarga (5) yang tepat
2. Status Kenyamanan 2. Teknik Menenangkan
Fisik (2010) (5880)
a. Kontrol terhadap a. Pertahankan kontak
gejala (5) mata
b. Gatal-gatal b. Identifikasi orang-
c. Mual (5) orang terdekta klien
d. Muntah (5) yang bisa membantu
klien
18
c. Bicara dengan lembut
atau bernyanyi pada
bayi/anak
19
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 Kasus
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dengan inisial M datang ke RSUD dengan ibu
dan bapaknya dengan keluhan pusing, Gejala demam, batuk, pilek, konjungtivitis, rasa
pada kulit yang terasa gatal. ibu pasien mengatakan sudah 2hari ini anaknya mengalami
kesulitan tidur karena adanya rasa gatal pada seluruh tubuh. Pasien juga mengalami napsu
makan yang menurun. Dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan N: 90x/mnt, RR:
30x/mnt, TD: 100/70 mmHg dan S: 38,5° C.
4.2 Pengkajian
4.2.1 Anamnesa
1. Identitas Klien
Nama : An. M
Umur : 5 tahun
Pendidikan : TK
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di bawa ke RSNU dengan keluhan pusing, ,Gejala demam, batuk, pilek,
konjungtivitis, dan rasa pada kulit yang terasa gatal. ibu pasien mengatakan
sudah 3hari ini anaknya mengalami kesulitan tidur karena adanya rasa gatal
pada seluruh tubuh. Pasien juga mengalami napsu makan yang menurun. Dari
hasil pemeriksaan TTV di dapatkan :N: 90x/mnt, RR: 30x/mnt, TD: 100/70
mmHg dan S: 38,5° C.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan sebelumnya anaknya pernah demam dan batuk pilek.
beberapa bulan yang lalu ibu pasien mengatakan anaknya demam dan batuk
pilek
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibunya pernah menderita campak saat masih kecil.
20
4.2.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan review of system (B1-B6 + S)
1. B1 (Breath)
Pasien mengalami takipneu, RR: 30x/menit. Mengalami batik dan pada
auskultasi ditemukan suara ronchi.
2. B2 (Blood)
Pada saat diukur nadi dan tekanan darah dalam rentan normal N:90x/mnt TD ;
100/70 mmHg. Tapi pasien mengalami hipertermi S: S: 38,5° C
3. B3 (Brain)
Pasien merasa pusing.
4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah.
5. B5 (Bowel)
Nafsu makan pasien menurun.
6. B6 (Bone)
Ditemukan bercak merah di kulit pasien.
21
Hipertermi
Data Subjektif: Virus dilepas ke dalam aliran Ketidak efektifan bersihan
- Pasien mengeluh darah (viremia primer) jalan napas
hidung mampet
- Pasien mengeluh susah Mengendap pada organ
napas
Data Objektif: Menurunya Fungsi silia
- Didapatkan suara
ronkie pada saata Peningkatan Sekret
auskultasi
Terlihat sekret berlebih Reflek batuk
22
4.5 Intervensi
23
aktivitas dengan tepat
3) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
24
4) Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan, dan
kekurangan udara pada
pasien
5) Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
6) Catat onset, karakteristik,
dan lamanya batuk
7) Monitor sekresi pernafasan
pasien
8) Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatan atau
memperburuk sesak nafas
tersebut
25
untuk meyakinkan bahwa
intake/asupan makanan
yang cukup tercapai dan
dipertahankan
4.6 Implementasi
26
1. Domain 11. a. Pengaturan suhu a. Pengaturan suhu
Keamanan/Perlindun 1) Monitor suhu paling 1) Memonitor suhu paling
gan tidak 2 jam, sesuai tidak 2 jam, sesuai
kebutuhan kebutuhan
Kelas 6. Regulasi
2) Monitor tekanan darah, 2) Memonitor tekanan
Termal
nadi, dan respirasi, sesuai darah, nadi, dan respirasi,
Hipertermi (00007) kebutuhan sesuai kebutuhan
3) Monitor suhu dan warna 3) Memonitor suhu dan
Batasan karakteristik
kulit warna kulit
Kulit kemerahan 4)Monitor dan laporkan 4) Memonitor dan
Takikardi adanya tanda dan gejala melaporkan adanya tanda
Takipnea dari hipotermi dan dan gejala dari hipotermi
hipertermi dan hipertermi
5) Tingkatkan intake cairan 5) Meningkatkan intake
dan nutrisi cairan dan nutrisi
6) Diskusikan pentingnya 6) Mendiskusikan
termoregulasi dan pentingnya termoregulasi
kemungkinan efek negative dan kemungkinan efek
dari demam yang negative dari demam yang
berlebihan, sesuai berlebihan, sesuai
kebutuhan kebutuhan
b. Monitor Tanda-Tanda b. Monitor Tanda-Tanda
Vital Vital
1) Monitor tekanan darah, 1) Memonitor tekanan
nadi, suhu, dan status darah, nadi, suhu, dan
pernafasan status pernafasan
2) Monitor tekanan darah, 2) Memonitor tekanan
denyut nadi, dan darah, denyut nadi, dan
pernapasan sebelum, pernapasan sebelum,
selama, dan setelah selama, dan setelah
aktivitas dengan tepat aktivitas dengan tepat
3) Monitor dan laporkan 3) Memonitor dan
tanda dan gejala hipotermia melaporkan tanda dan
27
dan hipertermia gejala hipotermia dan
hipertermia 2.
28
pasien setelah tindakan, untuk
5) Monitor kemampuan batuk dicatat
efektif pasien 4) Memonitor peningkatan
6) Catat onset, karakteristik, kelelahan, kecemasan, dan
dan lamanya batuk kekurangan udara pada
7) Monitor sekresi pernafasan pasien
pasien 5) Memonitor kemampuan
8) Monitor keluhan sesak nafas batuk efektif pasien
pasien, termasuk kegiatan 6) Mencatat onset,
yang meningkatan atau karakteristik, dan lamanya
memperburuk sesak nafas batuk
tersebut 7) Memonitor sekresi
pernafasan pasien
9) Berikan bantuan terapi nafas
8) Memonitor keluhan sesak
jika diperlukan (misalnya.,
nafas pasien, termasuk
nebulizer)
kegiatan yang
meningkatan atau
memperburuk sesak nafas
tersebut
29
karakteristik: 4. Observasi klien selama dan secara teratur dan
setelah pemberian memastikan bahwa klien
Kurang minat pada
makan/makanan ringan memakan makanannya.
makanan
untuk meyakinkan bahwa 3. Memonitor asupan kalori
intake/asupan makanan makanan harian
yang cukup tercapai dan 4. Mengbbservasi klien
dipertahankan selama dan setelah
pemberian
makan/makanan ringan
Manajemen Nutrisi (1100)
untuk meyakinkan bahwa
1. Tentukan status gizi pasien intake/asupan makanan
dan kemampuan [pasien] yang cukup tercapai dan
untuk memenuhi dipertahankan (tidak
kebutuhan gizi dibuang maupun
2. Ciptakan lingkungan yang dimuntahkan)
optimal pada saat
mengkonsumsi makanan
Manajemen Nutrisi (1100)
(misalnya bersih,
berventilasi, santai, dan 1. Menentukan status gizi
bebas dari bau yang pasien dan kemampuan
menyengat [pasien] untuk memenuhi
3. Pastikan makanan disajikan kebutuhan gizi
dengan cara yang menarik 2. Memberikan klien
dan pada suhu yang paling lingkungan yang nyaman,
cocok untuk konsumsi bersih, santai dan
secara optimal berventilasi serta tidak
4. Anjurkan keluarga untuk berbau pada saat
membawa makanan favorit mengkonsumsi makanan
pasien sementara [pasien] 3. Sajikan dengan cara yang
berada di rumah sakit atau menarik dan pada suhu
fasilitas perawatan, yang yang paling cocok untuk
sesuai konsumsi oleh klien agar
nafsu makan klien
30
bertambah
4. Keluarga membawa
makanan favorit pasien
sementara [pasien] berada
di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, agar
nafsu makan pasien
bertambah.
4.7 Evaluasi
1. Hipertermi b.d proses inflamasi dan infeksi virus campak (00007)
S : Klien mengatakan sudah tidak merasa demam.
O : Klien tidak tampak cemas, meringis dan gelisah; TTV normal
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret pada nasofaring
(00031)
S : Klien mengatakan batuknya sudah hilang
O : Tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ditemukan pernapasan cuping
hidung, tidak terlihat penumpukan secret di hidung dan nasofaring, RR: 20 kali/menit;
Klien tidak terlihat cemas dan gelisah
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Intervensi dihentikan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makan
(00002)
S : Klien mengatakan sudah nafsu makan
O :Klien tampak makan dengan lahap
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Intervensi dihentikan
31
BAB V
KESIMPULAN
Campak atau yang biasa disebut dengan Morbili merupakan salah satu penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh paramixovirus yang menyerang anak-anak bahkan
orang dewasa. Seseorang yang terkena campak ditandai dengan adanya demam tinggi,
peradangan pada mata serta timbul bercak kemerahan pada kulit. Penyakit ini dapat menular
melalui percikan ludah dari mulut, hidung maupun dari tenggorokan penderita. Virus
campak dapat menekan imunitas atau daya tahan tubuh pada anak-anak. Umumnya penyakit
campak akan muncul dengan gejala demam, batuk, lelah, hidung berair, mata merah dan
muncul ruam beberapa hari kemudian. Ruam akan muncul mulai dari wajah dan selanjutnya
menyebar ke seluruh tubuh.
Asuhan keperawatan pada klien dengan campak memiliki beberapa tahap prosedur.
Pertama, tindakan pengkajian yang meliputi pengkajian campak secara umum, pengkajian
penatalaksanaan medis, pengkajian pada kasus campak yang berisikan identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta analisis data. Setelah tahap
pengkajian dilaksanakan, maka tahap selanjutnya yaitu menentukan diagnosis keperawatan.
Langkah selanjutnya yaitu merencanakan intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi.
32
Daftar Pustaka
Bulechek, Gloria M. et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Halim Ricky Gustian, 2016. Campak pada Anak Rs HosanaLippo Cikarang. Cikarang,
Indonesia: Jurnal Nomor 3, Volume 43
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classifications (NANDA) 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell.
Moorhead, Sue et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri:
Mosby Elsevier.
33